Anda di halaman 1dari 25

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

PERANGKAT DESA DI DESA PAGAR AGUNG


KECAMATAN SELUMA BARAT KABUPATEN SELUMA
BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN
2014 TENTANG DESA.
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Amancik. S.H.,M.Hum
P.E.Suryaningsih.S.H.,M.Hum

DOSEN PENGUJI
Tri Andika S.H.,M.H
Putra Perdana Ahmad Saifullah S.H.,M.H.

OLEH :
RIDHO ANANDA SAPUTRA
NPM : B1A017055
A. JUDUL PENELITIAN

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DI


DESA PAGAR AGUNG KECAMATAN SELUMA BARAT
KABUPATEN SELUMA BERDASARKAN UNDANG UNDANG
NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
B. LATAR BELAKANG
• Indonesia adalah negara Demokrasi.
Pasal 1 Undang Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum,
yang melatakkan kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat, hal ini menandakan bahwa selain
negara hukum Indonesia merupakan negara Demokrasi. Sebagai negara demokrasi
pemerintahan yang dijalankan harus mencerminkan kehendak rakyat, oleh karena itu
pemerintahan tidak boleh diletakakan pada satu tangan, ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kesewenang-wenangan (Abuse Of Power) karena sejatinya pemerintahan yang diletakan pada
satu tangan akan berbahaya bagi demokrasi dan akan cendrung pada korupsi (Power tent
Corrupt, but Absolute power corrupt absolutly).
• Indonesia adalah negara kesatuan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, Negara Kesatuan adalah negara yang
mempunyai kemerdekaan dan kedaulatan atas seluruh wilayah atau daerah yang dipegang sepenuhnya
oleh satu pemerintah pusat.
Karena keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau-pulau, pemerintahan
tidak akan berjalan efektif apabila hanya dipegang pemerintah pusat, hal ini menjadi permasalahan yang
menjadi penghambat bagi tercapainya tujuan kemerdekaan yang termaktub dalam pembukaan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alenia ke empat. Sehingga diterapkanlah sebuah
sistem yang mendelegasikan sebagian kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, yakni
sistem Desentralisasi yang menjadi jawaban permasalahan tersebut.
Desentralisasi merupakan suatu istilah yang secara etimologis merupakan bahasa Latin yang
terdiri dari kata “de” berarti lepas, dan “centrum” berarti pusat, sehingga bila diartikan, desentralisasi
berarti melepaskan diri dari pusat. Maksud pengertian tersebut bukan berarti daerah dapat berdiri sendiri
melepaskan diri dari ikatan negara, tetapi dari sudut ketatanegaraan, desentralisasi berarti pelimpahan
kekuasaan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada daerah-daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, dengan kata lain, daerah diberikan otonomi untuk menjadi daerah otonom.
• Desa
• Ketentuan mengenai Desa secara khusus diatur oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa. Menurut ketentuan Pasal 1 butir 1, yang dimaksud dengan Desa adalah :
• Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

• Dalam pelaksanaan pemerintahan Desa, roda pemerintahan dijalankan oleh seorang kepala Desa
yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat melalui pemilihan kepala Desa, yang kemudian dalam
melaksanakan tugasnya kepala Desa dibantu oleh perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Desa.

• Menurut ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, perangkat Desa
terdiri dari :
– Sekretaris Desa;
– Pelaksana Kewilayahan; dan
– Pelaksana Teknis.

• Ketentuan mengenai mekanisme pengangkatan dan pemberhentian perangkat Desa diatur melalui
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015, yang kemudian diatur lebih lanjut melalui
Peraturan Daerah. Di Kabupaten Seluma, ketentuan mengenai Perangkat Desa diatur oleh Perda
Kabupaten Seluma Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perangkat Desa.
• PENGANGKATAN PERANGKAT DESA
Menurut ketentuan Pasal 3 Perda Kabupeten Seluma Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perangkat Desa,
Perangkat Desa diangkat oleh kepala Desa setelah dilaporkan dan dikonsultasikan dengan
Camat atas nama Bupati. Yang Sebelum pengangkatan Perangkat Desa, kepala Desa
membentuk sebuah tim yang disebut tim penjaringan calon perangkat Desa, yang selanjutnya tim
ini melakukan penjaringan pada calon perangkat desa yang memenuhi syarat-syarat sebagai
perangkat Desa. yang perlu digaris bawahi adalah pengangkatan perangkat Desa, dilakukan
untuk mengisi jabatan perangkat Desa yang kosong.

• SEBAB KEKOSONGAN JABATAN PERANGKAT DESA.


• Menurut ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
1. Meninggal Dunia
2. Mengundurkan Diri
3. Diberhentiakan

• PERANGKAT DESA DIBERHENTIKAN KARENA.?


• menurut ketentuan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
perangkat desa diberhentikan kerana :
a. Usia telah genab 60 tahun
b. Dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
c. Berhalangan tetap
d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa ; dan
e. Melanggar larangan sebagai perangkat Desa.
• Peran BPD dalam Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat
desa.
• Peran BPD dalam proses pengangkatan dan pemberhentian Perangkat
desa, ialah dalam hal pengawasan terhadap kinerja kepala desa, hal ini
merupakan tugas BPD yang diatur dalam Pasal 32 Permendagri Nomor 110
Tahun 2016 Tentang BPD. Hal ini dimaksudkan ialah agar tercipta
penyelenggaraan pemerintahan desa yang sesuai dengan asas-asas
pemeritahan yang baik. dalam hal terjadi pelanggaran hukum dalam proses
pemberhentian dan pengangkatan perangkat desa, atau dalam
pelaksanaan roda pemerintahan desa, BPD berhak meminta keterangan
dari kepala desa atau pemerintah desa, yang kemudian diteruskan dengan
penyampaian pendapat inseidentil berdasarkan keputusan BPD kepada
Bupati/Wali Kota melalui Camat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 52
Dan Pasal 63 Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang BPD.
• Kasus
• Desa Pagar Agung merupakan salah satu Desa di kabupaten Seluma yang
berada dalam wilayah Administrasi kecamatan Seluma Barat, Desa Pagar
Agung pada tahun 2019 lalu baru saja melaksanakan pemilihan kepala
desa secara demokratis, diketahui kepala Desa terpilih melakukan
perombakan secara menyeluruh perangkat Desa pada pemerintahan Desa
Pagar Agung. sehingga dapat diartikan kepala desa melakukan
pemberhentian perangkat Desa yang lama dan mengganti dengan
mengangkat perangkat desa yang baru untuk posisi-posisi jabatan
perangkat desa lama tersebut. menurut hasil wawancara penulis dengan
para perangkat desa yang telah diberhentikan, mereka diberhentikan tanpa
alasan yang jelas, hal itu dikerenakan mereka tidak pernah mendapatkan
Surat Keputusan tertulis dari kepala desa tentang alasan
pemberhentiannya, melainkan mereka hanya dikumpulkan di Balai Desa
setempat, kemudian disampaikan oleh kepala desa, bahwa mereka
semenjak hari itu resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai perengkat
desa, tanpa menjelasakan alasan kenapa mereka diberhentikan.
• dalam ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 5 Permendagri Nomor 83 tahun
2015 tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Perengkat Desa, bahwa
perangkat desa hanya dapat diberhentikan karena 5 alasan yang telah
disebutkan sebelumnya. Sehingga sebagai negara hukum, tentu
seharusnya pelaksanaan pengangkatan dan pemberhentian perangkat
Desa harus sesuai dengan mekanisme yang diatur oleh Peraturan
Perundang-Undangan, hal ini agar tercapai tujuan Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan kemerdekaan yang
dicantumkan dalam alenia keempat pembukaan Undang Undang Dasar
1945. Selain itu mekanisme tersebut harus sesuai ialah agar tercipta
keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum dalam pelaksanaan
pengangkatan dan pemberhentian perangkat Desa.
C. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana pengaturan tentang


pengangkatan dan pemberhentian
Perangkat Desa menurut ketentuan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.?
2. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan
dan pemberhentian Perangkat Desa di
Desa Pagar Agung kecamatan Seluma
Barat kabupaten Seluma.?
D. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :
a. Mengetahui bagaimana pengaturan tentang pengangkatan dan pemberhentian
Perangkat Desa menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa.
b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pengangkatan dan pemberhentian Perangkat
Desa di Desa Pagar Agung kecamatan Seluma Barat kabupaten Seluma.

