Anda di halaman 1dari 51

KEBIJAKAN MONETER,

INFLATION TARGETING FRAME WORK &


MEKANISME TRANSMISI
I. KEBIJAKAN MONETER:
STRATEGI DAN PERANGKAT
Money Supply The stock of the medium of
exchange supplied by the Central Bank.

Types of Financial Assets

M1 Currency in Circulation [C] + Demand Deposits


[D]

M2 M1 + Savings Deposits + “Small” Time Deposits


+ [Liquid Money Market Instruments / “Small”
NCD’s]

M3 M2 + LTD [“Large” Time Deposits and NCD’s]


Monetary Policy

“Monetary policy” refers to the management of


the money supply. Although the idea is simple
enough, the theories guiding the Federal
Reserve are complex and often controversial.
But, we are affected by this policy, and a
basic understanding of how it works is,
therefore, important.
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
• Tujuan Bank Indonesia Sesuai dengan UU No. 3 Tahun
2004 :
“Mencapai dan Menjaga Kestabilan Nilai Rupiah”
• Kestabilan Nilai rupiah dicapai melalui 2 hal, yaitu :
• Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa, yang
dicerminkan oleh tingkat INFLASI.
• Kestabilan Nilai Rupiah terhadap mata uang asing, yang
dicerminkan oleh NILAI TUKAR (kurs/ exchange rate).

• Tugas Bank Indonesia:

2. Mengatur dan menjaga


1. Menetapkan & MENCAPAI & MEMELIHARA
kelancaran sistem
melaksanakan kebj KESTABILAN
pembayaran
NILAI RUPIAH
moneter

3. Mengatur &
mengawasi Bank
Inflasi dan Kebijakan Moneter di Indonesia

TARGET INFLASI IHK BI BERTUGAS


DITETAPKAN PEMERINTAH MENCAPAI TARGET
(BERKOORDINASI DENGAN INFLASI YANG
BI) DITETAPKAN

UU Bank
Indonesia No. 3 KEBIJAKAN
Tahun 2004, MONETER
KEBIJAKAN MONETER
QUANTITATIVE TARGET: dimana TARGET kebijakan
adalah BESARAN UANG BEREDAR (M1 atau M2) yang
dilakukan melalui perubahan M0 (Base-Money)

PRICE TARGET: dimana TARGET kebijakan adalah SUKU


BUNGA yang dilakukan melalui suku bunga instrumen pasar
uang yang diterbitkan dan atau suku bunga pinjaman
kepada bank sentral
CORE Inflation Inflasi yang bersumber pada perubahan
permintaan (demand pull inflation)
Inflasi ini konsisten dengan kondisi fundamental ekonomi dan
secara langsung dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter.

NOISE Inflation Inflasi yang bersumber pada perubahan


penawaran (cost push inflation)
dapat dikatakan secara umum berada di luar kendali otoritas
moneter.

HEAD Inflation inflasi yang bersumber pada perubahan baik


permintaan maupun penawaran

8
Monetary Policy:
Tools
• The central bank has 3 main operating
instruments to conduct policy in interbank
markets
1. Asset Transactions with Banks – Buy or sell
assets from banks in exchange for
reserves
• Open Market Operations (BoJ, Fed,
ECB..)
• Currency Market Operations
• Rediscounting (Bank of Japan)
• Gold Standard (History)
• Etc.
Operating Instruments, Part II

2. Discount Window Lending – Lend reserves


directly to banks or take deposits
• Interest rates set at above IBOR to
discourage over use.
3. Reserve Requirements Directly control
the demand for reserves
• Not used to control money multiplier or
money supply but may be used to fine
tune supply vs. demand in interbank
market.
Tools of Monetary Policy:
Open Market Operations
• Open Market Operations
1.Dynamic: Meant to change Reserves
2.Defensive: Meant to offset other
factors affecting Reserves, typically uses
repos
• Advantages of Open Market Operations
1.Fed has complete control
2.Flexible and precise
3.Easily reversed
4.Implemented quickly
8-11
Tools of Monetary Policy:
Discount Loans
• The Fed’s discount loans are primarily of three types:
• Primary Credit: Policy whereby healthy banks are
permitted to borrow as they wish from the primary
credit facility.

• Secondary Credit: Given to troubled banks


experiencing liquidity problems.

• Seasonal Credit: Designed for small, regional banks


that have seasonal patterns of deposits.
Price Stability Goal
& the Nominal Anchor
Policy makers have come to recognize the social economic
costs of inflation.
• Price stability, therefore, has become a primary focus.
• High inflation seems to create uncertainty, hampering
economic growth.
• Indeed, hyperinflation has proven damaging to countries
experiencing it.
• Policy makers must establish a nominal anchor which
defines price stability. For example, “maintaining an
inflation rate between 2% and 4%”.
• An anchor also helps avoid the time-inconsistency
problem.
Other Goals of Monetary Policy

• Goals
1. High employment
2. Economic growth
3. Stability of financial markets
4. Interest-rate stability
5. Foreign exchange market stability
• Goals often in conflict

Copyright © 2009 Pearson Prentice


8-14
Hall. All rights reserved.
15
TARGET MONETER

Uang Primer (base money/M0/uang inti)


Kewajiban otoritas moneter kepada masyarakat dalam bentuk uang kartal
(uang kertas dan logam) dan dana giro perbankan yang disimpan di bank
sentral termsuk rasio cadangan wajib sekunder dalam bentuk surat-surat
berharga.

Reserve Requirement dikenal pula dengan istilah Cadangan


Perbankan (bank reserves) dan Giro Wajib Minimum
Dana cadangan yang dimiliki perbankan dan disimpan dalam Rekening giro
perbankan di bank sentral.
Nilai cadangan ditetapkan sebagai rasio tertentu dari DPK
Istilah Giro Wajib Minimum karena rasio dana diwajibkan disimpan dalam
rekg. Giro di Bank Sentral terhadap DPK ditetapkan oleh Otoritas.
16

M1 (uang beredar dalam arti sempit/narrow money)


merupakan kewajiban otoritas moneter dan perbankan
(sistem moneter) kepada masyarakat dalam bentuk
uang primer dan dana giro masyarakat yang disimpan
di perbankan komersial.
= UK + UL beredar di masyarakat

M2 (uang beredar dalam arti luas/broad money)


merupakan kewajiban otoritas moneter dan perbankan
(sistem moneter) kepada masyarakat dalam bentuk M1
dan uang kuasi (deposito dan tabungan).
Macam – macam Rezim Kebijakan Moneter

Dalam teori kebijakan moneter terdapat beberapa channels dalam


transmisi moneter yang diyakini oleh suatu negara dalam rangka mencapai
sasaran akhir, yaitu :
1.Monetary targeting; mendasarkan pada pengendalian uang beredar (sbg
Intermediate target) dan uang primer (sbg. Sasaran operasional), dengan
berdasar kestabilan permintaan uang.

2.Exchange rate targeting; mendasarkan pada pengendalian nilai tukar (sbg


intermediate target) untuk mencapai sasaran akhir.

3.Inflation targeting; memfokuskan sasaran akhir pada target inflasi yang


diumumkan. dengan intermediate targetnya menggunakan inflation forecast,
yang mendasarkan pada semua channel transmisi moneter. Biasanya
dikombinasikan dengan suku bunga untuk penentuan operating targetnya.

4.Implicit Nominal Anchor (No Anchor). Tidak menetapkan sasaran akhir dan
intermediate tertentu. Tergantung penilaian dan keyakinan boards of
governor. Untuk operating
17 target biasanya menggunakan suku bunga.
Evolusi Kerangka Kebijakan Moneter
di Indonesia
Sebelum th 2005, Bank Indonesia menggunakan pendekatan uang
primer (base money) sebagai sasaran operasional. Namum dalam
dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kelemahan, antara lain :

1.Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan


ekonomi semakin tidak stabil.
2.Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang
efektif.
3.Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang
(backward looking) dan lebih sulit dilakukan.
4.Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena
adanya perubahan perilaku permintaan uang kartal, giral dan kuasi
masyarakat di Indonesia.

Sejak Juli 2005, Bank Indonesia melakukan perubahan regime


kebijakan moneter, dari pendekatan base money menjadi pendekatan
Inflation Targeting
18 Framework (ITF)
INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF)

Inflation Targeting Framework adalah suatu kerangka


kerja kebijakan moneter yang secara transparan dan
konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang
secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.

Ciri Khusus ITF


• Pernyataan resmi (dan dikuatkan dlm UU) bhw
tujuan akhir kebijakan moneter adalah inflasi yang
rendah dan stabil.
• Penetapan dan pengumuman target inflasi dalam
jangkamenengah-panjang.
• Adanya elemen independensi, komitmen,
komunikasi, disiplin dan mekanisme akuntabilitas
kebijakan moneter.
19
4 Alasan Penerapan ITF
1.Kebijakan moneter dalam jangka menengah-panjang hanya
berpengaruh langsung terhadap inflasi dan bukan pertumbuhan
ekonomi. Inflasi yang tinggi dalam jangka menengah-panjang 
social cost (penurunan daya beli dan uncertainty) dan menekan nilai
tukar  memperburuk perekonomian. Jadi, kebijakan moneter yang
baik adalah pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka
menengah-panjang.

2. Dapat dijadikan alat untuk memelihara kredibilitas bank sentral


dalam mengendalikan inflasi. Dengan adanya transparansi target
inflasi dan cara pencapaiannya, bank sentral akan dituntut
komitmennya untuk mempertahankan reputasinya.

3. Terdapat jangkar nominal yang jelas, yaitu inflasi.

4. Dapat memperkuat akuntabilitas bank sentral, karena adanya


publikasi target inflasi maka publik dapat menilai kesuksesan atau
kegagalan pencapaian bank sentral serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4 Langkah Penguatan Kebijakan Moneter
melalui ITF
1.Penggunaan suku bunga (disebut BI Rate) Rate sebagai
reference rate dalam pengendalian moneter, sebagai
pengganti sasaran operasional uang primer.
2.Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan
strategi antisipatif (forward looking strategy) dalam
mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk
pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk
memperkuat sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan
upaya pembentukan ekspektasi inflasi.
4.Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk
meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered
prices dan volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan
ekonomi secara keseluruhan.
21
Syarat Keberhasilan Implementasi ITF
 Bank sentral yang independen (minimal “instrument
independence”).
 Komitmen untuk mencapai kestabilan harga.
 Tidak ada dominasi fiskal.
 Transparansi dan akuntabilitas.
 Tidak ada ‘anchor’ yang lain (exchange rate harus
fleksibel/floating).
 Kebijakan Moneter yang bersifat “forward looking”
 Memiliki kemampuan Operasional:
 Kemampuan dalam forecast inflasi
 Pemahaman transmisi kebijakan moneter
 Prosedur operasional kebijakan moneter

22
Kerangka Inflation Targeting Framework (ITF)

OPERASI RESPON INDIKATOR SASARAN


KEBIJAKAN KEBIJAKAN
MONETER (operational target) (intermediate target) AKHIR

Instrumen PRAKIRAAN SASARAN


BI RATE
Moneter INFLASI INFLASI

• Koridor suku bunga


+ OUTPUT GROWTH
• Kesejahteraan msy
• Stabilisasi nilai tukar • Trade off yg optimal antara
• Struktur suku bunga
• Kebijakan moneter lain Inflasi dan pertumbuhan ek.
• Manajemen
• Kebijakan perbankan • Determinan inflasi • Pengaruh ekspektasi
likuiditas
• Keterkaitan antar variabel
+ ekonomi
• Transmisi moneter
Koordinasi Pemerintah

Model, riset, statistik, pendapat


ahli, judgement
KREDIBILITAS
KOMUNIKASI KEBIJAKAN KEBIJAKAN
• Komitmen & Konsistensi
• Pembentukan ekspektasi
23
RESPON KEBIJAKAN MONETER
BI Rate & BI-7 Day (reverse) Repo Rate sebagai Suku Bunga
Kebijakan
• BI rate s/d 2016 yang digantikan BI-7 Day Repo Rate
adalah suku bunga yang diumumkan oleh bank indonesia
secara periodik untuk waktu tertentu yang berfungsi sebagai
sinyal (stance) kebijakan moneter
• Dalam kerangka ITF, BI Rate merupakan suku bunga
kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter
dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan.
• Perubahan BI Rate dilakukan dalam kelipatan 25 basis points
(bps).
• BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui
pengelolaan likuiditas di pasar uang (SBI dan PUAB) untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
• BI Rate menjadi pedoman pelaksanaan operasi moneter:
• Juli 2005 s/d awal Desember melalui lelang SBI 1 bulan.
• Awal 2008 s/d sekarang melalui suku bunga PUAB O/N
(Pasar Uang Antar Bank Overnight)
BI RATE & BI 7Day (Reverse) Repo Rate – Respon
Kebijakan Moneter
Pada saat terjadi tekanan inflasi yang membahayakan ekonomi
nasional,BI rate perlu dinaikkan.
Pada saat tekanan inflasi menurun dan diperlukan stimulus
pertumbuhan ekonomi, BI rate perlu diturunkan.

25
II. MEKANISME TRANSMISI
KEBIJAKAN MONETER
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER

Mekanisme Transmisi Kebijakan


Moneter adalah suatu proses
dimana suatu kebijakan moneter
dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dan inflasi
1 SUKU BUNGA
TEORI: Keynessian Traditional Model
FOKUS: LM (Liquidity Management)

Ilustrasi:

TRANSMISI dari SUKU BUNGA KE INFLASI DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI:

KEBIJAKAN SUKU BUNGA (r/i)


MONETER

Uang Beredar BIAYA MODAL INVESTASI (I)


BIAYA KONSUMSI KONSUMSI C)

PRODUKSI
Y
28
28
2 HARGA HARGA EKUITI

2 Mekanisme Transmisi
1.Jalur INVESTASI (Tobin -1969),

Ilustrasi:
M Pe q I Y

Kebijakan ekspansi moneter (yang dilakukan dengan menurunkan suku


bunga untuk meningkatkan Uang Beredar –M) akan meningkatkan
harga ekuitas (Pe) sebagai dampak penurunan biaya investasi, dan
sekaligus meningkatkan ROE (q). Hal ini semakin mendorong
Investasi (I) dan dengan demikian Produkfi (Y).
M Pe q I Y

29
2.JALUR nilai KEKAYAAN dan KONSUMSI
(Modigliani -1971)

M Pe W C Y

Kebijakan ekspansi moneter (yang dilakukan dengan


menurunkan suku bunga untuk meningkatkan Uang Beredar –
M) akan meningkatkan harga ekuitas (Pe) dan dengan
demikian nilai KEKAYAAN (W) dari pemilik ekuiti tersebut.
Seiring peningkatan kekayaan, KONSUMSI (C) juga naik
increase.
M Pe W C Y

30
2 HARGA NILAI TUKAR

Ilustrasi Transmisi
M P E NX Y
Ekspansi moneter yakni menambahkan jumlah uang beredar (M) akan
meningkatkan harga (P) yang akan memperlemah nilai tukar rupiah
relatif ke Valas (E). Pelemahan nilai tukar akan mendorong Ekspor (E)
disis lain mengurangi Impor sehingga meningkatkan Net Export

M P E NX Y

Harga relatif Net Export Produksi


KEBIJAKAN INFLASI produk Ekspor
MONETER dan Impor

Uang Beredar Aggregate


Permintaan Harga
& Penawaran 31
HARGA PROPERTI (TANAH dan PERUMAHAN)
2

Ilustrasi transmisi
P q W I/C Y

Ekpansi moneter dengan menurunkan suku bunga akan meningkatkan


harga rumah (P) dan rasio nilai aset terhadap biaya perolehan (q).
Perubahan ini akan meningkatkan nilai kekayaan (W) yang pada
gilirannya meningkatkan Investasi (pengembangan perubahan) dan
konsumsi (pembelian rumah). Baik peningkatan I maupun C akan
meningkatkan PDB
P q W I/C Y

32
3 KREDIT KREDIT PERBANKAN

Instrumen Reserve Requirement


Pengaturan pertumbuhan Kredit

Ilustrasi transmisi
M RR Lf K I Y

Ekpansi moneter dengan menurunkan reserve requirement/GWM (RR)


akan meningkatkan jumlah dana yang dapat dipinjamkan (LF/Loanable
Fund). Peningkatan ini akan memberikan peluang bank untuk
meningkatkan Kredit (dengan menurunkan suku bunga kredit).
Penurunan suku bunga kredit seiring dengan penurunan biaya bank
(note bahwa GWM dianggap sebagai biaya dalam arti bank kehilangan
potensi penerimaan akibat diwajibkan menahan dana tersebut).
Penurunan suku bunga akan meningkatkan Investasi yang aakn
meningkatkan produksi

M RR Lf I Y
33
4 EKSPEKTASI

Ilustrasi transmisi

KEBIJAKAN EKSPEKTASI:
MONETER Inflasi
Pertumbuhan ekonomi
Uang beredar

Keputusan: Produksi
INVESTASI
KONSUMSI Harga

34
Monetary Transmission Mechanisms

Copyright  2011 Pearson Canada


25 - 35
Inc.
Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia

(6 channels)
Mekanisme transmisi kebijakan meter adalah suatu proses dimana
suatu kebijakan moneter dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dan inflasi

BI Rate 6 Saluran (Channels) Transmisi


Kebijakan Moneter

36
IV.a. CONTOH ILUSTRASI: MEKANISME
TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
MEKANISME TRANSMISI
KEBIJAKAN MONETER

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter


adalah suatu proses dimana suatu
kebijakan moneter dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan inflasi
MEKANISME TRANSMISI
KEBIJAKAN MONETER

SEKTOR MONETER SEKTOR RIIL

KEBIJAKAN PERTUMBUHAN
MONETER (DARI EKONOMI
BANK PROSES TRANSMISI KESEMPATAN KERJA
SENTRAL/BI) INFLASI
X-M
MONETARY POLICY: RESERVE
REQUIREMENT, INTEREST RATE &
LOANABLE FUNDS
NERACA BANK UMUM
ASSET LIABILITY & EQUITY

USE OF FUNDS SOURCE OF FUNDS


RESERVE B. RESERVE: A. DEPOSITS:
REQ (RR) 1.CASH RESERVE DEMAND DEPOSIT
2.RR (GWM, PRIMARY TIME DEPOSIT
INTEREST
RESERVE] SAVING DEPOSIT
RATE
3.SECONDARY RESERVE
[SBI]
4. EXCESS RESERVE LONGTERM
A-B= LOANABLE FUNDS DEBT & EQUITY

ASSET LAIN & KREDIT CUSTOMER'S


DEPOSITS
[NASABAH,
DEBTORS DEPOSAN]
(DEBITUR)
Knut Wicksell (1851-1926)…
ASSET

CASH RESERVE
MONETARY POLICY:
RESERVE REQUIREMENT & RESERVE REQ [RR, GW,
[GWM RATIO, PRIMARY PRIMARY RESERVE]
RESERVES]
SECONDARY RESERVE
BANK CERTIFICATE RATE [SBI]
(SBI-RATE)
EXCESS RESERVE

INFLATI
LOANS INTEREST LOANABLE
ON MS RATE
RATE [CREDIT] FUNDS
TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
INFLASI
1. PREDIKSI BI ADA KENAIKAN HARGA UMUM CENDERUNG
NAIK

INFLASI
TURUN
2. FEEDBACK

11
3 NERACA BANK UMUM
BI-7 DAY KONSUMSI &
RAPAT DEWAN LOANABLE INVESTASI
REVERSE REPO FUNDS
GUBERNUR 6 TURUN
RATE TURUN
(RDG)
DINAIKKAN
7
4
BUNGA KREDIT 10
NAIK
5
KEBIJAKAN 8
MONETER
TOTAL KREDIT MONEY SUPPLY
TINGKAT BUNGA 9
TURUN TURUN
V. BI 7 DAY (REVERSE) REPO RATE & BI
RATE
Sumber: https://www.panduantrading.com/bi-7-day/
BI-RATE
• Pada hari Jumat 15 April 2016, BI mengumumkan formula baru
suku bunga acuan perbankan, yakni BI 7-day Reverse Repo Rate,
yang akan menggantikan formula sebelumnya yakni BI Rate dan
berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Sebelum menggunakan
BI 7-day Rate, selama ini BI menggunakan BI Rate sebagai
patokan atau acuan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan
bagi bank dan atau lembaga keuangan di seluruh Indonesia
(sehingga BI Rate ini disebut juga ‘suku bunga acuan’).

• Misalnya jika BI rate naik dari 6.25% menjadi 6.50%, maka


bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan lembaga keuangan
lainnya juga bisa naik. Patokan ini hanya bersifat rujukan dan
bukan merupakan peraturan, sehingga tidak mengikat ataupun
memaksa. Jadi para bank boleh saja menaikkan bunga pinjaman
kepada orang yang mengajukan kredit dengan alasan BI Rate
naik, namun bunga deposito atau tabungan bagi para nasabahnya
bisa jadi tidak naik sama sekali.
BI-RATE...
• Bagi BI, BI Rate adalah suku bunga bagi Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) untuk jangka waktu satu tahun, yang
disalurkan ke bank-bank. Ketika BI rate naik ke 6.50%,
maka para bank bisa menaruh dana mereka di BI dalam
bentuk SBI, dan akan menerima bunga 6.50% per tahun.

• Selama ini BI menggunakan SBI untuk operasi moneter,


dalam hal ini menambah atau mengurangi jumlah mata uang
Rupiah (money supply) yang beredar. Jadi ketika jumlah
uang yang beredar terlalu banyak, dan itu menaikkan
inflasi, maka BI akan menaikkan BI Rate. Dengan demikian
money supply akan turun, dan inflasi juga akan turun.

• Kemudian, apabila inflasi sudah aman terkendali, maka BI


Rate bisa kembali diturunkan, sehingga bank-bank akan
kembali menyalurkan kredit ke masyarakat, dan pada
akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI 7 DAY REPO RATE
• Masalahnya, meski BI Rate turun, namun dana milik bank yang
terlanjur disetor ke BI baru bisa ditarik satu tahun kemudian.
Sehingga ketika BI Rate turun, maka money supply tidak
langsung naik lagi, melainkan harus menunggu beberapa bulan-
1 tahun, sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi perlu waktu
untuk tercapai. Demikian pula ketika BI menaikkan BI Rate,
maka tingkat inflasi tidak akan langsung turun, karena para
bank juga akan berpikir kalau dana mereka harus mengendap
di BI selama setahun.

• Jadi agar operasi moneter BI menjadi lebih efektif dalam


menyeimbangkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi, maka
diberlakukan BI 7-day Rate. Jika BI 7-day Rate naik, maka
para bank bisa menempatkan dana mereka di BI selama 7 hari
saja (atau 14 hari, 21 hari, dst). Jadi jika di bulan
berikutnya BI 7-day Rate turun, maka pihak bank bisa
langsung menarik dananya dan menyalurkan ke masyarakat.
BI 7 DAY REPO RATE...
• Suku bunga 7-day ini disebut juga ‘reverse repo rate’,
karena BI sebagai ‘bank-nya para bank’ adalah seperti
meminjam dana dari bank dengan janji akan dikembalikan 7
hari kemudian, plus bunga yang sudah ditentukan sebelumnya.
BI akan lebih mudah mengendalikan jumlah uang beredar
(JUB) dengan harapan inflasi lebih terkendali, kurs Rupiah
lebih stabil, dan pertumbuhan ekonomi akan lebih kencang.

• Sebelum tahun 2010, penggunaan BI Rate sudah cukup


efektif untuk operasi moneter, dimana tingkat inflasi dll bisa
dikendalikan dengan baik. Namun sejak 2010, dana asing
mulai masuk dalam jumlah besar ke Indonesia, yang
menyebabkan perputaran dana di pasar uang antar bank
(PUAB) menjadi lebih cepat, tingkat suku bunga PUAB ini
menjadi sangat rendah karena sebuah bank terkadang
memegang sejumlah dana hanya dalam hitungan harian,
sebelum ‘dioper’ lagi ke bank lain.
BI 7 DAY REPO RATE...
• Rendahnya suku bunga di PUAB ini pada akhirnya turut
mempengaruhi tingkat suku bunga perbankan secara
keseluruhan, sementara BI Rate tidak lagi begitu
diperhatikan karena jangka waktunya dianggap terlalu lama,
yakni 1 tahun (sementara suku bunga di PUAB bahkan bisa
berlaku untuk jangka waktu 1 hari, alias overnight).

• Jadi dengan BI 7-day Rate sebagai suku bunga acuan yang


baru, dimana bank bisa membeli SBI hanya untuk tenor 7
hari saja, maka bank akan kembali tertarik untuk
menempatkan dananya dalam bentuk SBI, karena jangka
waktu 7 hari tentu tidak terlalu lama dibanding jangka
waktu di PUAB, dan BI akan kembali memiliki kontrol
efektif terhadap tingkat suku bunga perbankan Indonesia.

• Bagaimana dampak perubahan suku bunga acuan yang baru


(BI 7-day Rate) ini thd kinerja perbankan??
DAMPAK PERUBAHAN SUKU BUNGA
ACUAN DARI BI-RATE MENJADI BI 7-
DAY REPO RATE
• Karena jangka waktu lebih pendek, maka otomatis BI 7-day
Rate akan selalu lebih rendah dibanding BI Rate. Contohnya
jika BI Rate berada di level 6.50%, sementara BI 7-day Rate
5% (tapi 5% tersebut tetap dihitung untuk satu tahun, sehingga
kalau sebuah bank membeli SBI dan langsung menjualnya 7 hari
kemudian, maka bunga yang didapat hanya 7/365 x 5% =
0.10%).

• Kesan yang timbul dari kebijakan ini bahwa BI telah menurunkan


suku bunga acuan secara drastis, sehingga bank-bank juga akan
menurunkan bunga kredit dan deposito, padahal tidak. BI Rate
akan tetap di level 6.50%, kecuali BI menaikkan atau
menurunkannya, demikian pula halnya dengan BI 7-day Rate
akan tetap berada di level 5% kecuali BI menaikkan atau
menurunkannya.

Anda mungkin juga menyukai