Anda di halaman 1dari 4

Kurva Aktivitas Antibiotik Tetrasiklin Terhadap Bakteri Staphylococus aureus

0.2

0.18

0.16

0.14
Kontrol
0.12
Absorbansi

50 µg/mL
0.1 100 µg/mL

0.08 200 µg/mL


300 µg/mL
0.06
400 µg/mL
0.04
1000 µg/mL
0.02

0
t0 t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10
Waktu

Kurva Aktivitas Antibiotik Ampisilin Terhadap Bakteri Staphylococus aureus

0.09

0.08

0.07

0.06 Kontrol
Absorbansi

50 µg/mL
0.05
100 µg/mL
0.04
200 µg/mL
0.03 300 µg/mL

0.02 400 µg/mL


1000 µg/mL
0.01

0
t0 t1 t2 t3 t4 t5 t6
Waktu
Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya menjadi bakterisid dan
bakteriostatik. Untuk dapat menentukan mekanisme kerja dari sebah antibiotik dapat dilakukan
beberapa cara pengujian. Pada percobaan ini dilakukan pengujian dengan menggunakan
metode turbidimetri atau perhitungan jumlah koloni dari bakteri. Pada metode turbidimetri ini
bakteri yang digunakan adalah S.aureus yang merupakan bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, yang dibiakan dalam media cair Nutrien Broth yang diinkubasi
selama 2 jam pada suhu 37oC. Tujuan dilakukannya inkubasi selama 2 jam adalah untuk
mengomtimalkan ertumbuhan bakteri agar dapat beradaptasi dengan baik didalam media. Pada
metode turbidimetri ini digunakan alat berupa spektrofotometer UV-vis. Dengan menggunakan
spektrofotometer UV-vis jumlah pertumbuhan bakteri dalam biakan dapat ditentukan secara
kuantitatif dimana hasilnya berupa nilai absorbansi dari interaksi antar dinding bakteri yang
ada dalam biakan dengan sinar UV. Semakin besar absorbansi maka makin banyak pula bakteri
yang terdapat dalam media.

Gambar kurva pertumbuhan bakteri

Pada pertumbuhan bakteri terdapat empat fase. Kurva pertumbuhan bakteri dapat
dipisahkan menjadi empat fase utama : fase lag (fase lamban atau lag phase), fase pertumbuhan
eksponensial (fase pertumbuhan cepat atau log phase), fase stationer (fase statis atau stationary
phase) dan fase penurunan populasi (decline). Fase-fase tersebut mencerminkan keadaan
bakteri dalam kultur pada waktu tertentu. Dari hasil pengamatan nilai absorbani pada kedua
media kontrol tidak menunjukan pertumbuhan yang sama. Dimana pada grafik dapat dilihat
bahwa pertumbuhan bakteri pada media kontrol tidak menunjukan bahwa pertumbuhnnya
mengalami fase-fase tersebut. Hal ini disebabkan karena alat ukur yang digunakan kurang
akurat, spektrofotometer yang digunakan tidak memberikan nilai absorbansi yang tepat
sehingga bisa saja pertumbuhan bakteri dalam media mengalama fase-fase pertumbuhan tetapi
karena alat yang digunakannya tidak berfungsi dengan baik sehingga akan menghasilkan data
yang tidak tepat juga. Adapun hal lainnya yang dapat mempengaruhi pengukuran jumlah koloni
bakteri yaitu suhu, pH dan lain-lain.

Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan untuk pengujian adalah ampisilin dan
tetrasiklin dalam berbagai konsentrasi yang berbeda. Ampisilin merupakan antibiotik golongan
beta laktam yang mempunyai mekanisme kerja bakterisid. Kerja dari antibiotik bakterisid
adalah pada umumnya merusak dinding sel bakteri yang kemudian menyebabkan bakteri
mengalami lisis. Jika sebuah media pertumbuhan bakteri diberikan antibiotik yang mekanisme
kerjanya sebagai bakterisid maka pada fase pertumbuhannya hanya akan mengalami fase lag
dan fase eksponensial yang kemudian akan langsung menglami fase penurunan. Sehingga jika
dilihat dari nilai absorbansinya akan mengalami kenaikan terlebihdahulu kemudian mengalami
penurunan nilai absorbansi yang drastis. Pada percobaan ini antibiotik ampisilin digunkan
dalam berbagai konsentrasi. Setiap konsentrasi antibiotik akan memberikan efek yang berbeda
pada pertumbuhan bakteri dimana semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin
kuat kerja antibiotik tersebut dalam membunuh bakteri yng hasilnya nanti nilai absorbansinya
akan semakin kecil. Dari hasil percobaan dilihat dari grafik pertubuhan bakteri S.aureus yang
dipengaruhi ampisilin menunjukan pertumbuhan yang tidak teratur pada setiap konsentrasinya.
Hampir rata-rata nilai absorbansi yang dihasilkan mengalami kenaikan lalu pengalami
penurunan dan kemudian mengalami kenaikan lagi. Jika mengikuti pada teori seharusnya nilai
absorbansi tidak seharusnya mengalami kenaikan lagi. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor kesalahan. Sehingg dari percobaan ini tidak dapat ditentukan kerja dari ampisilin benar
bekerja sebagai bakterisid atau tidak.

Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang memiliki kerja bakteriostatik


dengan menghambat sintesis protein. Pada pertumbuhna bakteri yang dipengaruhi oleh
antibiotik yang bekerja bakteriostatik maka fase pertumbuhannya akan mengalami semua fase
tetapi pada fase eksponensial jumalah bakteri yang tumbuh tidaka akan sebanyak pada
pertmbuhan bakteri normal karena sudah terjadi penghambatan oleh antibiotik bakteriostatik
sehingga jumlah bakteri akan tetap pada waktu tang cukup lama hingga akhirna mati. Dari
data pengamatan grafik aktivitas Antibiotik tetrasiklin terhadap bakteri S.aureus sama seperti
halnya pada grafik ampisilin pada grafik tetrasiklin juga menunjukan pertumbuhan bakteri
yang tidak beraturan dimana nilai absorbansinya mengalami kenaikan kemudian turun dakan
kemudian naik lagi. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Sehingga dari percobaan ini juga tidak
dapat ditentukan kerja tetrasiklin yang digunakan sebagai bakteriostatik atau tidak.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari percobaan ini. Hal ini
dapat disebabkan karena kesalahan spektrofotometer yang digunakan tidak memberikan nilai
absorbansi yang tepat sehingga bisa saja pertumbuhan bakteri dalam media mengalama fase-
fase pertumbuhan tetapi karena alat yang digunakannya tidak berfungsi dengan baik sehingga
akan menghasilkan data yang tidak tepat juga. Kemudian homogenitas larutan dapat
berpengaruh pada hasil nilai absorbansi, kurang homogennya larutan media yang diukur akan
menyebabkan nilai absorbansi yang tidak akurat. Sebelum dilakukan pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometer larutan media dikosok terlebih dahulu dengan menggunakan
vortex tetapi setelah itu harus menunggu cukup lama ketika melakukan pengukuran karena
bergiliran dengan praktikan lain sehingga bisa saja dari waktu pengosokan ke pengukuran jauh
cukup lama dapat mempengaruhi kehomogenan larutan media yang sudah dikocok tersebut,
sehingga tidak meratanya bakteri didalam media yang menyebabkan pengukurannya tidak
akurat. Adapun hal lainnya yang mempengaruhi hasil adalah masih adanya jasad renik yang
tidak hancur didalam media sehingga masih bisa memberikan nilai absorbansi, ini dapat
menjadi salah satu faktor kesalahan dalam pengujian antibiotik bakterisid.

Kesimpulan

1. Metode yang dapat dilakukan dalam penentuan cara kerja antibiotik salah satunya
adalah metode turbidimetri.
2. Pertumbuhan bakteri yang dipengaruhi oleh antibiotik dengan cara kerja bakterisid
konsentrasinya didalam media mual-mula akan meningkat lalu kemudian akan
mengalami penurunan yang drastis. Sedangkan pertumbuhan bakteri yang dipengarui
oleh antibiotik dengan cara kerja bakteriostatik konsentrasinya dalam media akan
naik tetapi tidak konsentrasinya akan berada dibawah konsentrasi pertumbuhan
normal yang kemuian konsentrasi bakteri akan tetap dalam waktu yang cukup lama.

Anda mungkin juga menyukai