Anda di halaman 1dari 55

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

DAERAH (PDRD)

1
Ketentuan Umum dalam Pajak Daerah
a. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan Daerah, diwajibkan
untuk melakukan pembayaran pajak terutang,
termasuk pemungut atau pemotong pajak
tertentu.
b. Penanggung Pajak adalah orang pribadi yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak,
termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut
ketentuan peraturan perpajakan Daerah.
Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 2
c. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama
dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain
yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur.
d. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu
tahun wakwim atau jangka waktu lain, kecuali bila
Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun takwim.
e. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) adalah
nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dan usaha wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan Daerah.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 3


f. Pemungutan adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari penghimpunan data
objek, subjek pajak dan penentuan besarnya
pajak yang terutang, sampai dengan kegiatan
penagihan pajak serta pengawasan
penyetorannya.
g. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus
dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak
dan Tahun Pajak atau dalam bagian tahun
pajak berdasarkan Peraturan Daerah dan
masing-masing jenis Pajak Daerah.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 4


h. Surat Pendaftaran Objek Pajak Daerah
(SPOPD) adalah surat yang digunakan Wajib
Pajak untuk mendaftarkan diri dan
melaporkan objek pajak atau usahanya ke
Dinas Pendapatan Daerah.
i. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak terhutang menurut
peraturan daerah.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 5


j. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke Kantor
Perbendaharaan dan Kas Daerah atau Bank
atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk
oleh Gubernur.
k. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 6


l. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah yang masih harus
dibayar.
m. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPDKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah dibayar.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 7


n. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar
(SKPDLB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak, karena jumlah kredit lebih besar
daripada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang.
o. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
adalah surat ketetapan yang menentukan
jumlah pajak terutang sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 8


p. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
q. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan
yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung
dan/atau kekeliruan dalam penerangan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan Daerah, yang terdapat dalam Surat
Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Tagihan Pajak
Daerah.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 9


r. Surat Keputusan Keberatan adalah surat
keputusan atas keberatan terhadap Surat
Ketetapan Pajak daerah, Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Lebih bayar, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Nihil, atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh pihak
ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.
s. Surat Paksa adalah surat perintah membayar
utang pajak dan biaya penagihan pajak.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 10


t. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap
suatu keputusan yang dapat diajukan banding,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
u. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan
pajak atas banding terhadap Surat Keputusan
Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
v. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap
pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap
keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 11
w. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan
yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi pada setiap Tahun Akhir
berakhir.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 12


PDRD
UU No. 28 Th. 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak
daerah adalah :
“Pajak daerah, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 13


Dasar Pajak
Dasar Pajak adalah Nilai jual kena pajak yang dihitung dari
suatu persentase tertentu (assessment value) dari nilai jual
sebenarnya.

Nilai jual sebenarnya merupakan nilai objek pajak setelah


dikurangi dengan nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOP
TKP).

Besarnya assessment value adalah 20% dan 40%.


Nilai jual objek pajak adalah (NJOP) merupakan dasar
pengenaan pajak PBB. Besarnya NJOP ditetapkan melalui
proses penilaian, yang dituangkan dalam keputusan Menkeu.

Sistem penilaian dasar pengenaan pajak (NJOP) dilakukan


dengan cara massal dan individual.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 14
Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 15
Tahun, Saat, Tempat yang
menentukan PBB terutang
1. Tahun Pajak adalah 1 Januari s/d 31
Desember.
2. Saat yang menentukan pajak terutang
adalah menurut keadaan objek pada tgl 1
Januari.
3. Tempat pajak terutang adalah daerah di
mana objek pajak berada.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 16


Pendaftaran, penetapan dan
penagihan
1. Dalam rangka pendataan subjek pajak wajib
mendaftarkan objek pajaknya dengan
mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP).
2. Berdasarkan SPOP, Dirjen Pajak
menerbitkan ketetapan pajak setelah
melakukan proses penilaian objek pajak.
3. Surat ketetapan PBB (SPPT PBB) dijadikan
dasar penagihan.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 17
Tata cara pembayaran dan
penyetoran
1. Kewajiban PBB harus dibayarkan paling lambat
6 bulan setelah surat ketetapan diterima;
2. Pembayaran PBB terutang dilakukan melalui
mekanisme sistem pembayaran melalui
perbankan atau kantor pos yang ditetapkan;
3. Setiap keterlabatan pembayaran dikenakan
denda 2% per bulan dari jumlah yang tidak atau
kurang dibayar, maksimum denda adalah untuk
24 bulan (48%) untuk setiap tahun pajak.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 18
Keberatan dan Banding
1. Keberatan :
WP dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak
atas SPPT atau SKP yang diterima;
2. Keberatan terhadap SPPT dan SKP harus diajukan
masing-masing satu surat keberatan untuk satu tahun
pajak;

Alasan keberatan adalah harus disebutkan di dalam


permohonan antara lain menyangkut data objek, klasifikasi
objek, atau NJOP Bumi dan/atau Bangunan, atau alasan
terdaftar perbedaan penafsiran UU / Peraturan Perundang-
undangan antara WP dengan Fiskus, atau kesalahan
penentuan Subjek Pajak.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 19
Tata cara pengajuan
keberatan
1. Keberatan diajukan secara tertulis dengan
menyatakan alasan keberatan dengan jelas
serta bukti dan data pendukung;
2. Keberatan diajukan dalam waktu 3 bulan
sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP
oleh WP;
3. Atas pengajuan keberatan tsb pejabat
Ditjen. Pajak memberikan tanda terima
surat keberatan;

Dr. Hasan Rachmany, MA. 20


3. Ditjen. Pajak harus menerbitkan surat
keputusan atas keberatan tsb selama-lamanya
12 bulan sejak pengajuan surat keberatan
diterima.
4. Keputusan Dirjen Pajak dapat berupa menolak,
menerima sebagian, menerima seluruhnya,
atau menambah besarnya pajaknya terutang;
5. Apabila jangka waktu 12 bulan telah lewat dan
Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan,
keberatan tsb dianggap diterima.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 21


Tata cara pengajuan banding
Dalam hal WP tidak puas dengan keputusan
keberatan, maka dapat mengajukan banding
Pengadilan Pajak.
Banding diajukan selambat-lambatnya 3 bulan
sejak keputusan keberatan diterima.
Pengajuan permohonan banding tidak menunda
kewajiban membayar dan pelaksanaan
penagihan pajak.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 22


Pengurangan PBB
Dalam hal kondisi objek yang ada hubungannya dengan subjek
pajak, atau sebab-sebab tertentu lainnya termasuk
ketidakmampuan WP dapat mengajukan pengurangan ke
kantor Ditjen Pajak.

Pengajuan pengurangan selambat-lambatnya 60 hari sejak tgl


diterima SPPT atau SKP oleh WP.
Kepala kantor Dirjen Pajak setempat dalam jangka waktu 60
hari sejak tgl diterimanya surat permohonan harus sudah
memberikan keputusan yang dapat berupa menerima
seluruhnya, menerima sebagian, atau menolak.

Apabila dalam waktu tsb, keputusan belum diberikan,


permohonan pengurangaan dianggap diterima, kemudian
diterbitkan keputusan sesuai permohonan.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 23
Pembagian hasil penerimaan PBB
1. 10% untuk Pemerintah Pusat;
2. 90% dialokasikan antara Pemda Propinsi
dan Pemda Kabupaten/Kota, sbb :
10% x 90% untuk biaya pemungutan;
90% x 90% untuk Pemerintah Daerah :
* 20% x 81% = 16,2% untuk Propinsi
* 80% x 81% = 64,8% untuk Kabupaten/
Kota

Dr. Hasan Rachmany, MA. 24


Sanksi Administrasi dan Sanksi
Pidana
1. Pejabat yang dalam jabatannya atau tugas
pekerjaannya berkaitan secara langsung dengan objek
pajak, seperti camat sbg pejabat PPAT, notaris/pejabat
pembuat akte tanah wajib menyampaikan laporan
bulanan mengenai mutasi dan perubahan keadaan
objek kepada Kantor Pajak dan memberikan
keterangan yang diperlukan atas permintaan Kantor
Pajak;
2. Tidak dipenuhinya kewajiban tsb dapat dikenakan
sanksi administrasi berupa denda atau sanksi pidana
berupa kurungan dan denda.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 25
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
Dasar Hukum : Ketentuan mengenai BPHTB diatur
dalam UU No. 21 Th 1997 dan UU No. 20 Th 2000.
Subjek dan Objek BPHTB :
1. Subjek; pihak yang menjadi subjek adalah
Orang Pribadi atau Badan yang memperoleh
hak atas tanah dan/atau bangunan;
2. Objek pajak BPHTB meliputi pemindahan hak,
pemberian hak baru dan kelanjutan pelepasan
hak.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 26


Objek yang dikecualikan
Objek pajak yang diperoleh :
 Perwakilan diplomatik berdasarkan azas perlakuan
timbal balik;
 Negara untuk penyelenggaraan pemerin-tahan;
 Badan atau perwakilan organisasi interna-sional
berdasarkan keputusan Menkeu.
 Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau
karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya
perubahan nama;
 Orang pribadi atau badan karena wakaf;
 Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk
kepentingan ibadah;
Dr. Hasan Rachmany, MA. 27
Tarif, NPOP, dan NPOPTKP
1. Tarif BPHTB adalah 5%
2. NPOP adalah harga transaksi atau nilai pasar atau
NJOP PBB sesuai jenis perolehan;
3. Apabila NPOP lebih rendah dari NJOP PBB, maka
yang berlaku untuk pengenaan BPHTB adalah NJOP
PBB;
4. NPOPTKP ditetapkan secara regional
(Kabupaten/Kota) paling banyak Rp. 60 juta, kecuali
dalam hal waris atau hibah wasiat, maka NPOPTKP
Rp. 300 juta.
5. NPOPTKP ditetapkan dengan keputusan Menkeu
dengan memperhatikan usulan pemerintah daerah.
Dr. Hasan Rachmany, MA. 28
Saat dan Tempat Terutang BPHTB

Saat terutang BPHTB adalah pada saat dibuat


dan ditandatangani Akta untuk masing-masing
transaksi.

Tempat terutang adalaha wilayah Kabupaten/


Kota atau Propinsi yang meliputi letak tanah
dan bangunan.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 29


Pembayaran, Penetapan dan
Penagihan BPHTB
1. BPHTB harus dibayar pada saat terjadinya prolehan
hak / BPHTB terutang;
2. WP wajib membayar BPHTB yang terutang dengan
tidak berdasarkan pada adanya surat ketetapan pajak,
menganut self assessment;
3. BPHTB terutang harus dibayar ke Kas Negara melalui
mekanisme perbankan dan dilakukan sebelum :
 Akta Pemindahan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan ditandatangani, jika melalui Notaris/PPAT;
 Risalah lelang ditandatangani;
 Dilakukan pendaftaran hak oleh Kantor BPN;

Dr. Hasan Rachmany, MA. 30


4. Daluwarsa penetapan dan penagihan BPHTB
adalah 5 tahun;
5. Setiap keterlambatan pembayaran dikenakan
sanksi adminsitrasi berupa bunga 2% setiap
bulan dalam jangka waktu 24 bulan;
6. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan
BPHTB dan harus dilunasi dalam 1 bulan, dan
bila tidak dilunasi pada waktunya dapat
ditagih dengan Surat Paksa;

Dr. Hasan Rachmany, MA. 31


Keberatan, Banding, dan
Pengurangan
WP dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen
Pajak atas :
SK BPHTB Kurang Bayar (SKBKB);
SK BPHTB Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT);
SK BPHTB Lebih Bayar (SKBKLB);
SK BPHTB Nihil (SKBN).
Syarat Pengajuan Keberatan harus diajukan dalam
jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya surat
ketetapan terkait untuk setiap BPHTB terutang.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 32


Banding BPHTB
1. WP dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada badan peradilan pajak terhadap
keputusan keberatan yang ditetapkan Dirjen
Pajak;
2. Banding harus diajukan dalam tempo 3 bulan
sejak keputusan keberatan diterima;
3. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan
banding dikabulkan sebahagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% per
bulan untuk jangka waktu 24 bulan.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 33


Pengurangan BPHTB
Atas permohonan WP, Menteri Keuangan dapat
memberikan pengurangan BPHTB terutang, karena sebab-
sebab tertentu dan besarnya pengurangan berkisar 25%
s/d 50%.
Atas permohonan pengurangan BPHTB, kantor pajak
melakukan pemeriksaan sederhana yang hasilnya
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan.
Keputusan atas permohonan pengurangan harus diberikan
dalam waktu 3 dan 6 bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan sesuai aristasi masing-masing.
Kelebihan pembayaran BPHTB dapat diminta kembali
sesuai prosedur yang berlaku.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 34


Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB

BPHTB dibagihasilkan antara Pemerintah Pusat


dan Pemerintah Daerah dengan prosentase sbb:
Pemerintah Pusat 20% dan dibagikan kepada
seluruh Kabupaten/Kota;

Pemerintah Daerah sebesar 80% dibagikan


untuk Propinsi 16%, dan Kabupaten/Kota 64%;

Dr. Hasan Rachmany, MA. 35


Ketentuan Bagi Pejabat

Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris atau


Pejabat lain yang terkait dengan perolehan hak,
hanya dapat menandatangani Akta, jika telah
ada bukti pembayaran BPHTB / SSBPHTB.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 36


BPHTB karena Waris, Hibah
Wasiat dan Hak Pengelolaan

Besarnya BPHTB karena waris dan hibah wasiat


adalah 50% dari BPHTB yang seharusnya
terutang.
Nilai perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan karena hibah wasiat adalah nilai pasar
pada saat didaftarkannya ke BPN, dalam hal
nilai perolehan hak lebih kecil dari NJOP PBB,
maka yang berlaku NJOP PBB.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 37


Besarnya BPHTB karena hak pengelolaan
adalah :
0% jika penerima hak adalah Departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Lembaga Pemerintah
Lainnya, dan Perum Perumnas
50% dalam hal penerima hak pengelolaan
selain dimaksud di atas.

Dr. Hasan Rachmany, MA. 38


Pertimbangan Devolusi PBB dan BPHTB
menjadi Pajak Daerah
Pengalaman di banyak negara di dunia, sesuai
dengan sifatnya, poperty adalah tetap/tidak
berpindah (immovable property) maka layaknya
pajak ini dikelola oleh Daerah dimana objek
tersebut berada.
Contoh :
USA; Penerimaan dari Property Tax mendukung
sebagian besar sumber penerimaan daerah di 48
Negara Bagian.
Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 39
Pengalaman di Indonesia
PBB yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
seluruh hasilnya diserahkan kepada Pemerintah
Daerah.
Dengan penyerahan PBB menjadi pajak daerah
diharapkan kekuatan daerah dalam perpajakan
(local taxing power) meningkat dan pengelolaan
keuangan daerah akan lebih akuntable.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 40


Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB)

BPHTB yang merupakan pajak pusat tetapi


seluruh hasilnya diserahkan kepada daerah,
maka untuk meningkatkan kemampuan
perpajakan daerah dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah, BPHTB juga
dialihkan menjadi pajak daerah.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 41


Perbedaan Substansi PBB
Ketarangan UU PBB UU PDRD
Tarif Sebesar 0,5% Paling tinggi 0,3%
NJKP 20%-100%, Tidak dipergunakan
NJKP = 20%, 40%
NJOPTKP Setinggi-tingginya Paling rendah
Rp. 12 jt Rp. 10 jt
Formula 0,5% x 20% x NJOP Paling tinggi
Penentuan 0,5% x 40% x NJOP 0,3% x NJOP
PBB

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 42


Perbedaan Substansi BPHTB
Ketarangan UU BPHTB UU PDRD
Tarif 5% (fixed) Paling tinggi 5%
Paling banyak 300 jt Paling rendah sebesar
utk waris & hibah 300 jt utk waris &
wasiat hibah wasiat
NPOPTKP
Paling tinggi 60 jt utk Paling rendah sebesar
selain waris dan hibah 60 jt utk selain waris
wasiat dan hibah wasiat

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 43


Administrasi PBB

 PBB adalah pajak kebendaan dan


menggunakan sistem official
assessment.
 Pengelolahan data obyek & subyek
dan informasi dilaksanakan secara
terintegrasi dengan media komputer
yang dikenal dengan SISMIOP.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 44


BPHTB

BPHTB dikenakan atas nilai perolehan hak


property tanah dan/atau bangunan dengan
sistem self assessment.

Nilai perolehan objek pajak / NPOP adalah


sebesar nilai transaksi atau sebesar nilai NJOP
untuk pengenaan PBB dalam hal NPOP untuk
transaksi lebih rendah dari NJOP PBB.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 45


PAJAK REKLAME
Pengertian Pajak Reklame
Menurut Perda No.2 Th. 2004 tentang Pajak Reklame, yang
dimaksud dg pajak reklame yaitu :
“Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yg bentuk
dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau
untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang,
atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan/atau dinikmati oleh umum.”
Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 46
Objek Pajak Reklame
Objek pajak reklame yaitu semua penyelenggara reklame,
reklame di sini yaitu suatu benda atau alat yang dirancang
untuk tujuan komersial yang dapat memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, atau memujikan suatu
barang/jasa ataupun untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 47


Objek Pajak Reklame yang diatur Perda No.2 Th 2004
a. Reklame Papan/Billboard
adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, call brate, vinyle
termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau
digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas
bangunan.
b. Reklame Megatron, Videotron/Large Elektronik Display (LED)
adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa
program reklame atau kain bersinar dengan gambar dan/atau
tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan
difungsikan dengan tenaga listrik.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 48


c. Reklame Kain
adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet
atau bahan lain yang sejenis dengan itu.
d. Reklame Melekat (Stiker)
adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan dan
dapat diminta untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang,
digantukan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya
lebih dari 200 cm2 per lembar.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 49


e. Reklame Selebaran
adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau
dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan,
dilekatkan, dipasang, digantukan pada suatu benda lain.
f. Reklame Berjalan/Kendaraan
adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada
kendaraan yang diselenggarakan dengan
mempergunakan kendaraan atau dengan cara dibawa
oleh orang.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 50


g. Reklame Udara
adalah reklame yang diselenggarakan di udara
menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang
sejenis.
h. Reklame Suara
adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan
suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 51


i. Reklame Slide atau Reklame Film
adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun
bahan-bahan yang sejenis, sebagai alat untuk
diproyeksikan dan/atau dipancarkan pada layar atau
benda lain di dalam ruangan.
j. Reklame Peragaan
adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai
suara.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 52


Bukan Objek Pajak Reklame
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio,
warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya.
b. Penyelenggaraan reklame oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
c. Penyelenggaraan reklame yang semata-mata memuat nama
tempat ibadah dan tempat panti asuhan.
d. Penyelenggaraan reklame yang semata-mata mengenai
pemilikan dan/atau peruntukan tanah, dengan ketentuan
luasnya tidak melebihi 0,25 m2, dan diselenggarakan di atas
tanah tersebut.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 53


e. Penyelenggaraan reklame yang semata-mata memuat
nama dan/atau pekerjaan orang atau perusahaan yang
menempati tanah/bangunan dimana reklame tersebut
diselenggarakan.
f. Merupakan reklame yang disebarkan.
g. Diselenggarakan oleh perwakilan diplomatik, perwakilan
konsultan, perwakilan PBB serta badan-badan khusus
atau lembaga organisasi internasional.
h. Diselenggarakan oleh Partai Politik dan/atau Organisasi
Kemasyarakatan.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 54


Subjek Pajak Reklame
Adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
atau memesan reklame.

Wajib Pajak Reklame


Adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame. Penyelenggaraan reklame adalah pemilik reklame/
produk dan perusahaan jasa periklanan atau biro reklame.

Muhammad Iqbal Univ. Nasional Jakarta 55

Anda mungkin juga menyukai

  • Mengelola Dana Kas Kecil
    Mengelola Dana Kas Kecil
    Dokumen47 halaman
    Mengelola Dana Kas Kecil
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen19 halaman
    Bab 3
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • 4342 11622 1 PB
    4342 11622 1 PB
    Dokumen12 halaman
    4342 11622 1 PB
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Nurul Aini 180501166 - PDF
    Nurul Aini 180501166 - PDF
    Dokumen95 halaman
    Nurul Aini 180501166 - PDF
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • 410 758 1 SM
    410 758 1 SM
    Dokumen18 halaman
    410 758 1 SM
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • 5438 17385 1 SM
    5438 17385 1 SM
    Dokumen13 halaman
    5438 17385 1 SM
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • 4742 11460 1 PB
    4742 11460 1 PB
    Dokumen23 halaman
    4742 11460 1 PB
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 6
    Pertemuan 6
    Dokumen16 halaman
    Pertemuan 6
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • 1008766694
    1008766694
    Dokumen18 halaman
    1008766694
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • 4 +rahayu
    4 +rahayu
    Dokumen11 halaman
    4 +rahayu
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 5
    Pertemuan 5
    Dokumen19 halaman
    Pertemuan 5
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Penerapan Good School Governance GSG Dan Pengaruhn
    Penerapan Good School Governance GSG Dan Pengaruhn
    Dokumen11 halaman
    Penerapan Good School Governance GSG Dan Pengaruhn
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen12 halaman
    Bab 4
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat
  • Bab 8
    Bab 8
    Dokumen32 halaman
    Bab 8
    Merie Satya Angraini
    Belum ada peringkat