Anda di halaman 1dari 75

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PS AIR LIMBAH

Oleh: Suherman

Subdit Air Limbah


Direktorat Pengembangan PLP

Banjarmasin, 21 Oktober 2015


PENGERTIAN:
• Pengoperasian sarana sistem pengelolaan air
limbah terpusat bertujuan untuk menjalankan
dan mengamati unit-unit agar berjalan secara
berkesinambungan pada sebagian dan/atau
keseluruhan unit SPAL
• Pemeliharaan adalah kegiatan perawatan dan
perbaikan unsur-unsur sarana secara rutin dan
berkala yang bertujuan untuk menjaga agar
prasarana dan sarana air limbah dapat
diandalkan/dipertahankan kelangsungan
operasinya.
Unsur-unsur dalam O & P
1. Unsur Teknis : Adanya PS Air Limbah yang tersedia
termasuk SOP dan pedoman pengelolaan.
2. Unsur Kelembagaan : Organisasi/Lembaga Pengelola &
SDM termasuk pembinaan oleh pemkab/pemkot.
3. Unsur Finansial: Rencana O&P (pemasukan,
pengeluaran dan laporan keuangan), kontribusi
masyarakat (besaran iuran & cara pengumpulannya),
bantuan dana external (APBD dll).
4. Unsur Sosial : sosialisasi kepada pengguna, penyuluhan
dan kampanye PHBS kepada masyarakat sekitar lokasi
sarana.
5. Unsur 2,3 dan 4 dibahas pada materi Kelembagaan
OUTLINE PENYAJIAN
A1. Unit Pelayanan

A. Pengoperasian &
A2. Unit Pengumpulan
Pemeliharaan
A3. Unit Pengolahan

B1. Pemanfaatan
(Cairan)

B. Pembuangan Akhir B2. Pemanfaatan


(Padatan)

B3. Pemanfaatan (Gas)


A1. Unit Pelayanan

1. Bak Penangkap Lemak dan Minyak

2. Bak Kontrol Pekarangan

3. Bak Kontrol Akhir (HI)

4. Lubang/Bak Inspeksi (IC)


1. Bak Penangkap Lemak dan Minyak

• Lemak dan minyak adalah bahan organik


yang sulit di diuraikan bakteri sehingga
membentuk selaput dan dapat menyumbat
aliran air dlm pipa.
• Pemeliharaan Bak: Lemak dan minyak
perlu dibersihkan secara rutin setiap hari
agar tidak terbawa ke jaringan pipa dan
dibuang ketempat sampah
2. Bak Kontrol Pekarangan (Private Box)

• Berfungsi untuk pengecekan, pemeliharaan


dan pembersihan untuk menjamin aliran air
limbah yang melalui pipa persil.
• Perlu dikontrol setiap hari utk membersihkan
sampah yg dapat menahan tinja sehingga
menimbulkan bau akibat aliran tdk lancar.
• Tidak boleh dengan sengaja membuka tutup
bak kontrol untuk membuang sampah atau
memasukkan air hujan pada saat terjadi
genangan/banjir pada areal kepemilikan
3. Bak Kontrol Akhir (HI)

• Fungsinya sama dng bak kontrol pekarangan.


• Tidak boleh membuka tutup bak kontrol utk membuang
sampah dan mengalirkan air hujan dimana air hujan
biasanya membawa material padat yg mengapung dan
mengendap sehingga menyebabkan penyumbatan
pada jaringan pipa.

