Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

. Berdasarkan penelitian tentang uji daya hambat ekstrak bawang putih

(Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, hasil uji

daya hambat menggunakan ekstrak bawang putih, dan kontrol positif ciprofloxacin

menunjukkan adanya diameter zona hambat ditampilkan pada gambar 4.1.

K1 K2

K3 K4

Gambar 4.1 Diameter zona hambatan yang terbentuk pada media Blood Agar
plate (BAP) pada masing-masing pengulangan ( replikasi ).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar menggunakan ekstrak bawang putih (Allium sativum)

40
dengan konsentrasi 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL, 1000 µg/mL yang

dibandingkan dengan kontrol positif menggunakan antibiotik ciprofloxacin dan

kontrol negatif menggunakan aquades steril. Masing-masing kelompok perlakuan

diteteskan ke dalam media sumuran Blood Agar (BA) yang telah disuspensikan

bakteri Staphylococcus aureus dan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Hasil

penelitian yang didapatkan di sajikan dalam tabel 4.1:

Tabel 4.1 Hasil diameter zona hambat ekstrak bawang putih (Allium
sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

Kelompok Luas Zona Hambatan (mm) Jumlah Rata-


perlakuan diameter rata Makna
1 2 3 4
(k1) 250
14 0 12 0 26 6.5 Resisten
µg/mL
(k2) 500
15 12 14 12 53 13.3 Intermediat
µg/mL
(k3) 750 Intermediat
16 15 15 14 60 15
µg/mL
(k4) 1000 Intermediat
18 18 19 16 71 17.8
µg/mL
Kontrol (+) 14 14 14 14 56 14 Intermediat

Kontrol (-) 0 0 0 0 0 0 Resisten

Berdasarkan data pada tabel 4.1 didapatkan bahwa penambahan ekstrak

bawang putih (Allium sativum) mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 µg/mL, 750 µg/mL,dan 1000 µg/mL,

dibuktikan dengan terbentuknya zona hambatan yang jernih di sekitar koloni

bakteri Staphylococcus aureus. Konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum)

250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL,dan 1000 µg/mL menunjukan diameter zona

hambatan rata-rata yang dihasilkan yaitu 13,3 mm, 15 mm dan 17,8 mm. Pada

41
kontrol negatif aquades steril tidak menghasilkan diameter zona hambatan (0 mm)

dan kontrol positif ciprofloxacin menunjukan angka rata-rata 14 mm.

Berdasarkan hasil uji bakteri dapat dilihat adanya daya hambat ekstrak

bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus pada berbagai konsentrasi terhadap zona hambatan seperti yang ditunjukan

pada gambar di bawah ini:

20 17.8
18
Luas Zona Hambatan (mm)

15
16 14
13.3
14
12 kontrol -
10
6.5 Kontrol +
8
6 Konsen
250
4 trasi
µg/mL
Ekstrak
2 0
0
kontrol - Kontrol + 250 500 750 1000
µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL
Kelompok Perlakuan

Gambar 4.2 Grafik daya hambatan ekstrak bawang putih (Allium sativum)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kontrol positif dan
kontrol negatif

Berdasarkan gambar 4.2 Uji daya hambat ekstrak bawang putih (Allium

sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menunjukan bahwa

zona hambat sudah terbentuk setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 370C dimana

pada konsentrasi 250 µg/mL terdapat zona hambatan 6,5 mm, sedangkan pada

konsentrasi 500 µg/mL diperoleh diameter zona hambat sebesar 13,3 mm,

konsentrasi 750 µg/mL diameter zona hambatannya 15 mm dan konsentrasi 1000

42
µg/mL diameter zona hambatannya 17,8 mm. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi

tingkat konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) maka diameter zona

hambatan yang dihasilkan akan semakin besar akan tetapi persen peningkatan

relatif kecil. Sedangkan diameter zona hambat untuk kelompok kontrol positif yaitu

14 mm, dan kontrol negatif tidak terdapat zona hambatan.

