Anda di halaman 1dari 37

PERBUATAN MELANGGAR

HUKUM DALAM PELAYANAN


KESEHATAN

Lili Anggraini, SST.,


Pengertian Perbuatan Hukum
Perbuatan hukum adalah :
Setiap perbuatan subjek hukum (manusia atau
badan hukum) yang akibatnya diatur oleh
hukum, karena akibat itu bisa dianggap
sebagai kehendak dari yang melakukan
hukum. (R. Soeroso)
Perbuatan Hukum
(Rechtshandelingen)
Perbuatan hukum adalah :
Perbuatan subjek hukum (orang atau badan
hukum) yang secara sengaja dilakukan
sehingga menimbulkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban)
Contoh : membuat surat wasita, membuat
perjanjian
Perbuatan hukum dibagi 2
 Perbuatan hukum sepihak
Yaitu : perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak
saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada pihak
satu pula. Contoh : pembuatan wasiat, pemberian hibah
 Perbuatan hukum dua pihak
Yaitu: perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah
pihak (timbal balik)
Contoh : membuat perjanjian jual beli, sewa menyewa
Pengertian Perbuatan
Melanggar Hukum
 Perbuatan melanggar hukum adalah
perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang
mengakibatkan timbulnya kerugian bagi
orang lain tanpa sebelumnya ada suatu
hubungan hukum, kewajiban mana ditujukan
terhadap setiap orang pada umumnya dan
dengan tidak memenuhi kewajibannya
tersebut dapat diminta suatu ganti rugi.
 Perbuatan melawan hukum (Onrechmatige
daad) diatur dalam Pasal 1365 B.W.
 Pasal ini menetapkan bahwa perbuatan yang
melawan hukum mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan itu, jika karena
kesalahannya telah timbul kerugian, untuk
membayar kerugian itu
 Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan :
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.”
Sedangkan ketentuan pasal 1366 KUHPerdata
menyatakan:
“Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaiannya atau kurang
hati-hatinya”
Putusan Hoge Raad 1919, yang
diartikan dengan melanggar hukum
1. Melanggar hak orang lain, seperti hak pribadi (integritas
tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain) dan hak
absolute (hak kebendaan, nama perniagaan, dan lain-
lain);
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku;
3. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu perbuatan yang
dilakukan seseorang bertentangan dengan sopan
santun yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat;
4. Bertentangan dengan kecermatan yang harus
diindahkan dalam masyarakat
Menurut Rosa Agustina, dalam
bukunya Perbuatan Melawan Hukum , suatu
perilaku disebut melanggar hukum, jika :

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si


pelaku;
2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain;
3. Bertentangan dengan kesusilaan;
4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan
kehati-hatian.
Disimpulkan :
Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata,
4 unsur perbuatan Melanggar Hukum

 Perbuatan melawan hukum


Perbuatan yang dianggap melawan hukum didasarkan
pada kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang di
hidup di masyarakat seperti asas kepantasan atau
kepatutan

 Kesalahan
Ada kesalahan yang dilakukan dengan kesengajaan atau
kelalaian
 Kerugian
Terdapat kerugian materil (kerugian yang nyata diderit)
dan/atau kerugian immaterial (kerugian atas manfaat
atau keuntungan yang mungkin diterima di kemudian
hari)

 Hubungan kausal antara perbuatan


melawan hukum dengan kerugian
Kerugian yang dialami harus merupakan akibat dari
perbuatan melawan hukum yang dilakukan
Perbuatan Melanggar Hukum
dalam Pelayanan Kesehatan
Malpraktik atau malpraktek :
sebuah tindakan atas dasar kelalaian atau
kesalahan seorang dokter dalam menjalankan
profesi, praktek, pengetahuan dan ketrampilannya
yang biasa digunakan dalam mengobati pasien
sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian
bagi kesehatan atau kehidupan pasien karena tidak
sesuai dengan standar profesi medik serta
menggunakan keahlian untuk kepentingan pribadi.
 Undang-undang memberikan kewenangan
secara mandiri kepada tenaga medis untuk
melakukan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan ilmu medis menurut sebagian atau
seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan
kewenangan tersebut secara nyata.
 Seorang tenaga medis dinyatakan melakukan
kesalahan profesional apabila melakukan
tindakan yang menyimpang atau lebih dikenal
sebagai malpraktik.
 Dalam bidang kesehatan, malpraktik adalah
penyimpangan penanganan kasus atau
masalah kesehatan (termasuk penyakit) oleh
petugas kesehatan, sehingga menyebabkan
dampak buruk bagi penderita atau pasien
(Notoatmodjo, 2010).
Unsur-unsur Malpraktek
 Adanya kelalaian.
Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena
kekurang hati-hatian, kurangnya pemahaman,
serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan
akan profesinya, padahal diketahui bahwa
mereka dituntut untuk selalu mengembangkan
ilmunya. 
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga medis,
tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterampilan fisik, dan tenaga keteknisan medis.
Yang dimaksud tenaga medis adalah dokter atau
dokter spesialis. 
 Tidak sesuai standar pelayanan medik.
Standar pelayanan medik yang dimaksud
adalah standar pelayanan dalam arti luas,
yang meliputi standar profesi dan standar
prosedur operasional. 
 Pasien menderita luka, cacat, atau
meninggal dunia.
Adanya hubungan kausal bahwa kerugian yang
dialami pasien merupakan akibat kelalaian
tenaga kesehatan. Kerugian yang dialami
pasien yang berupa luka (termasuk luka berat),
cacat, atau meninggal dunia merupakan akibat
langsung dari kelalaian tenaga kesehatan.
Jenis-Jenis Malpraktik
 Menurut Isfandyarie (2005), ditinjau dari etika
profesi dan hukum, malpraktik dapat
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu;
1. malpraktik etik (ethical malpractice) dan
2. malpraktik yuridis (yuridical malpractice)
Malpraktik Etik
 Malpraktik etik yaitu tenaga kesehatan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya
sebagai tenaga kesehatan.
 Misalnya seorang bidan yang melakukan tindakan yang
bertentangan dengan etika kebidanan.
 Etika kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik Bidan
merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan
atau norma yang berlaku untuk seluruh bidan.
lanjutan
 Malpraktik etik adalah dokter melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika
kedokteran, sedangkan etika kedokteran yang
dituangkan di dalam KODEKI merupakan
seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau
norma yang berlaku untuk dokter.
Malpraktik Yuridis 
 Malpraktik yuridis dibagi menjadi menjadi tiga
bentuk, yaitu
1. malpraktik perdata (civil malpractice),
2. malpraktik pidana (criminal malpractice) dan
3. malpraktik administratif (administrative
malpractice).
1) Malpraktik Perdata (Civil
Malpractice)
 Malpraktik perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang
menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian
(wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga
kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan kerugian
kepada pasien.
 Dalam malpraktik perdata yang dijadikan ukuran dalam
melpraktik yang disebabkan oleh kelalaian adalah
kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis).
Contoh dari malpraktik
perdata
 seorang dokter yang melakukan operasi ternyata
meninggalkan sisa perban didalam tubuh si pasien.
Setelah diketahui bahwa ada perban yang tertinggal
kemudian dilakukan operasi kedua untuk mengambil
perban yang tertinggal tersebut. Dalam hal ini kesalahan
yang dilakukan oleh dokter dapat diperbaiki dan tidak
menimbulkan akibat negatif yang berkepanjangan
terhadap pasien.
2) Malpraktik Pidana
 Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia
atau mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang
hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan upaya
perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau
cacat tersebut.

 Malpraktik pidana ada tiga bentuk yaitu:


1) Malpraktik pidana karena kesengajaan (intensional)
2) Malpraktik pidana karena kecerobohan (recklessness)
3) Malpraktik pidana karena kealpaan (negligence)
Malpraktik pidana karena kesengajaan
(intensional),
 tenaga medis tidak melakukan pertolongan
pada kasus gawat padahal diketahui bahwa
tidak ada orang lain yang bisa menolong, serta
memberikan surat keterangan yang tidak benar.
 Contoh : melakukan aborsi tanpa tindakan
medis.
 Malpraktik pidana karena kecerobohan
(recklessness),
 misalnya melakukan tindakan yang tidak legeartis atau
tidak sesuai dengan standar profesi serta melakukan
tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medis.
 Contoh: Kurang hati-hatinya perawat dalam memasang
infus yang menyebabkan tangan pasien membengkak
karena terinfeksi.
 Malpraktik pidana karena kealpaan
(negligence),
 misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien
sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang
hati-hati.
 Contoh: seorang bayi berumur 3 bulan yang jarinya
terpotong pada saat perawat akan melepas bidai yang
dipergunakan untuk memfiksasi infus.
3) Malpraktik Administratif 
 Malpraktik administratif terjadi apabila tenaga kesehatan
melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi
negara yang berlaku, misalnya menjalankan praktek
bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya,
menjalankan praktek dengan izin yang sudah
kadaluwarsa, dan menjalankan praktek tanpa membuat
catatan medik.
Ketentuan Malpraktik dalam
Hukum Indonesia 
1. KUHP
a. Pasal 53 KUHP percobaan melakukan kejahatan
b. Pasal 267 KUHP mengenai Pemalsuan Surat
c.  Pasal 345, 347, 348, 349 KUHP yang berkaitan dengan upaya
abortus criminalis (pengguguran kandungan)
d. Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan
e. Pasal 359-360 KUHP tentang yang menyebabkan mati atau luka-
luka
f. Pasal 361 KUHP yang merupakan pasal pemberatan pidana bagi
pelaku dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian dalam
hal ini jabatan profesi sebagai dokter, bidan dan juga ahli obat-
obatan yang harus berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya
b. Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Berkaitan dengan perlindungan pasien dapat
dilihat dari ketentuan Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58
UU Kesehatan.
 Terkait dengan transplantasi organ dapat dilihat
dari ketentuan Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66,
apabila terjadi pelanggaran atas ketentuan pasal
tersebut maka dapat dijatuhi sanksi pidana sesuai
ketentuan Pasal 192 UU Kesehatan
 Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77 UU Kesehatan
tentang aborsi
c. Undang-Undang No.29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran 
 Pasal 51 UU Praktik Kedokteran mengenai kewajiban
dari dokter dan dokter gigi
 Pasal 75, Pasal 77 UU Praktik Kedokteran yang berlaku
bagi orang yang bukan dokter yang dengan sengaja
menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain
yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah
dokter yang telah memiliki SIP atau STR (Surat izin
praktik atau Surat Tanda Registrasi)
 Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80 UU Praktik Kedokteran.
Referensi
 Riadi, Muchlisin. (2020). Malpraktik (Pengertian, Unsur, Jenis dan Ketentuan
Hukum Pidana).
 Fuady, Munir. 2005. Sumpah Hippocrates dan Aspek Malpraktik Dokter.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
 Komalasari, Veronica. 1998. Hukum Dan Etika dalam Praktek Dokter. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 
 Koeswadji, H.H. 1998. Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan Hukum
dalam Mana Dokter sebagai Salah Satu Pihak). Bandung: Citra Aditya Bakti.
 Amir, Amri. 1997. Bunga Rampai Hukum Kesehatan. Jakarta: Widya Medika.
 Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
 Isfandyarie, Anny. 2005. Malpraktek dan Resiko Medik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Lili Angraini
085213666983
anggrainiafda66@gamil.com

Anda mungkin juga menyukai