Anda di halaman 1dari 15

HUKUM JAMINAN

(GADAI)
Ninik Darmini
Jaminan
Semester Gasal T.A. 2021/2022
05 Oktober 2021
Kewajiban Pemegang gadai
Kewajiban gadai memang diimbangi dengan kekuasaan atau
menguasai benda gadai itu sehingga kalau sewaktu-waktu
terjadi wanprestasi atau debitur tidak bisa memenuhi
kewajibannya untuk berprestasi maka ia sangat mudah untuk
melakukan eksekusi karena benda/obyek jaminan gadai ini
ada dalam penguasaannya tetapi itu menjadi sesuatu hal
yang harus dipikirkan juga ketika kita di hadapkan pada
kewajiban-kewajiban pemegang gadai itu yang tidak ringan,
1. Bertanggung jawab terhadap hilangnya benda gadai,
karena ini adalah inbezitstelling atau penguasaan benda
gadai ada pada pemegang gadai maka dia bertanggungjawab
terhadap keselamatan benda gadai itu yang merupakan
kebendaan milik orang lain meskipun itu sebagai jaminan
utang-utangnya, jangan sampai obyek benda gadai hilang
atau musnah.
2. Bertanggung jawab terhadap merosotnya nilai benda
gadai, pemegang gadai juga bertanggungjawab terhadap
pemeliharaan supaya nilainya tidak merosot. Jika obyek
gadai yang harusnya dipelihara untuk menjaga nilainya
tetap stabil tetapi tidak dipelihara dan memungkinkan
benda itu menjadi rusak atau tidak berfungsi berbeda
ketika diserahkan ke pemegang gadai sehingga nilainya
merosot maka hal ini menjadi kesalahan dari pemegang
gadai. Barangsiapa salah maka ia harus mengganti
kerugian sehingga pemegang gadai harus berhati-hati
dalam memperlakukan benda gadai. Namun hal ini harus
dibedakan karena sebuah benda karena umurnya pasti
nilainya merosot seperti yang disebut dalam ilmu
ekonomi sebagai penyusutan dan dalam hal ini,
pemerosotan nilai yang dimaksud bukan seperti itu.
Hak Pemegang Gadai
1. Berhak menjual barang gadai atas kekuasaan sendiri dan dilakukan di muka
umum; boleh secara lelang maupun dibawah tangan. Jadi kreditur atau
pemegang gadai karena adanya asas inbezitstelling sehingga memiliki
kekuasaan jika debitur wanprestasi maka pemegang gadai berhak mengambil
pelunasan piutangnya dari benda gadai yang dikuasainya itu dengan cara
menjual yang tentu saja prosedurnya harus diberitahukan terlebih dahulu
kepada debitur untuk memastikan apakah debitur masih berusaha memenuhi
prestasi atau tidak, jika tidak maka barang gadai tersebut akan di eksekusi.
Jadi meskipun barang ada dalam kekuasaan pemegang gadai tetap
diperlukan izin dari debitur.
2. Dengan perantaraan hakim, benda gadai dapat dijual menurut cara-cara yang
ditentukan hakim; jadi hakim dapat menentukan cara yang dapat ditempuh
untuk menjual barang gadai apakah dengan dibawah tangan atau harus
melalui lelang.
3. Berhak menahan benda gadai sampai semua hutang dibayar lunas; Salah
satu sifat dari gadai adalah menjamin keseluruhan utang. Jadi intinya,
pemenuhan sebagian itu belum bisa membebaskan benda gadai. Jika utang
baru dipenuhi sebagian maka pemegang gadai itu berhak menahan benda
gadai sampai semua utang dibayar lunas maksudanya adalah hak untuk
menahan benda gadai yang merupakan milik debitur sampai debitur itu
memenuhi prestasinya disebut hak retensi.
4. Berhak untuk mendapatkan pembayaran lebih dahulu dari hasil
penjualan benda dibandingkan dengan kreditur lainnya. Hak ini
merupakan salah satu alasan mengapa seseorang itu tidak
cukup puas dengan kreditur dalam hal ini tidak cukup puas
dengan jaminan umum yang diberikan oleh undang-undang
(Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata) karena krediturnya
bersifat konkuren. Lalu, mereka membicarakan jaminan khusus
dan jaminan ini yang kemudian menimbulkan preferensi tidak
semua jaminan khusus. Jaminan khusus perorangan tidak ada
preferensi pada krediturnya, preferensi jaminan khusus itu
hanya dimiliki jaminan khusus kebendaan yang obyeknya
benda. Dengan adanya preferensi itu ini kreditur berhak
mendapatkan pembayaran lebih dahulu dibandingkan kreditur-
kreditur konkuren lainnya dan yang memiliki preferensi atau
kreditur preferen adalah semua jaminan khusus kebendaan itu
adalah gadai, fidusia, hipotek, hak tanggungan dan resi
gudang.
EKSEKUSI BENDA GADAI
A. Dapat dilakukan dengan penjualan di muka
umum melalui kantor lelang dalam rangka
melaksanakan sendiri haknya, apabila telah
sampai suatu jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan para pihak atau setelah diberikan
teguran untuk melaksanakan kewajiban kepada
kreditur tetapi debitur tidak melaksanakannya.
Setelah benda dijual kemudian hasil penjualan
diperhitungkan untuk membayar hutang debitur,
apabila berlebih dikembalikan.
B.
Dalam hal debitur tidak melaksanakan
kewajiban kepada kreditur dan setelah
ditegur tetap tidak bersedia melaksanakan
kewajibannya, maka kreditur dapat
meminta pada hakim untuk menjual benda
jaminan sesuai aturan di pengadilan dan
hasil penjualan diperhitungkan langsung
dengan semua kewajiban debitur kepada
kreditur.
C.
Dalam hal debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada kreditur, maka
kreditur dapat meminta kepada hakim
agar benda jaminan tetap berada dalam
kekuasaan kreditur, sampai debitur
membayar lunas semua kewajibannya.
Bagaimana kalau bank yg membeli
benda tersebut ?
UU no. 10 Tahun 1998 Pasal 12 (C)
• (1) Bank umum dapat membeli sebagian atau
seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di
luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan
kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik
agunan dalam hal Nasabah Debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.
• (2) Ketentuan mengenai tata cara pembelian agunan
dan pencairannya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan Pasal 12 C UU no. 10/1998
• Pasal 12A
• Ayat (1)
Pembelian agunan oleh bank melalui pelelangan dimaksudkan untuk membantu bank
agar dapat mempercepat penyelesaian kewajiban Nasabah Debiturnya. Dalam hal bank
sebagai pembeli agunan Nasabah Debiturnya, status bank adalah sama dengan pembeli
bukan bank lainnya.

Bank dimungkinkan membeli agunan di luar pelelangan dimaksudkan agar dapat


mempercepat penyelesaian kewajiban Nasabah Debiturnya.

Bank tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dibelinya dan secepatcepatnya harus
dijual kembali agar hasil penjualan agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank.

• Ayat (2)
Pokok-pokok ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah memuat
antara lain :
a. Agunan yang dapat dibeli oleh bank adalah agunan yang kreditnya telah dikategorikan
macet selama jangka waktu tertentu.
• b. Agunan yang telah dibeli wajib dicairkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu
satu tahun.
• c. Dalam jangka waktu satu tahun, bank dapat menangguhkan kewajiban-kewajiban
berkaitan dengan pengalihan hak atas agunan yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagaimana cara menggadaikan saham
mnrt ketentuan yg ada skrg ini ?
• Pasal 24 UU No. 1 th. 1995 menetapkan 2 bentuk
saham yg dikeluarkan suatu perseroan terbatas yaitu :
• Saham atas nama (saham yg ada namanya) dan saham
atas tunjuk (saham tanpa nama)
• Pasal 44 UU No. 1 Th. 1995 menentukan bahwa bukti
kepemilikan untuk saham berbeda-beda, yaitu :
• Untuk saham atas tunjuk cukup dengan surat saham
sedangkan saham atas nama dengan surat kolektif
saham.
• Saham dengan surat kolektif saham yaitu saham yang
tidak berada dalam penitipan kolektif. Untuk saham
seperti ini maka penjaminnya dengan gadai.
Hapusnya Gadai
• Hapusnya utang pokok yang dijamin
dengan gadai;
• Musnahnya benda gadai;
• Pelepasan gadai oleh penerima gadai;
Kasus Gadai
Tn. A meminjam uang 30 juta pada Tn. B dengan jaminan Gadai Mobil
Xenia AB. XXDD GN senilai 60 juta rupiah. Mobil diserahkan dalam
penguasaan Tn. B. Namun naas, mobil yang sedang dipakai jalan-jalan
Tn. B tersebut hilang saat diparkir di kompleks pertokoan malioboro.
Mengetahui mobilnya hilang, Tn. A maupun Tn. B berusaha mencari. Satu
bulan setelah peristiwa hilangnya mobil tersebut, Tn. A mendapatkan
kabar bahwa mobil tersebut dikuasai oleh seseorang di kota Solo. Tn. A
kemmudian mengajukan gugatan revindikasi ke pengadilan, dan
pengadilan mengabulkan gugatan Tn. A sehingga mobil kembali ke Tn. A.
Pertanyaan :
1.Apakah Tn. B merupakan bapak rumah tangga yang baik dalam
kedudukannya sebagai pemegang gadai ? Jelaskan dan berikan
alasannya !
2.Jika Tn. A belum melunasi utang pada Tn. B, apakah Tn. B dapat
menuntut penjualan mobil tersebut atas dasar jaminan gadai ? Jelaskan !
1. Tn. B bukan merupakan Bapak Rumah Tangga yang baik dan
bertanggung jawab karena seperti yang dijelaskan minggu lalu bahwa
benda gadai tidak dapat digunakan namun oleh Tn. B digunakan untuk
jalan-jalan sehingga berakibat pada kehilangan dan karena kehilangan itu
ia harus bertanggungjawab.
Jaminan Gadai bukan hak kebendaan yang memberikan kenikmatan tapi
hak kebendaan yang memberikan jaminan sehingga menjadi ketentuan
bahwa pemegang jaminan gadai tidak boleh menikmati, memanfaatkan,
mengambil hasil dari benda gadai yang sedang dipegangnya.
2. Sesuai dengan Pasal 1152 KUHPerdata ayat (3), karena barang gadai
keluar atau hilang dari kekuasaan si penerima gadai (kreditur) dan barang
gadai tersebut dicari oleh pihak kreditur maupun debitur kemudian barang
gadai ditemukan kembali oleh debitur maka inbezitstelling tidak terpenuhi
artinya jaminan gadainya menjadi hilang karena dalam kasus ini yang
menemukan barang gadai adalah debitur atau pemilik dari barang gadai
meskipun gadai sudah hapus tetapi perjanjian pokok tetap ada berarti
bahwa Tn. B sebagai kreditur dapat meminta pengembalian piutangnya
namun tidak dapat menuntut pengembalian atau penjualan benda gadai
tadi karena gadainya sudah hapus kecuali barang gadai ditemukan oleh si
penerima gadai maka gadai dianggap tidak pernah hilang.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai