Anda di halaman 1dari 18

Gangguan

psikiatri dilihat
dari aspek
biopsikologi

Dosen Pengampu:
Ghea Amalia Arpandy, M.Psi,
Psikologi
Kelompok 8

01 Andi Putri Wulandari (2173201110036)

02 Istiqomah (2173201110045)

03 Octa Azzahra (2173201110058)

04 Sissylia Meilanti (2173201110062)


Apa itu gangguan psikiatri
Psikiatri merupakan cabang ilmu biologi yang meliputi aspek biologi,
psikoedukatif dan sosisokultural yang menekankan pada perilaku manusia normal
dan penyimpangannya dari aspek ilmu psikopatologi dan psikodinamikanya.
Gangguan jiwa atau gangguan mental adalah pola perilaku, atau psikologik
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala orang dengan gangguanan (distress) atau hendaya (impairment /
disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Apa yang dimaksud dengan psikiatrik? Yaitu merupakan Gangguan fungsi
psikologis yang cukup berat hingga membutuhkan penanganan seorang psikiater
atau psikolog klinis.
Saturn
Macam macam gangguan psikiatrik

Gangguan yang mempengaruhi


rasa cemas dan takut gangguan tics (gerakan atau
kemampuan seseorang untuk Gangguan suasana
yang konstan dan luar vokalisasi stereotype dan
berpikir, merasakan, dan perasaan
berperilaku dengan baik. biasa. repetitive diluar kehendak).

Gangguan Afektif: Gangguan


skizofrenia Sindroma Tourette
Depresi dan Mania kecemasan
skizofrenia
Istilah skizofrenia berarti “terbelahnya fungsi psikis”. Istilah ini
dilontarkan pada tahun-tahun pertama abad ke-20 untuk
mendeskripsikan apa yang pada masa itu di duga sebagai gejala utama
gangguan itu: kerusakan terhadap integrasi antara emosi, pikiran dan
tindakan. Skizofrenia dianggap sebagai gangguan psikiatrik berat.
Gejala gejala positif skizofrenia

Pembicaraan atau
01 delusi 04 pikiran yg
terdisorganisasi

02 halusinasi 05 Perilaku yang ganjil

03 Afek yang tidak pas


Gejala negatif skizofrenia

Pendataran afektif katatonia


01 02

avolisi
03
Faktor faktor penyebab
skizofrenia
Jelas bahwa skizofrenia memiliki banyak penyebab. Beberapa gen yang berbeda telah dikaitkan dengan gangguan
itu. Selain itu, beragam faktor pengalaman awal telah terimplikasi di dalam perkembangan skizofrenia misalnya,
komplikasi persalinan, stres ibu, infeksi prenatal, kelahiran di perkotaan atau tinggal di setting perkotaan, dan
kesulitan hidup pada masa kanak-kanak.

Penemuan Obat Antiskizofrenik yang Pertama


Trobosan penting pertama didalam studi tentang biokimia skizofrenia adalah penemuan tanpa sengaja obat
antiskizofrenik pertama pada 1950-an chorpomazine (klorpromazin). Klorpromazin dikembangkan oleh sebuah
perusahaan Prancis sebagai antihistamin. Lalu pada 1950, seorang dokter bedah Prancis melihat bahwa
klorpromazin yang diberikan pada operasi sebelumnya untuk menangkal pembengkakan ternyata memiliki efek
menenangkan pada sebagian pasiennya dan ia berpendapat bahwa obat itu mestinya memiliki efek menenangkan
pada pasien-pasien psikotik yang sulit dikendalikan.

Penanganan yang dilakukan Terhadap Pengidap Skizofernia


Penanganan dibagi menjadi dua yaitu psikofarmakologi dan psikososial. Penanganan secara medis yaitu
dengan membawa ke rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, atau psikiater. Pengobatan psikososial
diterapkan dengan melakukan terapi keluarga, mengikuti penyuluhan keluarga ODS (orang dengan
skizofrenia), membangun relasi dengan sesama keluarga ODS untuk meningkatkan kembali rasa
kepercayaan diri.
Gangguan afektif: depresi dan mania

depresi mania

Depresi adalah reaksi normal terhadap kehilangan Mania adalah gangguan afektif yang ditandai
yang menyedihkan seperti kehilangan orang yang oleh rasa percaya diri yang berlebihan,
dikasihi, kehilangan harga diri, kehilangan milik impulsivitas, distraktibilitas, dan energi yang
pribadi, atau kehilangan kesehatan. Akan tetapi, ada tinggi. Selama periode mania ringan, orang
orang yang kecenderungannya ke arah depresi menjadi banyak bicara, berenergi, impulsif,
melebihi proporsi. Orang ini berulang kali positif,dan sangat percaya diri.
terperosok ke dalam keputusasaan dan kehilangan
kapasitasnya untuk mengalami kebahagiaan
(kehilangan yang disebut anhedonia).
Faktor faktor penyebab gangguan afektif

Faktor-faktor genetik memberikan kontribusi pada perbedaan di antara orang dalam


perkembangan gangguan afektif. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pengalaman yang
stressful dapat memicu serangan pada orang yang sudah mengalami depresi, tetapi hanya ada
sedikit bukti bahwa stres dapat meningkatkan kerentanan terhadap gangguan afektif pada orang
sehat-bahkan penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak pun hanya memiliki efek kecil
pada perkembangan depresi pada masa dewasa

Penanganan terhadap penderita Gangguan Afektif ada 2


yaitu
-terapi obat
-terapi kognitif dan perilaku
Gangguan kecemasan
Kecemasan atau ketakutan kronis yang menetap tanpa adanya ancaman langsung untuk
Stres. Kecemasan bersifat adaptif biasa memotivasi perilaku coping yang efektif tetapi
bila menjadi sedemikian parah hingga mendisrupsi fungsi normal, ia disebut gangguan
kecemasan. Semua gangguan kecemasan dikaitkan dengan perasaan cemas(misalnya,
ketakutan, kekhawatiran,despondensi murung, patah semangat dan dengan berbagai
reaksi stres psikologis misalnya, tachycardin (detak jantung yang cepat), hipertensi
(tekanan darah tinggi), mual, sulit bernapas, gangguan tidur, dan kadar glukokortikoid
yang tinggi.
Terdapat berbagai macam aspek yang menjadi pemicu reaksi kecemasan, antara lain
yaitu:
a. Lingkungan
b. Emosi yang ditekan
c. kondisi fisik pikiran dan tubuh terus-menerus berinteraksi dan dapat menimbulkan
kecemasan.

Ada lima golongan utama gangguan kecemasan:ge-neralized anxiety disorders


(gángguan kecemasan tergeneralisasi), phobic anxiety disorders (gangguan kecemasan
fobik,) panic disorders (gangguan panik), obsessive compulsive disorders (gangguan
obsesif-kompulsif) dan posttraumatic stress disorders (gangguan stres pascatrauma).
Ciri ciri kecemasan

Ciri ciri fisik


1) kegelisahan, kegugupan, 2) tangan atau anggota tubuh yang bergetar
atau gemetar, 3) sensasi dari pita ketat yang mengikat disekitar dahi, 4)
kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, 5) banyak
berkeringat, 6) telapak tangan yang berkeringat, 7) pening atau pingsan,
8) mulut atau kerongkongan terasa kering, 9) sulit berbicara, 10) sulit
bernafas

Ciri ciri perilaku


kecemasan
1) perilaku menghindar, 2) keterikatan dan perilaku
dependen, 3) perilaku gemetar kecemasan
Penanganan terhadap penderita gangguan kecemasan
Penanganan
Penanganan terhadap Farmakologis untuk
penderita gangguan Gangguan
kecemasan Kecemasan
Bantuan yang dapat diberikan salah satunya adalah dengan
layanan konseling perorangan Layanan konseling perorangan
merupakan layanan konseling yang berfokus pada kondisi
sasaran layanan secara individual untuk membantunya Tiga kategori obat-obatan efektif efektif untuk gangguan
mengentaskan masalah yang dialaminya (Kondisi KES-T) kecemasan: benzodiazepin, agonis-agonis serotonin, dan
melalui pembentukan pribadi mandiri dan kemampuan antidepresan. Benzodiazepin Benzodiazepin seperti
mengendalikan diri yang terwujud dalam Perpostur (Perilaku chlordiazeproxide (Librium) dan diazepam (valium)
Positif Terstruktur). diresepkan secara luas untuk menangani gangguan kecemasan.
Cognitive Restructuring sebuah teknik dari terapi kognitif Obat ini juga diresepkan sebagai hipnotika (obat penginduksi-
yang melibatkan penerapan prinsip-prinsip belajar pada tidur), antikonvulsan, dan muscle relaxan (pengendur otot).
pikiran. Cognitive restructuring biasanya digunakan untuk
individu yang terpolarisasi dalam pikiran mereka dan dalam
beberapa kasus menunjukkan ketakutan dan kecemasan atau
bereaksi berlebihan terhadap masalah hidup.
Sindroma tourette
Sindroma Tourette adalah gangguan tics (gerakan atau vokalisasi stereotype
dan repetitive diluar kehendak). Ia biasanya dimulai pada usia dini-biasanya
pada masak anak-kanak atau remaja dengan tics motorik sederhana, misalnya
mata berkedip-kedip atau kepala bergerak-gerak, tetapi gejalanya cenderung
semakin kompleks dan berat ketika umur pasien semakin bertambah.

Tics motorik kompleks biasanya termasuk membuat gerakan cabul,


memukul, menyentuh benda-benda, berjongkok, melompat-lompat, dan
berputar-putar. Tics verbal yang lazim termasuk bunyi-bunyi inarticulate
(misalnya, menyalak, batuk-batuk, mengorok), coprolalia (menggumamkan
kata-kata cabul), echolalia (mengulangi kata-kata orang lain, dan palilalia
(mengulangi kata-katanya sendiri).
Penanganan sindroma tourette
penanganan biasanya dimulai dengan memfokuskan pada aspek-aspek lainnya. Pertama, pasien, anggota
keluarga, teman, dan guru dididik tentang sifat sindroma itu. Kedua, penanganannya difokuskan pada masalah-
masalah emosional tambahannya (misalnya, kecemasan dan depresi). Begitu kedua langkah ini diambil,
perhatian dialihkan pada penanganan gejalanya. Tics Sindroma Tourette biasanya ditangani dengan neuroleptics
(pemblokir reseptor D2 yang digunakan dalam penanganan skizofrenia).

Di beberapa kasus, gejala Sindroma Tourette tidak menurun pada masa dewasa dan tidak merespons
penanganan obat. Efeknya pada pasien semacam itu justru merusak, sedemikian merusaknya sehingga teknik-
teknik bedah saraf kadang-kadang diterapkan, tetapi tanpa hasil. Baru-baru ini, deep brain stimulation
diupayakan pada sejumlah kecil pasien, dengan hasil-hasil yang menjanjikan.
Percobaan-percobaan Klinis: Pengembangan obat-obat
psikoterapeutik baru
Hampir setiap hari, ada berita tentang penemuan menarik yang muncul, yang menyebutkan tentang
obat atau penanganan terapeutik baru yang efektif. Akan tetapi, kebanyakan janji itu tidak pernah jadi
kenyataan. Sebagai contoh, hamper 50 tanun setelah refolusi dibidang biologi molecular dimulai, tidak
ada satu bentuk terapi gen pun yang saat ini digunakan secara luas. Alasannya adalah perjalanan obat
atau penanganan medis lain mulai dari penelitian dasar yang menjanji kan sampai menjadi kenyataan
yang berguna itu sangat kompleks, memakan waktu lama, dan mahal.
Selama tahun-tahun awal, perkembangan obat-obat psikoterapeutik banyak merupakan proses coba-
coba. Obat-obat baru diujikan pada populasi pasien dengan sedikit justifikasi dan dengan cepat
dipasarkan kepada public yang sama sekali tidak curiga, sering kali sebelum ditemukan bahwa obat itu
tidak efektif untuk maksud aslinya.
Semua telah berubah. Sekarang, pengujian obat-obat eksperimental pada subjek manusia dan
pelepasannya di pasaran diatur secara ketat oleh badan-badan
pemerintah.
Percobaan klinis: tiga fase

percobaan klinis Begitu persetujuan telah didapat dari badan


pemerintah, percobaan klinis obat Implikasi Klinis baru yang
berpotensi terapeutik dapat dimulai, Percobaan klinis dilaksanakan
dalam tiga fase terpisah:
1.Screening For Safety
2.Establishing Testing Protocol
3.Final Testing
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai