Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada praktikum kali ini melakukan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum.


Penentuan kadar hambat minimum (KHM) Suatu antibiotika bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi terkecil suatu antibiotika dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. KHM perlu dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya resistensi.
Sebelum melakukan praktikum alat-alat yang akan digunakan dan media di sterilisasi
terlebih dahulu. Sterilisasi sendiri adalah suatu proses yang menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya
dapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi. Metode
sterilisasi yang digunakan pada praktikum ini adalah sterilisasi panas lembab dengan
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Penggunaan dari metode ini karena alat
yang digunakan merupakan alat presisi yang jika digunakan dengan metode panas
kering akan mengurangi presisi dari alat itu sendiri. Mekanisme penghancuran bakteri
oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensial dari organisme tersebut.

Media yang dipakai dalam praktium adalah Nutrien Agar. Nutrient agar
adalah medium yang digunakan sebagai pertumbuhan bakteri dan mempunyai masa
inkubasi selama 24 jam, pembuatan medium nutrient agar menggunakan bahan utama
beef ekstrak. Nutrient agar termasuk medium seni alamiah karena tersusun atas
bahan alami atau daging dan bahan sintetik (pepton dan agar). Penggunaan dari
nutrient agar karena bisa untuk menumbuhkan semua mikroba.

Metode yang digunakan dalam penentuan KHM adalah metode difusi agar
dan pengenceran agar. Metode difusi sering digunakan dikarenakan tidak
membutuhkan peralatan khusus namun metode ini tidak bisa digunakan untuk
mengukur derajat antimikroba zat sehingga metode ini tidak menjamin
diidentifikasinya bahan pembunuh antimikroba yang efektif untuk terapi (bakterisida
atau fungisida). Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan difusi dari senyawa
antimikroba yang dipengaruhi berat molekulnya. Metode difusi agar ini
menggunakan cakram kertas yang berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada
medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya.
Setelah diinkubasi, diameter zona hambat sekitar cakram yang dipergunakan
mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi
beberapa factor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme. Kekurangan
Metode Defusi Cakram adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh
kondisi inkubasi, inokulum, predifusi, dan preinkubasi serta ketebalan medium.
Metode pengenceran agar sendiri merupakan metode lanjutan dari difusi agar. Hasil
dari metode difusi agar harus dilakukan pengujian lanjutan untuk menentukan nilai
KHM dengan konsentrasi yang lebih kecil. Prinsip dari metode pengenceran agar
adalah melihat tidak atau adanya pertumbuhan bakteri pada media.

Bakteri yang digunakan dalam praktikum ini adalah Staphylococcus aureus


dan Escherichia coli. Penggunaan bakteri ini mewakili gram negatif (E. coli) dan
gram positif (S. aureus). Sedangkan antibiotika yang digunakan adalah Ampisilin Na,
Tetrasiklin HCL dan Kloramfenikol yang mewakili 3 jenis golongan berbeda dengan
mekanisme yang berbeda pula. Golongannya adalah Penisilin (Ampisilin Na),
Tetrasiklin (Tetrasiklin HCL) dan Kloramfenikol. Namun pada percobaan shift kami
tidak menggunakan bakteri E. coli dikarenakan pada shift sebelumnya bakteri tidak
menunjukan adanya pertumbuhan pada media uji. Sebelum antibiotik dipakai
antibiotik diencerkan terlebih dahulu, dengan pengenceran dapat dilihat pada
konsentrasi berapa antibiotik mempunyai efek hambat pertumbuhan mikroorganisme.

Pada metode difusi agar, antibiotik dibuat pengenceran dengan konsentrasi 5;


2,5; 1; 0,5; 0,25; 0,1 dan 0,01 µg/cakram, dapat dilihat semakin besar konsentrasi
yang digunakan maka daya hambatnya juga semakin besar. Dari hasil percobaan
pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar, dari ketiga antibakteri yaitu
Ampisilin dari kelompok 1, 4 dan 7 nilai KHM-nya di 0,1. Tetrasiklin dari kelompok
2 dan 5 nilai KHM-nya di 0,25. Kloramfenikol dari kelompok 3 dan 6 tidak terdapat
zona hambat jadi tidak ada nilai KHM. Jadi yang mempunyai aktivitas yang baik
yaitu Ampisilin karena kemampuan antibiotik dapat ditentukan dengan mengamati
konsentrasi terendah antibiotik yang masih mampu mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan hasil dari uji aktivitas antibakteri metode
pengenceran agar.

Pada hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode pengenceran agar


menunjukkan bahwa ampisilin, tetrasiklin dan kloramfenikol memiliki nilai KHM
yang berbeda-beda dari setiap kelompok sehingga sulit untuk membandingkan mana
antibiotik yang aktivitasnya baik. Perbedaan ini bisa di akibatkan karena saat
pembuatan larutan antibiotiknya tidak akurat sehingga mengakibatkan saat pengujian
menghasilkan hasil yang berbeda-beda.

Perbedaan nilai pada Konsentrasi Hambat Minimum disebabkan diduga


karena bakteri gram positif lebih rentan terhadap senyawa antimikrobia. Lapisan
polisakarida pada bakteri gram negatif berfungsi sebagai penghalang terhadap
masuknya beberapa macam substansi, termasuk senyawa antimikrobial. Sedangkan
bakteri gram positif tidak mengandung lapisan polisakarida ternyata lebih peka
terhadap sejumlah senyawa antimikrobia. Escherichia coli merupakan bakteri yang
bersifat gram negatif, sedangkan Staphylococus aureus merupakan bakteri yang
bersifat gram positif. Selain itu terdapat ciri-ciri yang lainnya, antara lain Echerichia
coli merupakan bakteri berbentuk batang, motil dengan flagelum peritrikus, atau
nonmotil.
Kesimpulan

1. Pengujian aktivasi antibakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus


aureus dan Escherichia coli dengan metode difusi agar dan pengenceran agar.
2. Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode difusi agar ampisilin adalah
0,1; tetrasiklin 0,25 dan kloramfenikol tidak terdapat zona hambat sedangkan
dengan metode pengenceran agar diperoleh nilai KHM yang berbeda-beda
dari setiap kelompok sehingga sulit untuk menentukan antibakteri yang
aktivitasnya baik
3. Prinsip dari metode difusi agar adalah konsentrasi terkecil antibakteri yang
terdapat zona hambat sedangkan metode pengenceran agar melihat tidak atau
adanya pertumbuhan bakteri

Anda mungkin juga menyukai