5.2. Konsep Penyedotan Lumpur Tinja Terjadwal (Ir. Handy BL)
5.2. Konsep Penyedotan Lumpur Tinja Terjadwal (Ir. Handy BL)
TERJADWAL (LLTT)
1
AIR LIMBAH PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (SPAL)
STRATEGI PELAKSANAAN:
60,91%
2015 2016 2017 2018
2019
·Peningkatan kesadaran masyarakat AKSES PELAYANAN
·Peningkatan kepedulian dan komitmen pemda PENGELOLAAN AIR LIMBAH
·Peningkatan kelembagaan dan kompetensi SDM
Perkotaan Perdesaan
·Peningkatan akses air limbah layak
·Kerjasama lintas sektor dan kemitraan
100%
77,15 44,74 ·Pengembangan skala penanganan
% % ·Peningkatan kualitas perencanaan air limbah Perkotaan Perdesaan
100% 100%
Akses SPAL Setempat Akses SPAL Terpusat
Kota : 74,15%
Program Fisik 2015 - 2019 Program Non Fisik 2015 - 2019
Kota : < 3%
Desa: 69,20% AksesSPALSetempat Akses SPALTerpusat
1. SPAL Setempat : 1. Kampanye, edukasi Kota:95% Kota : 5%
· Tangki Septik Individual dan promosi
1.
Desa:100%
· Tangki Septik Komunal 2. Advokasi pemda
Kesadaran Masyarakat terhadap PHBS (eksekutif & legislatif)
· Sarana Pengangkutan
· IPLT 3. Bantuan teknis kelembagaan Masyarakat menerapkan PHBS
4. Pendampingan
Komitmen Pemda untuk
Pemutakhiran SSK Komitmen pendanaan
Pengelolaan air limbah 2. SPAL Terpusat 5. Sinkronisasi lintas sektor > 5% x jumlah Anggaran APBD
· Skala Komunal (implementasi/pendanaan)
Kelembagaan Pengelola Air Limbah · Skala Kawasan 6. Peningkatan Kapasitas SDM Setiap Kab/Kota Memiliki
(regulator & operator) · Skala Kota Lembaga Pengelola Air Limbah
3
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH SETEMPAT (SPAL-S)
PEMANFAATAN
PEWADAHAN PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN KEMBALI/
PEMBUANGAN
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN LUMPUR
LUMPUR TINJA
TINJA
PEMANFAATAN
SARANA SPAL
PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN IPLT KEMBALI/
SETEMPAT
PEMBUANGAN
Sarana Setempat
Penyedotan Dan Pengangkutan Lumpur
Tinja AMAN terhadap
Pengolahan Lumpur Tinja di IPLT lingkungan
Pemanfaatan Kembali
Pembuangan
4
PERMASALAHAN PENGELOLAAN LUMPUR TINJA
PEMANFAATAN
PEWADAHAN PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN KEMBALI/
PEMBUANGAN
RANTAI SPAL-S
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN LUMPUR
LUMPUR TINJA
TINJA
PEMANFAATAN
SARANA SPAL
PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN IPLT KEMBALI/
SETEMPAT
PEMBUANGAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN
Tangki septik
On Call base SOP tidak dilakukan
tidak kedap air
Pemeliharaan
Kuantitas dan kualitas Sarana
sarana kurang Bangunan tidak terawat
prasarana tidak memadai
LUMPUR TINJA
dilakukan
Tidak ada Pembuangan lumpur tidak di
Pengolahan tidak berjalan
penampungan instalasi pengolahan
BABs SOP tidak dilakukan Tidak ada monitoring
Regulasi belum
Regulasi belum ada SDM operator minim
ada
Regulasi belum ada
Lembaga pengelola belum siap 5
PERLU UPAYA “SPESIAL” UNTUK MENGELOLA
PERMECAHAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN
LUMPUR TINJA
6
LLTT
7
DEFINISI DAN POLA PENYELENGGARAAN
DEFINISI :
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) adalah suatu mekanisme pelayanan
penyedotan lumpur tinja yang dilakukan secara periodik atau terjadwal yang
diterapkan pada sistem pengelolaan air limbah setempat, yang kemudian diolah pada
instalasi yang ditetapkan serta terkait dengan metode pembayaran yang telah
ditetapkan.
POLA PENYELENGGARAAN :
• LLTT dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
• Pemda dapat bekerja sama dengan Badan Usaha.
• Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan LLTT
melalui :
– Penyediaan pedoman pelaksanaan
– Pembinaan peningkatan kualitas sistem setempat
– Pendampingan pelaksanaan LLTT
– Penguatan kelembagaan
– Pengawasan pelaksanaan LLTT
8
KRITERIA DASAR
1. Ketersediaan Regulasi dan Kebijakan
2. Ketersediaan Lembaga Pengelola
3. Ketersediaan Rencana Implementasi LLTT
4. Ketersediaan, kapasitas dan keberfungsian IPLT dan sarana
prasarana penunjangnya
5. Ketersediaan prasarana dan sarana pengangkutan, baik yang
dimiliki dan dikelola sendiri oleh pengelola ataupun bekerja sama
dengan pihak swasta
6. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
7. Ketersediaan Anggaran
8. Alokasi anggaran
9. Kesediaan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menerapkan
‘Polluter Pay Principle’
9
OPERASIONAL SECARA GLOBAL
KEGIATAN OPERASIONAL
TEKNIS ADMIN
Penyedotan Penjadwalan
Pelaksanaan
Pengangkutan dan
Penagihan
Pengolahan
Monitoring
10
KOMPONEN OPERASIONAL
pengendalian
tangki septik
1
• registrasi tangki septik
• pendataan pemilik /
penanggungjawab
• bantuan teknis
perbaikan
2
penyedotan
unit setempat
pengolahan 3 • penyedotan tangki
lumpur tinja
septik berkala dan
• pengolahan terjadwal
lumpur tinja • penyedotan tangki
• pemanfaatan septik darurat
lumpur olahan • pengangkutan ke IPLT
yang terpantau
11
POLA OPERASIONAL 1
12
POLA OPERASIONAL 2
Tangki Septik
Motor Tangki
IPLT
Penampungan Lumpur
Tangki Septik
Motor Tangki
13
POLA OPERASIONAL 3
14
I. TAHAPAN PERSIAPAN
1.1. TINGKAT PUSAT
• Penyiapan regulasi dan kebijakan
• Penyiapan panduan monitoring dan evaluasi kegiatan
• Penyiapan materi sosialisasi dan diseminasi
• Penyiapan materi pelatihan fasilitator provinsi dan kab/kota
• Perekrutan fasilitator pendampingan implementasi LLTT di tingkat provinsi dan kab/kota
• Pelaksanaan pelatihan fasilitator provinsi dan kab/kota
16
• Penilaian mandiri dilakukan dengan cara memilih jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
Setiap jawaban memiliki nilai seperti yang dituliskan pada kolom ke-4.
• Nilai dari setiap pertanyaan, dihitung dengan cara : Bobot x Nilai
• Jumlahkan Bobot x Nilai dari semua pertanyaan, maka akan didapat Skor :
“Skor Baik”= 351-500; “Skor Cukup”= 180=350; “Skor Kurang”= Kurang dari 180 17
PENYUSUNAN REGULASI DAN KEBIJAKAN
Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah mengenai pengelolaan air limbah
sekurang-kurangnya memuat :
1. Ruang Lingkup
2. Asas dan Tujuan
3. Tugas dan Kewenangan Pemerintah
4. Hak dan Kewajiban
5. Perizinan
6. Penyelenggaraan Pengelolaan Lumpur Tinja
7. Pembiayaan dan Kompensasi
8. Kerjasama dan Kemitraan
9. Peran Masyarakat
10. Konsultasi Publik
11. Larangan
12. Pengawasan
13. Sanksi Administratif
14. Penyelesaian Sengketa
15. Penyidikan
16. Ketentuan Pidana
17. Ketentuan Penutup
18. Larangan BABS
19. Kontribusi Sarana Komunal dari Pemda
20. Pembuatan Tanki Septik yang Memenuhi Syarat, termasuk tangki septik komunal
21. Persyaratan dan Pemeriksaan Tangki Septik dalam IMB
22. Penyedotan Lumpur Tinja secara Terjadwal
23. Metode dan Tata Cara Pembayaran Iuran Warga 18
MATERI DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN LUMPUR TINJA
19
20
21
22
II. TAHAPAN OPERASIONAL
2.1. TINGKAT PUSAT
• Koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dalam rangka pengaturan,
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan LLTT.
23
II. TAHAPAN OPERASIONAL …2
2.3. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
2.3.1. Pembentukan dan penguatan lembaga pengelola :
– Lembaga pengelola lumpur tinja sebagai perangkat daerah (UPTA/UPTB)
– Lembaga pengelola sebagai PPK-BLUD
– Lembaga pengelola sebagai BUMD
2.3.2. Pengalokasian Anggaran
24
PERBEDAAN SKPD/UNIT LERJA, PPK-BLUD DAN BUMD
25
PERBEDAAN SKPD/UNIT KERJA, PPK-BLUD DAN BUMD… 2)
26
2.3.3. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN BADAN USAHA
A. PERAN SERTA MASYARAKAT
– Pembangunan/rehab tangki septik sesuai SNI yang kedap air dan memiliki akses untuk
inspeksi dan penyedotan termsuk hal-hal lain yang berdampak dari kegiatan
pembangunan/rehabilitasi septik tank.
– Pemeliharaan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik (lumpur tinja
khususnya), baik sarana prasarana individu maupun komunal.
– Pembayaran tarif/retribusi jasa pelayanan pengurasan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
– Partisipasi aktif dalam informasi kebutuhan pelayanan penyedotan terjadwal maupun
tidak terjadwal (on call based).
– Pembentukan/mengoptimalkan lembaga di tingkat masyarakat (misalnya PKK,
KarangTaruna, Kelompok Swadaya Masyarakat, dll) yang berperan dalam kegiatan
penyuluhan dan sosilisasi, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan, dan
mengkomunikasikan jadwal penyedotan dengan pengelola LLTT.
27
2.3.4. PELAKSANAAN TEKNIS OPERASIONAL
A. SISTEM PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN LUMPUR TINJA
• Jarak area pelayanan terhadap IPLT
• Kondisi lalu lintas di area pelayanan, dan dari area pelayanan menuju IPLT
• Lebar dan kondisi jalan di area pelayanan
• Waktu tempuh dari area pelayanan ke IPLT dan sebaliknya
• Kondisi aksesibilitas dan posisi tangki septik terhadap jalan
• Ketersediaan lahan untuk TPLS (jika dibutuhkan)
• Waktu operasional IPLT
• Biaya operasional
28
B. RUTE DAN JADWAL
• Rute yaitu jarak atau arah yg harus ditempuh atau dilalui
• Jadwal yaitu pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, yang berupa
daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang
terperinci.
• Jadwal Penyedotan Tangki Septik didasarkan pada target wilayah pelayanan dan lokasi prioritas
serta ketersediaan truk pengangkut yang disusun oleh pengelola LLTT dan disampaikan kepada
warga melalui ketua RT/RW setempat.
• Pemilik rumah atau anggota keluarga menyiapkan akses pada saat penyedotan tangki septik,
sehingga petugas yang melaksanakan penyedotan tidak mengalami kesulitan.
• Beberapa data yang dibutuhkan untuk penyusunan rute dan jadwal adalah : peta jalan, peta
lokasi yang akan dilayani (kompleks perumahan, dll), jumlah dan kondisi pakai armada
penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja, kapasitas tangki truk tinja, jumlah tangki septic
yang akan disedot beserta volumenya, jarak tempuh (dari pool dan atau IPLT ke areapelayanan),
jumlah tangki septik yang disedot dan waktu per ritasi.
• Beberapa asumsi yang dipergunakan untuk menyusun rute dan jadwal adalah :
– Jika jarak area pelayanan kurang dari 20 km, maka tiap truk tinja dapat melakukan 3-4 rit/hari. Jika jarak
area pelayanan lebih dari 20 km, maka tiap truk tinja dapat melakukan maksimal 2 rit/hari.
– Lalu lintas relatif ramai lancar (kecepatan truk rata-rata 30 km/jam)
– Akses terhadap tangki septik yang akan disedot sudah dipersiapkan oleh pemiliknya
29
C. SARANA PENYEDOTAN DAN PENGANGKUTAN
• Truk Tinja (kapasitas < 2 m3, kapasitas 2-6 m3, kapasitas > 6m3)
• Mobil Tinja (kapasitas < 2 m3)
• Motor Tinja (kapasitas < 1 m3)
• Gerobak Tinja (kapasitas < 0,5 m3)
30
D. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
31
E. UNIT-UNIT PENGOLAHAN DI IPLT
• Unit Pengumpul : berfungsi untuk menghomogenkan lumpur tinja yang masuk ke IPLT mengingat
karakteristik lumpur tinja yang tidak selalu seragam antar tangki septik. Selain itu, pada dasarnya
fungsi utama tangki ekualisasi adalah untuk mengatur agar debit aliran lumpur yang masuk ke unit
berikutnya menjadi konstan dan tidak berfluktuasi.
• Unit penyaringan : berfungsi untuk memisahkan atau menyaring benda-benda kasar di dalam
lumpur tinja. Pemisahan atau penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan bar screen
manual atau mekanik.
• Unit pemisahan partikel diskrit : berfungsi untuk memisahkan partikel diskrit agar tidak
mengganggu proses selanjutnya. Unit pemisahan partikel diskrit di antaranya Sludge Separation
Chamber (SSC) dan Imhoff Tank.
• Unit stabilisasi : berfungsi untuk menurunkan kandungan organik dari lumpur tinja, baik secara
anaerobik maupun aerobik. Unit stabilisasi di antaranya kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan
kolam maturasi.
• Unit Pemekatan : berfungsi untuk memisahkan padatan dengan cairan yang dikandung lumpur
tinja, sehingga konsentrasi padatannya akan meningkat atau menjadi lebih kental. Unit pemekatan
berupa Sludge Separation Chamber (SSC) dan Imhoff Tank.
• Unit pengeringan lumpur : berfungsi untuk menurunkan kandungan air dari lumpur hasil olahan,
baik dengan mengandalkan proses penguapan atau proses mekanis. Unit pengering lumpur berupa
bidang pengering lumpur.
32
F. ALTERNATIF TEKNOLOGI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA
33
G. DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TEKNOLOGI PADA IPLT
34
H. KAPASITAS PENGOLAHAN IPLT
Asumsi :
Hari kerja LLTT : 300 hari/tahun
Akumulasi lumpur tinja : 30 liter/orang/tahun (SNI 03-2398-2002)
Prosentase pelayanan : Rumah tangga = 70%
35
I. SARANA PENUNJANG IPLT
• Platform (dumping station) merupakan tempat truk penyedot tinja untuk
mencurahkan (unloading) lumpur tinja ke dalam tangki imhoff ataupun bak
ekualisasi (pengumpul)
• Kantor yang diperuntukkan bagi tenaga kerja.
• Gudang untuk tempat penyimpanan peralatan, suku cadang unit-unit di IPLT,
danperlengkapan lainnya.
• Laboratorium pengecekan influen dan effluen IPLT sebagai dasar pemantauan
kinerja IPLT.
• Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, jalan inspeksi, dan lain-
lain.
• Sumur pantau untuk memantau kualitas air tanah dI sekitar IPLT yang
dimanfaatkansebagai sumber air bersih masyarakat di sekitar IPLT.
• Fasilitas air bersih untuk mendukung kegiatan pengoperasian IPLT.
• Alat pemeliharaan dan keamanan.
• Pagar pembatas untuk mencegah gangguan serta mengamankan aset yang ada di
dalamlingkungan IPLT.
• Generator yang digunakan sebagai sumber listrik cadangan
36
2.3.5. PENYIAPAN MANAJEMEN OPERASIONAL
A. Pengaturan Basis Data Pelanggan
a. Syarat Basis Data :
• Tidak adanya data yang berulang dan tidak konsisten
• Mudah diakses
• Dapat diakses oleh banyak pengguna secara bersamaan (multiple user)
b. Operasi Dasar Basis Data meliputi :
Pembuatan basis data, penghapusan basis data, pembuatan file/tabel, penghapusan file/tabel,
pengubahan tabel, penambahan data, pengambilan data, dan penghapusan data.
c. Data Pelanggan :
• Nomor Registrasi Pelanggan atau regritrasi pelanggan PDAM bila lumpur tinja dikelolaPDAM atau
penagihannya dikelola PDAM
• Jenis Pelanggan (Pemukiman/ Ruko/ Kantor/ Sekolah/ Fasilitas Umum )
• Nama sesuai Identitas/ nama pemilik rumah dan alamatnya
• Alamat Lengkap
• Jumlah Anggota Keluarga/ Penghuni
• Lokasi Tangki Septik
• Jarak TS dengan sumur (jika ada)
• Bentuk Tangki Septik, termasuk jumlah kompartemen yang tersedia
• Konstruksi Tangki Septik
• Volume Tangki Septik
• Tanggal Pengurasan Terakhir
• Tanggal Pengurasan Berikutnya
• Biaya
• Komentar terhadap kualitas penyedotan terakhir
37
• Ketersediaan layanan PDAM
B. Penyusunan SOP
• SOP adalah serangkaian aktivitas yang disusun dan digunakan untuk memastikan bahwa
semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas pengelolaan lumpur
tinja dapat berjalan secara efisien dan efektif, konsisten, sistematis dan berbasis kepada
akuntabilitas kinerja.
38
2.3.6. PELAKSANAAN PENGURASAN TANGKI SEPTIK
A. Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
2) Persiapan Harian
• Menerima tugas harian
• Memeriksa kondisi truk dan peralatan: oli mesin, tekanan ban, pompa, selang,cek
fitting dan sebagainya.
• Memeriksa perlengkapan keselamatan kerja (sarung tangan, boots, helm proyek,dan
masker).
• Memeriksa perlengkapan kerja: sekop, garu, sapu, obeng, perlengkapan mencuci
tangan, buku log, kwitansi penerimaan, pena, surat perintah kerja penyedotan dan
peta.
• Menetapkan rute harian, memilih rute dengan pertimbangan : kondisi lalu lintas,rute
tersingkat, rute menuju IPLT.
39
3) Melakukan pengurasan tangki septik, prosedur yang dilakukan adalah :
40
4) Untuk melakukan pengurasan tangki septik harus memperhatikan prosedur dan keselamatan
kerja, baik selama di jalan menuju lokasi, maupun keamanan dari materi yang dapat
menginfeksi, antara lain :
• Tangan harus selalu dicuci segera setelah terkontak dengan lumpur tinja atauperalatan yang
terkena lumpur, serta sebelum makan dan minum.
• Tidak diperbolehkan merokok pada saat bekerja.
• Tidak diperbolehkan memasuki tangki septik, karena mengandung zat toksik dananaerob.
• Semua kegiatan yang diperlukan untuk pengurasan tangki septik harus dilakukan dari
permukaan tanah.
• Melakukan pembersihan lingkungan sekitar setelah penyedotan selesai.
• Pembuangan lumpur tinja di IPLT dan atau TPLS dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan.
• Melakukan perawatan rutin pada peralatan meliputi pelumasan dan servis
• Melakukan pencatatan terhadap semua kegiatan pengurasan dan pembuangan lumpur tinja.
• Melakukan pencatatan data pelanggan, kondisi tangki septik dan jumlah lumpur yang disedot
pada Kartu Pelanggan.
5) Pelanggan mengisi formulir bukti telah dilakukan penyedotan
6) Memberikan bukti kegiatan penyedotan yaitu tanda tangan surat perintah kerja dan
penempelan sticker.
7) Mobil tinja menuju ke lokasi penyedotan berikutnya sampai dengan terpenuhi kapasitas tangki
pada sarana penyedotan
8) Melaporkan hasil pekerjaan penyedotan lumpur tinja terjadwal kepada atasan
9) Pelanggan yang telah disedot tangki septiknya akan dilayani kembali pada 2 (dua) atau 3 (tiga)
tahun berikutnya..
41
B. Pelayanan Permintaan Tidak Terjadwal
1) Pelayanan pengurasan tangki septik tidak terjadwal atau berdasarkan permintaan dapat dilakukan
melalui telepon ke Pengelola.
2) Pada saat pendaftaran, petugas menyampaikan beberapa informasi kepada pelanggan mengenai
teknik pengurasan, tarif pelayanan, truk dan identitas petugas yang memberikan pelayanan
pengurasan.
3) Pada saat mendaftar atau pada saat selesai pengurasan tangki septik, si calon pelanggan ditawarkan
untuk didaftarkan sebagai pelanggan pengurasan tangki septik terjadwal.
4) Permintaan layanan lumpur tinja tidak terjadwal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Identitas konsumen terdata dengan lengkap, jika konsumen berdomisili di Kabupaten/Kota lain maka
permintaan tersebut bisa dilayani dengan mempertimbangkan :
- Jarak
- Ketersediaan armada
- Biaya BBM
- Bukan yang diprioritaskan untuk dilayani
Identifikasi kondisi/letak tangki septik ditanyakan
Jika diperlukan, petugas melakukan survey awal untuk mengetahui akses tangki septik
Jika tangki septik belum terdata pada sensus, maka petugas melakukan pendataan untuk sensus tangki septik
Jika harus melakukan pembongkaran tangki septik karena tidak bisa diakses, maka petugas harus
menyampaikan hal tersebut kepada pemilik rumah.
Dalam hal pembongkaran tangki septik untuk mendapatkan akses pengurasan maka kegiatan tersebut di luar
tugas/tanggungjawab petugas pengurasan tangki septik, termasuk penutupan kembali lubang penyedotan.
Prosedur administrasi dan operasional layanan pengurasan tidak terjadwal harus mengikuti SOP seperti
layanan lumpur tinja terjadwal.
42
2.3.7. MEKANISME PELAYANAN PENGADUAN DAN PERMASALAHAN
a. Permasalahan yang timbul selama kegiatan atau setelah kegiatan pengurasan tangki septik
akan selalu ada. Oleh karena itu, pengelola perlu mempersiapkan prosedur pengaduan dan
penanganannya.
b. Pelayanan Pengaduan dan Permasalahan dapat disampaikan langsung atau melalui telepon
ke pusat pelayanan melalui hotline yang sudah ditetapkan, dan diberitahukan kepada
masyarakat.
43
d. Jika konsumen meminta pengaduannya ditindaklanjuti, maka petugas
akan melakukan :
• Pencatatan identitas penelepon, jika penelepon sudah mendapat nomor register
tangki septik, maka cukup menyebutkan nomor registrasinya saja.
• Ajukan pertanyaan standar : kapan terakhir tangki septiknya dikuras, siapa yang
melakukan penguraan, berapa jumlah anggota keluarga, konstruksi tangki septik,
akses untuk pengurasan tangki septik dan sebagainya.
• Jika sudah memiliki nomor registrasi, maka data-data yang ditanyakan tersebut
sudah ada dalam data base,sehingga tidak perlu ditanyakan lagi.
• Menanyakan kronologis kejadian yang ditengarai menjadi penyebab
permasalahan yang diadukan
• Petugas melakukan registrasi pengaduan.
• Pengaduan yang sudah diregistrasi diteruskan kepada bidang teknik
untukditindaklanjuti.
44
III. MONITORING DAN EVALUASI
3.1. TUJUAN MONITORING DAN EVALUASI
A. Tujuan Monitoring
– Mengumpulakan data dan Informasi yang diperlukan tentang kegiatan yang
dilaksanakan;
– Mendapatkan gambaran tentang capaian program;
– Mendapatkan informasi kesulitan dan hambatan selama kegiatan;
– Menyajikan fakta dan nilai yang perlu diperhatikan;
– Menemukan permasalahan dan alternatif pemecahannya.
B. Tujuan Evaluasi
– Menilai keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan.
– Menentukan kendala dalam pelaksanaan program.
– Memberikan informasi tentang metode yang tepat dalam melaksanakan suatu
kegiatan
– Memberikan umpan balik bagi penilaian suatu program
– Menentukan arah program dan pendekatan yang tepat untuk mencapai sasaran
denganlebih baik.
45
3.2. Monitoring Evaluasi di Tingkat Pusat
1) Regulasi
2) Materi Sosialisasi
3) Kehadiran Pemangku kepentingan
4) Respon peserta sosialisasi
5) Fasilitator
6) Permasalahan di lapangan dan di setiap tahapan
7) Manajemen penyelenggaraan sosialisasi dan workshop
8) Permasalahan pada setiap tahapan (persiapan dan operasional) dalam pelaksanaankegiatan
LLTT.
46
3.4. Monitoring Evaluasi di Tingkat Kabupaten/Kota
1) Tim Monev terdiri atas Unsur Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan
penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja, pekerjaan umum, bidang lingkungan
hidup, pakar dan dari unsur masyarakat dan badan usaha/Swasta.
2) Susunan organisasi Tim Monev terdiri atas: Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua
organisasi Tim Monev adalah Kepala Dinas/Badan yang memiliki kewenangan
penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja di Kabupaten/Kota.
3) Keanggotaan Tim Monev ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas/Badan yang
memiliki kewenangan penyelenggaraan bidang pengelolaan lumpur tinja di
Kabupaten/Kota.
4) Tim Monev memiliki tugas memonitoring dan mengevaluasi program dan kinerja
pelayanan pengelolaan lumpur tinja, kesesuaian tarif retribusi, peran Badan Usaha dan
Masyarakat dan menemukan solusi untuk setiap permasalahan serta merumuska
rencana tindak lanjut.
5) Aspek-aspek yang di Monev pada tahap Persiapan :
– Penilaian mandiri tehadap kinerja pelayanan pengelolaan lumpur tinja
– Regulasi dan kebijakan berkaitan dengan pengelolaan air limbah/lumpur tinja
– Penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Lumpur Tinja di Kabupaten/Kota
– Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan edukasi di tingkat masyarakat
– Respon masyarakat terhadap kegiatan LLTT
47
6) Aspek-aspek yang di Monev pada tahap Oparasional :
48
TAHAP PERSIAPAN
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN
Regulasi,
Penyusunan Kebijakan,
Regulasi,
Pedoman sudah
Kebijakan,
Pedoman ditandatangani
(subbab 2.1.1) pejabat yang
berwenang
Penyusunan
Materi
Materi Sosialisasi
Sosialisasi/
Desiminasi tersusun
Tingkat Pusat
(subbab 2.1.3)
Perekrutan
Fasilitator Seleksi Fasilitator
(subbab 2.1.5)
Penyusunan
Materi Materi Pelatihan
Pelatihan tersusun
(subbab 2.1.4)
Pelatihan Penyelenggaraan
Fasilitator Pelatihan bagi
(subbab 2.1.6) Fasilitator
Sosialisasi/ Laporan
Diseminasi Penyelenggaraan
Bagi Provinsi Sosialisasi/
(subbab 2.2.2) Diseminasi
49
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN
Koordinasi dengan
Verifikasi
Pemerintah Provinsi
Kesiapan
mengenai kesiapan
Kab/Kota
kab/kota untuk
(subbab 2.2.3)
melaksanakan LLTT
Pelatihan Penyelenggaraan
Fasilitator Pelatihan bagi
(Subbab 2.1.6) Fasilitator
Menyelenggaraka
n Pelatihan
Pendampingan
Laporan
Kab/Kota yang
Penyelenggaraan
akan
Pelatihan
melaksanakan
LLTT
(subbab 2.1.6)
Instrumen monev
tahap persiapan terisi.
Semua dokumen
50
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN
Sosialisasi
Laporan
/Diseminasi
Penyelenggaraan
Bagi Kab/Kota
Sosialisasi/ desiminasi
(subbab 2.2.2)
Pemerintah Provinsi
Penyusunan
KSB dan/atau KSB dan/atau PKS
PKS antara Pemerintah
Pelaksanaan Pusat dengan
LLTT Pemerintah Kab/Kota
(subbab 2.2.4)
Mengikuti
Mengirimkan peserta
Pelatihan LLTT
pelatihan
(subbab 2.1.6)
Instrumen monev
terisi. Dokumen
indikator di atas
tersedia.
51
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun I (TAHAP PERSIAPAN)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KEGIATAN
Penilaian Mandiri
Tingkat Kabupaten/Kota
Kajian dokumen
perencanaanpengelolaan air
limbah/lumpur tinja eksisting
(subbab 2.3.3)
Dokumen Rencana
Identifikasi awal area target Pengelolaan Lumpur
pelayanan Tinja tersusun
(subbab 2.3.3.3)
52
TAHAP OPERASIONAL
TAHAP OPERASIONAL
Tahun II + (TAHAP OPERASIONAL)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN
Pelatihan
Pelatihan
Manajemen
Operasional Laporan
Pengelolaan
LLTT Bagi Penyelenggaraan
Lumpur
Provinsi dan Pelatihan
Tingkat Pusat
Bagi Provinsi
Kab/Kota
dan Kab/Kota
Laporan
Penyelenggaraan
Workshop
Instrumen Monev.
Pembinaan dan Koordinasi Berkala
Pelatihan
Tingkat Provinsi
Pelatihan
Manajemen
Operasional
Pengelolaan
LLTT Bagi
Lumpur Tinja
Kab/Kota
Bagi Kab/Kota
Kehadiran di
workshop
Instrumen Monev.
53
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun II + (TAHAP OPERASIONAL)
TAHAP Indikator
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN
Perda, Perwal,
Perbup terkait
Pembentukan/ Penguatan
pengelolaan air
Kelembagaan dan Regulasi
limbah
(Subbab 3.3.1)
ditandatangani
DPRD
Analisis
Penyusunan
Pembentukan
Regulasi
Tingkat Kabupaten/Kota
atau
terkait (Perda,
Penguatan
Perwal/
Lembaga
Perbup)
Pengelola Lembaga Pengelola
(minimal UPT)
terbentuk
Penyediaan dan Penyiapan
SDM Pengelola (Subbab 3.3.3)
Analisis
Perekrutan
Jabatan/Beban
SDM
Kerja
Pengalokasian Anggaran
(Subbab 3.3.2)
Anggaran untuk
Belanja Modal pengelolaan lumpur
(Capex) dan tinja dialokasikan,
Sumber Dana Pengeluaran sesuai kebutuhan
Operasional
(Opex)
54
Bersambung ke slide selanjutnya
Tahun II + (TAHAP OPERASIONAL)
TAHAP
1 2
TAHAP OPERASIONAL
3 4 5 6 7
Indikator
KEGIATAN
Pemberitahuan Kegiatan
Sosialisasi, Daftar Hadir,
Notulen.
Sistem penyedotan
& pengangkutan
lumpur tinja
(Subbab 3.3.5.1) Revisi Dokumen Rencana
Pengelolaan Lumpur Tinja
Penyusunan Jadwal
dan Rute (Subbab
3.3.5.2)
Armada Pengangkutan
(Subbab 3.3.5.3)
IPLT dan sarana
penunjang
(Subbab 3.3.5.4)
Laporan Tahunan
Pelaksanaan Teknis
Penyusunan & Kegiatan Pengelolaan
Operasional
Pelaksanaan SOP Lumpur Tinja
(Subbab 3.3.6.2)
Mekanisme Pembayaran
Tagihan
(Subbab 3.3.2.5)
55
TAHAP MONITORING
TAHAP OPERASIONAL
TAHAP
KEGIATAN 1 2 3
Workshop Evaluasi
Pelaksanaan LLTT
Provinsi
Tingkat Pusat
Monev Tahap
Operasional LLTT
Provinsi
Workshop Evaluasi
Pelaksanaan LLTT
Kab./Kota
Tingkat Provinsi
Monev Tahap
Operasional LLTT
Kab/Kota