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis, diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat memberikan
kemajuan pada ilmu hukum, dan dapat menambah wawasan tentang Proses
pengangkatan dan pemberhentian perangkat Desa bagi setiap pembacanya.
b. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah desa,
dan BPD desa Pagar agung dalam melaksanakan Pengangkatan dan pemberhentian
Perangkat desa di desa Pagar Agung, sehingga dapat berdampak baik juga pada
masyarakat desa Pagar Agung.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Teori Negara Hukum
Konsep negara hukum tidak terlepas dari sejarah perkembangan negara, dengan dinamika sejarahnya
masing-masing. Secara embrionik gagasan negara hukum sudah dikemukakan oleh Plato, ketika ia
menulis buku yang berjudul nomoi. Dalam buku nomoi, Plato mengemukakan bahwa
penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada peraturan hukum yang baik.

Menurut Freidich Julius Stahl setidaknya ada 4 unsur dari Rechtsstaat yaitu:
– Perlindungan hak asasi manusia.
– Pemisahan kekuasaan.
– Setiap tindakan pemerintah harus berdasar Undang-Undang .
– Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

Istilah Rechtsstaat hanya berkembang di negara negara yang berpaham Eropa kontinental saja,
sedangkan dalam negera negara yang berpaham Anglo Sakson negara hukum diistilahkan dengan
Rule of law yang dikemukakan oleh A.V Dicey. Dengan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Supremasi aturan hukum (Supremacy of the law) tidak ada kekuasaan sewenang wenang (Absence
of arbitrary power), dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum;
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law), dalil ini berlaku bagi
orang biasa maupun untuk pejabat;
3. Terjaminnya hak hak manusia oleh undang undang (dinegara lain oleh Undang undang Dasar) serta
keputusan keputusan pengadilan.
2. Teori Kewenangan
•Kata kewenangan berasal dari kata dasar yaitu wenang, yang dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai
mempunyai (mendapat) hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kewenangan berarti hak dan
kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Menurut Louis A. Allen dalam bukunya, Management and
Organization : Wewenang adalah jumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan.
Sedangkan menurut G. R. Terry: Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak
lain supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu.
•Berdasarkan asas negara hukum kata kewenangan lazimnya disandarkan kepada hak dan kekuasaan suatu lembaga
atau intitusi yang berkaitan dengan penggunaan kekuasaan yang dimiliki tersebut, yang merupakan lingkup
pengaturan hukum Administrasi mengenai kekuasaan memerintah. Asas hukum yang melandasi kekuasaan
memerintah tersebut lazimnya disebut sebagai rechtmatigheid van bestuur (Asas keabsahan).

•fungsi adanya asas keabsahan dalam pelaksanaan kewenangan memerintah, yaitu :


a.Bagi aparat pemerintahan, berfungsi sebagai norma pemerintahan (bestuursnormen).

b.Bagi masyarakat, berfungsi sebagai alasan mengajukan gugatan terhadap perbuatan pemerintahan
(beroepsgronden).

c.Bagi hakim, berfungsi sebagai dasar pengujian perbuatan pemerintahan (toetsingsgronden)

Sumber kewenangan pemerintahan

a.) Atribusi, b.) delegasi, c.) mandat


3. Teori Otonomi Desa
•Otonomi berasal dari kata Autos dan Nomos yang maknanya adalah “memerintah sendiri” dalam
wacana administrasi publik otonomi sering disebut sebagai Local Self Government. Begitu pula
dengan otonomi desa. Dalam otonomi desa, desa berikan kekekuasaan (macht), hak (recht) dan
kewajiban (plicht) dalam pelaksanaan Otonomi.
•Menurut Mashuri Maschab, apabila membicarakan Desa di Indonesia, maka sekurang-kurangnya
akan menimbulkan tiga Penafsiran atau pengertian.
•Pertama, pengertian secara sosiologis, yang menggambarkan suatu bentuk kesatuan masyarakat
atau komunitas penduduk yang tinggal dan menetap dalam suatu lingkungan, hidung mereka relatif
homogen seperti banyak bergantung kepada kebaikan kebaikan alam dalam pengertian sosiologi
tersebut desa diasosiasikan dengan suatu masyarakat yang hidup secara sederhana pada umumnya
hidup dari sektor pertanian memiliki ikatan sosial dan adat atau tradisi yang masih kuat, sifatnya jujur
dan bersahaja pendidikannya relatif rendah dan lain sebagainya.
•Kedua, pengertian secara ekonomi, desa sebagai suatu lingkungan masyarakat yang berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari apa yang disediakan alam di sekitarnya dalam
pengertian ini desa merupakan suatu lingkungan di mana penduduknya nya usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri.
•ketiga pengertian secara politik, di mana desa sebagai suatu organisasi pemerintahan atau
organisasi kekuasaan yang secara politik mempunyai kewenangan tertentu karena merupakan
bagian dari pemerintahan negara titik Dalam pengertian yang ketiga ini desa sering dirumuskan
sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berkuasa menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
F. KEASLIAN PENELITIAN
Nama Judul Rumusan Masalah
Syarifah Devi Isnaini Pelaksanaan Fungsi 1. Bagaimana Pelaksanaan Fungsi BPD di desa
Assegaf BPD di desa Gentung Gentung kabupaten Pangkep.?
NIM : B12113309 Kabupaten Pangkep
FH UNHAS, 2017 2. Apa faktor-faktor yang menghambat
  pelaksanaan fungsi BPD Gentung dalam
penyelenggaraan pemerintahan Desa.?
Wahyudi Jamal, Analisis Pengangkatan Bagaimana proses pengangkatan perangkat desa
NIM:11675101997 Perangkat Desa Baru baru dan sesuai dengan peraturan yang telah
FE & IS, Pasca Pemilihan dibuat.?
UIN SUSKA, 2020 Kepala Desa Baru Di
  Desa Sungai Tarap
Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar

Ramadhoni, Penerapan Fungsi 1. Bagaimana penyelenggaraan fungsi


NPM : B1A017097 pembentukan pembentukan Peraturan Desa oleh BPD di
FH UNIB, 2021 peraturan desa Oleh desa Malakoni Bengkulu Utara dalam
  BPD di desa Malakoni mewujudkan demokrasi desa berdasarkan
dalam mewujudkan Permendagri Nomor 110 tahun 2016 tentang
Demokrasi Desa Badan Permusyawaratan Desa?
berdasarkan
Permendagri Nomor 2. Apa kendala yang dihadapi BPD Malakoni
110 tahun 2016 dalam menjalankan rumusan fungsi
tentang BPD. pembentukan Peraturan Desa?
G.METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
•Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris berorientasi pada
data primer yaitu fakta yang terjadi dilapangan. Menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum empiris
adalah penelitian lapangan yang dilakukan peneliti dengan melihat serta mengamati apa yang terjadi
di lapangan, dalam penerapan Peraturan-Peraturan dalam masyarakat. Yang mana penelitian
didasarkan pada fakta atau keadaan riel di lokasi penelitian, yang dihimpun dan disesuaikan terhadap
aturan hukum yang seharusnya berlaku. Sehingga mampu memperjelas kesuaian antara fakta yang
terjadi dengan aturan hukum yang harusnya diterapkan. Yaitu berkaitan dengan penerapan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa dalam Proses Pengangkatan Dan Pemberhentian
Perangkat Desa di Desa Pagar Agung Kecamatan Seluma Barat Kebupaten Seluma.

2. Pendekatan Penelitian
•Pendekatan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis pendekatan, yaitu Pendekatan Perundang-
Undangan dan pendekatan Sosiologis/Empiris. Pendekatan Perundang-Undangan yaitu pendekatan
yang berfokus pada pengkajian terhadap Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dan
Peraturan-Peraturan lain, asas dan konsep yang berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian
perangkat Desa.
•Pendekatan Sosiologis/Empiris dalam penelitian ini, berfokus pada pengkajian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan
Peraturan Perundang-Undangan lainnya yang berkaitan dengan Pelaksanaan pengangkatan dan
pemberhentian Perangkat Desa di desa Pagar Agung kecamatan Seluma Barat kabupaten Seluma.
3. Populasi dan Sampel

a. Populasi
•Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek penelitian dengan ciri yang sama, populasi dapat
berupa orang, benda, gejala dan tingkah laku, pasal perUndang-Undang an, kasus-kasus hukum,
waktu dan tempat, alat-alat pengajaran, cara-cara yang sama dengan ciri dan sifat yang sama.
Populasi pada penelitian ini adalah Aparatur Pemerintahan Desa, desa Pagar Agung kecamatan
Seluma Barat kabupaten Seluma.

b. Sampel

•Metode yang peneliti gunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini, Purposive Sampling
atau penarikan sampel bertujuan. Yakni dengan cara menentukan sampel pada tujuan tertentu,
sehingga peneliti mengambil sampel dari orang yang tidak diacak, melainkan langsung merujuk pada
sampel yang berkaitan langsung dengan permasalah yang diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah
Kepala Desa, desa Pagar Agung, Ketua BPD desa Pagar Agung, mantan Perangkat Desa Pada
Periode sebelum 2019, dan Perangkat Desa yang baru diangkat.
4. Data dan sumber data
Data dalam penelitian ini, terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
1.Data primer adalah data yang dihimpun langsung dari sumbernya yang kemudian dioleh secara
mandiri oleh peneliti. pada penelitian ini data primer adalah fakta atau hasil temuan ditempat
penelitian, yang merupakan hasil himpunan dari pengamatan atau observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti.
2.Data skunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung dari sumber pertamanya, melainkan sudah terdokumentasi dalam bentuk bahan-
bahan hukum maupun bahan-bahan non-hukum. Dalam penelitian ini data sekunder berupa :
a.Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
b.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
c.Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
d.Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Tentang Perangkat Desa
e.Permendagri Nomor 110 Tahun 2015 Tentang Badan Permusyawaratan Desa
f.Perda Kabupaten Seluma Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perangkat Desa
 
Sumber dari data tersebut adalah hasil dari studi kepustakaan, pengamatan dan wawancara peneliti
dengan responden atau informan, yaitu Kepala desa Pagar Agung, Ketua BPD desa Pagar Agung,
mantan Perangkat Desa yang diberhentikan dan Perangkat Desa yang baru diangkat.
.
5. Metode Pengumpulan data
a. Studi Dokumen.
Studi dokumen dalam penelitian ini, merupakan metode untuk mengumpulkan data, dengan mengkaji
data skunder yakni berupa :
1)Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2)Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
3)Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4)Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Tentang Perangkat Desa
5)Permendagri Nomor 110 Tahun 2015 Tentang Badan Permusyawaratan Desa
6) Perda Kabupaten Seluma Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perangkat Desa
Dan buku-buku serta dokumen lain yang berkaitan dengan Pengangkatan dan pemberhentian Perangkat
Desa.

b. Pengamatan atau Observasi


Peneliti merupakan warga, desa Pagar Agung kecamatan Seluma Barat kabupaten Seluma. Maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode pengamatan yaitu Participant Observation, yakni
pengamatan yang dilakukan dengan menjadi bagian dari obyek yang diamati dengan begitu peneliti
dapat melihat secara detil fakta yang terjadi di lokasi penelitian.

c. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara langsung, yakni dengan langsung bertemu
dengan responden dan menanyakan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian guna mengumpulkan data
yang falid dan kuat. Responden yang diwawancarai adalah Kepala desa Pagar Agung, ketua BPD desa
Pagar Agung, dan mantan Perangkat yang diberhentikan dan perangkat desa yang baru diangkat.
6. Pengolahan data

•Pengolahan data adalah, proses dimana data yang telah di peroleh dilakukan
pemeriksaan (Editing), yakni proses pembenaran terhadap data yang diperoleh sehingga
tidak terdapat lagi kesalahan-kesalahan. Proses selanjutnya adalah penandaan (Coding),
yaitu penendaan pada data yang telah diperoleh guna memudahkan proses analisis.
Dan proses yang terakhir adalah penyusunan atau sistematisasi
(Constructing/sistematizing), yaitu pengelompokan terhadap data yang telah diedit dan
diberitanda secara berurutan.

7. Analisis Data
•Analisis merupakan penjelasan terhadap penemuan-penemuan yang telah diduga sejak
awal maupun penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya. Jenis analisis dalam
penelitian ini adalah analisis yuridis yaitu proses menguraikan data dalam bentuk kalimat
yang baik dan benar, sehingga mudah dibaca dan diberi arti (interpretasi). Hasil analisis
memudahkan peneliti mengambil kesimpulan.
H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Identifikasi Masalah
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
D.Kerangka Pemikiran
E.Keaslian Penelitian
F.Metode Penelitian
1.Jenis Penelitian
2.Pendekatan Penelitian
3.Populasi dan Sampel
4.Data dan Sumber Data
5.Metode Pengumpulan Data
6.Pengolahan Data
7.Analisis Data 
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ateng Syarifudin dan Suprin Na’a, Republik Desa, Alumni, Bandung, 2010.

Aan Eko Wijayanto dan Rahmad Syfa’at, Rekonstruksi Hukum Pemerintahan Desa, SPOD, 2006.

C.S.T Kansil, Penganar Ilmu Hukum Dan Pengentar Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Elaktison somi et al, Hukum Administrasi Negara, Bahan Ajar Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Universitas
Bengkulu, Bengkulu, 2014.

Herawan Sauni et al, Panduan penulisan tugas akhir, Fakultas Hukum Universitas Bengkulu 2020.

Muhammad Junaidi, Ilmu Negara, Setara press, jakarta, 2016.

Ni’matul Huda, Hukum Pemeritahan Desa, Satara Press, 2015.

Philipus M.Hadjon et al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada Press, Yokyakarta, 2002.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT.Raja Grafindo Persada, jakarta, 2014.

Rosady Ruslan, Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Rusdianto Sesung, Hukum Otonomi Daerah, Refika Aditama,Bandung,2013.

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Ind-Hil-Co, Jakarta, 1990.

Soehino, Ilmu Negara, Liberty,Yogyakarta, 1993.

Soerjono Soekanto, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2013.

Teguh Prasetyo Dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori Dan Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jogjakarta, 2012.

Zaeni Asyahadie dan Arief Rahman, pengantar ilmu hukum, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012.
B. Peraturan Perundang-Undangan
 
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Dearah.
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Permendagri Nomor 110 Tahun 2015 Tentang BPD
Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Perangkat Desa
Perda Kabupaten Seluma Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perangkat Desa

C. Jurnal Dan Majalah


 
Maleha Soemarsono, “Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara”, Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Tahun Ke-37, No.2 April-Juni 2007, hlm.307
 
Raynold simandjuntak, “sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam perspektif yuridis
konstitusional”, de jure Jurnal syariah dan hukum, vol.7, no.1, 1 juni 2015, hlm.57-67.
 
 
D. Webstie/internet
 
Kewenangan menurut ahli, diunduh tanggal 6 januari 2020 dari
https://www.coursehero.com/file/p1vpups/Pengertian-Wewenang-Menurut-Beberapa-ahli-a-Menurut-Louis-A-Allen-dala
m-bukunya/

Otonomi Daerah, diunduh tanggal 11 Maret 2021 dari https://id.wikipedia.org/wiki/ Otonomi_daerah


TERIMAKASIH

WASSALAMUALIKUM
WARAHMATULLAHI
WABROKATUH

Anda mungkin juga menyukai