daya hambat menggunakan ekstrak bawang putih, dan kontrol positif ciprofloxacin
K1 K2
K3 K4
Gambar 4.1 Diameter zona hambatan yang terbentuk pada media Blood Agar
plate (BAP) pada masing-masing pengulangan ( replikasi ).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran
40
dengan konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL, 1000 µg/mL yang
diteteskan ke dalam media sumuran Blood Agar (BA) yang telah disuspensikan
Tabel 4.1 Hasil diameter zona hambat ekstrak bawang putih (Allium
sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 µg/mL, 750 µg/mL,dan 1000 µg/mL,
250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL,dan 1000 µg/mL menunjukan diameter zona
hambatan rata-rata yang dihasilkan yaitu 13,3 mm, 15 mm dan 17,8 mm. Pada
41
kontrol negatif aquades steril tidak menghasilkan diameter zona hambatan (0 mm)
Berdasarkan hasil uji bakteri dapat dilihat adanya daya hambat ekstrak
aureus pada berbagai konsentrasi terhadap zona hambatan seperti yang ditunjukan
20 17.8
18
Luas Zona Hambatan (mm)
15
16 14
13.3
14
12 kontrol -
10
6.5 Kontrol +
8
6 Konsen
250
4 trasi
µg/mL
Ekstrak
2 0
0
kontrol - Kontrol + 250 500 750 1000
µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.2 Grafik daya hambatan ekstrak bawang putih (Allium sativum)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kontrol positif dan
kontrol negatif
Berdasarkan gambar 4.2 Uji daya hambat ekstrak bawang putih (Allium
zona hambat sudah terbentuk setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 370C dimana
pada konsentrasi 250 µg/mL terdapat zona hambatan 6,5 mm, sedangkan pada
konsentrasi 500 µg/mL diperoleh diameter zona hambat sebesar 13,3 mm,
42
µg/mL diameter zona hambatannya 17,8 mm. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi
tingkat konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) maka diameter zona
hambatan yang dihasilkan akan semakin besar akan tetapi persen peningkatan
relatif kecil. Sedangkan diameter zona hambat untuk kelompok kontrol positif yaitu
Analisis lebih lanjut mengenai Uji daya hambat ekstrak bawang putih
beberapa konsentrasi dilanjutkan dengan menggunakan uji statistik One Way Anova
dan Tukey HSD. Hasil analisis statistik (One Way Anova) yang diperoleh p value
0,008 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada tiap kelompok
konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum), karena hasil yang didapatkan
bermakna, maka uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test Tukey HSD untuk melihat
Perbedaan Signifikan
Konsentrasi Konsentrasi
Rata-Rata p-value
500 µg/mL 6,750 0,123
250 µg/mL 750 µg/mL 8,50 0,042
1000 µg/mL 11,250 0,007
750 µg/mL 1,750 0,920
500 µg/mL
1000 µg/mL 4,50 0,403
750 µg/mL 1000 µg/mL 2,750 0,757
Berdasarkan tabel 4.2 Uji Tukey HSD dapat dilihat bahwa perbandingan
dua kelompok konsentrasi yang memiliki nilai p value <0,05 menunjukan adanya
250 µg/mL dan 750 µg/mL adalah (0,042), serta 250 µg/mL dan 1000 µg/mL adalah
43
(0,007). Sedangkan pada perbandingan konsentrasi 250 µg/mL dan konsentrasi 500
µg/mL adalah (p=0,123), konsentrasi 500 µg/mL dan 750 µg/mL (p=0,920),
konsentrasi 500 µg/mL dan 1000 µg/mL (p=0,403), konsentrasi 750 µg/mL dan
1000 µg/mL (p=0,757) dimana nilai p-value > 0,05, sehingga tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara dua kelompok konsentrasi tersebut artinya pada
4.2. Pembahasan
aureus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari stock culture bakteri yang
menggunakan uji kepekaan dengan metode sumur difusi. Apabila senyawa aktif
yang terdapat pada ekstrak bawang putih (Allium sativum) mampu menghambat
sekitar sumur difusi. Luas zona hambat tersebut selanjutnya diukur pada tiap-tiap
konsentrasi.
Universitas Islam Al-Azhar pada tanggal 1-30 Desember 2018, dilanjutkan ekstrak
bawang putih (Allium sativum) dibuatkan larutan baku dengan konsentrasi sebesar
yang diinginkan yakni 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL, 1000 µg/mL.
44
Selanjutnya ekstrak bawang putih dibandingkan dengan kontrol positif
pelarut tidak mempunyai efek antibakteri sehingga tidak mempengaruhi hasil uji
antibakteri.
sensitive bila diameter zona hambatan > 18 mm, intermediet bila diameter zona
hambatan 13-17 mm dan resistent bila diameter zona hambatan < 12 mm.
Berdasarkan tabel hasil dapat dikatakan bahwa ekstrak bawang putih (Allium
sativum) masuk kategori intermediet karena konsentrasi yang digunakan kecil dan
dibuktikan dengan adanya zona hambatan yang terbentuk disekitar koloni bakteri
staphylococcus aureus.
500 µg/mL , 750 µg/mL dan 1000 µg/mL secara berturut-turut diameter zona
(14 mm) relatif kecil, karena dosis obat yang digunakan kecil disesuaikan dengan
45
konsentrasi terkecil ekstrak bawang putih yaitu 250 µg/mL, hal ini diketahui bahwa
pada konsentrasi bawang putih (Allium sativum) sudah memiliki daya hambat
terbesar adalah 17,8 mm pada konsentrasi 1000 µg/mL sedangkan zona hambat
terendah adalah 6,5 mm pada konsentrasi 250 µg/mL. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak bawang putih (Allium sativum) maka semakin banyak kandungan zat aktif
maka semakin sedikit zat aktif di dalamnya sehingga aktivitas antibakterinya akan
semakin berkurang.
Berdasarkan Post Hoc Test Tukey HSD dapat dilihat hasil pada tabel 4.2
bahwa perbandingan dua kelompok konsentrasi yang memiliki nilai p value <0,05
yakni konsentrasi 250 µg/mL dan 1000 µg/mL adalah (0.007). Oleh karena itu,
konsentrasi yang digunakan yang paling efektif adalah konsentrasi 1000 µg/mL
dikarenakan luas zona hambatan yang dihasilkan paling luas dan berdasarkan
Hasil tersebut tidak terlepas dari senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak
bawang putih (Allium sativum) yang berfungsi sebagai antimikroba yaitu minyak
46
pertumbuhan bakteri dengan cara melibatkan perubahan dalam stabilitas molekul
protein serta perubahan struktur protein, merusak membran sitoplasma sel dan
akan kehilangan struktur sekunder dan tersier, karena tekanan dari senyawa
eksternal seperti alkohol atau klorofom ataupun panas yang akan menyebabkan
ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri sehingga fungsi
makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis.
aeruginosa ditandai dengan terbentuknya zona hambat hal ini dikarenakan ekstrak
bawang putih (Allium sativum) memiliki senyawa aktif yang bersifat sebagai
aintimikroba senyawa aktif yang sama seperti saponin, alkaloid, flavonoid, minyak
47
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
48
1. Diameter zona hambatan pada media sumuran mulai terbentuk pada
perlakuan dengan konsentrasi terendah yaitu 250 µg/mL sebesar 6,5 mm.
konsentrasi 500 µg/mL sebesar 13,3 mm, konsentrasi 750 µg/mL sebesar 15
mm dan diameter zona hambatan paling besar terlihat pada konsentrasi 1000
µg/mL sebesar 17,8 mm, control positif menghasilkan zona hambatan 14.5
2. Uji statistik One Way Anova yakni p value 0,008 yang berarti terdapat
5.2 Saran
aureus.
49
DaftarPustaka
Ainurrochmah, A., Ratnasari, E., Lisdiana, L., 2013, Efektivitas ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia) terhadap penghambatan pertumbuhan
bakteri Shigella flexneri dengan metode sumuran. Jurnal Lentera Bio. 2
(3) : 233–7.
Ansari, et. al. (2016). Risk factors assessment for nasal colonization of
Staphylococcus aureus and its methicillin resistant strains among pre-
clinical medical students of Nepal. BioMed Central Research Notes, 9 :
214-221.
50
Ary, Susanti, 2007, Daya Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica less)
terhadap Echerichia coli secara in vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga.
Atmadja, S., 2002, Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan. Edisi 10. Jakarta:
Bumi Aksara; 26-31 p.
Bayan, L., Koulivand, P., Gorji, 2013, Garlic: a review of potential therapeutic
effects. Avicenna J Phytomed.
Block, Eric, et. al., 1993, Organosulfur chemistry of garlic and onion : recent
results. Pure & Appl. Chem. 65: 625-632.
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., Morse, S.A., 2007, Jawetz, Melnick,
Adelberg’s Medical Microbiology. London: McGraw-Hill Medical.
Cutler, R.R., and Wilson, P., 2004, Antibacterial activity of a new, stable, aqueous
extract of allicin against methicillin-resistant Staphylococcus aureus.
British Journal of Biomedical science.
Dorland, W.A., Newman, Hartanto, H., eds 29th, 2006, Kamus Kedokteran
Dorland. Jakarta : EGC Erosion, pp: 933.
Dusica, P., Vesna, D., Ljubisa B, Mihajlo Z., 2011, Allicin and related compounds:
biosynthesis and pharmacological activity. Phys Chem Tech.
Djojoseputro, S., 2012, Hantam Stroke dan Kanker Dengan Kunyit Putih. Stomata:
Surabaya.
El-mahmood, M., 2009, Efficacy of crude extract of garlic (Allium sativum Linn.),
against nosocomial Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniea, Pseudomonas aeruginosa, J Med Plants Res.
Fani, M.M., Kohanteb, M.J., and Dayaghi, 2007, Inhibitory activity of garlic
(Allium sativum) extract on multidrug-resistant Streptococcus mutans, J
Indian SocPedod Prevent Dent. 164-168
Fulder, S., Blackwood, J., dan Soetrisno, E., 2002, Buku Pintar Terapi Bawang.
51
Gibbons, Simon, 2004, Anti-staphylococcal plant natural products. Nat Prod Rep.
21: 263-277.
Giles, G.I., Tasker, K.M., and Jacob, C., 2002, Oxidation of biological thiols by
highly reactive disulfide-S-oxides, Gen Physiol,Biophys J. 21: 65-72.
Hanafiah, K.A., 2011, Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers:
Jakarta.
Harmita dan Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Jawetz, M., Melnick, R., Adelberg, 2008, Mikrobiologi kedokteran, Ed., 23th,
Jakarta: EGC.
Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, Jakarta : Kemenkes RI;
2013.
Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, Jakarta : Kemenkes RI;
2016.
Magase, H., Petesch, B., Matsuura, H., 2011, Intake of garlic and its bioactive
components. New York: American Society of Nutrition.
Majewski, M., 2014, Allium sativum: Facts and Myths Regarding Human Health,
J Natl Ins Public Health.
52
Onyeagba, R., Uogbogu, O., Okeke, C., 2006, Studies on the antimicrobial effects
of garlic (Allium sativum Linn), ginger (Zingiber officinale Roscoe) and
lime (Citrus aurantifolia Linn). Afr. J. Biotechnol. 552-554 p.
Pelczar, Michael J., and Chan, E.C.S., 2008 Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
UI Press
Price Sylvia, A., Willson Lorraine M., 2012, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Jakarta : EGC.
Singh, V.K., and Singh, D.K., 2008, Pharmacological effects of garlic (Allium
sativum L.), Annu Rev Biomed Sci. 10: 6-26.
Sivam, G.P., 2001, Protection against Helicobacter pylori and other bacterial
infection by garlic. J. Nutr. 131: 1106S-1108S.
Supardi, A., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak ik Umbi Bawang Putih (Allium
sativum Linn.) Lanang terhadap Streptococcus pneumonia dan Klebsiella
pneumonia secara dilusi. Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Setya
Budi.
Turnidge, J.D., 2008, Susceptibility Test Methods: Dilution and Diffusion Methods,
18th Edition, Washington DC: American Society for Mirobiology Press.
1108-1117.
USDA, 2010, National Nutrient Database for Standard Reference of raw garlic.
Agricultural Research Service. United States: Department of Agriculture.
[Cited 2014 Sept 21]. Available from : URL:
http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/sho w/3003
Wahyudi dan Sukarjati, 2013, Pengaruh Ekstrak Etil Asetat Getah Kamboja (
Plumeria acumenate. W.T. Ait) Terhadap pertumbuhan dan daya hambat
Staphylococcus aureus Stigma. Vol. 06, No 02:27-30
Warsa, U.C., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. Binarupa
Aksara
53
Watanabe, T., 2001, Penyembuhan dengan Terapi Bawang Putih, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, S., 2007, Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay,
Jakarta: Penebar Swadaya; 28-33 p.
54
LAMPIRAN
Descriptives
Diameter zona hambat
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
250
4 6,50 7,550 3,775 -5,51 18,51 0 14
µg/mL
500
4 13,25 1,500 ,750 10,86 15,64 12 15
µg/mL
750
4 15,00 ,816 ,408 13,70 16,30 14 16
µg/mL
1000
4 17,75 1,258 ,629 15,75 19,75 16 19
µg/mL
+ 4 14,00 ,000 ,000 14,00 13,00 14 14
55
- 4 ,00 ,000 ,000 ,00 ,00 0 0
Total 24 10,92 6,698 1,367 8,09 13,74 0 19
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
konsentrasi
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
250 µg ,305 4 . ,789 4 ,084
ANOVA
konsentrasi
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between
16,167 6 2,694 6,326 ,008
Groups
Within Groups 3,833 9 ,426
Total 20,000 15
56
Multiple Comparisons
Dependent Variable: diameter zona hambat
Tukey HSD
95% Confidence
(I) Mean Interval
konsentra (J) Difference Std. Lower Upper
si konsentrasi (I-J) Error Sig. Bound Bound
250 µg 500 µg -6,750 2,773 ,123 -14,98 1,48
*
750 µg -8,500 2,773 ,042 -16,73 -,27
*
1000 µg -11,250 2,773 ,007 -19,48 -3,02
500 µg 250 µg 6,750 2,773 ,123 -1,48 14,98
750 µg -1,750 2,773 ,920 -9,98 6,48
1000 µg -4,500 2,773 ,403 -12,73 3,73
*
750 µg 250 µg 8,500 2,773 ,042 ,27 16,73
500 µg 1,750 2,773 ,920 -6,48 9,98
1000 µg -2,750 2,773 ,757 -10,98 5,48
*
1000 µg 250 µg 11,250 2,773 ,007 3,02 19,48
500 µg 4,500 2,773 ,403 -3,73 12,73
750 µg 2,750 2,773 ,757 -5,48 10,98
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
58
Lampiran 4. Konsentrasi Yang Dibuat
59
Lampiran 6. Cara perhitungan pengenceran
V1 M1 = V2 M2
Keterangan:
60
M2 = konsentrasi sesudah diencerkan (µg/mL)
61