4. Lubang/Bak Inspeksi (IC)

• Fungsi sama dengan Bak Kontrol Pekarangan/PB


maupun Bak kontrol akhir/HI, yang membedakan hanya
titik lokasi penempatan dan penanggung jawab
pemeliharaan
PB: Private Box (bak
kontrol pekarangan)
HC: House Conn (pipa
persil)
HI: house inlet (bak
kontrol akhir)
IC: inspection chamber
(lubang inspeksi)
MH: manhole

Tg jwb KK
Pipa outlet terlalu tinggi

X
 ada sekat
 timbunan
kotoran/endapan
 bau
Pipa outlet

V
Pipa outlet sejajar dasar bak
 tidak ada sekat
 Tidak ada timbunan kotoran
 Tidak ada bau

Pipa outlet
A2. Unit Pengumpulan

A21. Jaringan Perpipaan

A22. Bangunan Pelengkap

1. Manhole 4. Lift Pump

2. Syphon 5. Rumah Pompa

3. Clean Out
A21. JARINGAN PERPIPAAN
• Up dating gambar sistem jaringan pipa yang
menunjukkan arah aliran, lokasi dan tata-letak
manhole, sambungan rumah dan fasilitas
lainnya, serta kemiringan pipa.
• Pemutahiran data melalui as built drawing
yang ada dan survey identifikasi kemungkinan
titik-titik yang sering menimbulkan
permasalahan, semuanya diplot dalam peta
dan diprogramkan dalam suatu jadwal
pemeliharaan rutin.
Faktor2 yg perlu diperhatikan:
1. Pengaliran  ikuti SOP: dengan atau tanpa
penggelontoran
2. Penggelontoran
• Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum,
pada saat kedalaman renang air limbah tidak cukup
untuk membersihkan tinja/endapan padat
• Melalui pipa lateral air penggelontor dari truk tangki
air/ pemadam kebakaran dapat dimasukkan ke
dalam terminal pembersihan (terminal cleanout),
dengan debit 15 liter/detik, selama (5 – 15) menit.
• Penggelontoran secara kontinu dapat dipakai air
sungai terdekat.
• Tidak diperbolehkan menggelontor dgn cara
membendung salah satu jalur pipa.
• Penggelontoran dengan tangki gelontor dapat
dioperasikan secara otomatis, di mana tangki ini
dihubungkan ke sistem penyediaan air bersih untuk
diisi sekali tiap hari dengan kapasitas tangki + 1
m3 dan/atau 10 % dari kapasitas pipa, atau
tergantung pada kemiringan dan diameter pipa.
3. Akar pohon  berpotensi merubah dudukan pipa, melepas
sambungan pipa dan menimbulkan kebocoran (infiltrasi)
- Kontrol jarak penanaman pohon thdp pipa
- Pemeriksaan rutin dan pembersihan pipa.
4. Pembersihan endapan/sampah  infiltrasi air hujan (melalui
penutup manhole yg hilang) membawa material padat. Jika
pipa tersumbat dan tidak bisa diatasi dengan
penggelontoran maka dapat digunakan cara berikut:
Metoda Pembersihan Endapan
1. Pembersihan manual menggunakan pipa bambu
dengan sikat kawat
2. Alat angkat endapan dengan gulungan tangan harus
digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2 unit. Alat
gulung mempunyai tali kawat yang dimasukkan ke
dalam saluran pipa yang akan dibersihkan melalui
manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada
ujung kawat. Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir
dapat diangkat dari dasar aliran air limbah dalam pipa.
3. Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket
machine), yaitu mesin yang dilengkapi dengan alat
angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan
suatu rangka dengan alat penarik dipasang pada
kendaraan atau traktor.
4. Mesin pembersih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu
tipe manual dan tipe tenaga penggerak. Pembersih
dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan
pegangan yang dapat bergerak maju mundur untuk
membuang tanah, pasir dan sampah
5. Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi
dengan pompa dan tangki air. Dengan mengoperasikan
pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam
tangki air sehingga terbentuk pancaran air (water jet)
sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari nozzle khusus
yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong
pasir dan tanah yang berada dalam pipa saluran keluar
melalui manhole
6. Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu
sebuah mesin yang dilengkapi dengan pompa dan
tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa
bertekanan tinggi memompa air tersebut dan
disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang
pada kepala pipa, semprotan air dapat membersihkan
tanah dan pasir
7. Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang
dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe yaitu tipe mobil
penghisap dengan tenaga reguler dan mobil penghisap
dengan tenaga tinggi.
MANHOLE
• Berfungsi utk mengontrol aliran air limbah, tempat
pembersihan pipa yang tersumbat.
• Ditempatkan pd jalur pipa lurus dgn jarak tertentu, pada
setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter,
dan perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal,
pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan
(intersection) dengan pipa atau bangunan lain
• Perlu inspeksi terjadwal utk mengatasi masalah secepatnya
SIPHON
• Bangunan yang digunakan untuk membawa air
limbah apabila pipa sewer terhalang oleh
bangunan/struktur, jalan tol/perlintasan kereta
api yang melintang atau menyeberang sungai
• Yang perlu diperhatikan pada saat operasioanal
adanya aliran air limbah secara continue untuk
menghindari adanya endapan pada siphon
sehingga kecepatan pengaliran harus cukup
tinggi, di atas 1 m/detik pada saat debit rata-rata
TERMINAL PEMBERSIH (CLEAN OUT)
• Clean out merupakan bagian dari sistem perpipaan yang
digunakan untuk melakukan pembersihan/penggelontoran
pada saat ada masalah terhadap jaringan pipa akibat
endapan, lemak dll
• Setelah dilakukan pembersihan, yang perlu diperhatikan
clean out bebas dari sampah, tertutup dan mudah dibuka
pada saat digunakan
POMPA ANGKAT (LIFT PUMP)
• Ditempatkan pada jalur pipa dimana perletakan pipa
sudah terlalu dalam (> 7m) sehingga sulit dan resiko
besar utk melakukan penggalian.
• Pada umumnya difungsikan/dioperasikan secara
otomatis menggunakan float switch/sensor.
RUMAH POMPA
• Pada suatu kawasan yang elevasinya lebih rendah dari
elevasi jaringan pipa tetapi masuk ke dalam areal
layanan IPAL maka untuk dapat dilayani, air limbah di
areal tersebut harus ditampung pada suatu lokasi dan
diangkat menuju jaringan pipa dengan menggunakan
pompa
• Pada sumuran/wet well terdapat float switch/sensor yang
berfungsi untuk mengatur jalannya pompa sehingga
dipastikan float switch tidak terganggu baik akibat
sampah maupun tersangkut.
• Pada saat operasional pompa diruang pompa akan
terganggu oleh suara pompa sehinga diperlukan
safety/pelindung telinga.
A3. Unit Pengolahan

A31. Pengolahan Fisik

A32. Pengolahan Biologis

A33. Pengolahan Lumpur


A31. Pengolahan Fisik

A311. Sumur Pengumpul

A312. Saringan Sampah

A313. Grit Chamber

A314. Bak Pengendap I

A315. Bak Pengendap II


Sludge Sludge Cl / NaOCl
Grit 2
Screening

influen Chlorine
Bar Grit Primary Contact Effluen
Pengol. Settling
Racks Chamber Sedimentation Chamber
biologis Tanks
PS

Pengolahan Fisik
A311. Sumur Pengumpul

• Sumur Pengumpul berfungsi sebagai bak ekualisasi


sebelum air limbah diangkat menuju IPAL.
• Pemeliharaan: pastikan tidak ada benda yang
menghambat putaran pompa
A312. Saringan Sampah

- Bar Screen : berfungsi untuk memisahkan material


kasar untuk melindungi proses berikutnya terutama
pompa.
- Perlu secara rutin dilakukan pembersihan material/
sampah agar tidak menghambat aliran.
- Ditempatkan pada setiap inlet pemompaan
A313. Grit Chamber

• Sarana ini diperlukan untuk memisahkan kandungan


pasir dari aliran air limbah, sehingga pada tahap
berikutnya bahan/material lain didalam aliran air limbah
tersebut akan diproses dengan pengolahan biologi.
• Kunci dari pemisahan ini adalah mengendapkan pasir
pada kecepatan horizontal sehingga pasir akan
mengendap. Untuk mengatur kondisi tersebut : Grit
chamber dibagi menjadi dua kompartemen atau lebih,
untuk aliran minimum bekerja hanya satu kompartemen
dan maksimum bekerja keduanya,
• Pembuangan pasir yang terkumpul dilakukan rutin utk
mencegah sebagian pasir hanyut..
Sekop Pasir
Tergantung pada
Derek
A314. Bak Pengendap I

• Fungsinya adalah
memisahkan dengan
mengendapkan suspended
solid sehingga yang msh
terbawa pada efluent adalah
unsur organik terlarut.
• Lumpur yang sudah terkumpul
dalam kompartemen lumpur
secara berkala (1-2 kali/hari
atau sesuai perencanaan/
SOP) dibuang/dialirkan ke unit
pengering lumpur.

dialirkan ke unit pengering lumpur.


A315. Bak Pengendap II

• Berfungsi mengendapkan padatan tersuspensi atau partikel


dan mikroorganisme dari proses aerobik di bagian hulunya
disebut juga sbg Lumpur Biologis.
• Lumpur yang sudah terkumpul dalam kompartemen lumpur
secara berkala dibuang/ dialirkan ke unit pengolahan lumpur.
• Terdapat tiga (3) tipe unit pengedap yaitu:
 Horizontal flow (aliran horizontal) yaitu dalam bentuk
persegi panjang
 Radial flow yaitu bak sirkular, air mengalir dari tengah
menuju pinggir
 Upward flow yaitu aliran dari bawah ke atas dan biasanya
bak yang digunakan berbentuk kerucut menghadap ke
atas. Padatan yang mengendap akan naik dan saling
bertumbukan sehinga terjadi selimut lumpur
A32. Pengolahan Biologis

Prinsip proses pengolahan biologis adalah memanfaatkan


jasa mikroorganisma untuk menguraikan pencemar organik
terlarut yang terkandung dalam air limbah domestik.
Penguraian bahan organik terlarut ini akan mengembalikan
senyawa pencemar menjadi unsur-unsur dasarnya yang
berfungsi sebagai mineral dan nutrient bagi lingkungan.
Selain itu, proses pengolahan biologis ini juga akan
menghasilkan produk sampingan berupa mikroorganisma
baru, dalam bentuk lumpur, sehingga perlu dilakukan
pengolahan lumpur secara khusus agar aman apabila akan
dimanfaatkan atau akan dibuang ke lingkungan.
A32. Pengolahan Biologis

Proses pengolahan biologis, terdiri dari berbagai macam


jenis, yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
1. Jenis mikroorganisma pengurai:
Pengolahan Aerobik
Pengolahan Anaerobik
Pengoalahan Fakultatif
2. Jenis reaktor atau bak/kolam yang digunakan:
Sistem Tersuspensi (Suspended Growth Sistem)
Sistem Terlekat (Attached Growth Sistem)
A32. Pengolahan Biologis

A321. Pengolahan Aerobik

A322. Pengolahan Anaerobik

A323. Pengolahan Kombinasi

A324. Pengolahan Gabungan


A321. Pengolahan Aerobik

1. Aerated Lagoon

2. Kolam Aerasi Fakultatif

3. Lumpur Aktif

4. Parit Oksidasi
1. Aerated Lagoon (kolam aerasi)

• Dalam mengoperasikan kolam aerasi, tidak banyak yang


harus dilakukan dalam pengoperasiannya. Hal terpenting
dalam kolam aerasi adalah menjaga agar aerator
permukaan yang terdapat dalam kolam selalu dalam
keadaan bekerja.
• Konsentrasi DO dalam kolam aerasi menjadi salah satu
indikator terbaik untuk menentukan efektivitas kolam
telah berjalan maksimal atau belum. Kriteria desain
untuk DO yang seharusnya dalam kolam aerasi yaitu
sebesar 1 – 2 mg/L DO
2. Kolam Aerasi Fakultatif

• Pengoperasiaannya hampir sama seperti pada kolam


aerasi, akan tetapi perbedaannya di dalam kolam ini tidak
sepenuhnya berlangsung proses aerasi, karena sebagian
kondisi dalam kolam yang anaerobik akibat kedalaman
kolam. Proses aerasi menggunakan jasa algae.
• Penyiapan operasi kolam:
 Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga
mencapai kedalaman operasi penuh
 Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara
alamiah
 Biarkan selama 15 hari lagi, atau hingga jumlah alga
yang terdapat di dalam kolam sesuai dengan
ketentuan.
 Kolam siap dioperasikan secara kontinu
3. Lumpur Aktif

• Salah satu metode lumpur aktif yang paling banyak


digunakan adalah sistem lumpur aktif konvensional yang
biasanya terdiri dari reaktor biologis dan clarifier.
• Pengoperasiaannya hampir sama seperti pada kolam
aerasi perbedaan pada Air Limbah dan lumpur aktif yang
diresirkulasi (Return Activated Sludge = RAS) masuk
bersama-sama pada salah satu ujung reaktor dan
campurannya terpisah di ujung yang lain.
• Effluent lumpur pada clarifier proses dialirkan kembali,
baik itu sebagai resirkulasi lumpur aktif atau langsung
dibuang keluar dari sistem agar jumlah lumpur dalam
sistem selalu tetap
4. Parit Oksidasi

• Berbeda dengan ASP yang dilakukan dalam


reaktor aerasi yang berbentuk persegi panjang,
maka reaktor OD berbentuk parit sehingga
pengoperasiannya harus memperhatikan kondisi
supaya lumpur yang ada dalam reactor tidak
mengendap agar tetap aktif berada dalam
suspense. Karena itu, fungsi dari aerator yang
digunakan adalah selain mensupply oksigen,
juga dimaksudkan untuk mendorong suspense
air dalam parit agar terus berjalan.
A322. Pengolahan Anaerobik

1. Filter Anaerobik

2. UASB

3. Anaerobik Pond

4. Anaerobik Bafel Reactor (ABR)


1. Filter Anaerobik

• Anaerobic filter adalah reaktor biologis fixed-bed.


Air limbah dalam reaktor ini mengalir melalui filter,
sehingga partikel terjebak dan bahan organic
didegradasi oleh biomassa yang melekat pada
media. Teknologi ini terdiri dari tangki sedimentasi
yang dilanjutkan dengan 1-3 kompartemen filter
• Pre-treatment sangat penting untuk
menghilangkan padatan settleable dan sampah
yang dapat menyumbat filter
2. UASB

• UASB terdiri dari lapisan lumpur kental yang terflokulasi


dalam bentuk granuler yang berada dalam suatu reaktor,
dimana air limbah baku dialirkan ke melaluinya dengan
pola up-flow sehingga terjadi kontak antara
mikroorganisma dengan bahan organic air limbah yang
akan diolahnya. Butiran lumpur berdiameter 1-2 mm
tertahan di dalam suspensi dengan ketebalan tertentu
sebagai pertumbuhan biologi aktif (sludge blanket).
• Penggunaan UASB ini biasanya dipakai pada
konsentrasi BOD di atas 1000 mg/l, yang umumnya
digunakan oleh industri dengan beban organik tinggi.
Jika beban organik rendah akan sukar terbentuk sludge
blanked.
3. Anaerobik Pond

• Cara mengoperasikan kolam anaerobik hampir sama


dengan kolam aerobik Akan tetapi, dalam kolam
anaerobik tidak dibutuhkan adanya aerator, karena
memang harus menghindarkan oksigen secara
langsung. Pengoperasian kolam anaerobic jauh lebih
mudah daripada pengoperasian kolam aerobic.
• Hal yang perlu diperhatikan adalah: kedalaman efektif
harus dipertahankan. Jika lumpur sudah penuh pada
ilumpur harus segera desludging utk menghindari kondisi
fakultatif (di bagian atas kolam bisa terbentuk kondisi
aerobik).
4. Anaerobik Bafel Reactor (ABR)

• Anaerobic Baffle Reactor (ABR) merupakan


salah satu jenis pengolahan suspended growth
yang memanfaatkan sekat (baffle) dalam
pengadukan yang bertujuan memungkinkan
terjadinya kontak antara air limbah dan biomass
• Pada dasarnya, ABR merupakan
pengembangan dari reaktor upflow anaerobic
sludge blankets (UASB).
A323. Pengolahan Kombinasi

1. Kolam Stabilisasi

2. Pengolahan Anoxic
1. Kolam Stabilisasi

• Pengolahan sistem ini


menggunakan teknologi
paling sederhana yaitu
proses mengandalkan
O2 dari fotosintesa alga
• Kolam stabilisasi terdiri
dari tiga unit kolam,
yaitu kolam anaerobik,
kolam fakultatif, dan
kolam maturasi.
2. Pengolahan Anoxic

• Pengolahan dengan cara anoxic digunakan apabila


senyawa nitrat dalam air limbah berlebih, sehingga
perlu diubah menjadi bentuk gas. Contoh
pengolahan anoxic bisa dilakukan dengan
memodifikasi ASP. Supaya ASP dapat menjadi
reaktor anoxic caranya adalah setelah aerator
dinyalakan untuk pengadukan, kemudian hentikan
aerator dan biarkan mikroba mengambil oksigen
yang terikat dalam air limbah. Ketika mikroba
mengambil oksigen terikat inilah terjadi proses
anoxic atau lebih dikenal dengan denitrifikasi.
A324. Pengolahan Gabungan

1. Rotating Biological Contactor RBC)

2. Biofilter

3. Moving Bed Bio Reactor (MBBR)


1. Rotating Biological Contactor RBC)

• RBC = pengolahan Sistem Terlekat (Attached Growth


Sistem)
• RBC dioperasikan non-stop tanpa berhenti, RBC
dihentikan hanya untuk pemeliharaan rutin
• Pada umumnya putaran RBC telah dirancang sesuai
dengan beban limbah yang akan diolah, sehingga
pertumbuhan mikroba tidak terlalu tinggi dan juga tidak
terlalu kecil yang terlihat dari tebal atau tipisnya lapisan
lendir pada cakram RBC.
• Jika mikroba pada RBC terlalu tipis, bisa berarti bahwa
kandungan organik pada limbah telah diuraikan pada
pengolahan pada hulunya, misal dengan pengolahan
anaerobik, sehingga dapat dikatakan mikroba pada RBC
telah kehabisan makanan sehingga tidak bisa tumbuh
dengan baik.
• Tetapi jika dari analisis efluen, ternyata kandungan
organiknya masih tinggi, berarti ada sesuatu hal yang
menjadikan mikroba tidak mau tumbuh pada media
RBC. Beberapa hal bisa menjadikan kondisi seperti ini,
antara lain putaran RBC terlalu cepat sehingga mikroba
sulit menempel dan berkembang karena banyak yang
berjatuhan, pH mungkin terlalu asam atau terlalu basa
atau terdapat kandungan yang bersifat toksik terhadap
mikroba (disinfektan, kandungan kimia, dan
sebagainya).
• Jika mikroba terlalu tebal luas permukaan RBC
menjadi lebih kecil  mikroba yang aktif jadi berkurang
 efisiensi RBC akan menurun.
• Mikroba terlalu tebal bisa diakibatkan karena beban
organik yang masuk terlalu besar, dengan kata lain
makanan terlalu banyak sehingga mikroba akan tumbuh
terlalu gemuk.
• Atau putaran RBC terlalu lambat, sehingga mikroba tua
yang berada pada permukaan tidak mau rontok, padahal
mikroba tua kinerjanya juga sudah berkurang, dan harus
dibuang supaya mikroba yang muda dan aktif bisa lebih
berperan.
• Kadang warna mikroba pada RBC berbeda-beda, hal ini
dikarenakan variasi mikroba pada RBC memang
banyak, sehingga koloni jenis mikroba tertentu akan
berwarna tertentu pula. Jika terjadi hal ini menandakan
RBC berjalan dan berfungsi sangat baik.
2. Biofilter

Kombinasi proses
anaerob dan
aerob selain dapat
menurunkan zat
organik (BOD,
COD), juga dapat
menurunkan
konsentrasi
ammonia,
deterjen, padatan
tersuspensi (SS),
phospat dan
lainnya.
• Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya
dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran
dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam
bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari
bahan plastik tipe sarang tawon
• Tangki biofilter terbuat dari bahan kedap air dan tahan
korosi seperti : fiber glass, pasangan bata, beton, dan
bahan kedap lainnya.
• Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan/Media kontaktor terdiri dari minimal 3
kompartemen. Penguraian zat-zat organik yang ada
dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikroorganisme inilah yang akan
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai
pada bak pengendap.
• Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke
bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini
diisi dengan media dan bahan plastik tipe sarang tawon
sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga
mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.
• Dengan demikian air limbah akan kontak dengan
mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun
yang menempel pada permukaan media yang mana hal
tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi,
sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih
besar. Proses ini sering dinamakan Aerasi Kontak
(Contact Aeration).
• Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap
akhir.
• Di dalam bak ini, lumpur aktif yang mengandung
massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan (over flow) dialirkan ke bak klorinasi.
• Di dalam bak kontaktor khlor air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk
membunuh microorganisme patogen. Air olahan,
yakni air yang keluar setelah proses klorinasi
dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran
umum.
3. Moving Bed Bio Reactor (MBBR)

• Proses yang dilakukan dalam mengoperasikan MBBR


hampir sama dengan ASP, sebab MBBR pada prinsipnya
memang adalah ASP yang telah dimodifikasi.
• Perbedaannya adalah tidak perlu melakukan
pengembalian lumpur dan tidak perlu mengatur F/M ratio
yang terdapat pada reaktor.
• Selain itu, terdapat beribu biofilm di dalam reaktor yang
diaerasi secara kontinu untuk tempat pertumbuhan
mikroorganisme yang terdapat dalam reaktor.
• Pengoperasian MBBR agar dapat berjalan dengan baik
harus mengikuti prosedur yang telah dibuat dari pabrik
pembuatnya.
A33. Pengolahan Lumpur
• Lumpur yang dihasilkan dalam proses pengolahan dalam
IPAL harus dikelola dengan baik agar aman bagi
lingkungan
• Jika lumpur berasal dari bak pengendap I maka bisa
dialirkan ke SDB
• Sedangkan untuk lumpur yang berasal dari proses biologis
perlu beberapa tahapan untuk mengolahnya, yaitu melalui
tahap pengentalan (thickening), pengolahan (digestion),
pengeringan (dewatering) kamudian barulah dilakukan
pembuangan (disposal) atau pemanfaatan (reuse).
1. Pengentalan Lumpur

• Pengolahan ini berfungsi untuk mengentalkan lumpur yang


dihasilkan oleh fasilitas IPAl, sehingga siap untuk diolah dalam
lumpur digester secara lebih efektif.
• Lumpur berasal dari tangki pengendapan kedua (lumpur biologis
(lumpur dari tangki pengendapan pertama (lumpur fisik).
• Pengentalan lumpur dapat dibedakan menjadi empat jenis metode,
yaitu:
pengentalan secara gravitasi (gravity thickening),
pengentalan secara sentrifugal (centrifugal thickening),
secara pengapungan (floatation thickening) atau
secara penekanan menggunakan sabuk (filter beltpress thickening)
2. Sludge Digestion

• Pengolahan lumpur dimaksudkan untuk menstabilkan


lumpur atau menguraikan bahan organic yang masih
terkandung dalam lumpur menjadi bahan anorganik,
sehingga lebih stabil dan aman untuk lingkungan.
• Jadwal memasukkan lumpur yang akan diolah (feeding):
- Kontinu 24 jam atau Jika tidak dapat kontinu, feeding
dengan siklus, 5 - 10 menit/jam
- Pada IPAL kecil, operasi dilakukan dalam interval 8 jam
feeding
• Padatan di bgian bawah digester harus dikeluarkan
setidaknya setiap hari untuk menghindari penurunan
populasi mikroorganisme aktif tiba-tiba
3. Sludge Dewatering

• Pengeringan lumpur dapat dilakukan secara mekanik


atau secara alami.
• Jika proses mekanik maka terdapat beberapa alternatif
pengering lumpur, yaitu :
o Saringan Tekan (Filter Press) dan
o Saringan Sabuk Tekan (Filter Belt Press).
• Sedangkan secara alami, teknologi yang digunakan
adalah Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed).
• Belt Filter Press
Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying
Bed)
• Lumpur yang terkumpul disalurkan ke Bak
Pengering Lumpur lewat unit penyalur lumpur atau
secara manual.
• Pengisian Bak Pengering Lumpur harus dilakukan
dari satu bak ke bak lain.
• Lumpur yang sudah berada dalam Bak Pengering
Lumpur akan terpisah menjadi lapisan atas yang
bening dan lapisan bawahnya yang kental. Atur
pintu air supaya lapisan bening bagian atas dapat
dibuang keluar dan masuk ke kolam pengolahan
lagi. Atur pintu tersebut berulang ulang sehingga
konsentrasi lumpur semakin kental.
• Setelah itu lumpur dikeringkan dengan sinar
matahari selama 2 (dua) atau 3 (tiga) minggu
sampai bisa diambil dengan sekop.
• Lumpur yang sudah kering bisa diangkut
dengan truk dan dibuang ke tempat
pembuangan sludge atau dibuat pupuk.
B. Unit Pembuangan Akhir

LINGKUNGAN:
EFFLUENT
PEMBUANGAN SUNGAI, SALURAN
IPAL AKHIR IRIGASI, DANAU,
LAUT

CAIR

PEMANFAATAN PADATAN

GAS
B1. Pemanfaatan Cairan
• Air limbah yang telah terolah dapat dimanfaatkan untuk::
• keperluan irigasi (kebun tanaman non pangan atau
tanaman yang tidak dimakan mentah,
• dijadikan sebagai bahan baku air PDAM ( masih
kajian),
• penyiraman taman, danau buatan, sabuk hijau, lapangan
golf. dll
• Groundwater recharge
B2. Pemanfaatan Padatan

Air
Limbah IPAL Sludge

Lumpur (yang telah diolah) dapat


dimanfaatkan sebagai :
• tanah penggembur / pupuk (kebun
tanaman non pangan atau tanaman
yang tidak dimakan mentah)
• tanah penutup sanitary landfill, sebagai
bahan baku pembuatan bahan
bakngunan
B3. Pemanfaatan Gas
Black Maks
Water

Air Anaerobik Gas


Limbah Methan

Grey Min
Water

C6H12O6  3CH4 + 3CO2


C6H12O6 + 6O2  CO2 + 6H2O
- Menghasilkan Biogas
- Siklus reproduksi bakteri aerobik
- Temperatur 15 C – 40 C
lebih pendek  proses lebih cepat - Lumpur yang dihasilkan
- Memakan lebih banyak Organik
lebih sedikit  mudah
 lumpur 2x proses anaerobik
drain dan dikeringkan.
Berdasarkan penelitian BPPT (di Bandung)

Rata2 1 KK =
0,3 kg/org/hr 1,5 kg/KK/hr
Manusia 5 orang

0,1125 m3
1 kg  0,075 m3 biogas biogas/KK/hr
= 3,375 m3/bln

1 m3 biogas ~ 0,6 kg LPG


+ 45 hari
3 kg LPG (tabung melon) ~ 5 m3 biogas

1 bln = 3 tabung melon/KK


4-5 KK
 perlu 15 m3 biogas/bln
KEMBALI
KE SELESAI
OUTLINE

Anda mungkin juga menyukai