Analisis lebih lanjut mengenai Uji daya hambat ekstrak bawang putih

(Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam

beberapa konsentrasi dilanjutkan dengan menggunakan uji statistik One Way Anova

dan Tukey HSD. Hasil analisis statistik (One Way Anova) yang diperoleh p value

0,008 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada tiap kelompok

konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum), karena hasil yang didapatkan

bermakna, maka uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test Tukey HSD untuk melihat

besarnya perbedaan dari berbagai konsentrasi tersebut.

Tabel 4.2 Uji Post Hoc Test Tukey HSD

Perbedaan Signifikan
Konsentrasi Konsentrasi
Rata-Rata p-value
500 µg/mL 6,750 0,123
250 µg/mL 750 µg/mL 8,50 0,042
1000 µg/mL 11,250 0,007
750 µg/mL 1,750 0,920
500 µg/mL
1000 µg/mL 4,50 0,403
750 µg/mL 1000 µg/mL 2,750 0,757

Berdasarkan tabel 4.2 Uji Tukey HSD dapat dilihat bahwa perbandingan

dua kelompok konsentrasi yang memiliki nilai p value <0,05 menunjukan adanya

perbedaan bermakna antara dua kelompok konsentrasi tersebut yakni konsentrasi

250 µg/mL dan 750 µg/mL adalah (0,042), serta 250 µg/mL dan 1000 µg/mL adalah
43
(0,007). Sedangkan pada perbandingan konsentrasi 250 µg/mL dan konsentrasi 500

µg/mL adalah (p=0,123), konsentrasi 500 µg/mL dan 750 µg/mL (p=0,920),

konsentrasi 500 µg/mL dan 1000 µg/mL (p=0,403), konsentrasi 750 µg/mL dan

1000 µg/mL (p=0,757) dimana nilai p-value > 0,05, sehingga tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara dua kelompok konsentrasi tersebut artinya pada

konsentrasi tersebut memiliki kecendrungan efek yang sama dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

4.2. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui adanya daya hambat ekstrak

bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari stock culture bakteri yang

diperoleh di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pulau Lombok dapat

menggunakan uji kepekaan dengan metode sumur difusi. Apabila senyawa aktif

yang terdapat pada ekstrak bawang putih (Allium sativum) mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maka akan terbentuk zona hambat di

sekitar sumur difusi. Luas zona hambat tersebut selanjutnya diukur pada tiap-tiap

konsentrasi.

Ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang digunakan dalam penelitian

ini adalah ekstrakan yang dibuat di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar pada tanggal 1-30 Desember 2018, dilanjutkan ekstrak

bawang putih (Allium sativum) dibuatkan larutan baku dengan konsentrasi sebesar

2000 µg/mL, kemudian dilakukan pengenceran untuk mendapatkan konsentrasi

yang diinginkan yakni 250 µg/mL, 500 µg/mL, 750 µg/mL, 1000 µg/mL.

44
Selanjutnya ekstrak bawang putih dibandingkan dengan kontrol positif

ciprofloxacin dan kontrol negatif aquades steril. Pemilihan aquades steril

dikarenakan untuk membuktikan bahwa aquades steril yang digunakan sebagai

pelarut tidak mempunyai efek antibakteri sehingga tidak mempengaruhi hasil uji

antibakteri. Sedangkan pemilihan ciprofloxacin karena telah terbukti memiliki efek

antibakteri.

Menurut Harmita dan Radji tahun (2008), menjelaskan bahwa besar

diameter zona hambatan yang dibentuk oleh obat-obatan tradisional dikatakan

sensitive bila diameter zona hambatan > 18 mm, intermediet bila diameter zona

hambatan 13-17 mm dan resistent bila diameter zona hambatan < 12 mm.

Berdasarkan tabel hasil dapat dikatakan bahwa ekstrak bawang putih (Allium

sativum) masuk kategori intermediet karena konsentrasi yang digunakan kecil dan

cukup mampu menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus

dibuktikan dengan adanya zona hambatan yang terbentuk disekitar koloni bakteri

staphylococcus aureus.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai daya hambat ekstrak

bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus menunjukan bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum) mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Stapyhlococus aureus yaitu pada konsentrasi

500 µg/mL , 750 µg/mL dan 1000 µg/mL secara berturut-turut diameter zona

hambatnya yaitu 13,3 mm 15,0 mm 17,8 mm sudah memperlihatkan adanya zona

inhibisi. Sedangkan pada antibiotik ciprofloxacin diameter zona hambatnya yakni

(14 mm) relatif kecil, karena dosis obat yang digunakan kecil disesuaikan dengan

45
konsentrasi terkecil ekstrak bawang putih yaitu 250 µg/mL, hal ini diketahui bahwa

pada konsentrasi bawang putih (Allium sativum) sudah memiliki daya hambat

meskipun konsentrasi yang digunakan relatif kecil.

Besarnya zona hambat yang terbentuk terus meningkat seiring dengan

bertambah besarnya konsentrasi bawang putih (Allium sativum). Zona hambat

terbesar adalah 17,8 mm pada konsentrasi 1000 µg/mL sedangkan zona hambat

terendah adalah 6,5 mm pada konsentrasi 250 µg/mL. Semakin tinggi konsentrasi

ekstrak bawang putih (Allium sativum) maka semakin banyak kandungan zat aktif

di dalamnya sehingga aktivitas antibakterinya akan semakin besar dan juga

sebaliknya semakin rendah konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum)

maka semakin sedikit zat aktif di dalamnya sehingga aktivitas antibakterinya akan

semakin berkurang.

Berdasarkan Post Hoc Test Tukey HSD dapat dilihat hasil pada tabel 4.2

bahwa perbandingan dua kelompok konsentrasi yang memiliki nilai p value <0,05

menunjukan adanya perbedaan bermakna antara dua kelompok konsentrasi tersebut

yakni konsentrasi 250 µg/mL dan 1000 µg/mL adalah (0.007). Oleh karena itu,

konsentrasi yang digunakan yang paling efektif adalah konsentrasi 1000 µg/mL

dikarenakan luas zona hambatan yang dihasilkan paling luas dan berdasarkan

statistik nilainya signifikan.

Hasil tersebut tidak terlepas dari senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak

bawang putih (Allium sativum) yang berfungsi sebagai antimikroba yaitu minyak

atsiri, saponin, flavonoid, ajoene, alicin (Supardi, 2007). Menurut Djojoseputro

tahun (2012), Minyak atsiri, tanin dan flavonoid berfungsi menghambat

46
pertumbuhan bakteri dengan cara melibatkan perubahan dalam stabilitas molekul

protein serta perubahan struktur protein, merusak membran sitoplasma sel dan

menyebabkan kerusakan dinding sel. Protein yang mengalami proses denaturasi

akan kehilangan struktur sekunder dan tersier, karena tekanan dari senyawa

eksternal seperti alkohol atau klorofom ataupun panas yang akan menyebabkan

ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri sehingga fungsi

permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan protein sel

bakteri terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya

makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis.

Penelitian yang dilakukan El-Mahmood tahun 2009 menjelaskan bahwa

bawang putih (Allium sativum) mampu menghambat pertumbuhan mikroba

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, S. Pneumoniae, dan Pseudomonas

aeruginosa ditandai dengan terbentuknya zona hambat hal ini dikarenakan ekstrak

bawang putih (Allium sativum) memiliki senyawa aktif yang bersifat sebagai

aintimikroba senyawa aktif yang sama seperti saponin, alkaloid, flavonoid, minyak

atsiri, dan alicin.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji statistik, dapat disimpulkan

bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa :

48
1. Diameter zona hambatan pada media sumuran mulai terbentuk pada

perlakuan dengan konsentrasi terendah yaitu 250 µg/mL sebesar 6,5 mm.

konsentrasi 500 µg/mL sebesar 13,3 mm, konsentrasi 750 µg/mL sebesar 15

mm dan diameter zona hambatan paling besar terlihat pada konsentrasi 1000

µg/mL sebesar 17,8 mm, control positif menghasilkan zona hambatan 14.5

mm sedangkan kontrol negatif (aquades) tidak menghasilkan zona hambatan.

2. Uji statistik One Way Anova yakni p value 0,008 yang berarti terdapat

pengaruh yang signifikan pada ekstrak bawang putih (Allium sativum)

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian

lebih lanjut ekstrak bawang putih (Allium sativum) dengan menggunakan

pelarut yang berbeda, variasi konsentrasi yang berbeda, menggunakan

bagian lain dari tanaman bawang putih (Allium sativum), maupun

menggunakan bakteri dengan genus atau spesies yang berbeda.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kromatografi

untuk mengisolasi zat antibakteri bawang putih (Allium sativum) yang

paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus.

49
DaftarPustaka

Ainurrochmah, A., Ratnasari, E., Lisdiana, L., 2013, Efektivitas ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia) terhadap penghambatan pertumbuhan
bakteri Shigella flexneri dengan metode sumuran. Jurnal Lentera Bio. 2
(3) : 233–7.

Ansari, et. al. (2016). Risk factors assessment for nasal colonization of
Staphylococcus aureus and its methicillin resistant strains among pre-
clinical medical students of Nepal. BioMed Central Research Notes, 9 :
214-221.

50
Ary, Susanti, 2007, Daya Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica less)
terhadap Echerichia coli secara in vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga.

Atmadja, S., 2002, Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan. Edisi 10. Jakarta:
Bumi Aksara; 26-31 p.

Bayan, L., Koulivand, P., Gorji, 2013, Garlic: a review of potential therapeutic
effects. Avicenna J Phytomed.

Block, Eric, et. al., 1993, Organosulfur chemistry of garlic and onion : recent
results. Pure & Appl. Chem. 65: 625-632.

Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., Morse, S.A., 2007, Jawetz, Melnick,
Adelberg’s Medical Microbiology. London: McGraw-Hill Medical.

Cutler, R.R., and Wilson, P., 2004, Antibacterial activity of a new, stable, aqueous
extract of allicin against methicillin-resistant Staphylococcus aureus.
British Journal of Biomedical science.

Deresse, D., 2010, Antibacterial effect of garlic (Allium sativum) on Staphylococcus


aureus: An in vitro study. Asian J Med Sci. Available from : URL :
maxwellsci.com/print/ajms/v2-62- 65. pdf. [Accesed 2018 juni 18].

Dorland, W.A., Newman, Hartanto, H., eds 29th, 2006, Kamus Kedokteran
Dorland. Jakarta : EGC Erosion, pp: 933.

Duman, A., 2008, Investigation of antibacterial effects of some medicinal plants


and spices on food pathogens. Kalkas Univ Vet Fak Derg.

Dusica, P., Vesna, D., Ljubisa B, Mihajlo Z., 2011, Allicin and related compounds:
biosynthesis and pharmacological activity. Phys Chem Tech.

Djojoseputro, S., 2012, Hantam Stroke dan Kanker Dengan Kunyit Putih. Stomata:
Surabaya.

El-mahmood, M., 2009, Efficacy of crude extract of garlic (Allium sativum Linn.),
against nosocomial Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniea, Pseudomonas aeruginosa, J Med Plants Res.

Fani, M.M., Kohanteb, M.J., and Dayaghi, 2007, Inhibitory activity of garlic
(Allium sativum) extract on multidrug-resistant Streptococcus mutans, J
Indian SocPedod Prevent Dent. 164-168

Fulder, S., Blackwood, J., dan Soetrisno, E., 2002, Buku Pintar Terapi Bawang.

51
Gibbons, Simon, 2004, Anti-staphylococcal plant natural products. Nat Prod Rep.
21: 263-277.

Giles, G.I., Tasker, K.M., and Jacob, C., 2002, Oxidation of biological thiols by
highly reactive disulfide-S-oxides, Gen Physiol,Biophys J. 21: 65-72.

Hanafiah, K.A., 2011, Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers:
Jakarta.

Harmita dan Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, Jakarta : EGC.

ICMR, 2009, Detection of Antimicrobial Resistence in Common Gram Negative


and Gram Positive Bacteria Encountered in Infectious Diseases-An
Update. ICMR Bulletin. Pg. 39:1-3

Jawetz, M., Melnick, R., Adelberg, 2008, Mikrobiologi kedokteran, Ed., 23th,
Jakarta: EGC.

Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, Jakarta : Kemenkes RI;
2013.

Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, Jakarta : Kemenkes RI;
2016.

Khairudin, 2009, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien


Pneumonia Yang Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Kowalski, J., W., 2007, Air-Treatment System for Controlling Hospital-Acquired


Infection. New York : Immune Building System Inc.

Kusuma, S.A.F., 2009, Staphylococcus aureus. Makalah. Farmasi Unpad

Magase, H., Petesch, B., Matsuura, H., 2011, Intake of garlic and its bioactive
components. New York: American Society of Nutrition.

Majewski, M., 2014, Allium sativum: Facts and Myths Regarding Human Health,
J Natl Ins Public Health.

Mochammad, R.P., 2005, Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvador


apersica) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Agar, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi.

52
Onyeagba, R., Uogbogu, O., Okeke, C., 2006, Studies on the antimicrobial effects
of garlic (Allium sativum Linn), ginger (Zingiber officinale Roscoe) and
lime (Citrus aurantifolia Linn). Afr. J. Biotechnol. 552-554 p.

Pelczar, Michael J., and Chan, E.C.S., 2008 Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
UI Press

Price Sylvia, A., Willson Lorraine M., 2012, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Jakarta : EGC.

Priyanto, dan Batubara, L., 2008, Farmakologi Dasar, Leskonfi, Jakarta.

Singh, V.K., and Singh, D.K., 2008, Pharmacological effects of garlic (Allium
sativum L.), Annu Rev Biomed Sci. 10: 6-26.

Sivam, G.P., 2001, Protection against Helicobacter pylori and other bacterial
infection by garlic. J. Nutr. 131: 1106S-1108S.

Supardi, A., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak ik Umbi Bawang Putih (Allium
sativum Linn.) Lanang terhadap Streptococcus pneumonia dan Klebsiella
pneumonia secara dilusi. Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Setya
Budi.

Todar, K., 2008, Staphylococcus aureus and Staphylococcus Disease. USA:


Wisconsin, Madison. Available from :
http://www.textbookofbacteriology.net/staph.html

Tokajian, S., 2014, New epidemiology of Staphylococcus aureus infections in the


middle east. Clinical Microbiology And Infection (CMI). 20(7): 624-628.

Turnidge, J.D., 2008, Susceptibility Test Methods: Dilution and Diffusion Methods,
18th Edition, Washington DC: American Society for Mirobiology Press.
1108-1117.

USDA, 2010, National Nutrient Database for Standard Reference of raw garlic.
Agricultural Research Service. United States: Department of Agriculture.
[Cited 2014 Sept 21]. Available from : URL:
http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/sho w/3003

Wahyudi dan Sukarjati, 2013, Pengaruh Ekstrak Etil Asetat Getah Kamboja (
Plumeria acumenate. W.T. Ait) Terhadap pertumbuhan dan daya hambat
Staphylococcus aureus Stigma. Vol. 06, No 02:27-30

Warsa, U.C., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. Binarupa
Aksara

53
Watanabe, T., 2001, Penyembuhan dengan Terapi Bawang Putih, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, S., 2007, Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay,
Jakarta: Penebar Swadaya; 28-33 p.

WHO, 2013, Prevention Of Hospital-Acquired Infection. A parctical guide 2nd Ed.,


Departement of Communicable Disease, Surveillance and Response. USA

54
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengolahan data statistik

Descriptives
Diameter zona hambat
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
250
4 6,50 7,550 3,775 -5,51 18,51 0 14
µg/mL
500
4 13,25 1,500 ,750 10,86 15,64 12 15
µg/mL
750
4 15,00 ,816 ,408 13,70 16,30 14 16
µg/mL
1000
4 17,75 1,258 ,629 15,75 19,75 16 19
µg/mL
+ 4 14,00 ,000 ,000 14,00 13,00 14 14
55
- 4 ,00 ,000 ,000 ,00 ,00 0 0
Total 24 10,92 6,698 1,367 8,09 13,74 0 19

Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
konsentrasi
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
250 µg ,305 4 . ,789 4 ,084

diameter 500 µg ,298 4 . ,849 4 ,224


zona hambat
750 µg ,250 4 . ,945 4 ,683
1000 µg ,329 4 . ,895 4 ,406

Test of Homogeneity of Variances


Diameter
Levene
df1 df2 Sig.
Statistic
1,939a 5 9 ,183

ANOVA
konsentrasi
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between
16,167 6 2,694 6,326 ,008
Groups
Within Groups 3,833 9 ,426
Total 20,000 15

56
Multiple Comparisons
Dependent Variable: diameter zona hambat
Tukey HSD
95% Confidence
(I) Mean Interval
konsentra (J) Difference Std. Lower Upper
si konsentrasi (I-J) Error Sig. Bound Bound
250 µg 500 µg -6,750 2,773 ,123 -14,98 1,48
*
750 µg -8,500 2,773 ,042 -16,73 -,27
*
1000 µg -11,250 2,773 ,007 -19,48 -3,02
500 µg 250 µg 6,750 2,773 ,123 -1,48 14,98
750 µg -1,750 2,773 ,920 -9,98 6,48
1000 µg -4,500 2,773 ,403 -12,73 3,73
*
750 µg 250 µg 8,500 2,773 ,042 ,27 16,73
500 µg 1,750 2,773 ,920 -6,48 9,98
1000 µg -2,750 2,773 ,757 -10,98 5,48
*
1000 µg 250 µg 11,250 2,773 ,007 3,02 19,48
500 µg 4,500 2,773 ,403 -3,73 12,73
750 µg 2,750 2,773 ,757 -5,48 10,98
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 2. Gambar proses penelitian

Proses maserasi bawang putih 250 g dengan etanol 96%


sebanyak 500 mL yang di diamkan selama 1x24 jam di lakukan pengulangan
2 kali
57
Proses Penyaringan ekstrak etanol bawang putih setelah di lakukan maserasi 1x24
jam

Lampiran 3. Hasil pemisahan ampas dan endapan ekstrakan

58
Lampiran 4. Konsentrasi Yang Dibuat

Lampiran 5. Gambar Alat dan Bahan

Kapas steril, Yellow tip, Tabung steril, Aquades steril

59
Lampiran 6. Cara perhitungan pengenceran

Untuk membuat berbagai konsentrasi yang diperlukan di lakukan

pengenceran dengan menggunakan rumus:

V1 M1 = V2 M2

Keterangan:

V1 = volume larutan mula-mula (mL)

M1 = konsentrasi mula-mula (µg/mL)

V2 = volume larutan sesudah diencerkan (mL)

60
M2 = konsentrasi sesudah diencerkan (µg/mL)

1. Konsentrasi 250 µg/mL

2. Konsentrasi 500 µg/mL

3. Konsentrasi 750 µg/mL

4. Konsentrasi 1000 µg/mL

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

61

Anda mungkin juga menyukai