Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

TUGAS DAN WEWENANG INSPEKTORAT DAERAH


DAN
KOORDINASI APIP DAN APH

INSPEKTUR DAERAH

APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP)


Tugas dan Wewenang Inspektorat Daerah

1. menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG


PEMERINTAHAN DAERAH :
Pasal 216 :
Ayat (2) Inspektorat Daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah membina
dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah
Ayat(3) Inspektorat Daerah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
kepala daerah melalui sekretaris Daerah.

2. menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008


TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH:
Pasal 49 :
Ayat (6) Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
3. menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH :
Pasal 17 :
Ayat (1) Pembinaan dan pengawasan kepala daerah terhadap Perangkat Daerah
dilaksanakan oleh gubernur untuk daerah provinsi dan bupati/ wali kota
untuk daerah kabupaten/kota.
Ayat (2) Pembinaan dan pengawasan kepala daerah terhadap Perangkat Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh inspektorat daerah.
Pasal 22 :
Ayat (1) Masyarakat dapat menyampaikan laporan atau pengaduan atas dugaan
penyimpangan yang dilakukan oleh kepala daerah, wakil kepala daerah,
anggota DPRD, dan/atau aparatur sipil negara di instansi daerah dan
perangkat desa kepada APIP dan/atau aparat penegak hukum.
Pasal 23 :
Ayat (1) Hasil pengawasan oleh APIP dituangkan dalam bentuk laporan hasil
pengawasan dan disampaikan kepada pimpinan instansi masing-masing
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
rahasia, tidak boleh dibuka kepada publik, dan tidak boleh diberikan kepada
publik kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
KEWENANGAN DAN HASIL PENGAWASAN APIP
1). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN ;
Pasal 8 :
(1) Setiap Keputusan dan/atau Tindakan harus ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang wajib berdasarkan:
a. peraturan perundang-undangan; dan
b. AUPB.
(3) Pejabat Administrasi Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Kewenangan dalam menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
Pasal 9 :
(1) Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan AUPB.
(2) Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar Kewenangan; dan
b. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan.
(3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan wajib mencantumkan atau menunjukkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar Kewenangan dan dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan.
(4) Ketiadaan atau ketidakjelasan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, tidak menghalangi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang
untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan sepanjang memberikan
kemanfaatan umum dan sesuai dengan AUPB.
UU 30/2014 ttg Administrasi Pemerintahan
Pasal 17 :
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Wewenang.
(2) Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. larangan melampaui Wewenang;
b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. larangan bertindak sewenang-wenang.

Pasal 18 :
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan melampaui Wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a apabila Keputusan dan/atau Tindakan yang
dilakukan:
a. melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya Wewenang;
b. melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang; dan/atau
c. bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan mencampuradukkan Wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b apabila Keputusan dan/atau Tindakan
yang dilakukan:
a. di luar cakupan bidang atau materi Wewenang yang diberikan; dan/atau
b. bertentangan dengan tujuan Wewenang yang diberikan.
(3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan bertindak sewenang-wenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c apabila Keputusan dan/atau Tindakan
yang dilakukan:
a. tanpa dasar Kewenangan; dan/atau
b. bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Lingkup Administrasi
Pasal 20 :
(1) Pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dan Pasal 18 dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
(2) HASIL PENGAWASAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. tidak terdapat kesalahan;
b. terdapat kesalahan administratif; atau
c. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara.
(3) Jika hasil pengawasan aparat intern pemerintah berupa terdapat kesalahan administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan tindak lanjut dalam bentuk
penyempurnaan administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Jika hasil pengawasan aparat intern pemerintah berupa terdapat kesalahan administratif
yang menimbulkan kerugian keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c, dilakukan pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya hasil pengawasan.
(5) Pengembalian kerugian negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan kepada
Badan Pemerintahan, apabila kesalahan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c terjadi bukan karena adanya unsur penyalahgunaan Wewenang.
(6) Pengembalian kerugian negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan kepada
Pejabat Pemerintahan, apabila kesalahan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c terjadi karena adanya unsur penyalahgunaan Wewenang
KEWENANGAN DAN HASIL PENGAWASAN APIP
2). Menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2019 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT
DAERAH;
Pasal 33 (PP 18/2016):
Ayat(1) Inspektorat Daerah kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c merupakan
unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Ayat(2) Inspektorat Daerah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh inspektur.
Ayat(3) Inspektur Daerah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada wali kota melalui sekretaris Daerah Kota (UU 23/2014 Psl 216 ayat(3)).
Ayat (4) Inspektorat Daerah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu
bupati/wali kota membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah
Pasal 33 (PP 72/2019) ;
Ayat(5) Inspektorat Daerah kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan;
b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari wali kota
dan/atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan koordinasi pencegahan tindak pidana korupsi;
f. pengawasan pelaksanaan program reformasi birokrasi;
g. pelaksanaan administrasi inspektorat Daerah kabupaten/kota; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas dan
fungsinya.
KEWENANGAN DAN HASIL PENGAWASAN APIP

Pasal 33A (PP 72/2019) :


Dalam hal terdapat POTENSI penyalahgunaan wewenang dan/atau kerugian
keuangan Negara/Daerah, Inspektorat Daerah kota melaksanakan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5) huruf c (ADTT) tanpa menunggu
penugasan dari wali kota dan/atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
KOORDINASI INSPEKTORAT DAERAH DAN APH
Dalam Penanganan Pengaduan

DASAR KOORDINASI
UU RI No.23/2014 UU RI No.30/2014
ttg PEMERINTAHAN DAERAH ttg ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Pasal 385 : Pasal 20 :


(1) Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan atas DUGAAN (1) Pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan Wewenang
PENYIMPANGAN yang dilakukan oleh aparatur sipil negara di sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18
instansi Daerah kepada APIP dan/atau aparat penegak dilakukan oleh APIP.
hukum. (2) Hasil APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
(2) APIP wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan a. tidak terdapat kesalahan;
penyimpangan yang diadukan oleh masyarakat sebagaimana b. terdapat kesalahan administratif; atau
dimaksud pada ayat (1). c. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan
(3) APH melakukan pemeriksaan atas pengaduan yang kerugian keuangan negara
disampaikan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada (3) Jika hasil pengawasan APIP berupa terdapat kesalahan
ayat (1), SETELAH TERLEBIH DAHULU berkoodinasi dengan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
APIP atau lembaga pemerintah non kementerian yang dilakukan tindak lanjut dalam bentuk penyempurnaan
membidangi pengawasan. administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
(4) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud undangan.
pada ayat (3) ditemukan bukti adanya penyimpangan yang (4) Jika hasil pengawasan APIP berupa terdapat kesalahan
bersifat ADMINISTRATIF, proses lebih lanjut diserahkan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara
kepada APIP. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilakukan
(5) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10
pada ayat (3) ditemukan bukti adanya penyimpangan yang (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diputuskan dan
bersifat pidana, proses lebih lanjut diserahkan kepada APH diterbitkannya hasil pengawasan.
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Pengembalian kerugian negara sebagaimana dimaksud pada
Pasal 407 (2 Oktober 2014): ayat (4) dibebankan kepada Badan Pemerintahan, apabila
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan kesalahan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan huruf c terjadi bukan karena adanya unsur penyalahgunaan
Daerah WAJIB mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya Wewenang.
pada Undang-Undang ini.
KOORDINASI INSPEKTORAT DAERAH DAN APH
Dalam Penanganan Pengaduan
DASAR KOORDINASI
PP 48 TAHUN 2016 PP 12 TAHUN 2017
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 20 : Pasal 25 :
(1) Masyarakat dapat menyampaikan dugaan (1) APIP wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan
Pelanggaran Administratif yang dilakukan oleh penyimpangan yang dilaporkan atau diadukan oleh
Pejabat Pemerintahan kepada Penegak hukum. masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
(2) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja (2) Dalam melakukan pemeriksaan atas dugaan
sejak pengaduan dari masyarakat diterima, APH penyimpangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pemeriksaan atas pengaduan yang APIP melakukan koordinasi dengan APH.
disampaikan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud (3) APH melakukan pemeriksaan atas laporan atau
pada ayat (1), setelah terlebih dahulu berkoordinasi pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat
dengan APIP. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 sesuai tata cara
(3) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud penanganan laporan atau pengaduan berdasarkan
pada ayat (2) ditemukan bukti adanya penyimpangan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah
yang bersifat administratif, proses pemeriksaan lebih terlebih dahulu berkoordinasi dengan APIP.
lanjut diserahkan kepada APIP. (4) Pemeriksaan oleh APIP dan APH sebagaimana
(4) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja APH tidak dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilakukan setelah
menyerahkan proses pemeriksaan lebih lanjut kepada terpenuhi semua unsur laporan atau pengaduan
APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tanpa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2).
alasan yang sah, APH diberikan sanksi sesuai dengan (5) APIP dan APH melakukan koordinasi dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. penanganan laporan atau pengaduan setelah terlebih
(5) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dahulu melakukan pengumpulan dan verifikasi data
pada ayat (2) ditemukan bukti adanya penyimpangan awal.
yang bersifat pidana, proses pemeriksaan lebih lanjut
ditindaklanjuti oleh APH sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KOORDINASI INSPEKTORAT DAERAH DAN APH
Dalam Penanganan Pengaduan
DASAR KOORDINASI
PP 12 TAHUN 2017
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 25 :
(6) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) dilakukan dalam bentuk:
a. pemberian informasi;
b. verifikasi;
c. pengumpulan data dan keterangan;
d. pemaparan hasil pemeriksaan penanganan laporan atau pengaduan masyarakat dimaksud;
dan/atau
e. bentuk koordinasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Koordinasi antara APIP dan aparat penegak hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing antara:
f. inspektorat jenderal Kementerian, inspektorat jenderal kementerian terkait, unit pengawasan
lembaga pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan/atau inspektorat
kabupaten/kota; dan
g. kepolisian dan/atau kejaksaan.
(8) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dituangkan dalam berita acara.
(9) Jika berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditemukan bukti adanya
penyimpangan yang bersifat administratif, proses lebih lanjut diserahkan kepada APIP untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai administrasi pemerintahan.
(10) Jika berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditemukan bukti
permulaan adanya penyimpangan yang bersifat pidana, proses lebih lanjut diserahkan kepada
aparat penegak hukum untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Mekanisme Pemeriksaan Pejabat PEMDA
Sesuai UU No.23 Tahun 2014
KOORDINASI APIP & APH
Sumber
Pengecekan Expose Status Tindak
Inform Tukar Menukar
asi Kelengkapan Verifikasi PULDAKET (Setuju AI / Tdk Pengaduan Lanjut
Informasi Setuju AI)
DUMAS 1. Kejelasan APIP & APH APIP & APH APIP APIP & APH : Bersifat APIP
Identitas Bertukar Informasi (Koordinasi mendalami • Dituangkan Administratif (Inspektora
Pengadu terkait kejelasan & Konfirmasi Informasi/ sesuai dalam BA t)
2. Kejelasan objek dan bukti objek) kesepakatan • Bersifat Rahasia
Objek awal atas surat • Mengundang
3. Bukti Awal Dumas yang Ahli (Expert Bersifat APH
diterima masing- Judgement) Pidana
masing pihak • Hasil expose
maupun kedua bersifat
belah pihak mengikat,
sepanjang tidak
ditemukan bukti
baru

Catatan :
 PULDAKET : Pengumpulan Data dan Keterangan
 Hasil Expose, pertimbangan untuk dilakukan pengawasan tujuan tertentu (Psl 33A PP 72/2019) Audit dengan tujuan
tertentu : Audit Investigatif (Proses Penyelidikan), Perhitungan Kerugian Negara (Proses Penyidikan) dan Pemberian
Keterangan Ahli
 Dalam Proses Tindakan Hukum terhadap ASN Pemda, Penyidik memberitahukan kepada Kepala Daerah sebelum
melakukan Penyidikan terhadap ASN di Pemda, yang disangka melakukan pelanggaran hukum dalam Pelaksanaan
Tugas (Pasal 384 UU 23/2014) setelah Pasal 385 dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai