Anda di halaman 1dari 96

PA R A S I T O L O G I

Parasitologi Kedokteran
Ilmu yang mempelajari organisme parasit (animal parasite) yang hidup
• sementara atau permanen
• di dalam atau pada tubuh manusia yang menjadi tuan rumah (host/hospes) tempatnya mencari
makanan untuk mempertahankan hidupnya
• menimbulkan sakit atau kematian host
Morfologi Parasit
PROTOZOA ( Amuba, Giardia
lamblia, Balantidium coli, Plasmodium
falciparum, Toxoplasma gondii, dll.)

PENGELOMPOKAN
PARASIT HELMINTH (CACING): Soil
transmitted helminths, Taenia solium,
Schistosoma,Trichinella spiralis, dll)

ARTROPODA : Insecta (Musca,


nyamuk), Arachnida (labah-labah,
Ticks), Crustacea, Myriapoda
(Centipedes),Scorpionida.
PROTOZOA
RHIZOPODA
Entamoeba histolytica

SPOROZOA
FLAGELLATA
Toxoplasma gondii
Giardia lamblia

CILIATA
Balantidium
coli

FLAGELLATA
SPOROZOA Trypanosoma
Plasmodium vivax
CACING
NEMATODA

CESTODA TREMATOD
A
ARTROPODA
Insecta Arachnida Crustacea

Flea (pinjal)
P O I S O N O U S A RT H R O P O D S

•ARANEIDA (black widow spider)


•ACARINA (ticks & mites)
•SCORPIONIDA (scorpion)
•CHILOPODA (centipedes)
•HYMENOPTERA (bees)
•LEPIDOPTERA ( kupu)
•COLEOPTERA (beetles)
•HEMIPTERA (reduviidae)
Diagnosis, Patofisiologi dan
Pengobatan Malaria

Dr.H.Armen Ahmad SpPD KPTI FINASIM


Masalah kesehatan global

Lebih dari 2,4 milyar (40% penduduk dunia) di


100 negara terpapar malaria
Masalah Malaria
Urutan 8 dari 10 penyebab kematian di
di dunia dan Indonesia dengan angka mortalitas 0,7-1,7 %
Indonesia Program pemerintah untuk meningkatkan upaya
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat

Pengobatan malaria yang berbeda antara tenaga


kesehatan

Malaria resisten obat semakin meluas 77


kabupaten (158 kecamatan)
RESISTENSI OBAT ANTI MALARIA DI INDONESIA
1978 - 2002
Malaria vivax
Malaria malariae
Etiologi
Malaria ovale
Malaria falciparum
Malaria Knowlesi
Hospes
perantara :
• Manusia
• Vertebra lainnya
Hospes Malaria

Hospes definitif

• Nyamuk Anopheles
• Malaria disebabkan protozoa
plasmodium melalui gigitan nyamuk
anopheles betina
Etiologi dan
Transmisi • 4 spesies : Plasmodium falciparum,
vivax, malariae dan ovale

• Infeksi dengan 2 cara yaitu alamiah


melalui vektor dan induksi melalui
transfusi darah, suntikan, kongenital
Daur Hidup Parasit Malaria
Manusia Anopheles betina
Dalam hati Dalam kelenjar liur
Sporozoit

hipnozoit skizon
skizon ookista
merozoit

Dalam lambung
trofozoit
skizon merozoit

makrogamet makrogamet
Zigot (ookinet)
mikrogamet mikrogamet
Siklus Hidup Parasit
Malaria
Patofisiologi
Infeksi malaria SDM terinfeksi Splenic Immunology
anemia
SDM tidak terinfeksi Filtration Clearance

lolos Lemah, lesu


*
toksin skizon
*
merozoit

Monosit
Makrofag kalikrein

kininogen kinin
pirogen
* Eritrosit ruptur
Plasmodium Plasmodium Plasmodium Plasmodium
falciparum vivax ovale malariae
Hipnozoit - + + -
Jumlah merozoit 40000 10000 15000 15000
Daur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam
Daur dalam nyamuk 10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari
Daur praeritrosit 5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hari
Eritrosit yang Muda ( bisa Retikulosit Retikulosit Tua
dihinggapi menyerang eri
segala usia)
Periode Inkubasi 9-14 hari 12-17 hari ; 16-18 hari ; 18-40 hari ;
6-12 bulan dpt lbh lama dpt lbh lama
MANIFESTASI KLINIK
• Gejala yang khas : trias malaria, yaitu
menggigil, panas, dan keringat yang banyak.
• Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah :
1.Demam
- Demam periodik berkaitan dgn saat pecahnya
skizon matang (sporulasi).
- Malaria tertiana (P.vivax dan P.ovale)  tiap
48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3
- Malaria kuartana (P.malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari.
- Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium :
menggigil (15 menit – 1 jam), puncak demam (2 – 6
jam) dan berkeringat (2 – 4 jam).

2. Splenomegali , anemia, ikterus


Demam (Febrile Paroxism)

•Schizont yang ruptur melepaskan


toksin-toksin seperti GPI ─> men-
stimuli monosit/makrofag melepaskan
TNF-α, IL-1 dan IL-6 sebagai pirogen
endogen ─> perubahan titik set
Termoregulator di hipothalamus

• Terdiri dari :

- periode dingin/menggigil

- periode panas

- periode berkeringat
Gejala dan Tanda klinis Malaria
• Trias malaria : demam, menggigil, berkeringat
• Sakit kepala, mual-muntah, diare, nyeri otot, pegal
• Riwayat bepergian dan bermalam dalam 1-4 minggu
di daerah malaria
• Tinggal/berdomisili di daerah endemis malaria
• Pernah menderita malaria
• Riwayat mendapat transfusi darah
• Pemeriksaan fisik :
Suhu 37,5-40oC, anemia, splenomegali, hepatomegali,
penurunan kesadaran
CAPILLARY OBSTRUCTION MECHANISM :

• Rosetting ( erythrocyte segregation )


• Cytoadherence (Erythrocyte adherence to endothel )

PATHOGENESIS IMMUNOLOGIC MECHANISM : cytokine, nitrit-


oxide formation
OF CEREBRAL MECHANISMS OF INCREASED
MALARIA INTRACRANIAL PRESSURE: pediatric cases only

ENDOTOXIN MECHANISM
PATHOGENESIS
MECHANISM :
ROSSETTING

PRBC
Malaria Berat

ROSETTING

(Huji, 2004) (Wahlgren et al.,2005)


CYTOADHERENCE MECHANISM

EP

PRBC

Knob

ENDOTEL
PATHOGENESIS MECHANISM

PRBC

Pf-EMP-1

ELAM VCAM CD-36 TSP


ICAM-1
ENDOTHEL
Rosetting & Cytoadherence
ERYTHROCYTE INVASION

MEROZOIT
ANEMIA
RING

SCHIZONTS
TROPHOZOIT BREAK UP
GPI

PHYSICAL
KNOB, CYTOADHERENCE
EFFECTS DEFORMITY HILANG
IN HUMAN
ERYTHROCYTES MICROVASC.
OBSTRUCTION TNF

METABOLIC
GLUCOSE CONSUM. FEVER
EFFECTS OF HYPOXIA HYPOGLYCEMIA
PARACYTES HYPOGLYCEMIA HYPOGLYCEMIA
LACTIC ACIDOSIS

CEREBRAL, RENAL, LUNG,


OTHER COMPLICATIONS
Diagnosis Laboratoris Malaria

1. Dengan mikroskop cahaya

a. Pemeriksaan hapus darah tebal


b. Pemeriksaan hapus darah tipis

2. ICT (Immuno Chromatographic Test)

3. PCR
Diagnosis Laboratoris Malaria
• Pemeriksaan tetes tebal darah tepi:
(-) = negatif tidak ditemukan parasit dalam 100 LP
(+) = positif 1 ditemukan 1-10 parasit/100 LP
(++) = positif 2 ditemukan 11-100 parasit/100 LP
(+++) = positif 3 ditemukan 1-10 parasit/1 LP
(++++) = positif 4 ditemukan > 10 parasit/ 1LP

• Hapusan tipis
Terutama untuk melihat jenis spesies
Dapat dilakukan hitung parasit berdasarkan jumlah
parasit/1000 eritrosit
Diagnosis Malaria Berat
Ditemukan P. falciparum bentuk aseksual ditambah minimal satu
keadaan berikut :
• Malaria serebral (penurunan kesadaran, kejang, koma)
• Anemia berat (Hb<5 g/dl atau hematokrit < 15) pada hitung parasit > 10.000/ul
• Gagal ginjal akut
• Udema paru/ARDS
• Hipoglikemia
• Renjatan
• Perdarahan spontan atau disertai KID
• Kejang berulang
• Asidosis
• Makroskopik hemoglobinuria
• Hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemis (non imun)
• Ikterus (Bilirubin >3 mg/dl)
• Hiperpireksia
• Kelemahan otot/gangguan neurologis
• Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yg padat
pada pembuluh darah kapiler jaringan otak
Pengobatan Malaria
Klasifikasi Biologi Obat Malaria
1. Skizontisida jaringan primer:
Proguanil, pirimetamin
2. Skizontosida jaringan sekunder:
Primakuin
3. Skizontisida darah:
Kuinin, klorokuin, amodiakuin
4. Gametositosida:
Primaquin (V, F, M, O)
Kuinin, klorokuin, amodiakuin (V, M, O)
5. Sporontosida:
Primakuin, proguanil
Pengobatan
P falciparum
lini pertama : Artesdiaquin
(Amodiaquin,Artesunat) 8 tab 3
hari tambah primaquin 3 tab
lini kedua : Kina + primaquine

P vivax/ovale
Lini I : Artesdiaquin (Amodiaquin,Artesunat) 8
tab 3 hari tambah primaquin 3 tab +
primaquin 0,25 mg/kg/hari 14 hari
Lini II : Kina + primaquin 3 tab +
primaquin 0,25 mg/kg/hari 14 hari
Pengobatan Kombinasi

• Bila sudah ada studi tentang pola resistensi


• Bila resistensi untuk suatu obat > 25% maka tidak dianjurkan
untuk digunakan
• Tujuan kombinasi untuk menghambat resistensi dan melindungi
potensi obat antimalaria
• Kombinasi rasional:
- cara kerja obat dan mekanisme resistensi berbeda
- batas efektivitas obat minimal 75%
Derajat resistensi parasit aseksual P.falcifarum
terhadap obat skizontisida darah :
Respon Derajat Keterangan
Pengobatan Resistensi
Sensitif s Hilangnya semua parasit aseksual dari darah
perifer dalam waktu 7 hari dihitung setelah hari
pertama minum obat, tanpa rekrudesensi
Resisten R1 Hilangnya semua parasit aseksual dari darah
perifer seperti halnya S, tetapi selalu ada
rekrudesensi dalam kurun waktu 28-42 hari
R2 Penurunan yang jelas (75% atau lebih) dari
jumlah parasit aseksual dalam darah perifer,
tetapi tidak pernah hilang sama sekali
R3 Tidak ada perubahan yg berarti (<75%) atau
jumlah parasit bertambah dibanding jumlah
parasit aseksual darah perifer sebelumnya
Pengobatan kombinasi P. falciparum
1. Resisten K3 <25% & SP1 <25%
K3-SP1-P1
2. Resisten K3 >25% & SP1 <25%
SP1-P1-Kina7
3. Resisten K3 <25% & SP1 >25%
K3-P1-T/D7
4. Resisten K3 >25% & SP1 >25%
Kina7-P1-T/D7

Keterangan: K3 = Klorokuin Fosfat 250 mg 3 hari (4-4-2)


SP1 = Sulfadoksin pirimetamin 3 tab 1x
P1 = Primakuin 3 tab 1x
Kina7 = Kina Sulfat 3x10 mg/kgBB 7 hari
T/D7 = Tetrasiklin/Doksisiklin 7 hari
Pengobatan kombinasi P. vivax

1. Resisten K3 <25%
K3-P14-T/D7
2. Resisten K3 >25%
Kina7-P14-T/D7

Keterangan: P14 = Primakuin 15 mg 14 hari


Pemantauan Pengobatan
Gagal obat dini (early treatment failure)
Hari pertama (H1-3) terjadi gejala malaria berat
H-2 hitung parasit >Ho
H-3 hitung parasit > 25% Ho
H-3 parasit bentuk aseksual masih positif disertai panas
Gagal obat kasep (late treatment failure)
a. Late clinical and parasitological failure
H4-28 terjadi gejala malaria berat
masih terdapat parasit bentuk aseksual+demam
b. Late parasitological failure
Terdapat parasit bentuk aseksual pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 tanpa demam
Pengobatan malaria berat
1. Tindakan umum/suportif
Oksigenisasi, cairan, nutrisi, monitoring
2. Pengobatan simtomatik
Antipiretik
Bila kejang diberi antikonvulsan
3. Antimalaria
Kina iv dengan cara 1 ampul kina 500 mg dilarutkan dalam
500 cc D5 diberikan dalam 8 jam terus menerus sampai
penderita dapat minum obat
4. Mengatasi penyulit/komplikasi
Malaria serebral
Anemia berat
Hipoglikemia
Renjatan
Gagal ginjal akut
Pengobatan Pencegahan
1. Klorokuin Basa 5 mg / kg BB / minggu
2. Doksisiklin 1.5 mg / Kg BB / hari :
- Untuk daerah yg efikasi P. Falcifarum terhadap klorokuin < 75 %
- Maksimal untuk 3 bulan
- Kontra Indikasi anak < 8 thn dan ibu hamil
• Diberikan 1 minggu sebelum berangkat ke daerah endemis s.d 4 minggu
setelah meninggalkan daerah endemis malaria
Penderita penyakit kulit di Indonesia tinggi

Menkes RI: no.3 setelah: penyakit saluran


pernapasan dan penyakit saluran
pencernaan
Skabies & pedikulosis (ektoparasit)
merupakan penyakit rakyat

Pendahuluan Zainal Hakim, dkk (1978):”Skabies No.1 di


RSU Dr. Jamil, Padang”

Siti Aisah

• (1981 & 1982): “Skabies No.2 di Subbag kulit anak,


RSCM Jakarta”
• (1986 – 1988): “Peringkat sama, setelah dermatitis”
• Segi epidemiologi: penting, sangat menular 
epidemi
• Gatal hebat  produktivitas kerja menurun
Pendahuluan • Willcox (1981): Skabies & pedikulosis  STD
(PHS/ PMS)
• Perlu dikenal & didalami  pengobatan tepat &
pemberantasan tuntas
Manifestations
Insects of Parasites Infestations
Mites
Hymenoptera  Bee & wasp stings; Demodex folliculorum  normal floraof facial
Ants bites hair follicles
Sarcoptes scabei  Human/animal scabies
Lepidoptera  Caterpillar dermatitis
Food mites  Grain itch, grocer’s itch
Coleoptera  Blister from cantharidin
Diptera  Mosquito & Myasis
House dust mite  Possible role in atopic eczema
Aphaniptera  Human/animal fleas Cheyletiella  Papular urticaria
Hemiptera  Beg bugs Ticks  Tick bites; ricketsial vector infections &
Anaplura  Lice infestations erythema migrans

Ref: J.A.A. Hunter et all; Clinical Dermatology


SKABIES
Sinonim
Scabies; “Itch Mite”
Gudik, kudis, penyakit A Go Go

Definisi
Penyakit kulit menular akibat infestasi & sensitisasi
thdp tungau Sarcoptes scabiei serta produknya berada
dalam terowongan lapisan tanduk pada tempat
predileksi
Etiologi
Sarcoptes (Acarus) scabiei var.hominis
Phylum Arthropoda; Class Arachnida; Ordo Acarina;
Famili Sarcoptidae

Parasitologi
Sarcoptes scabiei = tungau atau kutu yang kecil,
transulen
Bentuk bulat lonjong, konveks bagian dorsal & pipih
bagian ventral
Ukuran:
• ♀= 0,20 – 0,25 mm
• ♂= 0,33 – 0,45 mm
• 4 pasang kaki
2 depan + alat isap
2 belakang + bulu keras
• Jantan dan betina berkopulasi.
Stlh kopulasi jantan mati.
• Betina membuat terowongan, lalu bertelur 2 – 5 butir/ hari lalu
mati
• Siklus hidup
Telur  larva  nimfa  sarkoptes dewasa
(tiap siklus berlangsung selama +/- 3 hari)
Epidemiologi
Kosmopolit t.u di daerah tropis & subtropis
Insiden tinggi pd masy sos-ekonomi kurang dan hygiene buruk
Endemis  epidemis

Cara Penularan
Kontak langsung  lama-erat; seksual (STD or STI)
Kontak tak langsung  alat-alat rumah tangga, Kasur, pakaian,
dll
Simtomatologi
Keluhan utama: - gatal hebat t.u malam hari
(= Pruritus nokturna )
Predileksi:
• Sela jari tangan & kaki, ekstensor ekstremitas
• Lipat ketiak, sekitar pusar dan ikat pinggang
• Daerah genital dan bokong
• Pada bayi  seluruh tubuh !!

Efloresensi: gambaran polimorf, kecuali infeksi


sekunder
• Papulo-vesikulae
• Erosi & ekskoriasi + krustae
• Khas: kunikulus (terowongan) di lapisan korneum
Komplikasi  penyulit diagnosis
Infeksi sekunder
Pustulae
Folikulitis
Furunkulosis, dll
Pengobatan sendiri a.l dermatitis kontak
Diagnosis
Ideal
• Temukan terowongan pada kulit
• Buktikan adanya sarcoptes dewasa, larva dan
telur
Praktis: atas dasar keluhan + data klinis
• Gatal hebat malam hari
• Anamnesis keluarga 
• Efloresensi polimorf pada tempat predileksi
Diagnosis Banding
• Pitiriasis rosea
• Liken planus
• Pedikulosis korporis
• Pioderma
• Prurigo
Terapi
1. Umum
• Kebersihan perorangan
• Kebersihan lingkungan
• Obati keluarga & kontak personal
2. Anti Skabies
obat tidak toksis & tidak iritatif
membunuh semua stadium
A. Preparasi belerang (4 – 10%)
B. Emulsi benzil benzoas (15-25%)
C. Gama benzen heksa klorida ( ½ - 1%)
D. Krotamiton 10%
E. Permethrin 5%
3. Antibiotika: bila ada infeksi sekunder, dermatitis
Bentuk-bentuk Klinis Scabies
1. Scabies Impetigenisata  scabies +
infeksi sekunder
2. Scabies pada bayi  seluruh tubuh +
infeksi sekunder
3. Scabies hewan  pada peternak anjing,
kucing, ayam, babi, kuda, dll
4. Scabies bentuk STD  pada genitalia
orang dewasa
Bentuk-bentuk Klinis Scabies
5. Scabies nodular  nodul post scabies
6. Scabies norwegika atau scabies hiperkeratotika
(Norwegian scabies; Hyperkeratotic scabies;
Crusted Scabies) akibat penurunan respons
imunologik tubuh
Antara lain:
malnutrition
kelainan neurologik: mongolism
kelainan immunologik: terapi steroid/sitostatik
AIDS, T-cell leukemia
penderita lepra
Prognosis
Dengan terapi adekuat  baik kecuali ada kelainan
immunologik
Obat-obat anti scabies
1. Salap 2-4
Murah dan aman
Tidak bunuh telur
Bau belerang  iritasi
Minimal 3 hari
2. Benzil benzoas emulsi 20%
• Efektif utk semua stadium
• Iritasi  gatal >
• Jangan diberi kpd anak < 6 tahun
• 3 malam

3. Scabicid, Scabex
• Efektif semua stadium
• Neurotoksik (SSP)
• Jangan diberi kpd anak-anak dan wanita hamil
• 2 malam
4. Crotaderm, eurax
• Anti gatal
• Anti bakteri
• Iritasi mukosa

5. Nix
• Obat baru
• Paling aman dan efektif
TOPIKAL

Lini Kedua
Lini Pertama

- Lindane (Gamma benzene Hexachloride) 1%


Permetrin 5% krim losio; 0,3% gel
- Sulfur presipitatum 5% krim, 10% krim dan
ointment
- Benzyl benzoate 10% losio
- Malathion 0,5% losio
- Sulfiram 5% sabun dan 25% solusio
- Keratolitik (contoh: asam salisil)
- Krotamiton 10% losio,krim
Terapi simptomatik

TOPIKAL: Kortikosteroid potensi rendah-sedang

SISTEMIK
Antihistamin (gol.sedative)  kurangi rasa gatal
Antibiotik oral (infeksi sekunder)
Antiparasit : Ivermectin 0,2 mg/KgBB, SD, dapat diulang 2-3
dosis, 10-14 hari kemudian, tidak diindikasikan untuk anak di
bawah 5 tahun, ibu hamil, dan menyusui
PEDIKULOSIS
Sinonim: Pediculosis; Phthiriasis

Definisi:
Penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu
yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau
baju, memberi keluhan gatal akibat gigitannya
Etiologi ada 2 jenis yaitu:
1. Pediculus humanus
Var. Capitis = Pedikulosis kapitis (Head Louse;
tuma kepala)
Var. Corporis = Pedikulosis korporis (Body
louse; tuma badan)
2. Phthirus pubis = Phthiriasis pubis (Crab louse;
tuma kemaluan)
Epidemiologi
Tuma  parasit obligat manusia
Kosmopolit tidak dipengaruhi musim
Insiden: kebersihan << (org dan lingk), sos ekonomi <<
Penularan
• Kontak langsung erat (tmsk STD)
• Melalui alat-alat a.l topi, sisir, tempat tidur, dll
Di EROPA tuma sebagai vektor dari:
• Ricketsia: Tifus epidemik, demam parit
• Spirochaeta (Borrelia recurrentis) menyebabkan
demam berulang
Pedikulosis Kapitis

Sinonim:
Pediculosis capitis; Penyakit tuma kepala
Etiologi:
Pediculus humanus var. capitis (Head louse)
Insiden:
Anak dan wanita berambut panjang
Pedikulosis Kapitis

Simtomatologi:
Gatal digaruk lalu infeksi, keluar serum  terjadi
infeksi sekunder dan timbul impetigo atau furunkulosis
Predileksi di regio occipital & post-auricular
Rambut kering & tak mengkilap
Jika bernanah + krusta + bau busuk  Plica polonica
(rambut gimbal)
\
Pedikulosis Kapitis

Diagnosis:
• Gatal  pada predileksi
• Telur/ tuma  (diagnosis pasti)
• Impetigo; furunkulosis + KGB > pada
anak
Pedikulosis Kapitis

DD/:
• Pioderma
• Tinea kapitis
• Dermatitis seboroika
• Hair casts
• Trichorrhexis nodosa
Pedikulosis Kapitis
Penatalaksanaan:
(hilangkan/ basmi kutu dan telurnya)
• Umum: jaga kebersihan rambut  cukur
• Topikal:
emulsi/ bubuk DDT 5 – 10%
emulsi benzyl benzoas 20 – 25%
Gameksan 0,5 – 1%
Gama Benzen Hexachloride 1%
Bubuk malathion 1%
• Sistemik: antibiotika/ kemoterapeutika  infeksi sekunder
Pedikulosis Korporis

Sinonim:
Vagabond’s disease; penyakit kutu badan

Etiologi:
Pediculus humanus var. capitis (Body Louse)
Pedikulosis Korporis

Simtomatologi:
• Gigitan menyebabkan bintik merah di dada & perut, bahu &
punggung
• Papel  urtika + gatal hebat
• Erosi & ekskoriasi + infeksi sekunder
• Likenifikasi dan hiperpigmentasi  Vagabond’s disease
(kronis, kering, pada orang tua, kebiasaan menggaruk)
Pedikulosis Korporis

Diagnosis:
• Rasa gatal hebat
• Lesi-lesi di predileksi
• Kutu & telur +  pakaian
PEDIKULOSIS
KORPORIS
Pedikulosis Korporis

DD/ :
• Skabies
• Pioderma
• Gigitan kutu busuk
(Bed bugs; kutu bangsat)
Pedikulosis Korporis
Penatalaksanaan:
• Umum : pakaian & peralatan tempat tidur
direbus, autoklaf (> 60C, 15’), fumigasi
(Metil bromida)
• Obat-obat: insektisida
Bedak DDT 10%  tuma
Bedak BHC 1%  dewasa & telur
Bedak malathion 1%
Phthiriasis Pubis
Sinonim:
Pediculosis pubis; penyakit Tuma kelamin
Etiologi:
Phthirus pubis (Crab louse)
Insiden:
Dewasa muda (seksual aktif)
Phthiriasis Pubis
Simtomatologi
• Gigitan  papel kecil + krusta  gatal hebat !!!
• Gigitan juga mengeluarkan liur yang mengubah
bilirubin menjadi biliverdin.
• Maculae caerulae: bercak biru abu-abu, bulat,  3 –
15 mm, ditekan tak hilang
• Predileksi: regio genital & perianal yang berambut,
rambut ketiak, alis/ bulu mata
• Penularan: kontak seksual, alat-alat (tempat tidur,
handuk)
MACULAE
CEARULAE
Phthiriasis Pubis

Diagnosis:
• Gatal hebat !!! (biasa pada malam hari)  predileksi
• Maculae caerulae
• Tuma & telur 
Phthiriasis Pubis

Diagnosis diferensial:
• Skabies
• Dermatitis kontak + infeksi
Phthiriasis Pubis
Penataksanaan:
• Cukur rambut pubis + obat sesuai P.kapitis
• Untuk bulu mata + sol isoflurofanat 0,025%

Gunakan forsep (pinset) alis/ bulu mata


• Obati partner sex
LARVA MIGRANS (= Creeping Eruption )

Larva Migran Cutan


Larva Migran Visceral
Larva Migran Cutan

Sinonim:
Cutaneus Larva Migrans, Sand Worms Eruption, Creeping Eruption

Etiologi:
• Ankilostoma brasiliense
• Ankilostoma caninum
• Ankilostoma duodenale
• Necator americanus
• Strongyloides sterconalis
Larva Migran Cutan

Epidemiologi
• Daerah tropis & subtropis  tanah pasir a.l pantai,
pertambangan
• Faeces + telur  larva  lesi kulit (di bawah
stratum Basale)
Larva Migran Cutan
Simtomatologi

• Papel gatal (port d’entre) digaruk terjadi migrasi larva ke


sub-epidermis, lalu membuat terowongan berkelok-kelok
• Lesi serpiginosa + eritematosa  bekas hiperpigmentasi
• Vesikulasi  pecah  skuama
Larva Migran Visceral
Etiologi
• Toxocara canis & Toxocara cati
• Ascaris lumbricoides

Simtomatologi
• Lesi papular & urtikaria
• Granuloma milier pada hepar & hepatomegali
• Eosinofilia & hiperglobulinemia
Larva Migran Visceral
Penatalaksanaan
• Thiabendazole 50 mg/ kgBB/ hari  2 x
sehari/ oral (2-3 hari)
• Bedah beku  klor etil, CO2, N2 cair
• Bedah kimia (kaustik)  asam triklor asetat
• Bedah listrik  elektro-kauterisasi

Anda mungkin juga menyukai