Anda di halaman 1dari 83

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN KOMPETENSI
APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH
(APIP)

AGUNG CANDRA PERKASA, M.Si

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KONFLIK OTAK
SEBUTKAN WARNA HURUF-HURUF DI BAWAH INI
(BACA WARNANYA)

BIRU
HITAM
HIJA
U UNGU
MERAH
KUNING
Otak kanan dan otak kiri Anda telah mengalami konflik.
Otak kanan berusaha untuk mengatakan warna, sementara otak
kiri memaksa Anda untuk membaca.
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

MPR PRESIDEN BPK MA MK LEMBAGA NEGARA


DPR DPD LAINNYA

KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA
URUSAN ABSOLUT URUSAN KONKUREN

DEKONSENTRASI DESENTRALISASI DEKONSENTRASI TUGAS


(APBN) (APBD) (APBN) PEMBANTUAN
(APBN)

GUBERNUR SBG WAKIL POVINSI/ GUBERNUR SBG WAKIL POVINSI/


PEMERINTAH PUSAT/ KABUPATEN PEMERINTAH PUSAT/ KABUPATEN
INSTANSI VERTIKAL /KOTA INSTANSI VERTIKAL /KOTA

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM


(APBN)

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA/ CAMAT
DIBANTU INSTANSI
VERTIKAL
POVINSI/ KABUPATEN/KOTA/KECAMATAN
UU 5/ 1974 UU 22/ 1999 UU 32/ 2004
Ttg Ttg UU 23/ 2014
Ttg Pokok- Ttg
Pokok Pemerintaha Pemerintaha
Pemerintahan
Pemerintaha n Daerah n Daerah Daerah
n di Daerah (Otonomi (Otonomi (Otonomi
(Sentralistik) seluas- luwes/ terbatas)
luasnya) terbatas)
JABFUNG P2UPD ADALAH
UU 15 TAHUN 2004
(P EMERI K S AAN P EN G EL OLA AN D AN T A N GG UN G JAW AB KEUAN GAN N EGA RA )
TUPOKSI P2UPD
(Pemenpan No. 15 Tahun 2009)
UNSUR DAN SUB UNSUR
KEGIATAN P2UPD (PASAL 6)
UNSUR DAN SUB UNSUR
KEGIATAN P2UPD (Lanjutan)
Beberapa perubahan penting penyelenggaraan dekonsentrasi dan
tugas pembantuan berdasarkan UU 23/2014 :

a. Kriteria penyelenggaraan Dekon & TP tidak lagi berdasarkan kriteria fisik


dan non fisik. (Berbasis Urusan Pemerintahan sesuai lampiran UU 23/2014
ttg Pemda)
 Kriteria Fisik berupa pengadaan peralatan dan mesin, gedung, bangunan dsb, sept:
 Penetapan kebutuhan sarana pertanian.
 Standardisasi sarana dan prasarana pemadam kebakaran.
 Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana
penyediaan tenaga listrik belum berkembang, daerah terpencil dan perdesaan.
 Kriteria non Fisik berupa pembinaan dan pengawasan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kab/kota dan TP yg dilaksanakan kab/kota (Psl 91 UU No. 23/2014)

b. Pelaksanaan Dekon & TP merupakan urusan pemerintahan pusat.


 Dekonsentrasi : urusan pemerintahan absolut (psl 10 ayat 2) dan urusan konkuren (psl 19
ayat 1)
 TP : urusan konkuren pusat (psl 19 ayat 1) dan penugasan urusan konkuren provinsi (psl 20
ayat 1)

c. Dekon kepada GWPP berupa pembinaan dan pengawasan terhadap


penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan daerah Kab/Kota dan
TP yang dilaksanakan oleh daerah Kab/Kota. (psl 91 ayat 1)

11
LANJUTAN....
d. Dekon kepada Instansi Vertikal adalah pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi vertikal melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan K/L.atasnya. Dalam arti: urusan pemerintahan yang dilimpahkan dari k/l
atasnya kpd instansi vertikal sbg pelaksanaan tugas dan fungsi instansi vertikal tersebut inilah
yg disebut berdasarkan asas dekonsentrasi.

e. Urusan pemerintahan yang ditugaspembantuankan hanya untuk urusan


pemerintahan konkuren bukan bersifat pembinaan dan pengawasan.
 Sept: pengadaan dan pembangunan sarana dan prasarana yang menambah nilai aset
pemerintah (sesuai lampiran UU 23/2014).

f. K/L yang memberikan TP kepada Prov dan Kab/Kota harus membentuk


Peraturan Menteri/Lembaga ttg penetapan sebagian urusan pemerintahan
konkuren yang di TP kan yang dikoordinasikan oleh Mendagri.

g. Pemerintah Prov yang memberikan TP kepada daerah Kab/Kota harus


membentuk Peraturan Gubernur ttg penetapan sebagian urusan pemerintahan
konkuren yang di TP kan.

h. Daerah penerima TP membentuk Perda ttg Mekanisme/tata cara pelaksanaan


sesuai kriteria TP (dengan catatan hanya 1 kali pembentukan Perda untuk seluruh
TP) dan keputusan kepala daerah ttg teknis pelaksanaan TP, termasuk
penetapan perangkat daerah.
LANJUTAN....
i. TP dilaksanakan oleh perangkat daerah yang lingkup tugas dan fungsinya
sama dengan bidang yang ditugaspembantuankan. Mis: TP dari Kementerian
Pertanian dilaksanakan oleh Dinas Pertanian
j. Dekon kepada GWPP dilaksanakan oleh perangkat GWPP. (psl 123 PP 18/2016
ttg Perangkat Daerah, sebelum terbentukanya perangkat GWPP pembinaan dan pengawasan
dilaksanakan oleh perangkat daerah).
k. TP Pusat diberikan hanya kepada daerah otonom (provinsi, kab/kota) tidak
sampai ke Desa dan TP Provinsi diberikan kepada Kab/Kota tidak sampai
ke Desa (psl 20 ayat (1) huruf c dan ayat (3), bahwa “menugasi Desa” adalah pemberian
tugas dari gubernur kepada Desa atau dari bupati/walikota kepada Desa yang bukan
merupakan penerapan asas Tugas Pembantuan, sehingga tugas yang diserahkan kepada Desa
tidak menjadi kewenangan yang dikelola sendiri oleh pemerintah desa.
AUDITOR Adalah
(PERMENPAN NO 220 TAHUN 2008 PASAL 1 ANGKA 2)

Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,


tanggungjawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada instansi
pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang
di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, yang
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak
dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh
pejabat yang berwenang.
TUGAS POKOK AUDITOR
(PERMENPAN 220 TAHUN 2008 PASAL 4 )
(1) Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan teknis, pengendalian, dan evaluasi pengawasan;
(2) Auditor yang melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus mendapat surat penugasan dari pimpinan
instansi pengawasan masing-masing;
(3) Dalam melaksanakan penugasan pengawasan yang meliputi
audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain seperti konsultansi, sosialisasi, asistensi, dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai, atas efisiensi dan
efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata
kelola unit yang diawasi;
(4) Auditor dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus
sesuai dengan standar pengawasan dan kode etik Auditor.
NEGARA KESATUAN RI
DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
1. Menganut Asas “DESENTRALISASI, “DEKONSENTRASI” dan
“TUGAS PEMBANTUAN”.

2. Asas DEKONSENTRASI dan TUGAS PEMBANTUAN


a. diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas
pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas
DESENTRALISASI.
b. Agar urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan pusat
dapat terlaksana di daerah.

3. Pengaturan pendanaan:
 DESENTRALISASI didanai APBD
 DEKONSENTRASI didanai APBN
 TUGAS PEMBANTUAN didanai APBN
DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
(berdasarkan UU No. 23/2014 ttg Pemda)

PENGERTIAN UMUM :
 Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada GWPP, Instansi Vertikal di
wilayah tertentu dan kepada Gubernur serta Bupati/Walikota sebagai
penganggung jawab penyelenggaraan urusan pemerintahan umum.

 Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah


otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat atau pemerintah daerah provinsi kepada
daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

17
TUJUAN PENYELENGGARAAN DKTP

1. Untuk menjamin terselenggaranya urusan pemerintahan di daerah;


2. Pelaksanaan urusan pemerintahan menjadi lebih efektif, efisien, akuntabel
serta sesuai dengan asas dan prinsip tata kelola penyelenggaraan
pemerintahan.
3. Terwujudnya keserasian hubungan pusat dan daerah dalam rangka
memperkokoh NKRI, mengingat kondisi geografis negara Indonesia yang
sangat luas dengan keanekaragaman budaya dan kearifan lokal.

4. Terwujudnya pelaks kebijakan nasional dlm mengurangi kesenjangan antar


daerah.
5. Teridentifikasinya potensi & terpeliharanya keanekaragaman SOSBUD
daerah.
6. Terwujudnya pengelolaan pembangunan dan pelayanan terhadap
kepentingan umum masyarakat.

18
Arah Kebijakan
Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
(UU No. 23/2014 ttg Pemerintahan Daerah dan RPP ttg DKTP)

 Kriteria penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan tidak lagi


berdasarkan kriteria fisik dan non fisik, (berbasis urusan sesuai dengan
lampiran UU 23/2014)
 Dekon dilaksanakan oleh GWPP, Instansi Vertikal di wilayah tertentu dan
Gubernur/Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab penyelenggaraan
urusan pemerintahan umum.
 Pelaksana Dekon kepada GWPP adalah perangkat GWPP.
 Dekon kepada GWPP bersifat atributif adalah kewenangan bersifat
melekat yang langsung diberikan oleh UU No. 23/2014 dan PP No.
33/2018 ttg Pelaksanaan Tugas dan Wewenang GWPP.
 TP diberikan hanya kepada daerah otonom. TP Pusat dilaksanakan oleh
Prov dan Kab/Kota dan TP Prov dilaksanakan oleh Kab/Kota.
 Pelaksana TP adalah perangkat daerah yang lingkup tugas dan fungsinya
sama dengan bidang yang ditugaspembantuankan.
Contoh : TP pemeliharaan jalan nasional dilaksanakan oleh Dinas PU.
 Penyelenggaraan TP hanya untuk melaksanakan urusan pemerintahan19
konkuren. (lampiran UU No.23 Tahun 2014)
Dekonsentrasi kepada GWPP
(UU No. 23/2014 dan PP No. 33/2018)

A. Dekon kepada GWPP merupakan pelaksanaan binwas terhadap


penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
Kab./Kota; dan TP yg dilaksanakan oleh Kab/Kota (Psl 91 UU 23/2014 dan PP
33/2018).
B. Dalam melaksanakan Binwas GWPP mempunyai tugas:
1. mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas
Pembantuan di Daerah Kabupaten/Kota;
2. melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaran
Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
3. memberdayakan dan memfasilitasi Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya;
4. melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang
RPJPD, RPJMD, APBD, Perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD, tata ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi daerah;
5. melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan
6. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Psl 91 ayat (1), (2), (3), (4) UU 23/2014 dan Psl 1 ayat (1), (2) dan (3) PP 33/2018 ttg
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. 20
Dekonsentrasi kepada GWPP
(UU No. 23/2014 dan PP No. 33/2018)

C. Selain mempunyai Tugas GWPP juga mempunyai wewenang:


1. membatalkan peraturan bupati/wali kota;
2. memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait
dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan antardaerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi;
4. memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah
kabupaten/kota; dan
5. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

 Psl 91 ayat (1), (2), (3), (4) UU 23/2014 dan Psl 1 ayat (1), (2) dan (3) PP 33/2018 ttg
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
Dekonsentrasi kepada GWPP
(UU No. 23/2014 dan PP No. 33/2018)
D. Selain itu melaksanakan tugas & wewenang:
1. menyelaraskan perencanaan pembangunan antardaerah kab/kota dan
antara daerah provinsi dan daerah kab/kota di wilayahnya;
2. mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan antara
daerah prov dan daerah kab/kota dan antardaerah kab/kota yang ada di
wilayahnya;
3. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas usulan DAK pada
daerah kab/kota di wilayahnya;
4. melantik bupati/wali kota;
5. memberikan persetujuan pembentukan instansi vertikal di wilayah provinsi
kecuali pembentukan instansi vertikal urusan absolut dan pembentukan
instansi vertikal oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas
disebutkan dalam UUD 1945;
6. melantik kepala instansi vertikal dari K/L yang ditugaskan di wilayah daerah
provinsi yang bersangkutan kecuali untuk kepala instansi vertikal yang
melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan kepala instansi vertikal
yang dibentuk oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas
disebutkan dalam UU 1945; dan
7. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan
Dekonsentrasi kepada GWPP
(PP No. 33/2018 ttg Pelaksanaan Tugas dan Wewenang GWPP)

 Perangkat GWPP
 GWPP dalam menyelenggarakan tugas dan wewenang sebagai wakil Pemerintah Pusat
dibantu oleh perangkat gubernur, terdiri atas: sekretariat dan paling banyak 5 (lima)
unit kerja.
 Sekretariat bertugas mendukung pelayanan administrasi keuangan, perencanaan, dan
umum.
 5 unit kerja bertugas melaksanakan bidang pemerintahan; hukum dan organisasi;
keuangan; perencanaan; dan pengawasan.
 Sekretariat dan unit kerja dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi yang tugas dan
fungsinya bersesuaian dengan tugas perangkat GWPP
 Perangkat GWPP dipimpin oleh sekretaris gubernur, yang karena jabatannya ditetapkan
sebagai sekretaris GWPP.
 Perangkat GWPP dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Susunan perangkat GWPP diatur dengan Permendagri yang ditetapkan setelah mendapatkan pertimbangan
tertulis dari MENPAN RB. (Proses Pembahasan)
Dekonsentrasi kepada GWPP
(PP No. 33/2018 ttg Pelaksanaan Tugas dan Wewenang GWPP)
 Pendanaan
 Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP dibebankan
pada APBN dari bagian anggaran KEMENDAGRI melalui
mekanisme dekonsentrasi, dengan memperhatikan kemampuan
keuangan Negara.

 Pelaporan
 GWPP melaporkan pelaksanaan tugas dan wewenang kepada
Presiden melalui MENDAGRI, dan Salinan laporan disampaikan
kepada BAPPENAS, MENKEU dan K/L terkait.
 Laporan GWPP berupa laporan tahunan yang disampaikan paling
lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
 MENDAGRI sewaktu-waktu dapat meminta laporan kepada
gubernur sebagai.

 Evaluasi
 MENDAGRI melakukan evaluasi terhadap laporan gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat setiap tahun dengan melibatkan K/L
terkait.
Hal Lain : Dekonsentrasi kepada GWPP
 Pengelolaan BMN/BMD

BMN/BMD yang dibeli/diperoleh dari pelaksanaan Dekon kepada


GWPP dikelola serta dipertanggungjawabkan dan digunakan untuk
penunjang pelaksanaan Dekon.

 Pembinaan dan Pengawasan


 Binwas Dekon kepada GWPP secara umum dilaksanakan oleh
Mendagri;
 Binwas Dekon kepada GWPP secara teknis dilaksanakan oleh
Menteri/Kepala LPNK terkait;
 GWPP melakukan binwas dekonsentrasi yg dilaksanakan oleh
perangkat GWPP.

25
LANGKAH PASCA DITERBITKAN PP 33 TAHUN 2018

Dit. Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerjasama sedang menyusun Permendagri turunan
dari PP No. 33 Tahun 2018, dengan substansi sebagai berikut:
1. Menyusun Organisasi perangkat GWPP yang terdari dari 5 unit kerja bidang pemerintahan;
hukum dan organisasi; keuangan; perencanaan; dan pengawasan yang melekat pada
perangkat daerah provinsi.
2. Mempetakan setiap tugas 5 unit kerja perangkat GWPP kedalam rincian kegiatan, agar
berjalan saling sinergis antara tugas perangkat GWPP dengan tugas perangkat daerah.
3. Menyusun mekanisme pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang perangkat GWPP
melalui mekanismen dekonsentrasi.
4. Menyusun mekanisme tata kerja, pertanggungjawaban dan pelaporan pelaksanaan tugas
perangkat GWPP.
5. Menyusun mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
wewenang perangkat GWPP sesuai dengan ketentuan peraturan perUU-an.
6. Menyusun mekanisme evaluasi terhadap pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas dan wewenang perangkat GWPP dengan melibatkan instansi terkait.
7. Menyusun mekanisme perencanaan tugas dan wewenang perangkat GWPP (bersifat bottom
up atau top down).
LANGKAH PASCA DITERBITKAN PP 33 TAHUN 2018
Substansi Permendagri turunan PP 33 Tahun 2018, antara lain meliputi :
 Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Memuat kedudukan, susunan organisasi, susunan personil (yang melekap pada Perangkat Daerah
Provinsi), tata kerja, serta tugas dan fungsi unit kerja Perangkat GWPP.
 Pelaporan
• Memuat kewajiban pelaporan pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri.
• Laporan GWPP meliputi aspek manajerial (pelaksanaan tugas dan wewenang) serta aspek akuntabilitas
(keuangan). Laporan GWPP disampaikan paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir,
serta disusun berdasarkan format dan instrumen yang telah ditetapkan oleh Menteri.
 Evaluasi
Memuat Evaluasi terhadap laporan pelaksanaan tugas GWPP oleh Kemendagri dengan melibatkan K/L
terkait.
 Pendanaan (bottom up)
• Memuat pendanaan GWPP melalui APBN dengan mekanisme dekonsentrasi Kemendagri.
• Penyusunan Program, Kegiatan dan Anggaran dimulai dari setiap unit kerja.
• Dokumen perencanaan disampaikan kepada Sekretariat GWPP untuk dikompilasi dan diinventarisir.
• Dokumen perencanaan selanjutnya disampaikan kepada Kemendagri c.q Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan.
► Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan memproses dokumen perencanaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
LANGKAH PASCA DITERBITKAN PP 33 TAHUN 2018
Pembagian TUSI Perangkat GWPP:
 Unit Kerja Pemerintahan menyelenggarakan fungsi:
1. Memberikan persetujuan pembentukan instansi vertikal di wilayah provinsi kecuali pembentukan instansi vertikal
untuk melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan pembentukan instansi vertikal oleh kementerian yang
nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam UUD 1945;
2. Melantik kepala instansi vertikal dari Kementerian dan LPNK yang ditugaskan di daerah provinsi yg bersangkutan
kecuali untuk kepala instansi vertikal yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan kepala instansi vertikal
yang dibentuk oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam UUD1945;
3. Menerima pertanggungjawaban Bupati/Wali Kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum untuk diteruskan
kepada Menteri;
4. Melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
5. Melantik Bupati/Wali Kota;
6. Mengusulkan pemberhentian Bupati/Walikota kepada Menteri atas laporan dari DPRD Kabupaten/Kota;
7. Mengusulkan penjabat Bupati/Wali Kota kepada Menteri apabila Bupati/Wali Kota Kota diberhentikan sementara dan
tidak ada Wakil Bupati/Wali Kota;
8. Menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD Provinsi kepada Menteri dan memberhentikan anggota DPRD
Kabupaten/Kota atas usul pimpinan DPRD Kabupaten/Kota;
9. Menyampaikan nama anggota DPRD provinsi yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada
Menteri, serta meresmikan pemberhentian anggota DPRD Kabupaten/Kota dan pengangkatan pengganti antarwaktu
anggota DPRD Kabupaten/Kota;
10.Meresmikan Ketua, Wakil Ketua dan Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota;
11.Menunjuk penjabat Sekretaris Daerah Provinsi atas persetujuan Menteri dan menyetujui penjabat Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota yang ditunjuk Bupati/Wali Kota;
12.Mengangkat dan/atau melantik Kepala Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang ditolak diangkat dan/atau dilantik
oleh Bupati/Wali Kota;
13.Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar daerah Kabupaten/Kota dalam 1
(satu) daerah Provinsi;
14.Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kerjasama yang dilakukan daerah Kabupaten/Kota dalam satu
provinsi;
15.Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
LANGKAH PASCA DITERBITKAN PP 33 TAHUN 2018
Pembagian TUSI Perangkat GWPP:
17. melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota;
18. Mengajukan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan kecamatan kepada Menteri untuk mendapat
persetujuan;
19. Membatalkan keputusan Bupati/Wali Kota tentang pengangkatan camat yang tidak sesuai dengan ketentuan;
20. Memberikan nomor register terhadap Raperda Kabupaten/Kota yang diajukan oleh Bupati/Wali Kota;
21. Menyampaikan laporan Perda Kabupaten/Kota yang telah mendapat nomor register secara berkala kepada Menteri;

 Unit Kerja Hukum dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:


1. Memberikan persetujuan terhadap Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan dan susunan
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota;
2. Melakukan pembinaan dan pengendalian penataan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota;
3. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Unit Kerja Keuangan menyelenggarakan fungsi:


1. melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD, perubahan APBD,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pajak daerah dan retribusi daerah sesuai peraturan perundang-
undangan;
2. Melakukan pengendalian atas defisit APBD Kabupaten/Kota dengan berdasarkan batas maksimal defisit APBD dan
batas maksimal jumlah kumulatif pinjaman Daerah;
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat atas usulan DAK pada daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya;
4. melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang tata ruang daerah;
5. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah Kabupaten/Kota;
6. Melakukan fasilitasi khusus kepada penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang telah dibina namun
tidak menunjukkan perbaikan kinerja yang ada di wilayahnya;
7. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
LANGKAH PASCA DITERBITKAN PP 33 TAHUN 2018
Pembagian TUSI Perangkat GWPP:
 Unit Kerja Perencanaan Daerah menyelenggarakan fungsi:
1. Menyelaraskan perencanaan pembangunan antar daerah Kabupaten/Kota dan antara daerah Provinsi dan daerah
Kabupaten/Kota di wilayahnya;
2. Mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan antara Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dan antar-
Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat;
4. melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD dan RPJMD;
5. Melaksanakan Koordinasi teknis pembangunan antara daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota dan antar daerah
Kabupaten/Kota lingkup daerah Provinsi;
6. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Unit Kerja Pengawasan menyelenggarakan fungsi:


1. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada Bupati/Wali Kota terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
2. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah Kabupaten/Kota;
3. Melakukan Monev dan Supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota yg ada diwilayahnya;
4. Memberikan sanksi administrasi berupa teguran tertulis kepada Bupati/Wali Kota yang tidak menyampaikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
5. Memberikan teguran dan sanksi tertulis kepada Bupati/Wali Kota atas laporan DPRD terkait tidak diterimanya penjelasan
Kepala Daerah terhadap penggunaan hak interpelasi;
6. Memberikan sanksi kepada Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang masih memberlakukan Perda yang
telah dibatalkan;
7. Memberi sanksi kepada Bupati/Wali Kota yang tidak menyebarluaskan Perda dan Perkada yang telah diundangkan;
8. Memberikan sanksi administrasi berupa teguran tertulis kepada Bupati/Wali Kota yang tidak mengumumkan informasi
tentang pelayanan publik;
9. Memberikan sanksi administratif kepada Bupati/Wali Kota yang tidak memberikan pelayanan perizinan;
10.Memberikan sanksi administratif kepada Bupati/Wali Kota yang tidak melaksanakan program strategis nasional;
11.Memberikan sanksi administratif kepada Bupati/Wali Kota yang tidak mengumumkan informasi pembangunan Daerah dan
informasi keuangan Daerah;
12.Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas Pembantuan
(UU No. 23/2014 ttg Pemerintahan Daerah dan RPP ttg DKTP)

1. TP hanya diberikan kepada daerah otonom (Provinsi dan Kab./Kota).


 TP Pusat/K/L kepada Provinsi dan Kab./Kota;
 TP Provinsi kepada Kab./Kota.
2. Urusan pemerintahan yang ditugaspembantuankan hanya untuk
melaksanakan urusan pemerintahan konkuren sesuai lampiran UU
23/2014.
TP Pusat untuk melaksanakan urusan pemerintahan yg menjadi
kewenangan pusat sedangkan TP Provinsi untuk melaksanakan
urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan Provinsi.
3. Bentuk kegiatan TP bukan bersifat pembinaan dan pengawasan.
Namun sesuai dengan ketentuan penugasan.
Contoh : pembangunan sarana parasarana gedung/kantor/jalan,
pengadaan vaksin penyakit menular, dll.
31
4. Daerah penerima tugas pembantuan membentuk Perda dan
keputusan kepala daerah untuk melaksanakan tugas pembantuan.
Amanat Pasal 18 ayat (6) UUD 1945
“Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan .
Pasal 236 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014 :
“Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah
membentuk Perda.“

5. Pembentukan Perda untuk mekanisme/mengatur tata cara


pelaksanaan TP (tidak perlu dibentuk setiap kali menerima Tugas
Pembantuan), sedangkan Keputusan Kepala Daerah untuk mengatur
teknis pelaksanaan TP.
6. Dilaksanakan oleh perangkat daerah yang lingkup tugas dan
fungsinya sama dengan bidang yang ditugaspembantuankan.
Contoh : TP pemeliharaan jalan nasional dilaksanakan oleh Dinas PU.

32
 TP Pusat :

1. Sesuai dengan ketentuan.


(bukan pelaksanaan binwas, tidak dilaksanakan sendiri, bukan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, memiliki
perangkat daerah yang lingkup tugas dan fungsinya sama dengan
bidang yang ditugaspembantuankan, tersedianya sarana prasarana,
perangkat daerah dan personel yang menangani, memperhatikan
karakteristik daerah, tidak ada biaya pendamping dari daerah, dan
tepat lingkup penugasan.)
2. K/L yg memberikan TP kepada daerah harus membentuk Peraturan
Menteri/Lembaga yang dikoordinasikan oleh Mendagri.
(Peraturan Menteri/Lembaga ttg Urusan Pemerintahan yang
ditugaspembantuankan kepada daerah Provinsi atau Kab./Kota dan
Petunjuk pelaksanaannya).

33
 TP Provinsi :
1. Sesuai dengan ketentuan
(bukan pelaksanaan binwas, tidak dilaksanakan sendiri, bukan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kab/Kota,
memiliki perangkat daerah yang lingkup tugas dan fungsinya
sama dengan bidang yang ditugaspembantuankan, tersedianya
sarana prasarana, perangkat daerah dan personel yang
menangani, memperhatikan karakteristik daerah, dan tidak ada
biaya pendamping dari daerah.)
2. Pemerintah Provinsi yang memberikan TP kepada daerah
Kab./Kota harus membentuk Peraturan Gubernur.
(Peraturan Gubernur tentang Urusan Pemerintahan yang
ditugaspembantuankan kepada Kab./Kota dan petunjuk
pelaksanaannya).

34
P2UPD & PERKEMBANGANNYA
Hasil Kajian :
• APIP tidak mampu mengawal
• Ekspose Naskah akademis revisi
Urusan Pemerintahan
Ditetapkannya Proses revisi Permpan Permenpan 15/2009
• Paradigma APIP berubah menjadi
Permenpan 15 / 2009 15/2009 • Penambahan jafung P2 melalui inpassing
audit SPJ
2004 2009 2016 2018

2005 2010 2017


• Ditetapkannya PP 79 Tahun • Proses Inpassing • Penyempurnaan regulasi
2005 • Instalasi • Proses Inpassing
• Pengawasan Perangkat regulasi • Penguatan P2UPD dalam PP
Penyelenggaraan Pemda 12 Tahun 2017
oleh P2UPD
PERMASALAHAN SAAT INI

1 2 3
P2UPD MASIH PROFESIONALISME MASIH PERLUNYA
BELUM INDIVIDU MASIH PEMAHAMAN SECARA
MENEMUKAN PERLU DITINGKATKAN KONSEPSI MENGAPA
JATIDIRI SEBAGAI P2UPD ITU PENTING DAN
PENGAWAS URUSAN MEMBANGUN POLA
SINERGI PENGAWASAN
DENGAN JAFUNG
AUDITOR SECARA
EFEKTIF
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
(PP 12 TAHUN 2017 PASAL 10)
LANJUTAN…
KEKUASAAN PEMERINTAHAN
1. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan; (Pasal 4 UUD 1945 dan Pasal 5 UU 23
Thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah)
2. Kekuasaan Pemerintahan diuraikan dlm berbagai urusan
pemerintahan;
3. Utk penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah,
dilaksanakan berdasarkan azas Desentralisasi,
Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan;
4. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, Presiden
dibantu oleh Menteri yg menyelenggarakan urusan
pemerintahan;
5. Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
daerah.
PRINSIP PENGATURAN WEWENANG DAN
PENUGASAN BERDASARKAN AZAS
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Kewenangan Pusat
DILAKSANAKAN INSTANSI
PUSAT

Desentralisasi
DISERAHKAN KEPADA DAERAH

WEWENANG Dekonsentrasi
DILIMPAHKAN KEPADA
PEMERINTAH GUBERNUR SELAKU WAKIL
PUSAT PEMERINTAH PUSAT ATAU
INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH

Tugas Pembantuan
DITUGASKAN KEPADA DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
BENTUK PEMBINAAN DAN PENGAWASAN UMUM
TERHADAP PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
(PASAL 375 UU NOMOR 23 TAHUN 2014 DAN PP 12/2017 TENTANG BINWAS)

(1) Pembinaan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota


Dilaksanakan Oleh Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
(2) Dalam Melakukan Pembinaan Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Gubernur
Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Dibantu Oleh Perangkat Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah Pusat.
(3) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Melakukan Pembinaan yang Bersifat
Umum dan Bersifat Teknis.
(4) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Melakukan Pembinaan yang Bersifat
Umum Meliputi:
A. Pembagian Urusan Pemerintahan;
B. Kelembagaan Daerah;
C. Kepegawaian Pada Perangkat Daerah;
D. Keuangan Daerah;
E. Pembangunan Daerah;
F. Pelayanan Publik di Daerah;
G. Kerja Sama Daerah;
H. Kebijakan Daerah;
I. Kepala Daerah dan DPRD; dan
J. Bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BENTUK PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KHUSUS
TERHADAP PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
(PASAL 375 UU NOMOR 23 TAHUN 2014 DAN PP 12/2017 TENTANG BINWAS)

1. Pembinaan teknis dilakukan terhadap teknis penyelenggaraan


urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah kabupaten/kota.
2. Pengawasan teknis meliputi:
a. capaian standar pelayanan minimal atas pelayanan dasar;
b. ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
ketaatan pelaksanaan norma,standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan konkuren;
c. dampak pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah; dan
d. akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara
dalam pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren di daerah.
KEDUDUKAN DAN PERAN GUBERNUR

GUBERNUR

DAERAH WILAYAH PENYELENGGARA URUSAN


OTONOM ADMINISTRATIF PEMERINTAHAN UMUM
(Pasal 25 ayat (2) dan Pasal
26 ayat (2)) UU 23/2014

Gubernur sebagai Gubernur Wakil


Kepala Daerah Pemerintah Pusat
(Pasal 59 UU (Pasal 91 UU 23/2014)
23/2014)
1. Binwas Penyelenggaraan Urusan
1.Penyelenggara Pemerintahan yang Menjadi
Urusan Otonomi Kewenangan Kab/Kota
Daerah 2. Pembinaan dan pengawasan TP
2.melaksanakanTP
K/L
Dibantu
Perangkat INSTANSI
SKPD Gubernur VERTIKAL

Koordinasi
DASAR HUKUM
DASAR HUKUM PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT

1. Pasal 91 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


2. PP Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi (menunggu penetapan PP pengganti,
Per Tanggal 3 Juli 2018 sudah disampaikan Kemensetneg kepada
Presiden RI untuk ditandatangan)
3. Permendagri Nomor 66 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas
Dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi (sedang dalam Proses Penyusunan
Permendagri pengganti pada TA 2018)
GAMBARAN UMUM
GWPP
PENDANAAN

Pasal 91 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

(5) Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang


gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
dibebankan pada APBN.
(8) Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang serta hak keuangan gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

56
PERANGKAT GUBURNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
(BERDASARKAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014)

Pasal 93 UU No. 23 Tahun 2014


(1) Gubernur dalam menyelenggarakan tugas sebagai wakil
Pemerintah Pusat dibantu oleh perangkat gubernur.
(2) Perangkat gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas sekretariat dan paling banyak 5 (lima) unit kerja.
(3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin
oleh sekretaris gubernur.
(4) Sekretaris daerah provinsi karena jabatannya ditetapkan sebagai
sekretaris gubernur.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, dan
fungsi perangkat gubernur diatur dalam peraturan pemerintah.
Konsep Perangkat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat

(RANCANGAN PERMENDAGRI TENTANG PELAKSANAAN RPP TENTANG PELAKSANAAN


TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT)
PERANGKAT GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT

• Sekretariat menjalankan tugas kesekretariatan Perangkat Gubernur di bidang


perencanaan dan keuangan.
• Asisten I membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang Pemerintahan.
•  Asisten membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang hukum dan organisasi.
•  Asisten III membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang keuangan.
•  Bappeda membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang perencanaan.
•  Inspektorat Provinsi membantu Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
PROGRES RPP tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
1. Pengajuan harmonisasi kepada Kemenkum dan HAM: Surat Menteri Dalam Negeri kepada Menteri
Hukum dan HAM Nomor 188.32/3500/SJ Tanggal 2 Agustus 2017 perihal permohonan harmonisasi RPP
tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Hak Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah
Pusat
2. Penyampaian Menkumham kepada Mendagri perihal selesainya proses harmonisasi, melalui Surat
Menkumham No. PPE.PP.02.01-1317 tanggal 7 November 2017 tentang Penyampaian hasil
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi RPP tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang GWPP.
3. Permohonan Penandatanganan RPP tentang Pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP dari Mendagri
kepada Presiden melalui Surat Nomor 188.31/8246/SJ tanggal 17 November 2017
4. Permohonan Paraf RPP tentang Pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP dari Mensesneg kepada
Mendagri, Menpan dan RB, Menkeu, Menteri PPN/Bappenas, dan Menkumham melalui Surat
Mensesneg Tanggal 17 Desember 2017
• Saat ini yang telah membubuhkan paraf dalam RPP yaitu Mendagri, Menpan dan RB, Menteri
PPN/Bappenas dan Menkumham dengan penyesuaian Pasal yang mengatur struktur organisasi GWPP
harus ada pertimbangan tertulis dari Menpan dan RB (masukan dari Kemenpan dan RB dan Kepala
Bappenas)
• Kemenkeu melalui DJPK dan Biro Hukum Kemenkeu meminta penjelasan terkait Pasal 9 RPP yaitu
tentang pendanaan GWPP sebelum diparaf Menteri Keuangan (Pada saat PP ini mulai berlaku,
Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan pendanaan bagi pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP
pada APBD paling lambatsampai dengan tahun anggaran 2018)
• Telah dirapatkan senin 19 Maret 2018 dengan mengundang pihak terkait di Kemenkeu dan Setneg untuk
menghapus/meyempurnakan Pasal 9 dimaksud
• Per tanggal 3 Juli2018, diajukan Kemensetneg kepada Presiden RI untuk ditandatangan.
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN PENDANAAN

• APBN belum sepenuhnya membiayai pelaksanaan tugas dan wewenang


Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, pada prakteknya tugas dan
Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah masih dilaksanakan dengan
APBD Provinsi.
• Pasal 123 PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah bahwa
Perangkat Daerah provinsi melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan
umum dan teknis atas penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
kabupaten/kota sampai dengan terbentuknya perangkat Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat, namun tidak mengatur pembiayaannya apakah dari
APBN atau APBD, karena dalam Permendagri Nomor 33 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan APBD 2018 tidak diatur pembiayaan tugas dan
wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
LANGKAH STRATEGIS
Revisi PP 18 Tahun 2017 ttg Perangkat Daerah
Penguatan indepedensi inspektorat daerah
1 2 3 4
Pencegahan dan Lebih dari 96 KDH Pemerintah Forum Walikota,
pemberantasan menjadi mempunyai Bupati, DPRD,
korupsi tersangka di KPK. komitmen dalam Gubernur, Forum
merupakan Hal ini peningkatan Inspektur
Program Strategis menunjukkan kapabilitas APIP. mendukung

Lingkungan strategis Nasional


Pemerintah
pencegahan oleh
APIP belum
(RPJMN 2014-
2019)
penguatan APIP

(Perpers 55 efektif
Tahun 2012)

5
KELEMBAGAAN
ANGGARAN
PERSONIL
REKOMENDASI KPK
KEPADA PRESIDEN
Landasan pemikiran & arah perubahan TERDAPAT
DELAPAN PASAL
PERUBAHAN

LANDASAN PEMIKIRAN
• KEBERADAAN APIP SBG PERANGKAT DAERAH YANG MEMBANTU KDH DALAM BINWAS
PERANGKAT DAERAH
• INDEPENDNESI MERUPAKAN SYARAT AGAR APIP DAPAT EFDEKTIF DALAM MELAKUKAN
BINWAS
• PENGUATAN APIP PERLU DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI KECENDERUNGAN
PRILAKU KKN PENYELENGGARA PEMDA

ARAH KEBIJAKAN
• PERAN PEMERINTAH DALAM TINDAKLANJUT PELAPORAN DAN PENYELESAIAN HASIL
PENGAWASAN
• PENYESUAIAN ESELONERING INSPEKTUR DAERAH
• PENAMBAHAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH BINWAS SECARA BERJENJANG TERKAIT KKN
• RUANG KEWENANGAN PEMERINTAH DALAM PROSES PENGANGKATAN DAN/ATAU
PENGISIAN PEJABAT INSPEKTORAT
• PENYESUAIAN KELEMBAGAAN (TIPOLOGI INSPEKTORAT)
PENYESUAIAN ESELONERING INSPEKTUR DAERAH
Pasal 94 & Pasal 95 PP 18/2016 ARGUMENTASI LOGIS
• Sekretaris Daerah provinsi dan inspektur • Pasal 379 UU 23/2014 mengamanatkan
Daerah provinsi merupakan jabatan eselon Inspektorat Daerah melakukan Binwas
Ib atau jabatan pimpinan tinggi madya ke seluruh perangkat daerah, termasuk
• Sekretaris inspektorat Daerah provinsi, dan Sekretaris Daerah
inspektur pembantu merupakan jabatan • Pasal 19 UU 5 Tahun 2014 tidak secara
eselon IIb atau jabatan pimpinan tinggi eksplisit mengatur jabatan Inspektur
pratama Daerah
• Pasal 232 UU 23/2014 mengamantkan
• Sekretaris Daerah kabupaten/kota dan kedudukan, susunan organisasi, tusi,
Inspektur Daerah kabupaten/kota eselon dan beban kerja diatur dalam PP
merupakan jabatan eselon IIa atau jabatan • Pasal 16 PP 12/2017 mengamantkan
pimpinan tinggi pratama APIP wajib menjalankan prinsip
independensi dan obyektif.
PELAPORAN DAN PENYELESAIAN HASIL PENGAWASAN

ARGUMENTASI LOGIS
• Pertanggungjawaban Inspektorat
kepada Kepala Daerah tanpa
melalui Sekda agar menjaga
Pasal 11 & Pasal 33 PP 18/2016 independensi Inspektorat sebagai
• Inspektur Daerah provinsi dalam pembantu KDH Binwas perangkat
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab Daerah sesuai Pasal 379 UU
kepada gubernur dan kepada Menteri 23/2014.
• Inspektorat Daerah provinsi • Pasal 16 PP 12/2017
menyelenggarakan fungsi pengawasan mengamantkan APIP wajib
penyelenggaraan daerah kabupaten/kota menjalankan prinsip independensi
• Pertanggungjawaban inspektur daerah dan obyektif
provinsi kepada Menteri dilakukan apabila • Pertanggungjawaban Inspektorat
dalam pelaksanaan fungsi terdapat indikasi kepada Mendagri terkait KKN agar
korupsi, kolusi, dan nepotisme hasil pengawasan Inspektorat
• Pertanggungjawaban inspektur daerah Daerah ditindaklanjuti tanpa ada
provinsi kepada gubernur setelah batasan pemeriksaan atau
berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah intervensi oleh Kepala Daerah.
apabila terkait administrasi perkantoran • Atas laporan tersebut Mendagri
berkoordinasi dengan BPKP
melakukan QA atas LHP dimaksud
PENYESUAIAN KELEMBAGAAN (TIPOLOGI INSPEKTORAT)

Pasal 60 & Pasal 79 PP 18/2016 ARGUMENTASI LOGIS

• Penambahan masing-masing 1 (satu) • Dengan bertambahnya fungsi


Inspektur Pembantu di setiap tipe Inspekorat khususnya terkait
kelembagaan penanganan KKN, diperlukan
• Khusus Inspektorat Provinsi pada penambahan Inspektorat Pembantu
Sekretariat menjadi: Investigasi yang Khusus menangani
• Tipe A: 3 Bagian dan 3 subbgaian Pengaduan Masyarakat.
• Pasal 232 UU 23/2014 mengamantkan
• Tipe B: 3 Bagian dan 2 subbgaian kedudukan, susunan organisasi, tusi,
• Tpe C : 2 Bagian dan 2 subbgaian eselon dan beban kerja diatur dalam
PP
RUANG PEMERINTAH DALAM PROSES PENGANGKATAN DAN/ATAU
PENGISIAN PEJABAT INSPEKTORAT

Pasal 99 PP 18/2016 ARGUMENTASI LOGIS

• Khusus untuk pengisian jabatan inspektur • Realita pemerintahan bahwa APIP


daerah, sekretaris inspektorat Daerah, dan tidak berani melakukan
inspektur pembantu, pada tahapan
pengawasan secara efektif karena
perencanaan pengisian terlebih dahulu
wajib mendapatkan persetujuan dari kekhawatiran akan kehilangan
Menteri untuk daerah provinsi dan jabatan apabila tidak sejalan
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dengan Kepala Daerah
untuk daerah kabupaten/kota • Persetujuan Mendagri pada saat
perencanaan Pengisian atau
sebelum penentuan jabatan yang
akan diisi diharapkan mampu
menjaga independensi bahwa
mengganti pejabat Insepktorat
daerah harus atas alasan yang
logis dan atas persetujuan
pemerintahan di atasnya
• Adapun mekanisme pengisian
RPP PERUBAHAN PP 18 TAHUN 2016

72
73
Apakah anda Setuju

2x2=4
4 + 4 =8
½ dari 8 = 0
½ dari 8 = 3
Maksimal 2 batang Korek Api
Berfikir Kreatif Lateral

Seorang wanita melempar sesuatu ke luar


jendela dan mati. Dia sehat dan tidak
sakit mental. Dia tidak dibunuh oleh
seseorang. Hal ini juga tidak bunuh diri.?
Berikan penjelasan dengan logis.

Sumber: Metta,Bro. Oh Teik Bin 76


Kuis Berfikir Kreatif Lateral

Seseorang lahir di
1972 dan mati 1952
diumur 25.
Bagaimana ini bisa
terjadi ?

77

Bahan Tayang 7.1.5


Principles underpinning all etiquette:
the Golden and Platinum rules

Golden:
Treat others as you would like to be treated

Platinum:
Treat others as they would like to be treated

81
and always…

S
M
I
L
E
22
See

You,
When I
See

You.
Agung cp 081320009132 83

Email: agungcandraperkasa@merahputih.id

Anda mungkin juga menyukai