Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM PPI TERKAIT K3 DAN PATIENT SAFETY

SRI YULIYANTI
IPCN RS PMI BOGOR
Pendahuluan
• Program Komite PPI dengan Komite K3 dan Patient Safety saling
berkaitan
• Dimensi keterkaitan antar komite ini tidak hanya pada pekerjaan
rumah sakit serta lingkungan, sejalan dengan potensi paparan risiko
kegiatan di rumah sakit yang dapat menjangkau masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
• Jenis pelayanan dan aktivitas memiliki potensi bahaya sejumlah factor,
seperti : biologi, kimia, psikososial. Oleh sebab itu diperlukan
pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit
akibat kerja.
Tujuan
• Mengetahui program terkait PPI, K3 dan patient safety
• Mengetahui manajemen resiko pada konstruksi dan renovasi
• Mengetahui program kewaspadaan standar : penyuntikan yang aman
ICRA (INFECTION CONTROL Tujuan Khusus:
ICRA (INFECTION RISK ASSESMENT) 1. Sebagai panduan dalam
CONTROL RISK KONSTRUKSI &RENOVASI menilai risiko infeksi yang
ASSESMENT) dapat terjadi akibat debu
pada konstruksi adalah: pembangunan atau renovasi
Penilaian yang dilakukan Tujuan umum: di rumah sakit
terhadap control infeksi oleh Untuk meningkatkan mutu 2. Untuk mengontrol terjadinya
PPI bila terdapat rencana pelayanan di rumah sakit penyebaran infeksi yang
perbaikan, renovasi dan ditularkan melalui udara dan
pembangunan Gedung baru air di daerah lingkungan
atau pembangunan Kembali rumah sakit selama waktu
bangunan yang ada di rumah renovasi, konstruksi dan
sakit, yang memungkinkan pemeliharaan bengunan
terjadinya infeksi pada 3. Mengidentifikasi factor-factor
pasien, pekerja dan orang risiko tinggi yang dapat
yang beraktifitas di rumah menyebabkan terjadinya
sakit. penyebaran infeksi akibat
renovasi, konstruksi dan
kegiatan pemeliharaan
bangunan
PRE RENOVASI
Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagian Tehnik, Komite PPIRS, K3RS dan Unit
Sanitasi dan vendor

Komite PPIRS melakukan pengkajian resiko dan membuat izin renovasi

Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan Komite PPIRS, K3RS dan Unit Sanitasi
Lingkungan memberikan edukasi kepada pihak perencana dan pelaksana proyek

Sebelum pelaksanaan pembangunan/renovasi dan pembongkaran bangunan, pihak pelaksana proyek


harus menutup area kerja, Komite PPIRS akanmemastikan dengan cek list” Renovasi bagunan “ dan
memastikan kontraktor memasang informasi bahwa area tersebut sedang ada
pembangunan/renovasi dan pembongkaran bangunan sesuai standar K3RS dan PPI

Selama proses pembangunan pelaksana proyek wajib mengenakan APD sesuai K3.

Setelah pembangunan selesai Komite PPIRS melakukan evaluasi kembali melalui cek list
renovasi bangunan
SELAMA RENOVASI

Selama dalam proses pembangunan, Tim


pengawas proyek (Bagian Tehnik, Komite PPIRS, K3RS dan
Unit Sanitasi Lingkungan) melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan pekerjaan sesuai surat kesepakatan bersama.
AKTIVITAS KONSTRUKSI

Tipe aktivitas ditentukan dengan :


banyaknya debu yang ditimbulkan
potensial terjadinya aerosol air
lama pekerjaan konstruksi
Jumlah sistem pendingin ruangan dan ventilasi
yang terpadu
Ada 4 tipe : tipe A, B, C dan D
TIPE A :
PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM
 
 
 
• Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual (terbatas untuk 1 ubin per
5m2);
• pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
• Instalasi penutup dinding
• Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu
memotong dinding atau akses ke langit-langit, selain untuk
pemeriksaan visual.
TIPE B
SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG MENGHASILKAN
DEBU SEDIKIT
 
Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang dapat
menghasilkan debu minimal
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
instalasi telepon dan kabel computer
akses untuk ke ruangan
memotong dinding atau langit-langit dimana
migrasi debu dapat dikontrol
TIPE C:
KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU
SEDANG ATAU TINGKAT TINGGI
 
• Pembongkaran atau pengangkatan komponen bangunan built-in atau rakitan,
• Pengamplasan dinding untuk mengecat atau memasang lapisan dinding
• Pengangkatan lapisan lantai/wallpaper, plafon, dan casework
• Konstruksi dinding baru,
• Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
• Kegiatan perkabelan yang banyak.
TIPE D:
PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI
 
Penghancuran mayor dan proyek bangunan
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
aktivitas yang membutuhkan kerja shift yang berkelanjutan
membutuhkan penghancuran besar atau pengangkatan system
kabel yang lengkap
konstruksi baru
Berdasarkan Kelompok Risiko
 
 
 

Berdasarkan kelompok risiko yang telah


ditetapkan oleh tim pengendalian infeksi, maka
renovasi bangunan dibagi menjadi :
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
Risiko sangat tinggi
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
       
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI
- Area kantor - Perawatan pasien dan tidak - UGD - Unit Onkologi
tercakup dalam Grup 3 / 4
- Tanpa pasien/ area - Radiology - Terapi Radiasi
resiko rendah yang - Laundry
tidak terdaftar - Recovery Rooms - Area klinis
dimanapun - Cafeteria
- Ruang Maternitas / VK - Chemo Infusion
- Dietary
- High Dependency Unit - Transplant
- Manajemen Material
- Kamar bayi - Pharmacy Admixture - Ruang
- PT/OT/Speech bersih
- Pediatrics (kecuali yang
- Penerimaan/Pemulangan tertulis di Grup 4) - Kamar Operasi
- MRI - Lab Microbiologi - Departemen Proses Sterilisasi
- Obat-obatan nuklir - Long term sub-acute - Kateterisasi Jantung
units
- Echocardiography - Kamar prosedur invasif pasien
- Farmasi rawat jalan
- Laboratorium tidak spesifik
seperti Grup 3 - Dialisis - Area Anastessi & pompa jantung
- Koridor Umum (yang dilewati - Endoskopi - Newborn Intensive Care Unit
pasien, suplai, dan linen) (NICU)
- Area Bronchoskopi
- Semua Intensive Care Unit (kecuali
yang tertulis di Grup 4)
LEVEL ICRA

Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


konstruksi

Kel risiko rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Kelompok risiko Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV


medium

Kel risiko tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Kelompok risiko Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV


tertinggi
PEDOMAN KONTROL INFEKSI PADA KONSTRUKSI

 Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari


KELAS I lokasi konstruksi.
 Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera mungkin.

 Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam


KELAS II atmosfer.
 Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
 Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
 Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek.
Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran.
Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi dengan filter
HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keamanan publik akan
memonitor tekanan udara.
Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan
secara menyeluruh.
Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau sebagaimana
diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkanpenyebaran kotoran & debris
KELAS III/IV yg terkait
dengan konstruksi. Material barier harus diseka basah, divacum dengan HEPA atau
disemprot air sebelum dibuang.
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan
Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan
ketika sudah tidak efektif.
Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
PRAKTIK MENYUNTIK YANG AMAN
Penyuntikan yang aman Tujuan
adalah : Mencegah cedera
penyuntikan yang dilakukan dan penyebaran
sesuai dengan prinsip – penyakit infeksi
prinsip penyuntikan yang pada pasien
benar, mulai saat persiapan maupun petugas
penyuntikan hingga Kesehatan dan
penanganan alat bekas menurunkan atau
pakai, sehingga aman untuk meminimalkan
pasien dan petugas dari angka kejadian
terjadinya risiko cedera dan infeksi local atau
terinfeksi sistemik
• Rekomendasi
penyuntikan yang
aman :

 Aseptic technique
• Kebersihan tangan
• Alat suntik 1 x pakai, 1
pasien, 1 prosedur
• Vial suntikan dan
pelarut steril, untuk 1x
• Single dose, bila tdk
memungkinkan/multi
dose disimpan sesuai
rekomendasi
manufacturer
• Appropriate Collection
of Sharp
• Appropriate waste
management
TINDAKAN PENCEGAHAN
TERTUSUK JARUM:

•Konsentrasi
•Jangan melakukan
recapping
•Safety box harus mudah
dijangkau dan mudah
terlihat
•Maximum isi safety box ¾

Hindari KTD, luka tusuk


jarum suntik bekas pakai
beresiko terjadinya
penularan melalui jarum
(HIV, HBV, HCV dan lainnya)

bila tertusuk jarum segera


membuat laporan dan
dicatat untuk dilakukan

Anda mungkin juga menyukai