Anda di halaman 1dari 57

LAYANAN LUMPUR TINJA

TERJADWAL (LLTT)

1
AIR LIMBAH PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (SPAL)

TARGET & SASARAN 2015 - 2019


TANTANGAN 1.Program Pengembangan 100%
92%
Sistem Pengelolaan Air Limbah 85%
72%
1. AKSES PELAYANAN 64%
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
TAHUN 2013

STRATEGI PELAKSANAAN:
60,91%
2015 2016 2017 2018
2019
·Peningkatan kesadaran masyarakat AKSES PELAYANAN
·Peningkatan kepedulian dan komitmen pemda PENGELOLAAN AIR LIMBAH
·Peningkatan kelembagaan dan kompetensi SDM
Perkotaan Perdesaan
·Peningkatan akses air limbah layak
·Kerjasama lintas sektor dan kemitraan
100%
77,15 44,74 ·Pengembangan skala penanganan
% % ·Peningkatan kualitas perencanaan air limbah Perkotaan Perdesaan

100% 100%
Akses SPAL Setempat Akses SPAL Terpusat
Kota : 74,15%
Program Fisik 2015 - 2019 Program Non Fisik 2015 - 2019
Kota : < 3%
Desa: 69,20% AksesSPALSetempat Akses SPALTerpusat
1. SPAL Setempat : 1. Kampanye, edukasi Kota:95% Kota : 5%
· Tangki Septik Individual dan promosi
1.

Desa:100%
· Tangki Septik Komunal 2. Advokasi pemda
Kesadaran Masyarakat terhadap PHBS (eksekutif & legislatif)
· Sarana Pengangkutan
· IPLT 3. Bantuan teknis kelembagaan Masyarakat menerapkan PHBS
4. Pendampingan
Komitmen Pemda untuk
Pemutakhiran SSK Komitmen pendanaan
Pengelolaan air limbah 2. SPAL Terpusat 5. Sinkronisasi lintas sektor > 5% x jumlah Anggaran APBD
· Skala Komunal (implementasi/pendanaan)
Kelembagaan Pengelola Air Limbah · Skala Kawasan 6. Peningkatan Kapasitas SDM Setiap Kab/Kota Memiliki
(regulator & operator) · Skala Kota Lembaga Pengelola Air Limbah

1.KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN


RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEBUTUHAN DANA UNTUK UNIVERSAL ACCESS

3
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH SETEMPAT (SPAL-S)

PEMANFAATAN
PEWADAHAN PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN KEMBALI/
PEMBUANGAN

PENGELOLAAN
PENGELOLAAN LUMPUR
LUMPUR TINJA
TINJA

PEMANFAATAN
SARANA SPAL
PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN IPLT KEMBALI/
SETEMPAT
PEMBUANGAN

 Sarana Setempat
 Penyedotan Dan Pengangkutan Lumpur
Tinja AMAN terhadap
 Pengolahan Lumpur Tinja di IPLT lingkungan
 Pemanfaatan Kembali
 Pembuangan
4
PERMASALAHAN PENGELOLAAN LUMPUR TINJA

PEMANFAATAN
PEWADAHAN PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN KEMBALI/
PEMBUANGAN
RANTAI SPAL-S

PENGELOLAAN
PENGELOLAAN LUMPUR
LUMPUR TINJA
TINJA

PEMANFAATAN
SARANA SPAL
PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN IPLT KEMBALI/
SETEMPAT
PEMBUANGAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN

Tangki septik
On Call base SOP tidak dilakukan
tidak kedap air
Pemeliharaan
Kuantitas dan kualitas Sarana
sarana kurang Bangunan tidak terawat
prasarana tidak memadai
LUMPUR TINJA

dilakukan
Tidak ada Pembuangan lumpur tidak di
Pengolahan tidak berjalan
penampungan instalasi pengolahan
BABs SOP tidak dilakukan Tidak ada monitoring
Regulasi belum
Regulasi belum ada SDM operator minim
ada
Regulasi belum ada
Lembaga pengelola belum siap 5
PERLU UPAYA “SPESIAL” UNTUK MENGELOLA
PERMECAHAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN
LUMPUR TINJA

6
LLTT

7
DEFINISI DAN POLA PENYELENGGARAAN

DEFINISI :
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) adalah suatu mekanisme pelayanan
penyedotan lumpur tinja yang dilakukan secara periodik atau terjadwal yang
diterapkan pada sistem pengelolaan air limbah setempat, yang kemudian diolah pada
instalasi yang ditetapkan serta terkait dengan metode pembayaran yang telah
ditetapkan.

