Anda di halaman 1dari 24

BRONKOPNEUMONIA

Oleh :
Makmur
PENDAHULUAN
 Pneumonia  salah satu penyakit saluran napas
yang terbanyak didapatkan dan sering
merupakan penyebab kematian hampir diseluruh
dunia.
 Di negara maju seperti Amerika, insiden
pneumoni komuniti  12 kasus per 1000 orang
per tahun dan merupakan penyebab kematian
utama akibat infeksi pada orang dewasa,dan
angka kematiannya adalah 15%.
 Di indonesia berdasarkan (SKRT) Depkes 1992 
penyebab kematian tersering terutama pada
balita dan manula, menempati urutan ke 4.
 Terjadinya pnemonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus (biasa disebut bronchopneumonia )
Definisi
 Pneumonia  inflamasi yang mengenai
parenkim paru.
 Pneumonia  penyakit klinis, sehingga
didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda
klinis, dan perjalanan penyakitnya.
 Definisi klasik  penyakit respiratorik yang
ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam,
ronki basah halus, dengan gambaran infiltrat
pada foto polos dada.
 Bronkopneumonia  penyebaran pneumonia
melalui cabang utama bronkus dan disebabkan
oleh baik bakteri atau agen non bakteri.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
 Berdasarkan predileksi infeksi
– Pneumonia lobaris
– Bronchopneumonia,
– Pneumonia intertisial.
 Berdasarkan klinis dan epidemiologi:
– Pneumonia komuniti (community acquired pneumonia)
– Pneumonia nosokomial (hopital acquired pneumonia)
– Pneumonia aspirasi
– pneumonia pada penderita immunocompromised
 Berdasarkan penyebabnya
– Infeksi (Bakteri, Virus, jamur)
– Alergi atau penyakit kolagen (Pulmonary eoshinophil,
Rheumatoid fever, SLE)
– Inhalasi zat beracun dan aspirasi cairan (aspiarasi
cairan lambung, Inhalasi zat atau gas klorida)
EPIDEMIOLOGI
 banyak diderita anak-anak di seluruh dunia
 negara maju  setiap tahunnya 30-45 kasus
/1000 anak < 5 tahun, 16-20 kasus / 1000 anak 5-
9 tahun, 6-12 kasus / 1000 anak pada umur 9
tahun dan remaja.
 Di RSU Dr Soetomo Surabaya :
– 2003  190 pasien
– 2004  231 pasien, terbanyak pada < 1 tahun (69%).
– 2005, anak < 5 tahun  547 kasus dengan jumlah
terbanyak pada umur pada umur 1-12 bulan sebanyak
337 orang
ETIOLOGI
 Mikroorganisme
(virus/bakteri)
 Bahan kimia
(hidrokarbon,
lipoid
substances)/ben
da asing yang
teraspirasi
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang meningkatkan insiden
Pneumonia :
 Umur < 2 bulan
 Laki-laki
 Gizi kurang
 Barat badan lahir rendah
 Tidak mendapat ASI memadai
 Polusi udara
 Kepadatan tempat tinggal
 Imunisasi yang tidak memadai
 Membedung anak (selimut berlebihan)
 Defisiensi Vitamin A
 Pemberian makanan tambahan terlalu dini.
FAKTOR RESIKO
 Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian
Pneumonia
 Umur < 2 bulan
 Tingkat sosio ekonomi rendah
 Kurang gizi
 Berat badan lahir rendah
 Tingkat pendidikan ibu yang rendah
 Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
 Kepadatan tempat tinggal
 Imunisasi yang tidak memadai
 Menderita penyakit kronis
 Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian
 pengobatan yang salah.
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
 Timbul melalui
– aspirasi kuman (penyebaran langsung kuman dari saluran
respiratorik atas)
– Sekunder dari viremia/bakteremia atau penyebaran dari
infeksi intra abdomen.
 Paru terlindung dari infeksi
– barier anatomi dan barier mekanik
– juga sistem pertahanan tubuh lokal maupun sistemik
• filtrasi partikel di hidung
• pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis
• ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
• pembersihan ke arah kranial oleh lapisan mukosilier
• Sistem pertahanan tubuh yang terlibat baik sekresi lokal
imunoglobulin A maupun respon inflamasi oleh sel-sel leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag dan cell
mediated immunity.
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
 Pneumonia  satu atau lebih mekanisme diatas mengalami
gangguan sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran
nafas bagian bawah.
 Inokulasi patogen penyebab pada saluran nafas menimbulkan
respon inflamasi akut pada penjamu yang berbeda sesuai
dengan patogen penyebabnya.
 Respon inflamasi :
– Infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam submukosa dan
perivaskular
– PMN akan didapatkan dalam saluran nafas kecil
– edema submukosa
– terjadinya denudasi (pengelupasan) epitel
– eksudat hemoragik
 Pneumonia viral pada anak merupakan predisposisi terjadinya
pneumonia bakterial oleh karena rusaknya barier mukosa
MANIFESTASI KLINIS
 Dibedakan menjadi :
– gejala umum infeksi (non spesifik),
– gejala pulmonal,
– pleural
– ekstrapulmonal.
 Gejala non spesifik meliputi demam, menggigil, sefalgia dan
gelisah, muntah, kembung, diare atau sakit perut
 Gejala pada paru batuk pilek, gejala nafas cuping hidung,
takipnea, dispnea dan apnea baru timbul, Otot bantu nafas
interkostal dan abdominal mungkin digunakan. Batuk
umumnya dijumpai pada anak besar, tapi pada neonatus bisa
tanpa batuk. Wheezing mungkin akan ditemui pada anak-anak
dengan pneumonia viral atau mikoplasma, seperti yang
ditemukan pada anak-anak dengan asma atau bronkiolitis.
 Gejala ekstra pulmonal  Abses pada kulit atau jaringan lunak,
Otitis media, konjuntivitis, sinusitis, epiglotitis dan meningitis.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- radiologis  berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
brochogram, penyebaran brokhogenik dan intertitial serta gambaran
kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia,hanya meruoakan petunjuk kearah diagnosis etiologi.
- Pemeriksaan laboratorium
• Leukositosis
• pergeseran kekiri
• peningkatan LED
• pemeriksaan dahak,kultur darah dan serologi
• Pemeriksaan bakteriologis
– Pemeriksaan khusus  Titer antibody terhadap
virus,lagionela,mikroplasma.nilai diagnostc tinggi atau ada kenaikan
titer 4 kali.
– Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia da
kebutuhan oksigen.
PENATALAKSANAAN
 antibiotik dan pengobatan suportif
 Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab
pneumonia dapat di lihat sebagai berikut:
 Penisilin Sensitive Streptococcus Pnemoniae(PSSP)
– Golongan Penisilin
– TMT-SMZ
– Makrolit
 Penisilin Resisten Streptococcus Pnemoniae(PRSP)
– Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
– Sefotaxime, Sefriakson dosis tinggi
– Makrolid baru dosis tinggi
– Fluorokuionolon respirasi
 Pseudomonas Aeruginosa
– Aminoglikosid
– Seftazidin, Sefoperason, Sefepim
– Tiraksilin, Piperasilin
– Karbapenem: Meropenem, Imipenem
– Siprofloksasin, Levofloksasin
 Methicilin Resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
– Vankomisin
– Teikoplanin
– Linezolid
 Haemophilus Influenzae
– TMT-SMZ
– Azitromisin
– Sefalosporin generasi 2 atau 3
– Fluorokuionolon respirasi
 Legionella
– Makrolid
– Flurokuinoloon
– Rifamfisin
 Mycoplasma Pneumoniae
– Doksisiklin
– Makrolid
– Flurokuinoloon
 Clamydia Pneumonia
– Doksisklin
– Makrolid
– Flurokuinoloon
 Dapat dipertimbangkan juga
pemberian:
• Kotrimoksasol pada Pneumonia
Pneumokistik Karinii
• Anti viral (Asiklovir, gansiklovir) pada
pneumonia karena sitomegalovirus
• Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol,
flukonazol) pada pneumonia karena jamur
• Pemberian imunoglobulin
 Terapi suportif yang diberikan kepada penderita
pneumonia
– Pemberian oksigen
– Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat
– Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal untuk memperbaiki transpor
mukosiliar
– Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang
terjadi misalnya hipoglikemia, asidosis metabolik
– Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang
demam, diare dan lainnya serta komplikasi bila ada
KOMPLIKASI
 Efusi pleura
– antibiotika tetap diteruskan
– Indikasi pemasangan pleural drain:
• Perjalanan klinis berlangsung progresif
• Efusi pleura bertambah walaupun sudah mendapat antibiotik
• Distres nafas berat
• Terjadi pergeseran mediastinum (mediastinal shift)
• Didapatkan cairan yang purulen saat dilakukan pungsi pleura
 Abses paru
– Pemberian antibiotika parenteral diteruskan sampai 7 hari bebas demam,
dilanjutkan pemberian oral antibiotik sampai lama terapi mencapai minimal 4
minggu
 Empiema/piopneumotoraks
– Selain pemberian antibiotika yang optimal sesuai dugaan kuman penyebab,
diindikasikan juga pemasangan pleural drain.
 Sepsis
– Penanganan dengan antibiotika yang sesuai dan terapi suportif lainnya.
 Gagal nafas
– Pada kondisi gagal nafas, perlu dilakukan intubasi dan pemberian bantuan
ventilasi mekanik.
PENCEGAHAN
 Prinsip pencegahan terutama ditujukan pada
pengendalian faktor – faktor resiko yaitu:
– Vaksinasi
– Pencegahan proses transmisi patogen
– Mencegah faktor – faktor yang dapat menimbulkan
aspirasi
– Mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu
– Mempertahankan keasaman lambung
– Sterilisasai yang optimal terutama pada perawatan
pre dan pos operasi
PROGNOSIS
 Prognosis pada orang tua dan anak-anak kurang baik,karena itu perlu
perawatan dirumah sakit kecuali gejala penyakit ringan. Orang dewasa
kurang dari 60 tahun dapat berobat jalan kecuali :
1. Bila disertai penyakit paru kronik
2. Pneumonia nosokomial meliputi banyak lobi
3. Disertai gambaran klinik yang berkaitan dengan mortalitas yang
tinggi.
 Pada anak dengan pneumonia, penentuan rawat inap diputuskan
apabila terdapat:
– Penderita tampak toksik
– Umur kurang dari 6 bulan
– Distres pernafasan berat
– Hipoksemia (saturasi oksigen kurang dari 93-94% pada kondisi ruangan)
– Dehidrasi atau muntah
– Terdapat efusi pleura atau abses paru
– Kondisi imunokompromais
– Ketidakmampuan orangtua untuk merawat
– Didapatkan penyakit penyerta lain, misalnya penyakit jantung bawaan
– Pasien membutuhkan pemberian antibiotika secara parenteral
Sekian

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai