Anda di halaman 1dari 25

Kimia

Farmasi
XI

Koloid, Suspensi, dan


Larutan Sejati

Oleh : Rani Rahmawati,


S.Farm
Koloid adalah jenis campuran
heterogen yang terbentuk karena
adanya dispersi suatu zat ke dalam
zat lain yang dicampurkan

Fase terdispersi adalah zat yang


mengalami penyebaran secara merata
dalam suatu zat lain, sedangkan medium
pendispersi adalah zat yang
menyebabkan terjadinya penyebaran
secara merata.
Ciri-ciri
• Terlihat koloid
homogen bila dilihat mata, namun
berbentuk heterogen bila diamati menggunakan
mikroskop ultra.
• Terdapat fase terdispersi dan medium
pendispersi.
• Partikel berdimensi antara 1-100 nm.
• Bersifat stabil.
• Tidak dapat disaring, kecuali menggunakan alat
penyaringan ultra.
jenis-jenis
koloid
1. Sol Padat
Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi yang padat
juga. Sol padat ini terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu, sehingga
menghasilkan padatan yang kokoh dan keras. Contoh sol padat adalah batuan
ruby (batuan permata). Batuan ruby ini merupakan padatan kromium (Cr) yang
tersebar dalam padatan aluminium oksida.
2. Sol
Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair yang tidak
mudah berubah sifatnya. Contoh jenis sistem koloid berupa sol adalah cat
tembok. Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium
karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase terdispersi) inilah
yang mengalami penyebaran dalam medium cair (medium pendispersi) yang
berupa air (H2O).
3. Aerosol Padat
Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium
pendispersi gas. Contoh aerosol padat adalah asap kendaraan. Asap
kendaraan mengandung padatan berupa timbal, karbon, karbon
monoksida, dan lain sebagainya, yang merupakan hasil pembakaran
tidak sempurna dari mesin.
4. Aerosol
Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium pendispersi
berupa gas. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal ini karena zat
penyusunnya yang mudah rusak oleh perubahan suhu dan tekanan udara
lingkungan. Contoh aerosol adalah parfum. Saat parfum disemprotkan di
udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang
wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.
5. Emulsi Padat
Emulsi padat yang memiliki fase terdispersi berupa cairan dalam medium
pendispersi padat. Contoh emulsi padat adalah agar-agar. Agar-agar terbuat
dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk agar-agar (medium
pendispersi). Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan dalam air, serat dari
agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses pendinginan, serat tersebut akan
saling merapat dan memadat.
6. Emulsi
Emulsi biasanya tersusun oleh cairan dengan kepolaran senyawa yang
berbeda, sehingga tidak saling bercampur. Contoh jenis sistem koloid
berupa emulsi adalah susu. Emulsi pada campuran susu dan air itu terjadi
ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-partikel susu.
7. Buih Padat
Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi
padatan, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam padatan.
Contoh sistem koloid berupa buih padat adalah spons.
8. Buih
Buih memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi cair, atau
bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam cairan. Contoh jenis koloid
berbentuk buih adalah buih sabun karena adanya udara (fase terdispersi) yang
terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi).
1 Pembuatan koloid dengan cara kondensasi
Pada cara ini, pembuatan dilakukan dengan
menggabungkan partikel kecil atau partikel larutan dengan
partikel yang lebih besar.

a. Reaksi redoks, merupakan reaksi yang ditandai dengan adanya perubahan


bilangan oksidasi. Contohnya, pada pembuatan sol belerang dengan
mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g)+ SO2(aq) → 3S (koloid) +2H2O(I)


b. Dekomposisi, merupakan reaksi penguraian suatu zat menjadi zat yang
lebih sederhana. Contohnya, pada pembuatan sol As2S3 dengan
mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsenit.

As2O3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 3H2O(l)


c. Hidrolisis, merupakan reaksi suatu senyawa dengan molekul air untuk
menghasilkan sol logam. Contohnya, pada pembuatan sol Fe(OH)3 dengan
mencampurkan larutan jenuh FeCl3 ke dalam air mendidih, dan diaduk hingga
larutan berwarna merah kecoklatan.

FeCl3(aq) + 3H2O(I) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)


2. Pembuatan koloid dengan cara dispersi
Cara pembuatan ini terbalik dengan kondensasi, cara dispersi adalah
memecahkan partikel yang besar atau suspensi menjadi partikel kecil atau
koloid.

a. Peptisasi: Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi
(pemecah).

Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar
dipeptisasi oleh air.
b. Mekanik: Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus atau digiling dengan penggiling
koloid, hingga tingkat kehalusan tertentu. Lalu, diaduk dalam medium pendispersi.

Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan gula pasir, kemudian serbuk yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.
c. Busur Bredig: Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag,
Au, dan Pt. Caranya, arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah
elektrode logam (bahan terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan
ke dalam air, hingga kedua ujung elektrode hampir bersentuhan, agar terjadi
loncatan bunga api.
Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall
Merupakan efek penghamburan berkas cahaya oleh partikel koloid.
Sifat-sifat Koloid

2. Gerak Brown
Merupakan gerakan lurus dan tidak beraturan (gerak zigzag) dari partikel-partikel
koloid yang teramati dengan menggunakan mikroskop, saat suatu dispersi koloid
diberikan sinar dengan arah tegak lurus.
Sifat-sifat Koloid

3. Elektroforesis
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan
listrik. Pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus
listrik disebut elektroforesis.
Sifat-sifat Koloid

4. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya partikel bermuatan (ion) pada
permukaan koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid
untuk menarik atau ditempeli oleh partikel-partikel kecil.
Sifat-sifat Koloid

5. Koagulasi
proses rusaknya sistem koloid yang ditandai dengan proses penggumpalan akibat
terbentuknya partikel-partikel yang lebih besar ukurannya daripada ukuran koloid
(lebih besar dari 100 nm).

Anda mungkin juga menyukai