Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI

Oleh :
Dwi Retnowati, S.Kep.Ns.,M.Kes
Siklus Menstruasi
Masa reproduksi normal perempuan ditandai oleh
perubahan siklus mestruasi, dalam kecepatan sekresi
hormon-hormon wanita dan perubahan organ seks
Lama siklus menstruasi rata-rata 28 hari
Panjang siklus menstruasi yang abnormal
dihubungkan dengan penurunan fertilitas
Dalam siklus seksual hanya ada 1 ovum matang
normal dikeluarkan dari ovarium setiap bulan
Hormon Gonadotropin
Perubahan siklus menstruasi dipengaruhi oleh
hormon gonadotropin yang diskresi oleh kelenjar
hipofisis anterior
Pada anak perempuan mulai usia 8 tahun hipofisis
mulai menyekresi secara progresif hormon
gonadotropin, sehingga siklus menstruasi terjadi pada
pubertas antara usia 11-15 tahun
Hipofisis anterior menyekresi 2 hormon :
Hormon perangsang : follicle stimulating hormone
(FSH)
Hormon Luteinisasi : luteinizing hormone (LH)
Selama siklus seksual terdapat peningkatan FSH dan
LH
Gambar Sistem Endokrin
SIKLUS OVARIUM
Fase Folikular
Fase Ovulasi
Fase Luteal
Fase Folikular
Pada awal siklus, kadar FSH  dan LH  
merangsang pertumbuhan 10-20 folikel 1 folikel
dominan yang matang dan sisanya akan mengalami
atresia.
Kadar FSH  dan LH   estrogen  dan progesteron
 pada akhir fase sebelumnya.
Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen 
namun dengan pertumbuhan folikel kadarnya akan
segera meningkat.  
Ukuran folikel > terjadi akumulasi cairan diantara sel
granulosa anthrum, sehingga folikel primer  folikel
degraaf , disini oosit menempati posisi excenteric   2-3
lapisan sel granulosa dan disebut sebagai cumulus
oophorus
Matangnya folikel, kadar estrogen  (terutama estradiol)
dan mencapai puncaknya 18 jam sebelum ovulasi.
Kadar estrogen   produksi FSH dan LH  menjadi
(umpan balik negatif) untuk mencegah hiperstimulasi
ovarium dan maturasi folikel lainnya.  
Fase Ovulasi
Ovulasi  pembesaran folikel > dan protrusi permukaan
kortek ovarium dan pecahnya folikel  keluarnya oosit dan
cumulus oophorus yang melekat dengannya.
Pada sejumlah wanita kadang-kadang proses ovulasi ini
menimbulkan rasa sakit sekitar fossa iliaka yang dikenal
dengan nama mittelschmerza.
Kadar estradiol  pada akhir mid-cycle diperkirakan
akibat LH  dan FSH  akan menyebabkan peristiwa
umpan balik positif.
Sebelum ovulasi terjadi kadar estradiol  secara tiba-tiba 
dan progesteron .
Fase Luteal
Sisa folikel yang ruptur didalam ovarium. Sel granulosa mengalami
luteinisasi  corpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari
hormon steroid seksual, estrogen dan progesteron  yang dikeluarkan oleh
ovarium pada fase pasca ovulasi (fase luteal)
Corpus luteum  sekresi progesteron  dan estradiol 
Selama fase luteal, kadar gonadotropin  sampai terjadi regresi corpus
luteum pada hari ke 26-28.
Bila terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum tidak akan mengalami
regresi  dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas.
Bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum akan mengalami
regresi dan siklus haid berlangsung
kadar hormon steroid   kadar gonadotropin  dan siklus haid akan
berlangsung kembali.
Siklus Endometrium
Fase Proliferasi
Fase Sekresi
Fase Menstruasi
Fase Proliferasi
Fase folikuler  endometrium terpapar sekresi
estrogen.
Akhir haid  regenerasi endometrium berlangsung
dengan cepat.
Pada stadium ini Fase Proliferasi, pola kelenjar
endometrium  regular dan tubuler, sejajar satu sama
lain dan mengandung sedikit cairan sekresi.
Fase Sekresi
Pasca ovulasi  produksi progesteron  perubahan
sekresi pada kelenjar endometrium.
Terlihat adanya vakuola yang berisi cairan sekresi pada
epitel kelenjar  Kelenjar endometrium menjadi
semakin berliku-liku.
Fase Menstruasi
Secara normal fase luteal berlangsung selama 14 hari,
pada saat-saat akhir masa kehidupan corpus luteum
terjadi penurunan produksi estrogen dan progesteron.
Penurunan ini diikuti dengan kontraksi spasmodik
dari arteri spiralis sehingga terjadi ischemik dan
nekrosis lapisan superfisial endometrium sehingga
terjadi perdarahan.  
Vasospasme nampaknya merupakan akibat adanya
produksi prostaglandin lokal. Prostaglandin juga
menyebabkan kontraksi uterus saat haid.
Darah haid tidak mengalami pembekuan oleh karena
adanya aktivitas fibrinolitik dalam pembuluh darah
endometrium yang mencapai puncaknya saat
menstruasi.
Gambar Ovum
Gambar Perkembangan Folikel
Gangguan siklus menstruasi
Amenorea Hipogonadotropi
Permasalahan pada hipotalamus-hipofisis anterior
dalam memproduksi FSH dan LH
Penyebab : stress, rasio lemak tubuh terhadap tubuh
tanpa lemak (berat badan untuk tinggi badan,
penurunan berat yang cepat, gangguan makan ; bulimia,
anoreksia, latihan fisik yang melelahkan)
Penatalaksanaan : konseling, hormon replacement
therapy
Dismenorea
Dismenorea Primer
 Tidak ada penyakit organik, terjadi bulan ke-6 sampai tahun
kedua setelah menarche, hilang setelah wanita menikah dan
melahirkan
 Pencetus saat fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya
disekresi prostaglandin F2 alfa (PGF2 α) berlebih 
meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus 
vasospasme arteriol uterus  iskemia dan kram abdomen
bawah yang siklik  (nyeri punggung, nyeri kepala,
pengerluaran keringat, dan anoreksia)
 Diberi obat yang mengandung inhibitor prostaglandin asam

mefenamat
Dismenorea Sekunder
 Adanya penyakit pelvis organik ; endometriosis, penyakit
radang pelvis, neoplasma ovarium atau uterus, polip uterus
 IUD bisa sebagai penyebab dismenorea sekunder
 Terapi ditujukan untuk mengobati penyebab dasar
Sindrom Pramenstruasi
Dimulai fase luteal hari ke-7 sampai ke-10 sebelum
menstruasi, berakhir pada awitan menstruasi
Gejala : abdomen terasa penuh, nyeri tekan payudara,
peningkatan BB, ketidakstabilan emosi, nyeri kepala,
nyeri punggung
Penyebab dari teori defisiensi progesteron, kelebihan
prolaktin dan prostaglandin dan defisiensi diet
Pengobatan : konseling dan obat yang mengandung
inhibitor prastaglandin
Endometriosis
Keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium
diluar uterus.
Letaknya : diovarium, kavum dauglas, ligamen
uterosakrum, septum rektovaginal, sigmoid kolon,
ligamen rotundum, peritoneum pelvis atau kandung
kemih
Kista coklat adalah daerah kista endometriosis
diovarium, warna gelap kista disebabkan oleh darah
mati
Jaringan endometriosis ektopik  stimulasi hormonal
 cara sama respon endometriosis uterus  fase
proliferasi dan fase sekresi  endometrium bertumbuh
 fase menstruasi  jaringan mengeluarkan darah 
peradangan disertai fibrosis dan adesi ke organ terdekat
Penyebab : migrasi transtuba atau menstruasi retrograd
 jaringan endometrium  regurgitasi dari uterus
selama menstruasike tuba fallopi dan peritoneum 
jaringan tertanam diovarium dan organ lain
Gejala utama : dismenorea sekunder, nyeri defekasi waktu
siklus menstruasi, pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke
dalam paha.
Dampak : infertilitas karena adesi endometriosis disekitar
uterus
Terapi :
Jika wanita tidak merasa nyeri dan tidak ingin hamil  tidak
diobati
Jika wanita mengalami nyeri dan ingin hamil  analgesik
Jika wanita mengeluh nyeri berat dan menunda kehamilan 
kontrasepsi dengan rasio esterogen terhadap progesteron rendah
Pengkajian
Riwayat penggunaan kontrasepsi, seksual, obstetri,
menstruasi
Persepsi wanita terhadap kondisinya, pengaruh etnik
budaya, pengalaman, gaya hidup, dan pola koping
Jumlah nyeri yang dialami dan efeknya pada kegiatan
sehari-hari, obat yang digunakan untuk meredakan
nyeri
Catat emosi, perilaku, pola latihan fisik dan pola
istirahat
Diagnosa Keperawatan
Resti koping individu / keluarga tidak efekif b/d
pengetahuan mengenai penyebab kurang memadai
Kurang pengetahuan b/d perawatan diri
Resti gangguan citra tubuh b/d gangguan menstruasi
Resti terhadap harga diri rendah b/d persepsi orang
lain tentang rasa tidak nyamannya
Nyeri b/d gangguan menstruasi
Hasil yang diharapkan
Wanita dapat mengungkapkan pemahamannya tentang
anatomi alat-alat reproduksi, etiologi, gangguan yang
dialami, program pengobatan
Wanita (pasangan) akan memahami dan menerima
kondisinya dan respon emosionalnya terhadap siklus
menstruasi
Wanita (pasangan) akan memilih tindakan yang
terapeutik yang sesuai
Wanita (pasangan) akan berhasil beradaptasi terhadap
kondisi tersebut, jika gangguan yang dialami tidak dapat
disembuhkan

Anda mungkin juga menyukai