POLA PENYELENGGARAAN :
• LLTT dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
• Pemda dapat bekerja sama dengan Badan Usaha.
• Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan LLTT
melalui :
– Penyediaan pedoman pelaksanaan
– Pembinaan peningkatan kualitas sistem setempat
– Pendampingan pelaksanaan LLTT
– Penguatan kelembagaan
– Pengawasan pelaksanaan LLTT

8
KRITERIA DASAR
1. Ketersediaan Regulasi dan Kebijakan
2. Ketersediaan Lembaga Pengelola
3. Ketersediaan Rencana Implementasi LLTT
4. Ketersediaan, kapasitas dan keberfungsian IPLT dan sarana
prasarana penunjangnya
5. Ketersediaan prasarana dan sarana pengangkutan, baik yang
dimiliki dan dikelola sendiri oleh pengelola ataupun bekerja sama
dengan pihak swasta
6. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
7. Ketersediaan Anggaran
8. Alokasi anggaran
9. Kesediaan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menerapkan
‘Polluter Pay Principle’

9
OPERASIONAL SECARA GLOBAL

KEGIATAN OPERASIONAL

TEKNIS ADMIN

Penyedotan Penjadwalan

Pelaksanaan
Pengangkutan dan
Penagihan
Pengolahan
Monitoring

10
KOMPONEN OPERASIONAL

pengendalian
tangki septik
1
• registrasi tangki septik
• pendataan pemilik /
penanggungjawab
• bantuan teknis
perbaikan

2
penyedotan
unit setempat
pengolahan 3 • penyedotan tangki
lumpur tinja
septik berkala dan
• pengolahan terjadwal
lumpur tinja • penyedotan tangki
• pemanfaatan septik darurat
lumpur olahan • pengangkutan ke IPLT
yang terpantau

11
POLA OPERASIONAL 1

12
POLA OPERASIONAL 2

Tangki Septik

Motor Tangki

IPLT

Penampungan Lumpur

Tangki Septik
Motor Tangki

13
POLA OPERASIONAL 3

14
I. TAHAPAN PERSIAPAN
1.1. TINGKAT PUSAT
• Penyiapan regulasi dan kebijakan
• Penyiapan panduan monitoring dan evaluasi kegiatan
• Penyiapan materi sosialisasi dan diseminasi
• Penyiapan materi pelatihan fasilitator provinsi dan kab/kota
• Perekrutan fasilitator pendampingan implementasi LLTT di tingkat provinsi dan kab/kota
• Pelaksanaan pelatihan fasilitator provinsi dan kab/kota

1.2. TINGKAT PROVINSI


• Penyiapan materi sosialisasi dan diseminasi
• Sosialisasi kepada Kab/Kota
• Seleksi dan verifikasi kesiapan Kab/Kota
• Penyusunan kesepakatan pelaksanaan kegiatan dengan Kab/Kota

1.3. TINGKAT KABUPATEN


• Melakukan penilaian mandiri berdasarkan komponen kriteria kesiapan
• Penyusunan Regulasi dan Kebijakan
• Penyusunan Rencana Implementasi LLTT
– Kegiatan sosialisasi dan edukasi pengelolaan lumpur tinja di tingkat masyarakat
– Sensus Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S)
– Identifikasi wilayah pelayanan dan wilayah prioritas
15
PENILAIAN MANDIRI KINERJA PENGELOLAAN LUMPUR TINJA

16
• Penilaian mandiri dilakukan dengan cara memilih jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
Setiap jawaban memiliki nilai seperti yang dituliskan pada kolom ke-4.
• Nilai dari setiap pertanyaan, dihitung dengan cara : Bobot x Nilai
• Jumlahkan Bobot x Nilai dari semua pertanyaan, maka akan didapat Skor :
“Skor Baik”= 351-500; “Skor Cukup”= 180=350; “Skor Kurang”= Kurang dari 180 17
PENYUSUNAN REGULASI DAN KEBIJAKAN

Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah mengenai pengelolaan air limbah
sekurang-kurangnya memuat :
1. Ruang Lingkup
2. Asas dan Tujuan
3. Tugas dan Kewenangan Pemerintah
4. Hak dan Kewajiban
5. Perizinan
6. Penyelenggaraan Pengelolaan Lumpur Tinja
7. Pembiayaan dan Kompensasi
8. Kerjasama dan Kemitraan
9. Peran Masyarakat
10. Konsultasi Publik
11. Larangan
12. Pengawasan
13. Sanksi Administratif
14. Penyelesaian Sengketa
15. Penyidikan
16. Ketentuan Pidana
17. Ketentuan Penutup
18. Larangan BABS
19. Kontribusi Sarana Komunal dari Pemda
20. Pembuatan Tanki Septik yang Memenuhi Syarat, termasuk tangki septik komunal
21. Persyaratan dan Pemeriksaan Tangki Septik dalam IMB
22. Penyedotan Lumpur Tinja secara Terjadwal
23. Metode dan Tata Cara Pembayaran Iuran Warga 18
MATERI DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN LUMPUR TINJA

19
20
21
22
II. TAHAPAN OPERASIONAL
2.1. TINGKAT PUSAT
• Koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dalam rangka pengaturan,
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan LLTT.

2.2. TINGKAT PROVINSI


• Koordinasi antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota
• Kegiatan LLTT dilaksanakan oleh Pemerintah Kab/Kota didampingi oleh Fasilitator
Kab/Kota.
• Pemerintah Provinsi dan Satker Provinsi didampingi Fasilitator Provinsi melakukan
koordinasi dengan Pemerintah Kab/Kota untuk pembinaan dan pengawasan kegiatan LLTT.
• Fasilitator Provinsi setiap bulan melaporkan kegiatan pembinaan dan pendampingan
untuk Fasilitator Kab/Kota kepada Satker Provinsi, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Pusat.
• Satker Provinsi dan Fasilitator Provinsi berkoordinasi dengan Fasilitator Kab/Kota untuk
mengatasi permasalahan dan merumuskan rencana tindak :
– Identifikasi permasalahan di lapangan yang mencakup aspek regulasi/kebijakan, aspek kelembagaan
dan SDM, aspek teknis dan aspek pendanaan.
– Identifikasi permasalahan pada thap persiapan dn tahap operasional dalam pelaksanaan kegiatan
LLTT.
– Rekomendasi alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjut.

23
II. TAHAPAN OPERASIONAL …2
2.3. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
2.3.1. Pembentukan dan penguatan lembaga pengelola :
– Lembaga pengelola lumpur tinja sebagai perangkat daerah (UPTA/UPTB)
– Lembaga pengelola sebagai PPK-BLUD
– Lembaga pengelola sebagai BUMD
2.3.2. Pengalokasian Anggaran

24
PERBEDAAN SKPD/UNIT LERJA, PPK-BLUD DAN BUMD

25
PERBEDAAN SKPD/UNIT KERJA, PPK-BLUD DAN BUMD… 2)

26
2.3.3. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN BADAN USAHA
A. PERAN SERTA MASYARAKAT
– Pembangunan/rehab tangki septik sesuai SNI yang kedap air dan memiliki akses untuk
inspeksi dan penyedotan termsuk hal-hal lain yang berdampak dari kegiatan
pembangunan/rehabilitasi septik tank.
– Pemeliharaan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik (lumpur tinja
khususnya), baik sarana prasarana individu maupun komunal.
– Pembayaran tarif/retribusi jasa pelayanan pengurasan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
– Partisipasi aktif dalam informasi kebutuhan pelayanan penyedotan terjadwal maupun
tidak terjadwal (on call based).
– Pembentukan/mengoptimalkan lembaga di tingkat masyarakat (misalnya PKK,
KarangTaruna, Kelompok Swadaya Masyarakat, dll) yang berperan dalam kegiatan
penyuluhan dan sosilisasi, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan, dan
mengkomunikasikan jadwal penyedotan dengan pengelola LLTT.

B. PERAN SERTA BADAN USAHA


– Melayanai penyedotan tangki septik menggunakan armada dan tenaga operator dari
Badan Usaha.
– Membuang lumpur tinja ke IPLT.

27
2.3.4. PELAKSANAAN TEKNIS OPERASIONAL
A. SISTEM PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN LUMPUR TINJA
• Jarak area pelayanan terhadap IPLT
• Kondisi lalu lintas di area pelayanan, dan dari area pelayanan menuju IPLT
• Lebar dan kondisi jalan di area pelayanan
• Waktu tempuh dari area pelayanan ke IPLT dan sebaliknya
• Kondisi aksesibilitas dan posisi tangki septik terhadap jalan
• Ketersediaan lahan untuk TPLS (jika dibutuhkan)
• Waktu operasional IPLT
• Biaya operasional

28
B. RUTE DAN JADWAL
• Rute yaitu jarak atau arah yg harus ditempuh atau dilalui
• Jadwal yaitu pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, yang berupa
daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang
terperinci.
• Jadwal Penyedotan Tangki Septik didasarkan pada target wilayah pelayanan dan lokasi prioritas
serta ketersediaan truk pengangkut yang disusun oleh pengelola LLTT dan disampaikan kepada
warga melalui ketua RT/RW setempat.
• Pemilik rumah atau anggota keluarga menyiapkan akses pada saat penyedotan tangki septik,
sehingga petugas yang melaksanakan penyedotan tidak mengalami kesulitan.
• Beberapa data yang dibutuhkan untuk penyusunan rute dan jadwal adalah : peta jalan, peta
lokasi yang akan dilayani (kompleks perumahan, dll), jumlah dan kondisi pakai armada
penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja, kapasitas tangki truk tinja, jumlah tangki septic
yang akan disedot beserta volumenya, jarak tempuh (dari pool dan atau IPLT ke areapelayanan),
jumlah tangki septik yang disedot dan waktu per ritasi.
• Beberapa asumsi yang dipergunakan untuk menyusun rute dan jadwal adalah :
– Jika jarak area pelayanan kurang dari 20 km, maka tiap truk tinja dapat melakukan 3-4 rit/hari. Jika jarak
area pelayanan lebih dari 20 km, maka tiap truk tinja dapat melakukan maksimal 2 rit/hari.
– Lalu lintas relatif ramai lancar (kecepatan truk rata-rata 30 km/jam)
– Akses terhadap tangki septik yang akan disedot sudah dipersiapkan oleh pemiliknya

29
C. SARANA PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN
• Truk Tinja (kapasitas < 2 m3, kapasitas 2-6 m3, kapasitas > 6m3)
• Mobil Tinja (kapasitas < 2 m3)
• Motor Tinja (kapasitas < 1 m3)
• Gerobak Tinja (kapasitas < 0,5 m3)

30
D. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

• Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah pengolahan air limbah


yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal
dari sistem setempat yang diangkut melalui sarana pengangkut lumpur
tinja.
• Lumpur akan diolah menjadi lumpur kering yang disebut dengan cake dan
air olahan/efluen yang sudah aman dibuang ataupun dimanfaatkan
kembali.
• Lumpur kering dapat dimanfaatkan menjadi pupuk dan efluen dapat
digunakan untuk keperluan irigasi.
• IPLT merupakan tempat pengolahan lumpur tinja yang disedot melalui
mekanisme penyedotan terjadwal maupun penyedotan tidak terjadwal.
• Oleh karena itu kinerja unit- unit pengolahan di IPLT merupakan prasyarat
bagi keberhasilan suatu pengelolaan lumpur tinja.
• Selain itu, IPLT yang berfungsi optimal juga dapat menjamin keamanan
terhadap lingkungan.

31
E. UNIT-UNIT PENGOLAHAN DI IPLT

• Unit Pengumpul : berfungsi untuk menghomogenkan lumpur tinja yang masuk ke IPLT mengingat
karakteristik lumpur tinja yang tidak selalu seragam antar tangki septik. Selain itu, pada dasarnya
fungsi utama tangki ekualisasi adalah untuk mengatur agar debit aliran lumpur yang masuk ke unit
berikutnya menjadi konstan dan tidak berfluktuasi.
• Unit penyaringan : berfungsi untuk memisahkan atau menyaring benda-benda kasar di dalam
lumpur tinja. Pemisahan atau penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan bar screen
manual atau mekanik.
• Unit pemisahan partikel diskrit : berfungsi untuk memisahkan partikel diskrit agar tidak
mengganggu proses selanjutnya. Unit pemisahan partikel diskrit di antaranya Sludge Separation
Chamber (SSC) dan Imhoff Tank.
• Unit stabilisasi : berfungsi untuk menurunkan kandungan organik dari lumpur tinja, baik secara
anaerobik maupun aerobik. Unit stabilisasi di antaranya kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan
kolam maturasi.
• Unit Pemekatan : berfungsi untuk memisahkan padatan dengan cairan yang dikandung lumpur
tinja, sehingga konsentrasi padatannya akan meningkat atau menjadi lebih kental. Unit pemekatan
berupa Sludge Separation Chamber (SSC) dan Imhoff Tank.
• Unit pengeringan lumpur : berfungsi untuk menurunkan kandungan air dari lumpur hasil olahan,
baik dengan mengandalkan proses penguapan atau proses mekanis. Unit pengering lumpur berupa
bidang pengering lumpur.
32
F. ALTERNATIF TEKNOLOGI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA

33
G. DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TEKNOLOGI PADA IPLT

34
H. KAPASITAS PENGOLAHAN IPLT

Asumsi :
Hari kerja LLTT : 300 hari/tahun
Akumulasi lumpur tinja : 30 liter/orang/tahun (SNI 03-2398-2002)
Prosentase pelayanan : Rumah tangga = 70%

35
I. SARANA PENUNJANG IPLT
• Platform (dumping station) merupakan tempat truk penyedot tinja untuk
mencurahkan (unloading) lumpur tinja ke dalam tangki imhoff ataupun bak
ekualisasi (pengumpul)
• Kantor yang diperuntukkan bagi tenaga kerja.
• Gudang untuk tempat penyimpanan peralatan, suku cadang unit-unit di IPLT,
danperlengkapan lainnya.
• Laboratorium pengecekan influen dan effluen IPLT sebagai dasar pemantauan
kinerja IPLT.
• Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, jalan inspeksi, dan lain-
lain.
• Sumur pantau untuk memantau kualitas air tanah dI sekitar IPLT yang
dimanfaatkansebagai sumber air bersih masyarakat di sekitar IPLT.
• Fasilitas air bersih untuk mendukung kegiatan pengoperasian IPLT.
• Alat pemeliharaan dan keamanan.
• Pagar pembatas untuk mencegah gangguan serta mengamankan aset yang ada di
dalamlingkungan IPLT.
• Generator yang digunakan sebagai sumber listrik cadangan

36
2.3.5. PENYIAPAN MANAJEMEN OPERASIONAL
A. Pengaturan Basis Data Pelanggan
a. Syarat Basis Data :
• Tidak adanya data yang berulang dan tidak konsisten
• Mudah diakses
• Dapat diakses oleh banyak pengguna secara bersamaan (multiple user)
b. Operasi Dasar Basis Data meliputi :
Pembuatan basis data, penghapusan basis data, pembuatan file/tabel, penghapusan file/tabel,
pengubahan tabel, penambahan data, pengambilan data, dan penghapusan data.
c. Data Pelanggan :
• Nomor Registrasi Pelanggan atau regritrasi pelanggan PDAM bila lumpur tinja dikelolaPDAM atau
penagihannya dikelola PDAM
• Jenis Pelanggan (Pemukiman/ Ruko/ Kantor/ Sekolah/ Fasilitas Umum )
• Nama sesuai Identitas/ nama pemilik rumah dan alamatnya
• Alamat Lengkap
• Jumlah Anggota Keluarga/ Penghuni
• Lokasi Tangki Septik
• Jarak TS dengan sumur (jika ada)
• Bentuk Tangki Septik, termasuk jumlah kompartemen yang tersedia
• Konstruksi Tangki Septik
• Volume Tangki Septik
• Tanggal Pengurasan Terakhir
• Tanggal Pengurasan Berikutnya
• Biaya
• Komentar terhadap kualitas penyedotan terakhir
37
• Ketersediaan layanan PDAM
B. Penyusunan SOP
• SOP adalah serangkaian aktivitas yang disusun dan digunakan untuk memastikan bahwa
semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas pengelolaan lumpur
tinja dapat berjalan secara efisien dan efektif, konsisten, sistematis dan berbasis kepada
akuntabilitas kinerja.

• SOP yang diperlukan untuk pengelolaan lumpur tinja adalah :


– SOP Administrasi & Kepegawaian
– SOP Pelayanan Penyedotan Tangki Septik
– SOP Penyedotan Tangki Septik
– SOP Pembuangan Lumpur Tinja
– SOP Survey Pelanggan Penyedotan Tangki Septik

• Pelayanan Permintaan Tidak Terjadwal


– Memenuhi permintaan masyarakat yang belum terlayani dalam kegiatan Layanan
Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT),
– Permintaan di luar jadwal yang sudah ditetapkan periodenya, maka pihak pengelola
tetap membuka pelayanan yang bersifat on call based.
– Sistem pembayaran untuk kegiatan penyedotan tidak terjadwal harus dikelola oleh
pengelola air limbah (lumpur tinja).

38
2.3.6. PELAKSANAAN PENGURASAN TANGKI SEPTIK
A. Layanan Lumpur Tinja Terjadwal

1) Sebelum truk tinja diberangkatkan untuk penyedotan terjadwal, pihak pelaksana:


• Menghubungi konsumen, untuk memberitahukan jadwal penyedotan
• Konsumen menyiapkan akses pada saat penyedotan tangki septik, sehingga petugas
yang melaksanakan penyedotan tidak mengalami kesulitan.
• Mempersiapkan buku pencatatan dan kartu pelanggan
• Membawa surat jalan

2) Persiapan Harian
• Menerima tugas harian
• Memeriksa kondisi truk dan peralatan: oli mesin, tekanan ban, pompa, selang,cek
fitting dan sebagainya.
• Memeriksa perlengkapan keselamatan kerja (sarung tangan, boots, helm proyek,dan
masker).
• Memeriksa perlengkapan kerja: sekop, garu, sapu, obeng, perlengkapan mencuci
tangan, buku log, kwitansi penerimaan, pena, surat perintah kerja penyedotan dan
peta.
• Menetapkan rute harian, memilih rute dengan pertimbangan : kondisi lalu lintas,rute
tersingkat, rute menuju IPLT.
39
3) Melakukan pengurasan tangki septik, prosedur yang dilakukan adalah :

• Petugas memperlihatkan surat tugas kepada pemilik rumah/bangunan.


• Petugas, dengan ijin pemilik rumah/bangunan, mengakses tangki septik yang akan
dikuras.
• Petugas memeriksa kedalaman lumpur di dalam di dalam tangki septik.
• Petugas mengidentifikasi kondisi tangki septik
• Jika lumpur di dalam tangki septik mengeras sehingga menyulitkan proses penyedotan,
maka Petugas mengaduk lumpur agar bagian padat juga tercampur homogen. Jika
dibutuhkan, untuk memudahkan pengadukan maka perlu dilakukan penyemprotan
dengan air. Untuk itu pemilik rumah/bangunan perlu memberitahukan akses untuk air
bersih terdekat.
• Jika tangki septik secara regular disedot dan dipergunakan sesuai dengan peruntukannya
(tidak ada sampah), maka diharapkan penyedotan lumpur bisa dilakukan tanpa
pengadukan.
• Jika sudah siap disedot, maka dilakukan pengoperasian tangki vakum.

40
4) Untuk melakukan pengurasan tangki septik harus memperhatikan prosedur dan keselamatan
kerja, baik selama di jalan menuju lokasi, maupun keamanan dari materi yang dapat
menginfeksi, antara lain :
• Tangan harus selalu dicuci segera setelah terkontak dengan lumpur tinja atauperalatan yang
terkena lumpur, serta sebelum makan dan minum.
• Tidak diperbolehkan merokok pada saat bekerja.
• Tidak diperbolehkan memasuki tangki septik, karena mengandung zat toksik dananaerob.
• Semua kegiatan yang diperlukan untuk pengurasan tangki septik harus dilakukan dari
permukaan tanah.
• Melakukan pembersihan lingkungan sekitar setelah penyedotan selesai.
• Pembuangan lumpur tinja di IPLT dan atau TPLS dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan.
• Melakukan perawatan rutin pada peralatan meliputi pelumasan dan servis
• Melakukan pencatatan terhadap semua kegiatan pengurasan dan pembuangan lumpur tinja.
• Melakukan pencatatan data pelanggan, kondisi tangki septik dan jumlah lumpur yang disedot
pada Kartu Pelanggan.
5) Pelanggan mengisi formulir bukti telah dilakukan penyedotan
6) Memberikan bukti kegiatan penyedotan yaitu tanda tangan surat perintah kerja dan
penempelan sticker.
7) Mobil tinja menuju ke lokasi penyedotan berikutnya sampai dengan terpenuhi kapasitas tangki
pada sarana penyedotan
8) Melaporkan hasil pekerjaan penyedotan lumpur tinja terjadwal kepada atasan
9) Pelanggan yang telah disedot tangki septiknya akan dilayani kembali pada 2 (dua) atau 3 (tiga)
tahun berikutnya..
41
B. Pelayanan Permintaan Tidak Terjadwal
1) Pelayanan pengurasan tangki septik tidak terjadwal atau berdasarkan permintaan dapat dilakukan
melalui telepon ke Pengelola.
2) Pada saat pendaftaran, petugas menyampaikan beberapa informasi kepada pelanggan mengenai
teknik pengurasan, tarif pelayanan, truk dan identitas petugas yang memberikan pelayanan
pengurasan.
3) Pada saat mendaftar atau pada saat selesai pengurasan tangki septik, si calon pelanggan ditawarkan
untuk didaftarkan sebagai pelanggan pengurasan tangki septik terjadwal.
4) Permintaan layanan lumpur tinja tidak terjadwal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Identitas konsumen terdata dengan lengkap, jika konsumen berdomisili di Kabupaten/Kota lain maka
permintaan tersebut bisa dilayani dengan mempertimbangkan :
- Jarak
- Ketersediaan armada
- Biaya BBM
- Bukan yang diprioritaskan untuk dilayani
 Identifikasi kondisi/letak tangki septik ditanyakan
 Jika diperlukan, petugas melakukan survey awal untuk mengetahui akses tangki septik
 Jika tangki septik belum terdata pada sensus, maka petugas melakukan pendataan untuk sensus tangki septik
 Jika harus melakukan pembongkaran tangki septik karena tidak bisa diakses, maka petugas harus
menyampaikan hal tersebut kepada pemilik rumah.
 Dalam hal pembongkaran tangki septik untuk mendapatkan akses pengurasan maka kegiatan tersebut di luar
tugas/tanggungjawab petugas pengurasan tangki septik, termasuk penutupan kembali lubang penyedotan.
 Prosedur administrasi dan operasional layanan pengurasan tidak terjadwal harus mengikuti SOP seperti
layanan lumpur tinja terjadwal.

42
2.3.7. MEKANISME PELAYANAN PENGADUAN DAN PERMASALAHAN

a. Permasalahan yang timbul selama kegiatan atau setelah kegiatan pengurasan tangki septik
akan selalu ada. Oleh karena itu, pengelola perlu mempersiapkan prosedur pengaduan dan
penanganannya.
b. Pelayanan Pengaduan dan Permasalahan dapat disampaikan langsung atau melalui telepon
ke pusat pelayanan melalui hotline yang sudah ditetapkan, dan diberitahukan kepada
masyarakat.

c. Pengaduan melalui telepon dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu :


1. Hanya minta informasi atau saran (advice), maka telepon itu cukup dijawab secara lisan
dan diberikan saran pada saat itu juga dan selesai .
2. Permintaan pelayanan pengurasan tangki septik, maka ditanyakan :
– nomor registrasi (jika sudah terdaftar),
– identitas pelanggan,
– lokasi tangki septik dan aksesnya,
– perkiraan jarak dari jalan yang bisa dilalui truk tinja.
– Permintaan layanan ini kemudian diregistrasi, untuk kemudian diteruskan ke bagian pelayanan
pengurasan tangki septik tidak terjadwal (on call based).
3. Pengaduan untuk ditindaklanjuti, namun bukan permintaan layanan pengurasan tangki

43
d. Jika konsumen meminta pengaduannya ditindaklanjuti, maka petugas
akan melakukan :
• Pencatatan identitas penelepon, jika penelepon sudah mendapat nomor register
tangki septik, maka cukup menyebutkan nomor registrasinya saja.
• Ajukan pertanyaan standar : kapan terakhir tangki septiknya dikuras, siapa yang
melakukan penguraan, berapa jumlah anggota keluarga, konstruksi tangki septik,
akses untuk pengurasan tangki septik dan sebagainya.
• Jika sudah memiliki nomor registrasi, maka data-data yang ditanyakan tersebut
sudah ada dalam data base,sehingga tidak perlu ditanyakan lagi.
• Menanyakan kronologis kejadian yang ditengarai menjadi penyebab
permasalahan yang diadukan
• Petugas melakukan registrasi pengaduan.
• Pengaduan yang sudah diregistrasi diteruskan kepada bidang teknik
untukditindaklanjuti.

44
III. MONITORING DAN EVALUASI
3.1. TUJUAN MONITORING DAN EVALUASI

A. Tujuan Monitoring
– Mengumpulakan data dan Informasi yang diperlukan tentang kegiatan yang
dilaksanakan;
– Mendapatkan gambaran tentang capaian program;
– Mendapatkan informasi kesulitan dan hambatan selama kegiatan;
– Menyajikan fakta dan nilai yang perlu diperhatikan;
– Menemukan permasalahan dan alternatif pemecahannya.

B. Tujuan Evaluasi
– Menilai keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan.
– Menentukan kendala dalam pelaksanaan program.
– Memberikan informasi tentang metode yang tepat dalam melaksanakan suatu
kegiatan
– Memberikan umpan balik bagi penilaian suatu program
– Menentukan arah program dan pendekatan yang tepat untuk mencapai sasaran
denganlebih baik.

45
3.2. Monitoring Evaluasi di Tingkat Pusat
1) Regulasi
2) Materi Sosialisasi
3) Kehadiran Pemangku kepentingan
4) Respon peserta sosialisasi
5) Fasilitator
6) Permasalahan di lapangan dan di setiap tahapan
7) Manajemen penyelenggaraan sosialisasi dan workshop
8) Permasalahan pada setiap tahapan (persiapan dan operasional) dalam pelaksanaankegiatan
LLTT.

3.3. Monitoring Evaluasi di Tingkat Provinsi


9) Materi Sosialisasi
10)Kehadiran Pemangku kepentingan
11)Respon peserta pada kesepakatan bersama untuk melakukan pengelolaan lumpur tinja
12)Penilaian mandiri terhadap kinerja pengelolaan lumpur tinja eksisting
13)Penyampaian Surat Minat dari Kab/Kota kepada Pusat melalui Provinsi
14)Kesiapan untuk mengalokasikan dana untuk Operasional dan Pemeliharaan, sosialisasi
danedukasi masyarakat
15)Kesepakatan Pelaksanaan Kegiatan, dan
16)Permasalahan.

46
3.4. Monitoring Evaluasi di Tingkat Kabupaten/Kota
1) Tim Monev terdiri atas Unsur Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan
penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja, pekerjaan umum, bidang lingkungan
hidup, pakar dan dari unsur masyarakat dan badan usaha/Swasta.
2) Susunan organisasi Tim Monev terdiri atas: Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua
organisasi Tim Monev adalah Kepala Dinas/Badan yang memiliki kewenangan
penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja di Kabupaten/Kota.
3) Keanggotaan Tim Monev ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas/Badan yang
memiliki kewenangan penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja di
Kabupaten/Kota.
4) Tim Monev memiliki tugas memonitoring dan mengevaluasi program dan kinerja
pelayanan pengelolaan lumpur tinja, kesesuaian tarif retribusi, peran Badan Usaha dan
Masyarakat dan menemukan solusi untuk setiap permasalahan serta merumuska
rencana tindak lanjut.
5) Aspek-aspek yang di Monev pada tahap Persiapan :
– Penilaian mandiri tehadap kinerja pelayanan pengelolaan lumpur tinja
– Regulasi dan kebijakan berkaitan dengan pengelolaan air limbah/lumpur tinja
– Penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Lumpur Tinja di Kabupaten/Kota
– Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan edukasi di tingkat masyarakat
– Respon masyarakat terhadap kegiatan LLTT

47
6) Aspek-aspek yang di Monev pada tahap Oparasional :

- Pembentukan Lembaga Pengelola Lumpur Tinja


- Ketersediaan Anggaran (Biaya investasi dan biaya operasional)
- Jumlah anggaran untuk pengelolaan lumpur tinja 3 (tiga) tahun terakhir
- Besaran dan mekanisme penarikan tarif retribusi pelayanan pengurasan non terjadwal
- Regulasi
- SDM Pengelola
- Peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah, khususnya lumpur tinja
- Peran Badan Usaha/ swasta dalam kegiatan LLTT 9)Sensus tangki septik
- Kuantitas dan kualitas armada pengangkutan lumpur tinja
- Kinerja unit pengolahan IPLT
- Kualitas efluen IPLT
- Materi dan pelaksanaan SOP
- Pengurasan tangki septik LLTT, dan
- Hotline dan layanan pengaduan.

48
TAHAP PERSIAPAN
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN

Regulasi,
Penyusunan Kebijakan,
Regulasi,
Pedoman sudah
Kebijakan,
Pedoman ditandatangani
(subbab 2.1.1) pejabat yang
berwenang

Penyusunan
Materi
Materi Sosialisasi
  Sosialisasi/
Desiminasi tersusun
Tingkat Pusat

(subbab 2.1.3)

Perekrutan
  Fasilitator Seleksi Fasilitator
(subbab 2.1.5)

Penyusunan
Materi Materi Pelatihan
Pelatihan tersusun
(subbab 2.1.4)

Pelatihan Penyelenggaraan
Fasilitator Pelatihan bagi
(subbab 2.1.6) Fasilitator
Sosialisasi/ Laporan
Diseminasi Penyelenggaraan
 
Bagi Provinsi Sosialisasi/
(subbab 2.2.2) Diseminasi

49
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN

 Koordinasi dengan
Verifikasi
Pemerintah Provinsi
Kesiapan
  mengenai kesiapan
Kab/Kota
kab/kota untuk
(subbab 2.2.3)
melaksanakan LLTT

Rekrutmen Fasilitator terkontrak


Fasilitator melalui Satker Provinsi
Tingkat Pusat

Pelatihan Penyelenggaraan
Fasilitator Pelatihan bagi
(Subbab 2.1.6) Fasilitator

Menyelenggaraka
n Pelatihan
Pendampingan
Laporan
Kab/Kota yang
  Penyelenggaraan
akan
Pelatihan
melaksanakan
LLTT
(subbab 2.1.6)

Instrumen monev
tahap persiapan terisi.
  Semua dokumen
 

indikator (di atas)


tersedia.

     

50
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN

Sosialisasi
Laporan
/Diseminasi
  Penyelenggaraan
Bagi Kab/Kota
Sosialisasi/ desiminasi
(subbab 2.2.2)
Pemerintah Provinsi

Verifikasi Penilaian mandiri dari


Kesiapan kab/kota dilengkapi
 
Kab/Kota bukti dokumen, atau
(subbab 2.2.3) observasi lapangan.

Penyusunan
KSB dan/atau KSB dan/atau PKS
PKS antara Pemerintah
 
Pelaksanaan Pusat dengan
LLTT Pemerintah Kab/Kota
(subbab 2.2.4)

Mengikuti
Mengirimkan peserta
  Pelatihan LLTT
pelatihan
(subbab 2.1.6)

Instrumen monev
terisi. Dokumen
 
 

indikator di atas
tersedia.

51
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN

Proses Surat Minat Surat Minat LLTT


  LLTT disampaikan ke
(subbab 2.3.1) Pusat, melalui Satker

Pengajuan dan dan


Sensus SPAL-S
DIPA di TA t+1 untuk
(subbab 2.3.3.2)
kegiatan LLTT

Penilaian Mandiri
Tingkat Kabupaten/Kota

Form Isian Penilaian


Kinerja Pengelolaan
Mandiri disampaikan
  lumpur tinja
ke pusat, melalui
eksisting
Satker
(subbab 2.3.1)

Persiapan Peyusunan Regulasi/


Naskah akademis
  Kebijakan
regulasi terkait.
(subbab 2.3.2)

Kajian dokumen
perencanaanpengelolaan air
 
limbah/lumpur tinja eksisting
(subbab 2.3.3)
Dokumen Rencana
Identifikasi awal area target Pengelolaan Lumpur
  pelayanan Tinja tersusun
(subbab 2.3.3.3)

Penyusunan Dokumen Rencana


  Pengelolaan Lumpur Tinja
(subbab 2.3.3)

52
TAHAP OPERASIONAL
TAHAP OPERASIONAL
Tahun II + (TAHAP OPERASIONAL)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN

Pelatihan
Pelatihan
Manajemen
Operasional Laporan
Pengelolaan
    LLTT Bagi       Penyelenggaraan
Lumpur
Provinsi dan Pelatihan
Tingkat Pusat

Bagi Provinsi
Kab/Kota
dan Kab/Kota

Laporan
              Penyelenggaraan
Workshop

              Instrumen Monev.

                 
Pembinaan dan Koordinasi Berkala  

Pelatihan
Tingkat Provinsi

Pelatihan
Manajemen
Operasional
    Pengelolaan      
LLTT Bagi
Lumpur Tinja
Kab/Kota
Bagi Kab/Kota

Kehadiran di
             
workshop

              Instrumen Monev.
53
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun II + (TAHAP OPERASIONAL)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN

Perda, Perwal,
Perbup terkait
Pembentukan/ Penguatan
pengelolaan air
Kelembagaan dan Regulasi          
limbah
(Subbab 3.3.1)
ditandatangani
DPRD

Analisis
Penyusunan
Pembentukan
Regulasi
Tingkat Kabupaten/Kota

atau
terkait (Perda,          
Penguatan
Perwal/
Lembaga
Perbup)
Pengelola Lembaga Pengelola
(minimal UPT)
              terbentuk
Penyediaan dan Penyiapan
         
SDM Pengelola (Subbab 3.3.3)
Analisis
Perekrutan
Jabatan/Beban          
SDM
Kerja
               
Pengalokasian Anggaran
         
(Subbab 3.3.2)
Anggaran untuk
Belanja Modal pengelolaan lumpur
(Capex) dan tinja dialokasikan,
Sumber Dana Pengeluaran           sesuai kebutuhan
Operasional
(Opex)

54
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun II + (TAHAP OPERASIONAL)
TAHAP
1 2
TAHAP OPERASIONAL
3 4 5 6 7
Indikator
KEGIATAN

Penyusunan mekanisme dan


besaran Retribusi (Subbab           Teridentifikasi
3.3.2.4 & 3.3.2.5)

Pemberitahuan Kegiatan
          Sosialisasi, Daftar Hadir,
Notulen.

Sosialisasi dan edukasi di


tingkat Masyarakat
(Subbab 3.3.4)

Penyusunan Database Pelanggan


Tingkat Kabupaten/Kota

    Database   (lengkap dengan tangki


(Subbab 3.3.6.1) septiknya)

 Sistem penyedotan
& pengangkutan
     
lumpur tinja
(Subbab 3.3.5.1) Revisi Dokumen Rencana
Pengelolaan Lumpur Tinja
Penyusunan Jadwal
      dan Rute (Subbab  
3.3.5.2)
Armada Pengangkutan
       
(Subbab 3.3.5.3)
IPLT dan sarana
      penunjang
(Subbab 3.3.5.4)
Laporan Tahunan
Pelaksanaan Teknis
Penyusunan & Kegiatan Pengelolaan
Operasional
        Pelaksanaan SOP Lumpur Tinja
(Subbab 3.3.6.2)
Mekanisme Pembayaran
        Tagihan
(Subbab 3.3.2.5)
55
TAHAP MONITORING
TAHAP OPERASIONAL
TAHAP
KEGIATAN 1 2 3

Workshop Evaluasi
Pelaksanaan LLTT  
Provinsi
Tingkat Pusat
Monev Tahap
    Operasional LLTT
Provinsi

     
Workshop Evaluasi
Pelaksanaan LLTT  
Kab./Kota
Tingkat Provinsi
Monev Tahap
    Operasional LLTT
Kab/Kota
     

Tingkat Monev pelaksanaan


 
Kabupaten/Kota LLTT
56
Handy B. Legowo
Hp. 08161314120
Email : legowohb@yahoo.com TERIMA KASIH
57

Anda mungkin juga menyukai