Konsep Fikih Dan Ibadah Dalam Islam (Bab 1)
Konsep Fikih Dan Ibadah Dalam Islam (Bab 1)
Ilmu Akhlak
02 yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan
jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan keutamaan dan
mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji,
harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.
Ilmu Fikih
03 yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan
hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua bagian:
pertama fiqih ibadah, kedua fiqih muamalah
KONSEP FIKIH DALAM ISLAM
PENGERTIAN FIKIH SECARA BAHASA
الْ ِعمْل ُ اِب ْ َأل ْحاَك ِم الرَّش ْ ِع َّي ِة ْال َع َم ِل َّي ِة ْامل ْكت َ َسب ِم ْن َا ِدلَّهِت َا التَّ ْف ِص ْيل َّي ِة
“ ilmu tentang hukum-hukum syar’i (agama) yang praktis yang diambil
dari dalil-dalil yang terperinci ”.
ْامل ْس َتن ْ َب َط ُة ِم ْن َا ِدلَّهِت َا التَّ ْف ِص ْي ِل َّي ِة َ ال ِعمْل ُ اذَّل ِ ى يُ َبنِّي ُ ْاَأل ْحاَك َم الرَش ْ ِع َّي َة الَّىِت تَ َت َعلَ ُق اِب َ ْف َع ِال ْامللَك َّ ِفنِي
“ ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan
perbuatan-perbuatan para mukallaf yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci”.
Fikih : Hukum Islam yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil
yang terperinci.
الْ ِعمْل ُ اِب ْ َأل ْحاَك ِم الرَّش ْ ِع َّي ِة ْال َع َم ِليَّ ِة ْامل ْكت َ َسب ِم ْن َا ِدلَّهِت َا التَّ ْف ِص ْيليَّ ِة
1. Kata) ُ ْل ِعمْل555ا
al-‘ilm/ilmu pengetahuan) berarti pemahaman yang mencapai keyakinan
maupun dugaan, mengingat hukum-hukum amaliah praktis terkadang ditetapkan oleh
dalil qath’i–yaqini (pasti dan meyakinkan) dan umumnya ditetapkan oleh dalil zhanni
(kira-kira dan dugaan).
2. Kata)َأل ْحاَك م5 ا
al-ahkam/hukum-hukum) adalah bentuk jamak dari kata ‘Hukum’. Pengertian
Hukum adalah tuntutan Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan
orang mukallaf. Kata al-ahkam mengecualikan seluruh jenis pengetahuan yang tidak
bersinggungan dengan hukum.
melalui penalaran dan ijtihad, sehingga mengecualikan ilmu Allah SWT; ilmu malaikat;
ilmu Rasulullah SAW yang dihasilkan melalui wahyu, bukan melalui ijtihad; serta ilmu
yang bersifat pasti (aksiomatis), yaitu ilmu yang tidak membutuhkan pada dalil dan
penalaran, seperti kewajiban shalat lima waktu.
5. Kata) al-adillah al-tafshiliyyah/dalil-dalil terperinci) berarti berdasarkan dalil tertentu yang
terdapat dalam al-Qur’an, al-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Kata al-adillah mengecualikan ilmu
orang yang bertaklid, karena dia memperolehnya dari perkataan orang lain, yakni
mujtahid atau ulama Fikih. Sedangkan kata al-tafshiliyyah mengecualikan ilmu Ushul
Fiqih yang mengkaji dalil-dalil global (al-ijmaliyyah).
Contoh: Dalil shalat dan zakat menurut Ushul Fiqih adalah al-Qur’an, sedangkan dalil shalat
dan zakat menurut Fikih adalah Surat al-Baqarah: 43.
RUANG LINGKUP FIQIH
Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu Fikih adalah semua hukum yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap
mukallaf (Mukallaf artinya orang yang sudah dibebani atau diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran syariah Islam dengan
tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam).
d. Hukum Acara (al-Murafa’at). Yaitu hukum yang berhubungan dengan lembaga pengadilan,
masalah saksi dan sumpah, serta melaksanakan prinsip-prinsip keadilan antra manusia.
Setidaknya ada 20 ayat (versi Wahbah Zuhaili) atau 13 ayat (versi ‘Abd al-Wahhab Khallaf) yang
terkait bahasan ini. Misalnya: al-Baqarah: 282; al-Nisa’: 65, 105; al-Maidah: 8; dan Shad: 26.
e. Hukum Perundang-undangan (al-Dusturiyyah). Yaitu hukum yang terkait aturan dan dasar-
dasar hukum. Hukum yang memberikan ketentuan-ketentuan bagi hakim dan terdakwa, serta
penetapan hak-hak pribadi dan masyarakat. Hukum ini tertera dalam al-Qur’an sekitar 10 ayat.
Misalnya: Ali ‘Imran: 104, 110, 159; al-Nisa’: 59; dan al-Syura: 38.
f. Hukum Ketatanegaraan (al-Dawliyyah). Yaitu hukum yang membicarakan tentang hubungan
antara Negara-negara Islam dan Negara-negara non-Islam; serta aturan pergaulan antar non-
Muslim di dalam Negara Islam maupun antara umat Islam dengan non-Muslim di Negara Islam.
Ada sekitar 25 ayat yang relevan dengan hukum ketatanegaraan. Misalnya: al-Baqarah: 190,
191, 192, 193; al-Anfal: 39, 41; al-Tawbah: 29, 123; dan al-Hajj: 39, 40.
g. Hukum Ekonomi dan Harta Benda (al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah). Yaitu hukum yang
memperbicangkan hak-hak fakir miskin, kewajiban orang kaya serta mengatur sumber-sumber
pendapatan dan pembelanjaannya. Bahasan ini meliputi harta milik negara, masyarakat,
keluarga hingga milik pribadi. Setidaknya ada 10 ayat yang berhubungan dengan hukum ini.
Misalnya: al-Baqarah: 275, 282, 284; Ali ‘Imran: 130; al-Nisa’: 29; dan al-Muthaffifin: 1, 2, 3.