Anda di halaman 1dari 43

ISPA

“PNEUMONIA”

Retno Asih Setyoningrum


Unit Kerja Koordinasi Respirologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Spektrum ‘ISPA’

Croup = laryngo-tracheo-bronchitis
Pneumonia
• Penyebab 15% kematian balita di dunia
• Diperkirakan sekitar 922.000 balita meninggal
pada tahun 2015 di seluruh dunia
• Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak usia <2 tahun dan usia lanjut >65
tahun

(WHO, 2015) (Kemenkes, 2017)


Penemuan Kasus Pneumonia pada
Balita di Indonesia Tahun 2016
Penemuan Penemuan
No. Provinsi No. Provinsi
Kasus Kasus
1. Jawa Barat 169.791 10. Riau 11.250
2. Jawa Timur 90.256 11. Sulawesi Tengah 10.565
3. DKI Jakarta 44.967 12. Sumatera Utara 7.997
4. Banten 24.908 13. Lampung 7.684
5. Nusa Tenggara Barat 23.865 14. Kep. Bangka Belitung 7.236
6. Jawa Tengah 20.662 15. Kalimantan Timur 7.153
7. Sumatera Barat 13.868 16. Bali 6.688
8. Sumatera Selatan 13.505 17. Jambi 5.572
9. Kalimantan Selatan 13.033 18. Sulawesi Selatan 5.528

(Kemenkes, 2017)
Penemuan Kasus Pneumonia pada
Balita di Indonesia Tahun 2016
Penemuan Penemuan
No. Provinsi No. Provinsi
Kasus Kasus
19. Gorontalo 3.832 27. Sulawesi Utara 559
20. Sulawesi Tenggara 3.106 28. Maluku 534
21. Kalimantan Utara 2.632 29. Kalimantan Tengah 466
22. Kalimantan Barat 2.542 30. Bengkulu 419
23. Sulawesi Barat 2.252 31. DI Yogyakarta Tidak ada data

24. Kep. Riau 1.214 32. Nusa Tenggara Timur Tidak ada data

25. Aceh 1.041 33. Papua Barat Tidak ada data

26. Maluku Utara 613 34. Papua Tidak ada data

(Kemenkes, 2017)
PENANGGULANGAN PNEUMONIA

• PENCEGAHAN (HINDARI/ATASI
FAKTOR RISIKO)

• DETEKSI DINI GEJALA PNEUMONIA

• TATA LAKSANA YANG TEPAT DAN


CEPAT
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO
• Malnutrisi
• Defisiensi vitamin A, Zink
• Paparan Asap Rokok, polusi udara, polusi biomass
• Imunisasi tidak lengkap
• Tidak diberikan ASI eksklusif
• Prematuritas, Berat Lahir Rendah
• Lingkungan rumah yang padat dan kotor
• Komorbid yang menurunkan pertahanan sistem pernapasan
( Penyakit Jantung Bawaan, Kelainan neuromuskular,
Penyakit Defisiensi Imun)
Pneumonia
Keradangan parenkim paru

parenkim: alveoli & jaringan interstitial

Infeksi, aspirasi, radiasi, ...


Manifestasi klinis pneumonia
1. Manifestasi nonspesifik:
Demam, sakit kepala, iritabel, malaise, nafsu
makan menurun , keluhan sal. cerna, gelisah, dll.

2. Manifestasi umum ISPA bawah:


Batuk, takipne, ekpektorasi sputum, NCH, sesak
napas, merintih, air hunger, sulit minum, sianosis,
kejang, distensi abdomen, hepar mungkin teraba.
Manifestasi klinis
Tanda pneumonia:
Retraksi dinding dada, fremitus vokal
meningkat, pekak perkusi, suara napas
melemah, dan terdengar crackles/rales
(kadang mengi).

 Dpt dijumpai “anggukkan kepala”,


nyeri dada, friction rub, dan nyeri abdomen.
Pneumonia, DIAGNOSIS
Kombinasi semua aspek
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Hipoksia – BGA, pulse oxymetry
• Pathologi – imaging
• Darah , tanda inflamasi
• Definite, tapi sulit, ditemukan kuman penyebab
Tatalaksana Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas

1. Menilai anak batuk atau kesulitan bernapas


2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan yang sesuai
3. Menentukan pengobatan dan rujukan
4. Memberikan konseling pada ibu
5. Memberi pelayanan pemantauan obat
6. Penerapan (pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan)
Menilai anak batuk atau kesulitan bernapas

Tanyakan keluhan utama:


1.Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas?
Jika ya..berapa lama
2.Berapa umur anak?

Tanyakan tanda BAHAYA


1.Apakah anak umur 2 -59 bulan TIDAK BISA minum atau
menetek?
2.Apakah bayi < 2 bulan KURANG BISA minum atau
menetek?
3.Apakah anak pernah mengalami mengi? Apakah
berulang?
4.Apakah anak demam? Berapa lama?
5.Apakah anak kejang?
Menilai anak batuk atau kesulitan bernapas

Lihat (Anak harus kondisi tenang):


1.Adakah napas cepat?
2.Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (TDDK)?
3.Apakah terlihat kesadaran menurun
4.Adakah tanda gizi buruk?
Raba
Apakah teraba demam atau terlalu dingin?
DENGAR:
1.Apakah terdengar stridor?
2.Apakah terdengar wheezing?
Hitung Napas
Napas cepat
• < 2 bulan = > 60 x/mnt
• 2 bln–11 bln = > 50 x/mnt
• 1 – 5 tahun = > 40 x/mnt

Chest Indrawing
(subcostal retraction)
(tarikan dinding dada ke dalam)

17
Klasifikasi Umur 2-59 bulan
 
• Beri pelega tenggorokan
dan pereda batuk yang
aman
• Tidak ada tarikan
• Apabila batuk > 14 hari
dinding dada ke Hijau :
rujuk
dalam BATUK
• Apabila wheezing
BUKAN
berulang rujuk
• Tidak ada napas PNEUMONIA
• Nasihati kapan kembali
cepat  
segera
 
• Kunjungan ulang dalam
5 hari bila tidak ada
perbaikan
• Obati wheezing bila ada
Kuning:
PNEUMONIA

• Berikan Amoksisilin oral


• Napas cepat dosis tinggi 2 kali per hari
untuk 3 hari*
• Beri pelega tenggorokan dan
Dosis tinggi amoksisilin oral yaitu 90pereda batuk
(80-100) yang aman
mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama 3 hari. • Apabila batuk > 14 hari rujuk
Di Daerah endemis   HIV diberikan 5• hari
Apabila wheezing berulang
rujuk
Tanda Bahaya Bayi < 2 bulan
• Napas cepat
• TDDK
• kurang mau minum
• demam
• kejang
• kesadaran menurun
• stridor
• tangan dan kaki teraba dingin
• Wheezing
• Tanda gizi buruk .
Seorang bayi berumur <2 bulan
diklasifikasikan menderita pneumonia berat
bila dari pemeriksaan ditemukan :
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang kuat (TDDK kuat) ATAU
• Adanya napas cepat: 60 x/menit atau lebih
TINDA KAN
• Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat
harus dirujuk segera ke rumah sakit.
• Sebelum bayi meninggalkan Puskesmas, petugas
kesehatan dianjurkan memberi pengobatan pra
rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang dan
sebagainya)
• tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan
pada ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera
mungkin.
• Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk
(bila memungkinkan).
• Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI .
• Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat.
RAWAT JALAN
• Edukasi pemberian asupan cairan yang cukup, perhitungkan juga jika
ada demam, small frequent feeding jika ada muntah
• ANTIBIOTIK :
- Berikan dosis pertama di fasyankes
- Oral :
a. High HIV infection rate: amoksisilin 40-50 mg/kg (80-100m/kg/hari)
per kali; 2x/hari (5hari)
b. Low HIV infection rate: amoksisilin 40-50 mg/kg
per kali; 2x/hari (3hari)
• Hindari pemberian obat yang tidak diperlukan seperti golongan
atropin, obat yang mengandung alkohol, ataupun kodein
• Alergi amoksisilin:
– Eritromisin 40-60mg/ kg/hari terbagi 3-4 dosis
ANTIBIOTIK (NON HIV )
- Ampisilin 50 mg/kg atau benzilpenicillin 50.000 U/kg IM atau
IV/6 jam (min 5 hari)
- Dan Gentamisin 7.5 mg/kg IM atau IV sekali sehari (min 5 hari)

- Jika dalam 48 jam tidak membaik  gentamisin + kloksasilin (50


mg/kg IM/IV tiap 6 jam

- AB Lini kedua : Seftriakson (80 mg/kg IM /IV sekali sehari)

- Bila dibawah 2 bulan


Ampisilin 100 mg/kg IV/12 jam (min 5 hari)
Dan Gentamisin 5 mg/kg IM atau IV dua kali sehari (min 5 hari)
PENYEBAB KEMATIAN PADA
PNEUMONIA
• HIPOKSIA
- SIANOSIS SENTRAL
- SATURASI OKSIGEN
< 90 %
- SESAK NAPAS
BERAT (MERINTIH,
TARIKAN DINDING
DADA YANG DALAM)
PEMERIKSAAN
• Lakukan pemeriksaan • Lakukan Foto Toraks
saturasi oksigen pada jika memungkinkan
semua pasien yang
dicurigai pneumonia
SUMBER OKSIGEN

•Tabung silinder
•Oksigen konsentrator
•Oksigen sentral
TERAPI OKSIGEN

•Berikan oksigen pada anak dengan SatO2 < 90%

ATAU

• Tanda :
-Sianosis sentral
-Kesulitan minum akibat sesak
-Merintih setiap kali bernapas
-Tarikan dinding dada yang berat
-Penurunan kesadaran
-Frekuensi Napas > 70 x/mnt
PEMANTAUAN DAN PENYAPIHAN
TERAPI OKSIGEN

• Setiap 3 jam perawat • Setiap hari oksigen dititrasi


menilai apakah: secara bertahap
- Kondisi anak stabil • Dapat dihentikan jika:
- Nasal prong terletak pada - Klinis membaik
tempatnya - Saturasi oksigen >90 % pada
udara ruang
- Tidak ada plak mukus
• Pastikan saturasi > 90% (dalam
- Koneksi ke sumber 15 menit saat penghentian) ;
oksigen tetap terjaga pantau 30 menit berikutnya ;
(flow rate) selanjutnya tiap 3 jam pada hari
- Saturasi oksigen baik pertama
• Jika stabil oksigen dapat
dihentikan
TERAPI SUPORTIF LAIN
KOMPLIKASI

Jika dalam 48 – 72 jam klinis tidak


membaik/bahkan memburuk pikirkan
komplikasi :
Lakukan pemeriksaan foto toraks
• Pneumatocele
• Parapneumonic effusion (termasuk empiema)
• Pneumotoraks / Pneumomediastinum
• Abses Paru
• Sepsis (Septic shock, penyebaran infeksi ke
organ lain seperti meningitis, peritonitis dll)
KAPAN PASIEN DAPAT PULANG

• Sesak berkurang atau menghilang


• Tidak ada hipoksemia (saturasi oksigen > 90%)
• Asupan makan baik
• Dapat minum obat secara oral atau telah
menyelesaikan pemberian obat antibiotik parenteral
• Orangtua mengerti gejala dan tanda pneumonia,
faktor risiko dan kapan harus datang kontrol
PEMANTAUAN
• Edukasi untuk datang kontrol dalam 3 hari atau
lebih cepat jika kondisi anak memburuk
• Jika saat datang kontrol gejala klinis belum membaik
(demam, napas cepat/sesak, kesulitan makan)
sebaiknya pasien dirawat untuk evaluasi lebih lanjut
• Jika didapatkan tanda-tanda pneumonia berat 
tata laksana seperti pneumonia berat
PENCEGAHAN
• IMUNISASI

DPT- HIB
Pneumokok (PCV)
Campak
MMR
Influenza
PENCEGAHAN
• Asupan gizi seimbang

• Pemberian ASI eksklusif

• Hindari paparan asap rokok dan polusi udara

• Atasi komorbiditas

Anda mungkin juga menyukai