Anda di halaman 1dari 359

KEPERAWATAN JIWA

Ns.Hairuddin Safaat
INTRODUKSI
• Penempatan : semestar Ganjil (V)
• Bobot sks : T= 1 Lab= P= 1
• MK prasyarat : Komunikasi Terapeutik
• Desksipsi MK :
• Mata kuliah ini mempelajari tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta trend dan isu
kesehatan dan keperawatan jiwa. Dalam mata kuliah ini juga dibahas tentang klien sebagai sistem
yang adaptif dalam tentang respons sehat jiwa sampai gangguan jiwa, psikodinamika, terjadinya
masalah kesehatan/keperawatan jiwa yang umum di Indonesia. Upaya keperawatan dalam
pencegahan primer, sekunder dan tertier terhadap klien dengan masalah psikososial dan spiritual
serta gangguan jiwa juga merupakan focus dalam mata kuliah ini, termasuk hubungan terapeutik
secara individu dan dalam koteks keluarga, dan penerapan terapi modalitas keperawatan.
Pengalaman belajar ini akan berguna dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan jiwa dan
integrasi keperawatan jiwa pada area keperawatan lainnya
LEARNING OUTCOME
• Mampu mengetahui, menguasai dan mengimplementasikan teori, konsep
dan prinsip keperawatan jiwa

• KOMPETENSI LULUSAN :
• Perawat yang berkompetensi dalam mengelola rentang respon gangguan
jiwa baik di rumah sakit maupun di komunitas
• Hardskills :
• Mampu mengimplementasikan terapi-terapi untuk mengatasi masalah
psikososial dan gangguan jiwa

• Softskill :
• Kemampuan melakukan komunikasi therapeutik dan teknik komunikasi
therapeutik secara tepat
METODE PEMBELAJARAN

• Ceramah
• Tutorial
• mentoring,
• skills lab,
TATA TERTIB PERKULIAHAN
• Mahasiswa wajib mematuhi semua acara perkuliahan yang ditetapkan;
• Daftar hadir kuliah wajib disediakan dan ditandatangani oleh Mahasiswa peserta kuliah;
• Daftar hadir Dosen/Tim Dosen wajib disediakan dan diisi serta ditandatangani oleh Dosen atau tim
Dosen yang bersangkutan;
• Penyampaian materi kuliah tidak boleh dikurangi dari jumlah tatap muka yang telah ditetapkan
sesuai bobot matakuliah yang bersangkutan;
• Mahasiswa wajib mengikuti kuliah dengan jumlah kehadiran minimum 80% dari seluruh jumlah
tatap muka perkulihan teori dan 100 % perkuliahan praktikum/klinik dari masing-masing
matakuliah yang dikuti
• Mahasiswa wajib mematuhi norma dan menghormati Dosen, serta bertanggungjawab atas ketertiban,
ketenangan kelas pada saat sedang dilangsungkan kuliah, praktikum atau kegiatan akademik lainnya
• Mahasiswa yang memenuhi tertib kuliah berhak mengikuti ujian
PENGHITUNGAN NILAI AKHIR MATA KULIAH
• TOPIK 1
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
JIWA
•JIWA ???
JIWA???
• unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya
sangat terkait pada materi
• Manifestasi jiwa : kesadaran, afek, emosi, psikomotor, proses berpikir,
persepsi, dan sifat kepribadian
DEFINISI SEHAT JIWA
WHO
• Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap
dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan
UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966
• Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera sehingga memungkinkan
seseorang berkembang secara optimal baik fisik, intelektual dan emosional dan
perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain sehingga
memungkinkan hidup harmonis dan produktif.
CIRI-CIRI SEHAT JIWA (MENTAL)
WHO :
• Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk baginya.
• Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
• Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
• Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
• Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
• Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang
• Mempunyai rasa kasih sayang
• Menikmati kegembiraan dari berbagai sumber
SEHAT JIWA” NYAMAN”
• Nyaman terhadap diri sendiri :
• Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah, rasa takut, cemas,
iri, rasa bersalah, rasa senang, cinta mencintai, dll.
• Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
• Mempunyai Harga Diri yang wajar.
• Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula
berlebihan.
• Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari
SEHAT JIWA
• Nyaman berhubungan dengan orang lain.
• Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
• Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
• Mampu mempercayai orang lain.
• Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
• Merasa menjadi bagian dari kelompok.
• Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali
orang lain.
• Nyaman memenuhi kebutuhan hidup
• Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
• Mampu mengambil kjeputusan.
• Menerima tanggung jawab.
• Merancang masa depan.
• Menerima ide / pengalaman hidup.
• Merasa puas dengan pekerjaannya.
DIMENSI HOLISTIK

• WHO :
1. agama,
2. organobiologik,
3. psiko-edukatif dan
4. sosial budaya.
PARADIGMA KEPERAWATAN
JIWA
• Keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang perawat :
1. Bahwa manusia adalah mahluk holistik yang terdiri dari komponen bio-psiko-sosio dan
spiritual.
2. Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah meningkatkan derajat kesehatan manusia secara
optimal
3. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan tindakan kolaborasi antara tim kesehatan,
klein amuapun keluraga.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan suatu metode pemecahan masalah dengan
pendekatan proses keperawwan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilakukan secara terus-menerus
PARADIGMA KEPERAWATAN
FALSAFAH KEPERAWATAN JIWA
• Pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi keperawatan yang
menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan :
1. Mahluk holistic
2. Humanistik,
3. Universal
TOPIK 2
MODEL KONSEP KEPERAWATAN JIWA
• Model adalah suatu cara untuk mengorganisasikan
pengetahuan yang kompleks, membantu praktisi, serta
memberi arah dan dasar dalam menentukan bantuan yang
diperlukan.
• Model praktik keperawatan jiwa mencerminkan sudut pandang
dalam mempelajari penyimpangan perilaku dan proses
terapeutik dikembangkan
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Psikoanalitik Perilaku didasarkan pada Psikoanalisis Pasien mengungkapkan
(S. Frued, Erikson, perkembangan dini dan menggunakan teknik semua pikiran dan mimpi
Klein, Horney, resolusi konflik yang tidak asosiasi bebas dan serta mempertimbangan
Fromm-Reichmann, adekuat. analisis mimpi. Hal interprestasi terapis.
Menninger) Pertahanan ego tidak ini menginterprestasi Terapis tetap
adekuat untuk mengontrol perilaku, menggunakan mengupayakan
ansietas. transferen untuk perkembangan transferen,
Gejala merupakan memperbaiki serta menginterpretasikan
upaya untuk mengatasi pengalaman masa lalu, pikiran dan mimpi pasien
ansietas dan berkaitan dan mengidentifikasi dalam kaitannya dengan
dengan konflik yang tidak area masalah melalui konflik, transferen, dan
terselesaikan interpretasi resistensi pasien resistensi.
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Interpersonal Ansietas timbul dan dialami Hubungan antara terapis Pasien menceritakan
(Sullivan, Peplau) secara interpersonal. dan pasien membangun ansietas dan perasaannya
Rasa takut yang mendasar perasaan aman. pada terapis.
adalah takut terhadap Terapis membantu pasien Terapis menjalin hubungan
penolakan. Seorang mengalami hubungan yang akrab dengan pasien,
membutuhkan rasa penuh rasa percaya menggunakan empati
aman dan kepuasan yang dan mencapai kepuasan untuk merasakan perasaan
diperoleh melalui hubungan interpersonal. pasien, dan menggunakan
interpersonal yang positif. Pasien kemudian dibantu hubungan sebagai suatu
untuk mengembangkan pengalaman interpersonal
hubungan akrab di luar korektif.
situasi terapi.
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Faktor sosial dan Pasien dibantu untuk Pasien secara aktif
Sosial lingkungan menciptakan mengatasi sistem sosial. menyampaikan masalahnya
(Szasz, Caplan) stres, yang menyebabkan Mungkin digunakan kepada terapis dan bekerja
ansietas, serta intervensi krisis. sama dengan terapis untuk
mengakibatkan timbulnya Manipulasi lingkungan dan menyelesaikan masalahnya.
gejala. Perilaku yang tidak menunjukkan dukungan Menggunakan sumber yang
dapat diterima sosial juga diterapkan. ada di masyarakat.
(menyimpang) diartikan Dukungan kelompok sebaya Terapis menggali sistem
secara sosial dan memenuhi dianjurkan sosial pasien dan membantu
kebutuhan sistem sosial pasien menggunakan
. sumber yang tersedia atau
menciptakan sumber baru.

.
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Hidup ini akan sangat Individu dibantu untuk Pasien bertanggung jawab
Eksistensial berarti apabila seseorang mengalami kemurnian terhadap perilakunya dan
(Perls, Glesser, Ellis, dapat mengalami dan hubungan. berperan serta dalam suatu
Rogers, Frankl) menerima diri (self Terapi sering dilakukan pengalaman yang berarti
acceptance ) sepenuhnya. dalam kelompok. untuk mempelajari tentang
Penyimpangan perilaku Pasien dianjurkan untuk diri yang sebenarnya.
terjadi jika individu gagal menggali dan menerima diri Terapis membantu pasien
dalam upayanya untuk dan dibantu untuk untuk mengenal nilai diri.
menemukan dan menerima mengendalikan perilakunya Terapis mengklarifikasi
diri. Menjadi diri sendiri realitas dari suatu situasi
bisa dialami melalui . dan mengenalkan pasien
hubungan murni dengan tentang perasaan tulus dan
orang lain. memperluas kesadaran
. dirinya.
.
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Masalah terjadi sebagai Uji coba realitas dan Pasien secara aktif
akibat dari faktor bio- peningkatan harga diri. terlibat dalam
Suportif psiko-sosial. Dukungan sosial pengobatan.
(Werman, Rockland) Penekanan pada respons diidentifikasi dan respons Terapis menjalin
koping maladaptif saat koping yang adaptif hubungan yang hangat
ini. dikuatkan. dan penuh empati dengan
pasien
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku

Gangguan perilaku terjadi Pola komunikasi dianalisis Pasien memperhatikan pola


apabila pesan tidak dan umpan balik diberikan komunikasi, termasuk
dikomunikasikan dengan untuk mengklarifikasi area permainan, dan bekerja
Komunikasi jelas. Bahasa dapat masalah. untuk mengklarifikasi
(Berne, Watzlawick) digunakan untuk merusak Analisis transaksional komunikasinya sendiri serta
makna pesan bisa berfokus pada permainan memvalidasi pesan dari
diteruskan secara serentak dan belajar untuk orang lain.
pada berbagai tingkatan. berkomunikasi secara Terapis menginterpretasi
Kesan verbal dan nonverbal langsung tanpa pola komunikasi kepada
mungkin tidak selaras bersandiwara. pasien dan mengajarkan
. prinsip-prinsip komunikasi
yang baik.
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Perilaku dipelajari. Terapi merupakan proses Pasien mempraktikkan teknik
Perilaku Peyimpangan terjadi karena pendidikan. perilaku yang digunakan,
(Bandura, Pavlov, Wolpe, manusia telah membentuk Penyimpangan perilaku tidak mengerjakan pekerjaan
Skinner) kebiasaan perilaku yang dihargai; perilaku yang rumah, dan penggalakan
tidak diinginkan. produktif dikuatkan. latihan. Pasien membantu
Oleh karena perilaku dapat Terapi relaksasi dan latihan mengembangkan hierarki
dipelajari, maka perilaku keasertifan merupakan perilaku.
juga dapat tidak dipelajari. pendekatan perilaku. Terapis mengajar pasien
Perilaku menyimpang terjadi tentang pendekatan perilaku,
berulang karena berguna membantu mengembangkan
untuk mengurangi ansietas. hierarki perilaku dan
Jika demikian, perilaku lain menguatkan perilaku yang
yang dapat mengurangi diinginkan.
ansietas dapat dipakai
sebagai pengganti.
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku
Medik Gangguan perilaku Diagnosis penyakit dilandasi Pasien mempraktikkan
(Meyer, Kraeplin, Spitzer, disebabkan oleh penyakit oleh kondisi yang ada dan regimen terapi yang
Frances) biologi informasi historis serta dianjurkan dan melaporkan
pemeriksaan diagnostic. efek terapi kepada dokter
Gejala timbul sebagai akibat
dari kombinasi faktor Pengobatan meliputi terapi Pasien menjalani terapi
fisiologik, genetik, somatik dan farmakologik, jangka panjang apabila
lingkungan, dan sosial. serta berbagai teknik diperlukan.
Perilaku menyimpang interpersonal Terapis menggunakan
berhubungan dengan kombinasi terapi somatik dan
toleransi pasien terhadap terapi interpersonal.
stress Terapis menegakkan
diagnosis penyakit dan
menentukan pendekatan
terapeutik
Model Asmsi Penyimpangan Proses terapeutik Peran terapis-pasien
perilaku

Stres adaptasi Sehat sakit diidentifikasi Mengidentifikasi faktor Membantu pasien lebih
(Gail Stuart) sebagai hasil berbagai predisposisi, presipitasi, adaptif dalam menghadapi
karakteristik individu yang penilaian terhadap stresor, stresor.
berinteraksi dengan faktor sumber koping, dan
lingkungan. mekanisme koping yang
digunakan pasien.
MODEL STRESS ADAPTASI
FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stres yang memengaruhi tipe
dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang biologis,
psikososial, dan sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini akan
memengaruhi seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres
pengalaman stres yang dialaminya
• Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis, kesehatan umum, dan terpapar
racun.
• Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal, pengalaman masa lalu, konsep diri,
motivasi, pertahanan psikologis, dan kontrol.
• Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya,
keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
FAKTOR PRESIPITASI
• stimulus yang mengancam individu. Faktor presipitasi memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stres
atau tekanan hidup. Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu
merupakan dimensi yang juga memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa lama terpapar dan berapa frekuensi
terjadinya stres.
• Faktor presipitasi :
1. Kejadian yang menekan (stressful)
Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang menekan kehidupan, yaitu aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan
keinginan sosial. Aktivitas sosial meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan, aspek
legal, dan krisis komunitas. Lingkungan sosial adalah kejadian yang dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan
keluar. Jalan masuk adalah seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial. Keinginan sosial adalah
keinginan secara umum seperti pernikahan.
2. Ketegangan hidup
Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi ketegangan keluarga yang terus-menerus,
ketidakpuasan kerja, dan kesendirian. Beberapa ketegangan hidup yang umum terjadi adalah perselisihan yang
dihubungkan dengan hubungan perkawinan, perubahan orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-
anak, ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta overload yang dihubungkan dengan
peran.
PENILAIAN TERHADAP STRESOR
• Penilaian terhadap stresor meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh dengan stres bagi individu.
• Respons kognitif : merupakan bagian kritis dari model ini. Faktor kognitif memainkan peran sentral dalam adaptasi. Faktor kognitif
mencatat kejadian yang menekan, memilih pola koping yang digunakan, serta emosional, fisiologis, perilaku, dan reaksi sosial
seseorang. Penilaian kognitif merupakan jembatan psikologis antara seseorang dengan lingkungannya dalam menghadapi kerusakan dan
potensial kerusakan. Terdapat tiga tipe penilaian stresor primer dari stres yaitu kehilangan, ancaman, dan tantangan.
• Respons afektif : membangun perasaan. Dalam penilaian terhadap stresor respons afektif utama adalah reaksi tidak spesifik atau
umumnya merupakan reaksi kecemasan, yang hal ini diekpresikan dalam bentuk emosi. Respons afektif meliputi sedih, takut, marah,
menerima, tidak percaya, antisipasi, atau kaget. Emosi juga menggambarkan tipe, durasi, dan karakter yang berubah sebagai hasil dari
suatu kejadian.
• Respons fisiologis : merefleksikan interaksi beberapa neuroendokrin yang meliputi hormon, prolaktin, hormon adrenokortikotropik
(ACTH), vasopresin, oksitosin, insulin, epineprin morepineprin, dan neurotransmiter lain di otak. Respons fisiologis melawan atau
menghindar (the fight-or-fligh) menstimulasi divisi simpatik dari sistem saraf autonomi dan meningkatkan aktivitas kelenjar adrenal.
Sebagai tambahan, stres dapat memengaruhi sistem imun dan memengaruhi kemampuan seseorang untuk melawan penyakit.
• Respons perilaku : hasil dari respons emosional dan fisiologis.
• Respons sosial : didasarkan pada tiga aktivitas, yaitu mencari arti, atribut sosial, dan perbandingan sosial.
SUMBER KOPING

• Sumber koping meliputi aset ekonomi,


kemampuan dan keterampilan, teknik pertahanan,
dukungan sosial, serta motivasi.
MEKANISME KOPING
• Koping mekanisme adalah suatu usaha langsung dalam manajemen stres. Ada tiga tipe
mekanisme koping :
1. Mekanisme koping problem focus
Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk mengatasi ancaman diri. Contoh:
negosiasi, konfrontasi, dan mencari nasihat.
2. Mekanisme koping cognitively focus
Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah dan menetralisasinya. Contoh:
perbandingan positif, selective ignorance, substitution of reward, dan devaluation of desired
objects.
3. Mekanisme koping emotion focus
Pasien menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara tidak berlebihan. Contoh:
menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi, atau proyeksi.
MEKANISME KOPING
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
• Custodial Care Primary Consistend of Custodial Care

• Model Curative Care The Community Mental Health Centers Act

• Pelayanan day care, home visite dan hospice care


GANGGUAN JIWA
• KEADAAN NORMAL & ABNORMAL
Patokan Statistik
Patokan Penyesuaian Pribadi
Patokan Integritas Kepribadian
Patokan Kematangan Kepribadian
Patokan Kesejahteraan Sosial
PENGERTIAN UMUM
• Tanda klinis gangguan jiwa, adalah fenomena psikopatologi yang secara
obyektif dapat diamati
• Gejala klinis gangguan jiwa, adalah fenomena psikopatologi yang
muncul dari keluhan pasien dan bersifat subyektif
• Sindroma klinis gangguan jiwa, adalah kumpulan tanda dan gejala klinis
gangguan jiwa.
GANGGUAN JIWA
• Sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan
itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan
masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010).
• Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Pada
umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Maslim,
2002).
SUMBER PENYEBAB GANGGUAN JIWA

• Faktor somatik (somatogenik)


• Faktor psikologik (psikogenik)
• Faktor sosial budaya
KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
• Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa :
1. Gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan
2. Gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental
emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam
perasaan, dan sebagainya (Riset Kesehatan Dasar tahun 2013)
SISTEM KLASIFIKASI PADA ICD DAN DSM
SISTEM KATEGORI
• Multiaksis :
1. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian
klinis.
2. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental.
3. Aksis 3 : kondisi medis secara umum.
4. Aksis 4 : masalah lingkungan dan psikososial.
5. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global.
PPDGJ
• F00 – F09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik).
• F10 – F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
• F20 – F29 : skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham.
• F30 – F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif).
• F40 – F48 : gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
• F50 – F59 : sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
• F60 – F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
• F70 – F79 : retardasi mental.
• F80 – F89 : gangguan perkembangan psikologis.
• F90 – F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada anak dan remaja.
• Delerium
• Dementia
•Sindroma Amnestik dan
halusinosis organik
GANGGUAN
MENTAL •Sindroma waham organik
ORGANIK •Sindroma afektif organik
•Sindroma Kepribadian organik
•Intoksikasi dan Sindroma Putus
Zat
GANGGUAN
PSIKOTIK

• Skizofrenia
GANGGUAN • Gangguan afektif berat
PSIKOTIK •Gangguan Paranoid
FUNGSIONAL •Psikosis Non Organik lainnya
SKIZOPHRENIA
• Sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya ditandai oleh
distorsi proses pikir dan persepsi yang mendasar, alam
perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, tetapi
kesadarannya tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya
dapat dipertahankan
GEJALA SKIZOPHRENIA
Positive Symptom : Berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal :
• waham
• Halusinasi
• Inkoherensi, sosialisasi longgar, peningkatan pembiacaraan
• Perilaku yang sangat kacau
• Negative Symptom : Berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal :
• Ekspresi afektif yang datar
• Alogia ( kemiskinan pembicaraan )
• Avolition ( ketidakmampuan memulai dan mempertahankan aktivitas yang bertujuan )
• Anhedonia
• Bloking
• Penarikan sosial
• Defisit kognitif
• Defisit perhatian
• Ketidak mampuan merawat diri
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi 1 %
• Puncak onset : pria 15-25 th
wanita 25 – 35 th
• Gejala negatif : pria > wanita
• Fungsi sosial memburuk : pria > wanita
• 50 % pernah mencoba bunuh diri, dan 10 % meninggal
• Lebih banyak pada sosial ekonomi lemah, dan penduduk perkotaan
• SKIZOFRENIA PARANOID

A. Waham atau halusinasi harus menonjol


B. Ekspresi afektif tumpul / tak serasi,
gejala katatonik, atau inkoherensi tidak
menonjol
• SKIZOFRENIA HEBREFRENIK

A. Harus terdapat ekspresi afektif tumpul atau tidak serasi


B. Harus terdapat salah satu dari :
(1) Perilaku tak bertujuan
(2) Inkoherensi atau pembicaraan tak menentu
C. Waham atau halusinasi tidak menonjol
• SKIZOFRENIA KATATONIK

Selama dua minggu atau lebih terdapat gejala yang menonjol dari :
(1) Stupor atau mutisme
(2) Gaduh gelisah
(3) Mematung
(4) Negativisme
(5) Rigiditas
(6) Fleksibilitas serea
(7) Otomatisme perintah
• SKIZOFRENIATAK TERINCI

Tidak memenuhi salah satu


kriteria atau memenuhi lebih
dari satu kriteria subtipe
skizofrenia
• DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA

A. Pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam 12


bulan terakhir
B. Salah satu dari gejala psikotik kelompok (2) dari
skizofrenia harus tetap ada
C. Memenuhi kriteria episode depresif yang menonjol
paling sedikit dua minggu
• SKIZOFRENIA RESIDUAL

A. Saat ini tidak memenuhi kriteria skizofrenia


B. Paling sedikit terdapat empat gejala negatif berikut ini untuk waktu 12
bulan atau lebih
(1) Perlambatan Psikomotor
(2) Ekspresi Afektif Tumpul
(3) Pasif dan inisiatif kurang
(4) Kemiskinan kuantitas dan isi pembicaraan
(5) Miskin komunikasi nonverbal
(6) Perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT

• Tujuan untuk diagnosis


• Menstabilkan dosis obat
• Keamanan pasien ( sucide/homicide)
• Perilaku yang sangat kacau
• Perawatan diri yang buruk
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. GSP : Halusinasi
3. Isolasi social
4. Defisit PD
5. Waham
6. HDR
7. RBD
8. Ketidakberdayaan
9. Koping keluarga
10. Pentalaksanan regimen terapi
TOPIK 3
PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA
• Faktor Penyebab :
1. Factor genetic
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi
RENTANG SEHAT-SAKIT JIWA
Respon
Respon Adaptif
Maladaptif
Sehat Jiwa Masalah Psikososial Gangguan Jiwa

Pikiran Logis Pikiran kadang menyimpang Waham

Ilusi
Halusinasi
Persepsi akurat Reaksi Emosional
Ketidakmampuan mengendalikan
Emosi konsisten emosi

Perilaku sesuai Perilaku kadang tidak sesuai Perilaku kacau

Hubungan sosial memuaskan Menarik diri Isolasi sosial


PENYEBAB UMUM GANGGUAN
JIWA
• Factor-faktor somatic (somatogenik) - organobiologis
1. Neroanatomis
2. Nerofisiologi
3. Nerokimia
4. Tingkat kemantangan dan perkembangan organic
5. Factor-faktor pre dan peri-natal
FACTOR-FAKTOR PSIKOLOGIK
(PSIKOGENIK) DAN PSIKOEDUKATIF
1. Interaksi anak ibu
2. Peranan ayah
3. Persaingan antara saudara kandung
4. Intelegensi
5. Hubungan dalam keluarga
6. Konsepsi diri
7. Keterampilan
8. Pola adaptasi dan pembelaan
9. Tingkat perkembangan emosi
FACTOR-FAKTOR SOCIAL-BUDAYA
(SOSIOGENIK) ATAU SOSIOKULTURAL
• Kestabilan keluarga
• Pola mengasuh anak
• Tingkat ekonomi
• Perumahan : kota lawan desa.
• Masalah kelompok minoritas
• Pengaruh rasial dan keagamaan
• Nilai nilai
FAKTOR KETURUNAN

Hubunga n de nga n pa sie n skizofre nia % ya ng me nde rita skizofre nia


Ke mba r monozigot (1 te lur) 86,2%
Ke mba r he te rozigot (2 te lur) 14,5%
Sa uda ra ka nd ung 14,2%
Sa uda ra tiri 7,1%
Ma sya ra ka t umum 0,85%
PROSES PERJALANAN PENYAKIT
1. Fase prodomal
• Berlangsung 6 s.d 1 tahun
• Gangguan berupa selfcare, akademik, pekerjaan, fungsi social, pikiran dan
persepsi
2. Fase aktif
• Berlangsung kurang lebih 1 tahun
• Gangguan dapat berupa psikotik, halusinasi, delusi, disorganisasi proses berpikir,
bicara, perilaku disertai kelainan neurokimiawi.
3. Fase residual
• Gangguan afek dan gangguan peran dan berulang.
NEUROTRANSMITTER
• Bahan kimia endogen yang mengirimkan sinyal dari neuron ke
sel di target sinaps.
• Fungsi neurotransmitter yaitu sebagai penghubung antara otak
ke seluruh jaringan saraf lainnya dan pengendalian fungsi
tubuh.
SIFAT NEUROTRANSMITER

• Disintesis di neuron presinaps,


• Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps,
• Dilepaskan dari neuron di bawah kondisi fisiologis,
• Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau
degradasi,
• Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.
EKSITASI NEUROTRANSMITER
• Asetilkolin
• Aspartat
• Dopamin
• Histamin
• Norepinefrin
• Epinefrin
• Glutamat
• Serotonin
ASETILKOLIN
• Fungsi : Kesiagaan, kewaspadaan, pemusatan perhatian dan
memori
• Kekurangan asetilkolin : kurangnya inhibisi, berkurangnya
fungsi memori, antisosial, penurunan fungsi bicara.
• Kelebihan asetilkolin : over-inhibisi, ansietas, depresi dan
keluhan somatik.
DOPAMIN
• Membantu otak mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan
meningkatkan kewaspadaan mental
• Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan
kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom
depresi
NOREPINEFRIN
• Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; mengatur “fight-flight”dan proses pembelajaran dan memory
• Gejala Defisit : Ketumpulan. Kurang energi (Fatique), Depresi
• Gejala Berlebihan : Anxietas. kesiagaan berlebih. Penurunan rasa awas,
Paranoia, Kurang napsu makan. dan Paranoid
GLUTAMAT
• Pengaturan kemampuan memori dan memelihara ufngsi
automatic.
• Gejala Defisit : Gangguan memori, Low energy,
Distractibilitas. Schizophrenia
• Gejala Berlebihan : Kindling, Seizures dan Bipolar affective
disorder
SEROTONIN
• Serotonin bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi
gerak motorik yang terarah dan bertujuan.
• Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia
• Gejala Defisit : Irritabilitas & Agresif, Depresi & Ansietas, Psikosis,
Migren, Gangguan fungsi seksual, Gangguan tidur & Gangguan
kognitif, Gangguan makan. Obsessive compulsive disorder (OCD)
• Gejala Berlebihan : Sedasi, Penurunan sifat dan fungsi aggresi Pada
kasus yang jarang: halusinasi
INHIBISI NEUROTRANSMITER
• GABA
• Glycine
GABA
• Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi
agresi, kecemasan dan aktif dalam fungsi eksitasi.
• Gejala Defisit : Irritabilitas, Hostilitas, Tension and worry,
Anxietas, Seizure.
• Gejala Berlebihan : Mengurangi rangsang selular, Sedasi dan
Gangguan memori
TOPIK 4
PSIKOFARMAKA
• Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku (mind and behavior altering drugs),digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic
medication)
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU
AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
• Intoksikasi akut (tanpa atau dengan komplikasi)
• Penggunaan yang merugikan (harmful use)
• Sindrom ketergantungan (dependence syndrome)
• Keadaan putus obat (withdrawal state)
• Gangguan psikotik
• Sindrom amnestik
JENIS OBAT PSIKOFARMAKA
• Obat anti-psikosis : antagonis dopamine yang bekerja menghambat reseptor dopamine
dalam berbagai jaras otak.
• Obat anti-depresi. Indikasi klinik primer :
 Sindrom depresi panic, gangguan afektif bipolar dan unipolar. Gangguan distimik dan
gangguan siklotimik.
 Sindrom depresi organik seperti hypothyroid induced depression, brain injury depression
dan reserpine.
 Sindrom depresi situasional seperti gangguan penyesuaian dengan depresi, grief reaction,
dll; dan sindrom depresi penyerta seperti gangguan jiwa dengan depresi (gangguan obsesi
kompulsi, gangguan panic, dimensia), gangguan fisik dengan depresi (stroke, MCI, kanker,
dan lain-lain).
ANTI-MANIA
• Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom mania ditandai adanya keadaan afek yang
meningkat hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu
• Keadaan tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut:
1. Peningkatan aktivitas,
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya,
3. Lompat gagasan, rasa harga diri yang melambung,
4. Berkurangnya kebutuhan tidur,
5. Mudah teralih perhatian,
6. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas
OBAT ANTI-ANSIETAS
• Indikasi :
1. Sindrom ansietas psikik seperti gangguan ansietas umum, gangguan panik, gangguan
fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress paska trauma
2. Sindrom ansietas organic seperti hyperthyroid, pheochromosytosis, dll; sindrom ansietas
situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas dan gangguan cemas perpisahan
3. Sindrom ansietas penyerta seperti gangguan jiwa dengan ansietas (skizofrenia, gangguan
paranoid, dll),
4. Penyakit fisik dengan ansietas seperti pada klien stroke, Myocard Cardio Infac (MCI) dan
kanker dll
OBAT ANTI-INSOMNIA
• Indikasi :
1. Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan unipolar (episode mania
atau depresi, gangguan ansietas (panic, fobia); sindrom insomnia organic seperti
hyperthyroidism, putus obat penekan SSP (benzodiazepine, phenobarbital, narkotika), zat
perangsang SSP (caffeine, ephedrine, amphetamine);
2. Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas/depresi,
sleep, wake schedule (jet lag, workshift), stres psikososial;
3. Sindrom insomnia penyerta seperti gangguan fisik dengan insomnia (pain producing
illness, paroxysmal nocturnal dyspnea),
4. Gangguan jiwa dengan insomnia (skizofrenia, gangguan paranoid).
OBAT ANTI-OBSESIF KOMPULSIF
• Drugs used in obsessivecompulsive disorders
• Diagnostik obsesif kompulsif dapat diketahui bila individu
sedikitnya dua minggu dan hampir setiap hari mengalami
gejala obsesif kompulsif, dan gejala tersebut merupakan
sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
sehari-hari (disability).
OBAT ANTI-PANIK
• Drugs used in panic disorders
• Diagnostik sindrom panik dapat ditegakkan paling sedikit satu
bulan individu mengalami beberapa kali serangan ansietas
berat, gejala tersebut dapat terjadi dengan atau tanpa
agoraphobia.
ECT
• INDIKASI :

• Gangguan afek yang berat : pasien dengan depresi berat atau gangguan bipolar, atau depresi

• Skizofrenia: skizofrenia katatonik tipe stupor atau tipe excited memberikan respons yang baik dengan ECT.

• KONTRA INDIKASI :

• 1. Tumor intrakranial karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

• 2. Kehamilan karena dapat mengakibatkan keguguran.

• 3. Osteoporosis karena dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.

• 4. Infark mikardiom karena dapat terjadi henti jantung.

• 5. Asthma bronchiale karena dapat memperberat keadaan penyakit yang diderita.

• 6. Hipertensi berat

• 7. Hiperpireksia

• 8. Diatesa Haemoragic karena adanya kelainan perdarahan sehingga menyebabkan perdarahan yang hebat.

• 9. Epilepsi

• 10. Ansietas berat


• Persiapan klien
• Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang akan dilakukan.
• Siapkan surat persetujuan
• Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan
kontraindikasi ECT
• Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
• Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin dipakai klien
• Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
• Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
• Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan antikonvulsan harus dihentikan
sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
• Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini
mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi gastrointestinal
PELAKSANAAN
• Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata dan cukup keras. Posisikan
hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali
bagian kepala.
• Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai untuk menghasilkan koma
ringan.
• Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk menghindari kemungkinan kejang
umum.
• Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat elektrode menempel.
• Kedua pelipis (diletakkan pada kedua sisi dari kepala (bilateral)) tempat elektroda menempel dilapisi dengan
kasa yang dibasahi caira Nacl.
• Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang dibungkus kain dimasukkan dan klien
diminta menggigit
• Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan dilapisi kain
• Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang dengan mengikuti gerak kejang
• Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer berhenti dan dilepas
• Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh
dengan kuat).
• Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan diafragma
• Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
• Kepala dimiringkan
• Observasi sampai klien sadar
• Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan
EVALUASI
• Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil.
• Jaga keamanan.
• Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien
sesuai kebutuhan, biasanya timbul kebingungan pasca kejang
15-30 menit
TOPIK 5
PERAN PERAWAT JIWA
• Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam memberikan asuhan dan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa,perawat dapat melakukan
aktivitas pada tiga area utama yaitu :
1. Memberikan asuhan keperawatan secara langsung,
2. Aktivitas komunikasi dan
3. Aktivitas dalam pengelolaan atau manajemen keperawatan.
PERAN PERAWAT DALAM
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA,
• Kompetensi klinik.
• Advokasi klien dan keluarga
• Tanggung jawab keuangan
• Kerja sama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan
• Tanggung gugat sosial
• Parameter etik-legal.
PERAN PERAWAT DALAM
PREVENSI PRIMER
• Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
• Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan dan
pendidikan
• Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan perkembangan dan
Pendidikan seks.
• Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
• Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri.
• Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk meningkatkan
fungsi kelompok.
• Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.
PERAN PERAWAT DALAM
PREVENSI SEKUNDER.
• Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
• Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
• Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
• Menciptakan lingkungan terapeutik.
• Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
• Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
• Memberi konsultasi.
• Melaksanakan intervensi krisis.
• Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia.
• Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi masalah.
PERAN PERAWAT DALAM
PREVENSI TERTIER.
• Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
• Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah
pulang dari rumah sakit jiwa untuk memudahkan transisi dari
rumah sakit ke komunitas.
• Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.
PERAN PERAWAT DALAM
PEMBERIAN PSIKOFARMAKA
• PENGKAJIAN : Identifikasi masalah klien dalam pemberian obat
psikofarmaka
• Koordinasi terapi modalitas
• Pemberian terapi psikofarmakologik
• Pemantauan efek obat
• Pendidik klien
• Program rumatan obat
• Peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin terhadap uji coba obat
KONTEKS LEGAL ETIK DALAM
KEPERAWATAN JIWA
• Sudut pandang pd apa yg baik dan benar untuk
kesehatan dan kehidupan manusia.
• Mengarahkan bagaimana seorang perawat harus
bertindak dan berinteraksi dengan orang lain.
• Etik dapat mengendalikan atau mengatur individu dan
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam bertindak.
Etik berkembang dari nilai-nilai yang mendasarinya
BERSUMBER DARI PERNYATAAN FLORENCE
NIGHTINGALE
= IKRAR PROFESI

1.Membantu yg sakit 2.Membantu yg sehat


Untuk mencapai Mempertahankan
keadaan sehat kesehatannya

4. Membantu seseorang
Yg menghadapi 3. Membantu mereka yg
Kematian untuk hidup tdk dpt disembuhkan
seoptimal mungkin Untuk menyadari
Sampai menjelang potenasinya
ajal
PERTIMBANGAN LEGAL DAN
ETIK
1. Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien di
tempat lain.
2. Isu legal dan etik berkaitan dengan topik klien yang
menunjukkan sikap bermusuhan dan agresif
3. Berlaku untuk semua klien di lingkungan kesehatan jiwa.
HOSPITALISASI INVOLUNTER
1. Seharusnya klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sukarela
2. Keinginan klien untuk tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati harus dihargai,
kecuali mereka membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain.
3. Klien dengan kondisi seperti ini dimasukkan ke RS untuk perawatan psikiatri sampai
mereka tidak lagi berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain.
4. Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam karena keadaan
darurat sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk menentukan kondisi klien
5. Negara memiliki komitmen untuk menangani klien dengan masalah penyalahgunaan
zat yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain
6. Komitmen sipil atau hospitalisasi involunter mengurangi hak klien untuk bebas atau
meninggalkan RS ketika ia menginginkannya. Hak klien yang lain tetap utuh.
“LEGAL- ETIK “
• Restrains adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada seseorang, tanpa
atau dengan izin, untuk membatasi kebebasan bergerak.
• Seclusion (pengasingan) adalah pengurungan seseorang bukan keinginan
sendiri dalam konstruksi khusus, ruangan terkunci dengan sebuah
jendela keamanan atau kamera untuk monitoring visual langsung
(JCAHO,2000).
HIRARKI DALAM MEMBATASI
PASIEN JIWA
Pembatasan bisa dalam makna dibatasi secara fisik atau dibatasi pilihannya. Hirarki
dari yang paling restriktif ke yang kurang restriktif.
• Ekstrimitas tubuh
• Batasan ruang gerak ( kamar isolasi)
• Batasan dalam aktivitas sehari-hari, misal acara TV, waktu merokok, komunikasi
• Aktivitas yang bermakna, misalnya: akses untuk ikut rekreasi
• Pilihan perawatan
• Kontrol sumber keuangan
• Ekspresi verbal dan emosional
LIABILITAS DALAM
KEPERAWATAN JIWA

1. Pasien bunuh diri


2. Gagal mendiagnosa
3. Masalah terkait dengan ECT
4. Penyalahgunaan obat-obat Psikoaktif
5. Melanggar kerahasiaan
6. Gagal merujuk pasien
7. Gagal untuk melaporkan penganiyaan
8. Tidak adanya informed consent
STANDAR KEPERAWATAN
• Pedoman praktik keperawatan yang aman dan tepat.

• Menekankan tanggung gugat: Dapat memberikan alasan atas


tindakan keperawatan yang diberikan atas diri, pasien, profesi,
atasan dan masyarakat

• Tanggung jawab : Mengacu pada pelaksanaan tugas yang


dikaitkan dengan peran perawat.
PRINSIP YANG MELANDASI ETIK
• Otonomi : kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi klien. Klien yang memiliki
otonomi akan menghargai orang lain tanpa adanya keterikatan atau mengharapkan
keuntungan dari orang lain
• Benefisence : perbuatan baik atau menguntungkankan orang lain
• Nonmalefisience : prinsip melakukan tindakan tanpa bahaya, tidak menambah penderitaan,
tidak membunuh dan tidak mengurangi kebebasan orang lain.
• Veracity : Perawat dituntut bicara jujur untuk menyampaikan hal yang sebenarnya dan
terkait dengan konsep bahwa seseorang harus mengatakan secara meneyeluruh secara benar
• Justice : Memperlakukan orang lain secara adil tanpa membedakan status sosial, ras, agama
dan sebagainya.
• Fidelity : Mempertahankan komitmen atau janji.
LANGKAH-LANGKAH DALAM
PENYELESAIAN DILEMA ETIK
• Langkah pertama dapatkan informasi yang menjadi latar belakang terjadinya masalah untuk
memperoleh kejelasan gambaran masalah
• Langkah selanjutnya adalah identifikasi komponen dari etik atau asal dari dilema, seperti kebebasan
berlawanan dengan paksaan atau tindakan perawatan berlawanan dengan penerimaan hak untuk
menolak tindakan
• Langkah ketiga adalah klarifikasi mengenai hak dan tanggung jawab terkait dengan semua agen etik
atau yang meliputi pengambilan keputusan
• Semua pilihan yang mungkin harus diekplorasi dengan kejelasan mengenai tanggung jawabnya pada
setiap orang, dengan tujuan dan kemungkinan yang timbul dari setiap pilihan yang ada
• Perawat kemudian terlibat dalam aplikasi prinsip, dengan berdasar dari falsafah keperawatan,
pengetahuan keilmuan, dan teori etik.
• Langkah terakhir, yaitu resolusi dalam tindakan. Berhubungan dengan konteks harapan sosial dan
kebutuhan legal, keputusan perawat dengan tujuan dan metode yang diimplementasikan.
TOPIK 6
TERAPI MODALITAS DALAM
KEPERAWATAN JIWA
• Terapi modalitas : berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa
yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa denga perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang
adapif.
 Suatu tehnik terapi dengan menggunakan pendekatan secara spesifik
 Suatu sistem erapi psikis yang keberhasilannya sangat tergantung pada
adanya komunikasi atau perilaku timbal balik antara pasien dan terapis
DASAR PEMBERIAN TERAPI
MODALITAS
 Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
 Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )
 Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor
yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv
tersebut dapat diprediksi ( reward dan punishment )
 Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial
 Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistik
TERAPI INDIVIDU
 Hubungan terstruktur yang dijalin antara perawat – klien uutuk
merubah klien
 Untuk mengembangkan pendekatan unik penyelesaian konflik,
meredakan penderitaan emosional, mengembangkan cara yang
cocok untuk memenuhi kebutuhan
 Melalui 3 fase yang overlap ( oerientasi, kerja dan terminasi )
TERAPI LINGKUNGAN
 Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik
 Perawat memberi kesempatan tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada
nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi
 Memberi kesempatan dukungan, pengertian, berkembang sebagai pribadi yang bertanggung
jawab
 Klien dipaparkan pada peraturan, harapan, tekanan peer, dan interaksi sosial.
 Perawat mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga
diri, belajar ketrampilan dan perilaku baru.
 Tujuan : memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui
belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari rumah sakit ke komunitas.
TERAPI BIOLOGIS
 Didasarkan pada model medikal : memandang gangguan jiwa sebagai
penyakit
 Tekanan: pengkajian spesifikbdan pengelompokan gejala dalam
sindroma spesifik.
 Perilaku abnormal akibat penyakit atau organisme tertentu dan akibat
perubahan ttt
 Jenisnya: medikasi psikoaktif, intervensi nutrisi, fototerapi, ECT,
bedah otak
TERAPI KOGNITIF
 Strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien
 Proses : membantu mempertimbangkan stressor dan
mengidentifikasi pola pikir dan keyakinan yang
tidak akurat
 Fokus asuhan : reevaluasi ide, nilai, harapan dan
memulai menyusun perubahan kognitif
TERAPI KELUARGA
 Seluruh keluarga disertakan sebagai unit penanganan
 Semua masalah keluarga diidentifikasi dan kontribusi dari
masing-masing anggota terhadap masalah yang dialami
 Terdiri 3 fase : Fase 1 ( perjanjian ), fase 2 ( kerja ) dan fase 3
( terminasi )
 Tujuan : meningkatkan fungsi keluarga
TERAPI KELOMPOK
 Perawat berinteraksi dengan sekelompok klien
secara teratur
 Tujuan : meningkatkan kesadaran diri,
meningkatkan hubungan interpersonal, merubah
perilaku maladaptif
 Ada 3 tahap : tahap pemulaan, fase kerja dan tahap
terminasi
JENIS OBAT
JENIS OBAT
No GANGGUAN Lain-lain
Generik berlogo
(Tergantung kemampuan daerah )
1 Depresi Tab Amitriptiline 25 mg Tab Sertraline 50mg
Tab Fluoxetine 20mg
Tab Imipramine Hcl 75 mg
Tab Clomipramine HCl 30 mg
Tab Maprotiline Hcl 75 mg
2 Kecemasan (Ansietas) termasuk Tab Diazepam 2mg, 5mg Tab Clobazam 10mg
Psikosomatik Inj. Diazepam 10mg/2ml Tab Alprazolam 0,25mg; 0,5mg; 1mg
3 Psikotik termasuk skizofrenia Tab Chlorpromazin 100mg Tab Trifluoroperazine 5 mg
Inj. Chlorpromazin 100mg/2ml Inj. Haloperidol 5 mg/ml
Tab Haloperidol 1,5mg; 5mg Inj. Haloperidol decanoat 5 mg/ml
Tab Perphenazin 4mg Inj. Fluphenazin Decanoat 25mg/ml
Tab Risperidone 1 mg;2 mg;3 mg
Tab. Clozapine, 25 mg,50 mg, 100 mg
4 Ggn Mental Organik Tab Haloperidol 1,5mg
- Delirium Tab Trihexylphenidyl 2mg
- Parkinsonisme Inj. Sulfas Atropine 0,25 mg
5 Epilepsi Tab Phenobarbital 30mg Tab Oxcarbazepine 300mg
Tab Fenitoin 30mg;100mg Tab Asam Valproat 150mg;300mg
Tab Carbamazepine 200mg Syr Asam Valproat 200mg/5ml
6 Ggn Jiwa Anak dan Remaja
- Autisme Tab Haloperidol 0,5mg; 1,5mg Tab Risperidone 0,1mg/kgBB
- Hiperaktif Tab Haloperidol 0,5mg; 1,5mg Tab Metilphenidate 10 mg, 20 mg
- Depresi Tab Haloperidol 0,5mg; Tab Clomipramine 25mg
- Cemas Tab Diazepam 2mg;5mg Tab Fluoxetine 10mg
Tab Clobazam 10mg
- Enuresis --------- Tab Imipramine 25mg
TOPIK 8
PROSES KEPRAWATAN JIWA
• Keperawatan jiwa: area spesialistis dalam praktek
keperawatan, menggunakan teori perilaku sebagai ilmunya,
menggunakan diri sebagai alat.
• Pendekatan keperawatan jiwa: bio-psiko-sosio-spiritual
(holistik)
• Pendekatan komprehensif: prevensi primer, prevensi sekunder,
prevensi tersier.
PROSES KEPERAWATAN
• Metodologi pemberian asuhan/pelayanan keperawatan.
• Merupakan pendekatan problem solving.
• Pendekatan sesuai metode ilmiah.
• Terdiri proses: mengkaji, merumuskan diagnosis keperawatan,
merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah, melakukan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan, mengevaluasi
hasil asuhan dan menyusun tindak lanjut.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
• F. predisposis
• F. presipitasi
• M. Koping
Evaluasi • Perilaku Dx Kep.
• Sumatif.
• Formatif. • Aktual
• Risiko
• Potensial

Implementasi Perencanaan
• Observasi/monitoring • Tujuan Umum
• Terapi Keperawatan • Tujuan Khusus
• Penkes • Kriteria Evaluasi
• Kolaborasi • Intervensi
• Rasional
PENGKAJIAN
• Tujuan: mengidentifikasi data status kesehatan klien sebagai
dasar perumusan masalah keperawatan klien.
• Metode: wawancara (anamnesis), observasi (evaluasi
psikiatris), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik.
• Pendokumentasian: dalam format yang ditentukan, baik
data obyektif maupun data subyektif.
PENGKAJIAN

Pengkajian Awal:
Pengkajian 2 mnt
berdasarkan keluhan Tanda-tanda yang mendukung
pasien adanya gangguan jiwa (+)

Pengkajian Kesehatan
Jiwa:
Menggunakan format pengkajian •Keluhan utama
Teknik pulta: wawancara, •Riwayat kes.jiwa
pengamatan, pemeriksaan •Psikososial
•Status mental
UNSUR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN JIWA
• Faktor Predisposisi
• Faktor Presipitasi
• Sumber Koping
• Mekanisme Koping Format Pengkajian
• Perilaku Klien
TANDA-TANDA DAN GEJALA
GANGGUAN MENTAL
 Tingka laku dipengaruhi oleh :
1. Faktor individu (bakat,dorongan, insinktual, emosional, mecanisme defence)
2. Faktor keluarga dan lingkungan
3. Pengalaman traumatis
4. Penyakit-penyakit somatis.
 Kriteria gangguan jiwa tergantung pada :
1. Derajat beratnya kelainan tingka laku
2. Sejauhmana klien menghadapai masalah dengan cara neurotik dan tidak
Rasional
 Seseorang dapat terganggu jiwanya apabila mengalami stress yang
besar, lama spesifik bagaimanapun stabilnya kepribadiannya
 Gejala yang kita amati mungkin merupakan usaha untuk :
1. Menghadapai kecemasan
2. Menutup diri terhadap kesulitan hidup
3. Melarikan diri dari keadaan sulit
4. Menyembunyikan kebenaran terhadap diri sendiri.
KEPRIBADAN
 Kepribadian ditunjukkan pada keseluruhan pola pikiran,perasaan dan perilaku yang sering
digunakan seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap/pada hidupnya.
 Gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik,
psikologik dan sosial budaya. Gejala ini karena adanya dekompensasi dari proses adaptasi
dan terdapat terutama pada pikiran perasaan dan perilaku.
 Gejala ini sebagai pola reaksi manusia yang dicetuskan oleh faktor Stressor
ORGAN JIWA
• Kepribadian
• Psikomotor
• Persepsi
• Pikiran
• Affek
• Kesadaran
• Orientasi
• Memeori
• Inteleqensi
KEPRIBADAN
 Kepribadian ditunjukkan pada keseluruhan pola pikiran,perasaan dan perilaku yang
sering digunakan seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus
terhadap/pada hidupnya.
 Gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik,
psikologik dan sosial budaya. Gejala ini karena adanya dekompensasi dari proses
adaptasi dan terdapat terutama pada pikiran perasaan dan perilaku.
 Gejala ini sebagai pola reaksi manusia yang dicetuskan oleh faktor Stressor
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas
KESEHATAN JIWA
II. Alasan Masuk
III. Faktor Presipitasi
IV. Faktor Predisposisi
V. Status Mental
VI. Fisik
VII.Psikososial
VIII.Aktifitas Sehari-Hari (ADL)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IX. Mekanisme Koping
KESEHATAN JIWA
X. Masalah Psikososial dan Lingkungan
XI. Pengetahuan
XII.Aspek Medik
XIII.Daftar Masalah Keperawatan
XIV.Analisa Data
XV. Pohon Masalah
XVI.Daftar Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
DITETAPKAN
1. Gangguan konsep ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham
5. Resiko Perilaku kekerasan
6. Resiko bunuh diri
7. Defisit perawatan diri
I. IDENTITAS

1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak


dengan klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan
perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan.
2. Usia dan No. RM --- Lihat RM
3. Alamat
4. Pekerjaan
5. Mahasiswa menuliskan sumber data / informan
II. ALASAN MASUK

Tanyakan kepada klien/keluarga :


1.Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke Rumah
Sakit saat ini?
2.Bagaimaa gambaran gejala tersebut ?
III. FAKTOR PRESIPITASI

1.Tanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat


ini
2.Tanyakan penyebab munculnya gejala tersebut.
3.Apa saja yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi
masalah ini ?
4.Bagaimana hasilnya ?
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
A. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
1. Tanyakan kepada klien / keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu, bila ya beri tanda √ pada kotak ya dan bila tidak beri tanda √ pada kotak
tidak
2. Apabila pada poin 1 ya, maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
Apabila dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa ada gejala-gejala gangguan jiwa
maka beri tanda √ pada kotak berhasil. Apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada
gejala-gejala sisa maka beri tanda √ pada kotak kurang berhasil. Apabila tidak ada
kemajuan atau gejala-gejala bertambah atau menetap maka beri tanda √ pada kotak
tidak berhasil.
Tanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan fisik / penyakit termasuk
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
NEXT… FAKTOR PREDISPOSISI
B. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami
dan atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Beri tanda √
sesuai dengan penjelasan klien / keluarga apakah klien sebagai pelaku dan
atau korban, dan atau saksi, maka beri tanda 4 pada kotak pertama. Isi
usia saat kejadian pada kotak ke dua. Jika klien pernah mengalami pelaku
dan jelas tentang kejadian yang dialami klien
2. Tanyakan pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan baik bio,
psiko, sosio, kultural, spiritual seperti (kegagalan, kehilangan / perpisahan /
kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien
pada masa lalu
3. Bagaimana kesan kepribadian klien ?
NEXT… FAKTOR PREDISPOSISI
C. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tanyakan kepada klien / keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa, jika ada beri tanda √
pada kotak ya dan jika tidak beri tanda √ pada kotak tidak.
Apabila ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan
jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan klien dengan anggota
keluarga terdekat. Tanyakan apa gejala yang dialami serta
riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada
anggota keluarga tersebut. Masalah keperawatan ditulis sesuai
dengan data
V. STATUS MENTAL (12 POINT)
1. Penampilan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
1) Penampilan tidak rapi jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapi.
2) Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
3) Penggunaan pakaian tidak sesuai. Misalnya : pakaian dalam dipakai di luar baju
4) Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tempat, identitas, situasi/kondisi)
5) Jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
NEXT… STATUS MENTAL
2.Kesadaran
Kwantitatif/penurunan kesadaran
Compos mentis : Sadarkan diri
Apatis : Individu mulai mengantuk acuh tak acuh terhadap rangsang
yang masuk, diperlukan rangsang yang kuat untuk menarik perhatian
Somnolensia : Jelas sudah mengantuk, diperlukan rangsang yang
kuat lagi untuk menarik perhatian
Sopor : Ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang
Subkoma dan koma : Tidak ada respon terhadap rangsang yang keras
NEXT… STATUS MENTAL
Kwalitatif
a. Tidak berubah : Mampu mengadakan hubungan dan pembatasan
dengan lingkungannya dan dirinya (sesuai dengan kenyataan)
b. Berubah : Tidak mampu mengadakan hubungan dan pembatasan dengan
lingkungannya dan dirinya pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan
c. Gangguan tidur : Dapat berupa insomnia, somnambulisme, nightmare,
narkolepsi
d. Meninggi : Keadaan dengan respon yang meninggi terhadap rangsang
seperti suara terasa lebih keras, warna terlihat lebih tenang dll
e. Hipnosa : Kesadaran yang sengaja diubah menurun / menyempit
f. Disosiasi: Tingkah laku/kejadian yang memisahkan dirinya secra
psikologik dengan kesadarannya contoh : trans, fugue dll
NEXT… STATUS MENTAL

3. Orientasi waktu, tempat dan orang jelas


Jelaskan data objektif dan subjektif terkait hal-hal
diatas
Masalah keperawatan sesuai dengan data
NEXT… STATUS MENTAL
4. Aktifitas Motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
Kelambatan
1) Hipokinesa, hipoaktifitas : gerakan atau aktivitas yang berkurang
2) Sub stupor katatonik : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang
gerakan dan aktivitas menjadi lambat
3) Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu
juga bila hendak diubah orang lain
4) Flexibilitas serea : mempertahankan posisi yang dibuat orang lain
Peningkatan
• Hiperkinesa, hiperaktivitas : gerakan atau aktivitas yang berlebihan
• Gaduh gelisah katonik : aktivitas motorik yang tidak bertujuan yang berkali-kali seakan tidak dipengaruhi
rangsang luar
• Tik : gerakan involunter sekejap dan berkali-kali mengenai sekelompok oto yang relatif kecil
• Grimase : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol
• Tremor : jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjujurkan tangan
• Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti berulangkali mencuci tangan, mencuci muka,
mandi, mengeringkan tangan
• Mannerism : pergerakan yang stereotipe dan testris (seperti bermain sandiwara)
• Ekhopraksia : meniru gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
• Verbegerasi : berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang tidak tercantum
5. Afek Emosi
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
• Adekuat : afek emosi yang sesuai dengan stimulus yang ada
• Inadekuat : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada
• Datar/dangkl : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan
• Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat
• Labil : emosi yang cepat berubah-ubah
• Anhedonia : ketidak mampuan merasakan kesenangan
• Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan
• Eforia : rasa gembira yang berlebihan
• Ambivalensi : afek emosi yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap seseorang, obyek atau sesuatu hal.
• Apati : berkurangnya afek emosi terhadap sesuatu atau semua hal disertai rasa terpencil dan tidak peduli
• Marah : sudah jelas
• Depresif/sedih : seperti perasaan susah, tak berguna, gagal, putus asa dsb
• Cemas : perasaan khawatir yang tidak jelas obyeknya, sebutkan tingkatnya
NEXT… STATUS MENTAL
6. Persepsi
1) Apakah ada halusinasi ? kalau ada termasuk jenis apa ?
2) Apakah ada ilusi ? kalau ada deskripsikan
3) Jenis-jenis halusinasi sudah jelas
4) Jelaskan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi
5) Masalah keperawatan sesuai dengan data
6) Apakah ada depersonalisasi : perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
pribadinya tidak seperti biasanya, tidak menurut kenyataan.
7) Derealisasi : perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut kenyataan
NEXT… STATUS MENTAL

7. Proses Pikir
1) Arus Pikir
2) Isi Piker
3) Bentuk Pikir
1). ARUS PIKIR
• Koheren : kalimat / pembicaraan dapat dipahami dengan baik
• Inkoheren : kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit dipahami
• Sirkumstansial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan
• Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
• Asosiasi longgar : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, dan klien tidak
menyadarinya
• Flight of Ideas : pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik lainnya masih ada hubungan yang tidak logis
dan tidak sampai pada tujuan
• Bloking : pembicaraan terhenti tiba0tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali
• Perseverasi : berulang-ulang menceritakan sesuatu ide, tema secara berlebihan
• Logorea : pembicaraan cepat tidak terkontrol
• Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum
• Irelevansi: ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan
• Assosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi
• Main kata-kata : membuat sajak secara tidak wajar
• Afasi : bisa sensorik (tidak mengerti pembicaraan orang lain), motorik (tidak bisa atau sukar berbicara)
2) ISI PIKIR
• Obsesi : pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha menghilangkannya
• Phobia : ketakutan yang phatalogis / tidak logis terhadap obyek / situasi tertentu
• Ekstasi : kegembiraan yang luar biasa
• Fantasi : isi pikiran tentang sesuatu keadaan atau kejadian yang diinginkan
• Bunuh diri : ide bunuh diri
• Ideas of reference : pembicaraan orang lain, benda-benda atau sesuatu kejadian
yang dihubungkan dengan dirinya.
• Pikiran Magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil / diluar kemampuannya
NEXT ISI PIKIR
• Pikiran Magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil / diluar kemampuannya
• Preokupasi: pikiran yang terpaku pada satu ide
• Alienasi : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing
• Rendah diri : merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan diri sendiri
tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukan
• Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam
hidupnya
WAHAM ---- >(ISI PIKIR)
Agama : Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
Somatik / hipokondrik : Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakansecara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan
Kebesaran: Klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Curiga : Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
Nihilistik: Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal yang dinyatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Kejaran : Yakin bahwa ada orang / kelompok yang mengganggu, dimata-matai atau kejelekan sedang
dibicarakan orang banyak
Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar yang tidak bisa diampuni
NEXT WAHAM
Waham Bizar
Sisip pikir : Klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disispkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
Siar pikir : Klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang
tersebut yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan
Kontrol pikir : Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar
3) BENTUK PIKIR
a.Realistik: cara berpikir sesuai kenyataan / realita yang ada
b.Nonrealistik : cara berpikir yang tidak sesuai dengan
kenyataan
c.Autistik : cara berpikir berdasarkan lamunan / fantasi /
halusinasi / wahamnya sendiri
d.Dereistik : cara berpikir dimana proses mentalnya tidak ada
sangkut pautnya dengan kenyataan, logika, atau pengalaman.
8. MEMORI
DATA DIPEROLEH MELALUI WAWANCARA

• Gangguan daya ingat jangka panjang : Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi
lebih dari satu bulan
• Gangguan daya ingat jangka pendek : Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi
dalam minggu terakhir
• Gangguan daya ingat saat ini : Tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi
• Amnesia : Sebutkan macamnya Amnesia retrograde / anterograde
NEXT… MEMORI
Paramnesia : Ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali
contoh :
De javu : Seperti sudah pernah melihat sesuatu tetapi
sebenarnya belum
Jamais vu : Seperti belum pernah melihat sesuatu tetapi
sebenarnya sudah
Konfabulasi : Secara tidak sadar mengisi lubang-lubang dalam
ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan
Fasse reconaisance : Pengelan kembali yang keliru, merasa bahwa itu
benar tetapi sesungguhnya tidak benar
Hipermnesia : Penahanan dalam ingatan dan pemanggilan kembali yang
berlebihan
9. TINGKAT KONSENTRASI HITUNG
Data diperoleh melalui wawancara
a.Mudah dialihkan : Perhatian klien mudah berganti dari satu
obyek ke obyek lain
b.Tidak mampu berkonsentrasi : Klien selalu minta agar
pertanyaan diulang / tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan
c.Tidak mampu berhitung : Tidak dapat melakukan penambahan /
pengurangan pada benda-benda nyata
10. KEMAMPUAN PENILAIAN
a) Gangguan kemampuan penilaian ringan :
Dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan
orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk
memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi. Jika diberi oenjelasan, klien dapat mengambil keputusan
b) Gangguan kemampuan penilaian bermakna :
Tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu orang
lain. Contoh : berikankesempatan pada klien untuk memilih
mandi dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien masih
tidak mampu mengambil keputusan
11. DAYA TILIK DIRI / INSIGHT
a.Mengingkari penyakit yang diderita : Tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
pertolongan
b.Menyalahkan hal-hal diluar dirinya :
Menyalahkan orang lain / lingkungan yang
menyebabkan kondisi saat ini
12. INTERAKSI SELAMA
WAWANCARA
a.Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah
jelas
b.Kontak mata kurang : tidak mau menatap lawan bicara
c. Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat
dan kebenaran dirinya
d.Curiga : menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya
pada orang lain
VI. FISIK
• Pengkajian fisik difokuskan pada sistem fungsi organ :
a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
klien
b) Ukur tinggi badan dan berat badan klien
c) Tanyakan apakah, berat badan naik atau turun dan beri tanda √ sesuai hasil
d) Tanyakan kepada klien / keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh
klien, bila ada beri tanda √ di kotak ya dan bila tidak beri tanda √ pada kotak
tidak
e) Kaji/lakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan
jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada
f) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada
VII. PSIKOSOSIAL

1. Konsep Diri
2. Genogram
3. Hubungan Sosial
4. Spiritual
1. KONSEP DIRI
a) Citra tubuh :
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai
b) Identitas diri, tanyakan tentang :
Status dan posisi klien sebelum dirawat
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok)
Kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan
c) Peran :
Tugas / peran yang diemban dalam keluarga / kelompok / masyarakat
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran tersebut
a. Ideal diri : Tanyakan,
 Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas / peran
 Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempot kerja, masyarakat)
 Harapan klien terhadap penyakitnya
b. Harga diri : Tanyakan,
 Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2a, b, c, d
 Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
2. GENOGRAM
• Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam
kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta
bantuan atau sokongan
b. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat
c. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam
kelompok di masyarakat
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
4. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang,
 Pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut
 Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jia

b. Kegiatan ibadah : Tanyakan,


 Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok
 Pendapat klien/keluarga tentang kegiatan ibadah
VIII. AKTIFITAS SEHARI-HARI
(ADL)
• Makan
• BAB/BAK
• Mandi
• Berpakaian
• Istirahat / Tidur
• Penggunaan obat
• Pemeliharaan Kesehatan
• Aktifitas Di Dalam Rumah
• Aktifitas Di Luar Rumah
IX. MEKANISME KOPING
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda √ pada kotak koping
yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
X. MASALAH-MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki
klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
XI. PENGETAHUAN
Data didapatkan melalui wawancara pada klien . Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan
dalam masalah.
XII. ASPEK MEDIK
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan obat-
obatan klien saatini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu subyektif dan data objektif
2. Buat pohon masalah dari data yang telah dirumuskan
XIV. ANALISA DATA
Tulis dan kelompokkan data subyektif dan obyektif serta masalah apa yang timbul
XV. POHON MASALAH
XVI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Rumuskan diagnosis dengan rumusan P (permasalahan) dan E (Etiologi)
berdasarkan pohon masalah.
 Urutkan diagnosis sesuai dengan prioritas.
 Pada akhir pengkajian, tulis tempat dan tanggal pengkajian serta tanda tangan
dan nama jelas mahasiswa.
ANALISA DATA
• Data hasil pengkajian dianalisa untuk merumuskan diagnosa
keperawatan.
• Jenis masalah keperawatan:
• Aktual: ada data here and now
• Risiko: belum terjadi. Mungkin terjadi jika tdk diintervensi.
• Potensial: kemungkinan peningkatan status kesehatan atau
kesejahteraan klien
• Rumusan baku: standar NANDA
RUMUSAN BAKU MASALAH
• Aktual:
• Label:
• gangguan …,
• Risiko: risiko …
• Potensial: potensial …
MERUMUSKAN DX
KEPERAWATAN
• Menyusun masalah-masalah dalam pohon masalah.
• Cara menyusun Pohon Masalah:
• Tetapkan masalah utama
• Penyebab
• Akibat
MENETAPKAN MASALAH UTAMA
(CORE PROBLEM):
• Masalah aktual.
• Keluhan utama/ alasan masuk.
• Masalah paling membahayakan jiwa.
• Masalah paling dominan.
POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan Akibat

Halusinasi: pendengaran Masalah utama (CR)

Isolasi sosial penyebab

Berduka
disfungsional
RUMUSAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
• Pernyataan tunggal.
• Sesuai pernyataan NANDA
• Contoh:
• Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar.
• Gangguan proses pikir: waham kebesaran.
• Kerusakan komunikasi verbal
• Isolasi sosial
PENERAPAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN
• Hasil Konas II di Yogya ditetapkan Standar Proses Keperawatan yang baru yaitu
Pendekatan Diagnosa Keperawatan dengan Rumusan Tunggal.
• Rumusan diagnosa lama adalah gabungan problem, etiologi, tanda dan gejala.
• Contoh : Lama : Gg Konsep Diri : HDR.
Baru : HDR Kronik/Situasional
CONTOH RUMUSAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
No Diagnosa Lama Diagnosa Baru
1 Risiko mencederai diri sendiri, orang Resiko Perilaku Kekerasan
lain, dan lingkungan b.d.
halusinasi dengar
2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi Gangguan sensori persepsi :
dengar b.d. menarik diri halusinasi

3. Isolasi sosial: menarik diri b.d. harga Isolasi Sosial


diri rendah kronik
4. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Harga diri Kronik atau
rendah Harga diri Situasional
5. Risiko mencederai diri sendiri : Bunuh Risiko Bunuh Diri
Diri
STANDAR RUMUSAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN MELALUI TAHAPAN
1. Analisa Data subjektif dan objektif untuk merumuskan Diagnosa
keperawatan.
2. Mangacu pada Nanda : 10 Dioagnosa :
1). PK 7). Defisit PD
2). Halusinasi 8). Koping Kel.
3). Isolasi Sosial 9). Penatalaksanaan
4). Waham 10). Anxietas
5). HDR 11). Ktdk Berdayaan
6). Risiko Bunuh Diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah kesehatan
jiwa pada anak /
remaja : Masalah kesehatan
• Depresi jiwa pada usia
• Perilaku kekerasan dewasa
• Harga diri rendah
• Perilaku kekerasan
• Risiko bunuh diri
• Isolasi sosial
• Halusinasi
• Waham Masalah
• Defisit perawatan kesehatan jiwa
diri pada Lansia :
• Demensia
• Depresi
RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
• Dx keperawatan.
• Tujuan Umum dan Tujuan Khusus.
• Kriteria Evaluasi.
• Intervensi.
• Rasional (untuk perawat klinik tdk perlu ada).
TUJUAN
• Merupakan tujuan klien
• Syarat: SMART
• Specific
• Measurable
• Achievable
• Realistic
• Time
• Rumusan: Klien dapat/mampu …
TUJUAN
• Tujuan Umum: pernyataan teratasinya masalah.
• Tujuan Khusus:
• Tahapan teratasinya masalah
• Terdiri:
• Membina hubungan saling percaya
• Perilaku kognitif
• Perilaku afektif
• Perilaku psikomotor
• Dukungen keluarga
• Penggunaan obat
KRITERIA EVALUASI
• Kriteria hasil; indikator pencapaian masing-masing tujuan khusus.
• Unsur: jangka waktu + uraian perilaku yg dapat diobservasi sebagai
indikator tercapainya tujuan khusus.
• Masing-masing TUK memiliki Kriteria Evaluasi
INTERVENSI
• Daftar tindakan keperawatan untuk mencapai masing-masing tujuan
khusus.
• Rumusan: kalimat perintah
• Masing-masing TUK memiliki serangkaian tindakan keperawatan
yang secara rasional dapat menjamin tercapainya tujuan tersebut.
• Tindakan untuk klien secara pribadi, kelompok, maupun untuk
keluarga
RASIONAL
• Alasan ilmiah untuk masing-masing intervensi.
• Bentuk akuntabilitas perawat terhadap setiap rancangan
tindakan keperawatan.
• Berdasarkan teori/konsep atau hasil penelitian
• Dalam praktek klinik perawat profesional ada sebagai
keterampilan intelektual.
FOKUS:
INDIVIDU: KELUARGA
Peningkatan Pemberdayaan
keterampilan dalam keluarga dalam
ADL & keterampilan merawat pasien &
koping adaptif dalam mensosialisasikan
mengatasi masalah pasien dengan
lingkungan

KELOMPOK
KOMUNITAS
Kegiatan kelompok
Peningkatan kesadaran masyarakat
dalam rangka sosialisasi
tentang kes jiwa & gangguan jiwa,
agar pasien mampu
menggerakkan sumber-sumber
beradaptasi dengan
yang ada di masyarakat yang dapat
lingkungan
dimanfaatkan oleh pasien &
keluarga
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Standar Asuhan
Keperawatan Keperawatan Kes jiwa

Tindakan Psikoterapeutik:
• Komunikasi teurapeutik
• Penkes ttg prinsip-prinsip kes
jiwa & ggn jiwa
• Perawatan mandiri
• Terapi modalitas
• Tindakan kolaborasi
IMPLEMENTASI
• Penerapan intervensi kepada klien langsung.
• Disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien.
• Dalam keperawatan jiwa dilakukan dengan pendekatan komunikasi
terapeutik.
• Pendokumentasian:
• Tanggal, waktu tindakan diterapkan.
• Tindakan yang telah dilaksanakan; dengan kalimat berita.
• Menulis yang telah dikerjakan.
EVALUASI
• Asesment ulang setelah tindakan dilaksanakan.
• Identifikasi respon klien setelah tindakan dilaksanakan.
• Dibandingkan dengan TUK; menilai tercapai atau tidak.
• Pendokumentasian:
• SOAP
SOAP
• S: respon subyektif setelah tindakan; ungkapan verbal
klien
• O: respon obyektif setelah tindakan; respon non verbal
klien.
• A: assesment; penilaian/pembandingan respon klien
dengan TUK
• P: planning lanjutan dengan memperhatikan respon
klien yang muncul terhadap tindakan yg telah
dilaksanakan:
• Untuk perawat
• Untuk klien
•ANALISA PROSES
INTERAKSI
PENGERTIAN

• Analisa proses interaksi (API) (the interactional


process analysis) merupakan alat kerja yang
dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami
interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
TUJUAN API

• Meningkatkan kemampuan mendengar


• Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
• Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat
(mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor /
pembimbing untuk memberi arahan
• Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah
perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
• Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan
API

• Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan


dan tim kesehatan
• Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah
pola perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.
• Ada 3 macam catatan :
- Catatan perkembangan (proses keperawatan)
- Catatan hubungan perawat-klien
- Catatan resume
API
• Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat
berhubung individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas
keperawatan.
• Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
- Video tape; tape recording
- Catatan secara garis besar
- Catatan interaksi
• Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat
(mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan
klien.
• Semua pasien dapat dilakukan API
KOMPONEN API

1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien


2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang
dapat dilakukan perawat
3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi
5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1
sampai dengan 4
6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan
API

Inisial klien :
Nama mahasiswa :
Status interaksi perawat-klien :
Tanggal :
Lingkungan :
Jam :
Deskripsi klien :
Ruang :
Tujuan (berorientasi pada klien):
API

KOMUNIKASI KOMUNIKASI ANALISA ANALISA RASIONAL


VERBAL NON VERBAL BERPUSAT PADA BERPUSAT PADA
PERAWAT KLIEN

P :........... P:................... P:................... .......................


K:................... K:..................

K:............... P:.................... P:...................


K:................... K:..................

P :........... P:................... P:................... ........................


K:................... K:..................

DST
KETERANGAN

1. Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap


2. Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3. Lingkungan :
- Tempat interaksi
- Situasi tempat interaksi
- Posisi mahasiwa dan klien
4. Deskripsi klien : penampilan umum klien.
5. Tujuan :
• Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
• Tujuan ini berpusat pada klien
• Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6. Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7. Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat
bicara atau saat mendengar
8.Analisa berpusat pada perawat :
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :
a. Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan untuk
menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul.
b. Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri
c. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan
d. Tujuan interaksi
· Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?
· Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
· Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
· Bagaimana proses ?
9.Analisa berpusat pada klien :
Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :
a. Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien
b. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan
c. Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan
perasaan klien, bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat
d. Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru
terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat klien dari teori.
10. Alasan teori (rasional)
Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal : berikan
alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan
tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan
tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori
adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.
TUGAS KELOMPOK
1. Askep Perilaku Kekerasan
2. Askep Isolasi sosial
3. Askep Halusinasi
4. Askep Waham
5. Askep HDR
• Sisitamtika :
• Bab 1 : Pendahuluan
• Bab 2 : Tinjauan Pustaka
• Bab 3 : Konsep Asuhan Keperawatan
• Bab 4 : Contoh kasus dan pembahasan
• Bab 5 : Simpulan dan Saran
• Lampiran : Strategi pelaksanan tindakan keperawatan
• Daftar pustaka
• Dikumpulkan tanggal 4 desember 2018
TOPIK 10-13
• Seminar kasus :
1. Askep Perilaku Kekerasan
2. Askep Isolasi sosial
3. Askep Halusinasi
4. Askep Waham
5. Askep HDR
RENTANG SEHAT-SAKIT JIWA
Respon
Respon Adaptif
Maladaptif
Sehat Jiwa Masalah Psikososial Gangguan Jiwa

Pikiran Logis Pikiran kadang menyimpang Waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi Emosional Ketidakmampuan mengendalikan


emosi

Perilaku sesuai Perilaku kadang tidak sesuai Perilaku kacau

Hubungan sosial memuaskan Menarik diri Isolasi sosial


• TOPIK kasus
• ASUHAN KEPERAWATAN PADA PESIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH
•TOPIK kasus
•ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
•TOPIK 8
•ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI
HALUSINASI
•TOPIK kasus
•ASUHAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN
•TOPIK kasus
•ASUHAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
•TOPIK kasus
•ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI
•TOPIK kasus
•ASUHAN KEPERAWATAN
WAHAM
•Berduka
MIND MAPING BERDUKA

Perilaku : menangis, marah


putus asa, destruktif diri
dan OL
TOPIK 14-18
• Praktikum :
• Penerapan strategi pada kasus :
1. Askep Perilaku Kekerasan
2. Askep Isolasi sosial
3. Askep Halusinasi
4. Askep Waham
5. Askep HDR
6. Askep RBD
TOPIK 7
COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING
• CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan
paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap
stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan.
• Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang bekerja dimasyarakatdan
bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran
serta masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para
tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Depkes, 2006).
TOPIK 9
KEDARURATAN PSIKIATRI
• Beberapa gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan-tindakan
yang membutuhkan intervensi terapeutik segera.
• Skope luas dari praktek psikiatri umum sampai dengan masalah spesifik
seperti penyalahgunaan zat, penganiayaan anak, pasangan; perilaku
kekerasan (suicide, homicide, perkosaan), dan isu sosial (gelandangan,
penuaan, kemampuan, AIDS).
SETTING PENANGANAN

• Perlu ruang khusus gawat darurat psikiatri


• Kemanan dan rasa aman jadi prioritas
• Jumlah staf yang cukup sepanjang waktu (Psikiater, perawat, asisten, dan
pekerja sosial)
• Tersedia petugas bantuan jika sewaktu-waktu diperlukan.
• Tanggung jawab khusus dijelaskan.
• Komunikasi yang jelas dan garis komando otoritas sangat penting.
• Tim multidisiplin sangat perlu.
SETTING PENANGANAN

• Anak dan remaja ditangani diruang pediatri


• Ada akses segera ke gawat darurat medis
• Langkah-langkah penanganan hrs sdh distandarkan sejak klien datang
• Klien yg agitasi dan mengancam ditangani lebih dahulu
• Ruang isolasi dan pengikatan ditempatkan dekat dengan nursing station untuk memudahkan
pengawasan
PENGKAJIAN

• Tujuan pengkajian: menilai keadaan krisis yang dialami oleh klien secepat mungkin.
• Shg dapat menetapkan diagnosis, mengidentifikasi etiologi, dan kebutuhan yg hrs dipenuhi
dengan segera untuk ditangani segera atau perlu dirujuk.
• Standar pengkajian: wawancara riwayat, pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik
lengkap, test diagnostik
TRIAGE
• Langkah-langkah:
• Menentukan: keluhan utama, kondisi
klinis, dan tanda-tanda vital
• Wawancara dg pengantar: keluarga,
petugas GD (mis 118), aparat (polisi,
RT/RW)
• Hasil triage:
• Emergency (gawat darurat)
• Urgent
• Non urgent
5 PERTANYAAN PENGKAJIAN
1. Apakah klien aman berada di UGD?
2. Apakah masalahnya organik, fungsional, atau kombinasi?
3. Apakah klie mengalami psikotik?
4. Apakah klien suicide atau homicide?
5. Sejauh mana kemampuan merawat diri (ADL)?
APAKAH KLIEN AMAN?

• Tatanan fisik ruangan


• Pola dan komunikasi antar staf
• Jumlah klien
• Kemanan fisik dan emosional menjadi pertimbangan pertama
• Jika intervensi verbal gagal, pertimbangkan pemberian obat dan pengikatan
GANGGUAN ORGANIK ATAU
FUNGSIONAL?
• Penyakit tertentu dpt berimplikasi pada kondisi mental: Thypoid fever, DM, penyakit tiroid,
intoksikasi akut,putus zat, AIDS, trauma kepala.
• Ganggun jiwa bisa berimplikasi gg fisik: TBC, defisiensi vitamin, kerusakan integritas kulit
• Psikiater menentukan kondisi klien.
PSIKOSIS?

• Jika klien psikosis tentukan tingkat keparahan dan perubahan yang


dialami dalam kehidupannya.
• Parameter penting lain: tingkat gg orientasi realita, kondisi afek, fungsi
intelektual, tingkat regresi
• Klien agitasi mungkin tdk patuh
• Kluin paranoid mungkin mencurigai penanganan yg diberikan
• Klien halusinasi mungkin mengingkari
• Perawat harus mampu membina hubungan saling percaya
SUICIDE ATAU HOMICIDE?

• Suicide:
• Ancaman
• Isyarat
• Pikiran
• Percobaab
• Homicide: hati-hati terhadap perilaku kekerasan
TINGKAT SELF CARE?

• Tentukan tingkat pengabaian diri.


• Dinilai bagaimana kemampuan
klien menolong dirinya sendiri.
• Beri intervensi yang diperlukan
ALUR PROSES PSYCHIATRIC EMERGENCY
Datang sendiri Polisi / ambulance
Rujukan dr RS lain

UGD
Nursing Triage
Vital signs
Riwayat
Psychiatric triage
Medical ER
Klasifikasi status GD
Ambulatory service
Specialty consultants Psychiatric evaluation
Social services

Medical evaluation

Extended observation
Rawat Inap
TREATMENT

• Pemberian obat hrs hati-hati


• Anti psikotik dengan dosis cukup
• Benzodiazepines: short acting, perlu kombinasi dengan yang long acting
• Pemberian intra vena bisa bahaya krn klien agitasi
• Perhatikan universal precaution ~ HIV
MEDIKASI ATAU PENGEKANGAN
• Prinsip: maximum tranqualization with minimum
sedation
• Tujuan:
• Klien dpt mengendalikan diri kembali
• Mengurangi/menghilangkan penderitaannya
• Agar evaluasi dapat berlanjut sampai dapat disimpulkan
• Medikasi:
• Low dose high potency antipsychotics
• Atypical antipsichotic
• Benzodiazepines
PENGEKANGAN ATAU PEMBERIAN
OBAT DILAKUKAN BILA:

• Gelisah
• Ancaman tindak kekerasan
• Sangat diorganized
• Sudah dilakukan intervensi verbal
namun tak berhasil
RAWAT, BILA:

• Membahayakan diri atau lingkungan


• Perawatan di rumah tidak mmemadai.

• OBSERVASI: ke Intermediate ward


DOKUMENTASI

• Semua penemuan dan tindakan harus


didiskusikan dan dicatat dengan baik.
• Untuk kepentingan:
• Klien
• Tenaga kesehatan
• Asuransi/pembayaran
• Hukum+
TINDAK KEKERASAN
• Agresi fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lainnya.
• Dapat karena:
• Gangguan psikiatrik (termasuk karena
kondisi medik umum, Gangguan
Kepribadian)
• Tidak dapat mengatasi tekanan hidup
sehari-hari dengan cara yang lebih baik
• Perlu intervensi perilaku, farmakologis dan psikososial.
TANDA-TANDA ETIOLOGI KONDISI
MEDIK UMUM
• Kondisi medik serius yg mempengaruhi fungsi otak, terutama
pada lansia
• Penggunaan obat-obatan yg mempengaruhi fungsi otak,
terutama lansia
• Riwayat penyalahgunaan zat (intoksikasi, gejala putus zat
alkohol, benzodiazepines, opioid)
• Awitan mendadak
• Belum ada riwayat agitasi sebelumnya
• Gangguan fungsi kognitif (orientasi, perhatian, kewaspadaan,
memori segera dan jangka pendek)
• Halusinasi ‘tidak khas’ (visual), ada tilikan
TANDA-TANDA BUKAN DISEBABKAN
KONDISI MEDIK UMUM:
• Riwayat gangguan psikiatrik
• Riwayat agitasi yg berhubungan dengan
dekompensasi karena gangguan psikiatrik
• Riwayat ketidakpatuhan terhadap terapi
psikiatrik
• Halusinasi ‘khas’ (auditorik), waham
paranoid, tidak ada tilikan akan kondisinya
GANGGUAN PSIKIATRIK YG
BERKAITAN DG TINDAK KEKERASAN:

• Gangguan psikotik
• Intoksikasi zat
• Gejala putus zat alkohol dan hipnotik sedatif
• Depresi agitatif
• Gangguan kepribadian yg ditandai dengan kemarahan atau
kurang pengendalian impuls
• GMO, terutama lobus frontalis dan temporalis otak
STRATEGI PERILAKU
(BEHAVIORAL)
• Sikap suportif
• Tdk mengancam
• Tegas, beri batasan jelas bahwa tindak kekerasan tidak dapat diterima
• Tenangkan klien, berikan rasa aman
• Tunjukkan dan tularkan sikap tenang serta penuh kontrol
• Jangan memaksa atau menyuruh klien minum obat untuk membantunya
tenang, atau kalau perlu dikekang
STRATEGI SELAMA
PEMERIKSAAN:
• Lindungi diri Anda, JANGAN:
• Mewawancarai klien yang bersenjata
• Memeriksa klien sendirian dalam ruang tertutup, ruangan yang ada benda-benda yang dapat
digunakan sebagai senjata
• Duduk terlalu dekat
• Membelakangi klien
• Memakai sesuatu yang dapat membahayakan Anda (kalung, dasi, selendang)
• Menantang atau menyangkal klien
• Perhatikan tanda-tanda munculnya kekerasan
• Jumlah staf harus mencukupi, kadang show of force dapat mencegah tindak
kekerasan
PENATALAKSANAAN
• Setelah diagnosis dibuat, evaluasi risiko bunuh diri dan cegah tindak
kekerasan berikutnya
• Eksplorasi kemungkinan intervensi sosial
• Observasi terus-menerus. Rawat?
• Bila bahaya tindak kekerasan berlanjut, calon korban perlu diberitahu.
MEDIKASI
• Tergantung diagnosis/penyebab dasar
• Benzodiazepin: Lorazepam 2 mg p.o.atau IM
• Low dose high potency antipsychotics: Haloperidol 5-10 mg p.o.
(tab/liq) atau IM
• Atypical antipsychotics
• Risperidone 2-4 mg p.o. (tab/liq)
• Olanzapine 20 mg p.o. (tab/btk mudah larut)
• Kombinasi benzodiazepin + anti psikotik
BENZODIAZEPINE SAJA BILA:
• Dx belum pasti
• Agitasi karena PTSD (Post Traumatic stress
Disorder)
• Agitasi krn Gangguan kepribadian
• Depresi psikotik
• Agitasi akibat kondisi medik umum atau
intoksikasi zat umumnya
ANTI PSIKOTIK, UNTUK:
• Depresi psikotik
• Skizofrenia
• Manik
BUNUH DIRI
Tema Utama:
• Krisis yang menebabkan penderitaan mendalam disertai perasaan tak berdaya dan tak ada
harapan
• Konflik antara keinginan untuk bertahan dengan stress yang tak tertanggungkan
• Persepsi bahwa ia tak punya pilihan
• Keinginan untuk melepaskan diri dari masalah
PANDUAN WAWANCARA DAN
PSIKOTERAPI BD
• Tanyakan langsung tentang ide bunuh diri
• Pertimbangkan usia kecanggihan pikiran klien
• Selidiki;
• Apakah sdh ada alat atau cara?
• Apakah sudah mengambil langkah-langkah aktif?
• Apakah bisa membayangkan atau memikirkan bahwa kehidupan dapat membaik?
• Jika tidak, apakah tidak ada harapan lagi?
• Jika ya, apakah ketakutannya rasional?
• Jika klien tdk kooperatif, cari data dari org-org penting dalam kehidupannya
EVALUASI DAN
PENATALAKSANAAN BD
• Jangan tinggalkan klien sendiri, singkirkan benda-benda yg
membahayakan
• Evaluasi apakah tindakannya direncanakan atau impulsif, tkt
lethalitasnya, kemungkinan dipergoki, reaksi klien ketika diselamatkan,
apakah faktor pendorong tindakan itu sdh berubah.
• Terapi sesuai diagnosis dasar
• Bantu untuk atasi krisis
• Rawat inap bagi yang cenderung dan punya kebiasaan melukai diri
sendiri
PSIKOFARMAKA BD
• Untuk atasi krisis yg baru: benzodiazepin, selama 2 minggu
• Jangan berikan obat dalam jumlah banyak sekaligus
• Klien harus kontrol dalam beberapa hari
• Anti depresan diberikan sebagai bagian dari terapi selanjutnya (tdk diberikan di UGD)
PSIKIATRIK INTENSIF
CARE UNIT (PICU)
PENGERTIAN
Suatu unit yang memberikan perawatan
khusus kepada pasien-pasien psikiatri yang
berada dalam kondisi membutuhkan
pengawasan ketat
KONDISI PASIEN YANG MASUK PICU

Pasien-pasien dalam kondisi dapat membahayakan


diri sendiri, orang lain dan lingkungan, seperti :
pasien dengan usaha bunuh diri, halusinasi,
perilaku kekerasan, NAPZA, dan waham.
SKALA GAF (GENERAL ADAPTIVE
FUNCTION)
“Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan pasien. Dengan rentang
skor 1 – 30 skala GAF”

Pada keperawatan kategori pasien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi
Adaptif)/ GAFR (General Adaptive Function Response)
GAF 1 - 10

Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan


parah (misalnya kekerasan rekuren) ATAU
ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan
hiegien pribadi yang minimal ATAU tindakan bunuh diri
yang serius tanpa harapan akan kematian yang jelas .
GAF 11 - 20
• Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa
harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kgembiraan manik) ATAU
kadang – kadang gagal untuk mempertahankan hiegien pribadi yang minimal (misalnya
mengusap feses) ATAU gangguan yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren
atau membisu)
GAF 21 - 30
• Perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi ATAU gangguan serius pada komunikasi
atau pertimbangan (misalnya kadang – kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai
preokupasi bunuh diri) ATAU ketidakmampuan untuk berfungsi hamper pada semua bidang
( misalnya tinggal ditempat tidur sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan, rumah atau
teman )
FASE INTENSIF
Fase intensif I (24 jam pertama)
Pasien dirawat dengan observasi,
diagnosa, tritmen dan evaluasi yang ketat.
Hasil evaluasi pasien maka pasien
memiliki 3 kemungkinan yaitu
dipulangkan, dilanjutkan ke fase intensif
II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
FASE INTENSIF
Fase intensif II (24-72 jam pertama)
Perawatan pasien dengan observasi kurang
ketat sampai dengan 72 jam. Hasil evaluasi
maka pasien pada fase ini memiliki 4
kemungkinan yaitu dipulangkan,
dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau
kembali ke ruang fase intensif I.
FASE INTENSIF
Fase intensif III (72 jam-10 hari).
Pasien di kondisikan sudah mulai
stabil, sehingga observasi menjadi
lebih berkurang dan tindakan-
tindakan keperawatan lebih
diarahkan kepada tindakan
rehabilitasi. Fase ini berlangsung
sampai dengan maksimal 10 hari
RUFA PERILAKU KEKERASAN
Domain Rufa 1-10 Rufa 11-20 Rufa 21-30
Pikiran Orang lain jahat, mengancam, melecehkan Orang lain jahat, mengancam, Org lain jahat,
melecehkan mengancam,
melecehkan

Perasaan Labil, mudah tersinggung, ekspressi tegang, Labil, mudah tersinggung, Labil, mudah
marah- marah, dendam, merasa tidak aman. ekspressi tegang,dendam tersinggung,
merasa tidak aman ekspressi
tegang, mrasa
tidak aman
Tindakan Melukai diri sendiri, orang lain,merusak Menentang, mengancam, Menentang
lingkungan, mengamuk, menentang, mata melotot Intonasi sedang,
mengancam, mata meloto menghina org
Bicara kasar, Intonasi sedang,
lain, berdebat
Bicara kasar, intonasi tinggi, menghina orang menghina orang lain,
Pandangan
lain, menuntut, berdebat menuntut, berdebat
tajam, tek drh
Muka merah, Pandangan tajam, napas Pandangan tajam, tek darah menurun
pendek, keringat (+), tekanan darah meningkat
meningkat
INTERVENSI KLIEN PK
Intensif I Intensif II Intensif III
• Kendalikan secara • Dengarkan keluhan • Dengarkan keluhan
verbal pasien tanpa pasien
• Pengikatan ATAU menghakimi • Latih cara
Isolasi • Latih cara fisik mengendalikan
• Psikofarmaka: anti mengendalikan marah dengan cara
psikotik parenteral, marah: nafas dalam verbal, spiritual.
anti ansietas • Beri psikofarmaka: • Pertahankan
antipsikotik pemberian
psikofarmaka oral:
anti psikotik
KEADAAN DARURAT WAHAM
INTERVENSI WAHAM

Intensif I Intensif II Intensif III


• Dengarkan ungkapan • Dengarkan keluhan • Dengarkan keluhan
klien walaupun terkait pasien tanpa menghakimi pasien
wahamnya tanpa • Komunikasi sesuai • Bantu identifikasi
membantah atau kondisi obyektif pasien stimulus waham dan
mendukung • Beri psikofarmaka: usahakan menghindari
• Berkomunikasi sesuai antipsikotik oral stimulus tersebut
kondisi obyektif • Pertahankan pemberian
• Psikofarmaka: anti psikofarmaka oral: anti
psikotik parenteral, anti psikotik
ansietas
RUFA PANIK
Domain Rufa 1-10 Rufa 11-20 Rufa 21-30
Pikiran Tidak mampu Hanya berkonsentrasi pada Konsentrasi berkurang
berkonsentrasi hal tertentu
sedikitpun

Perasaan Teror, Takut Khawatir berat Khawatir

Tindakan Napas pendek, rasa Napas pendek, berkeringat, napas pendek,mulut


tercekik dan palpitasi, tekanan darah naik kering, anoreksia,
nyeri dada, sakit Persepsi sangat sempit, diare/konstipasi
kepala, pucat dan merasa tidak mampu Banyak bicara dan cepat
gemetar menyelesaikan masalah Sering merasa gelisah,
Persepsi sangat kacau, Bicara cepat terkadang gerakan tersentak-
takut menjadi gila, takut blocking sentak (meremas
kehilangan kendali Tegang tangan)
Bloking, berteriak Gelisah, kurang atau sama Adanya perasaan tidak
Ketakutan sekali tak mampu aman
Agitasi, mengamuk, berkonsentrasi Hanya berfokus pada
marah masalahnya
INTERVENSI PANIK
Intensif I Intensif II Intensif III
• Yakinkan pasien • Yakinkan pasien • Dengarkan keluhan
dalam keadaan aman aman pasien
• Reaksi tenang • Respons tenang • Latih cara
• Berikan anti ansietas • Berikan anti ansietas mengendalikan
parenteral oral ansietas dengan
• Ajarkan tentang cara verbal dan spiritual.
relaksasi: nafas • Pertahankan
dalam pemberian
psikofarmaka oral:
anti ansietas
RUFA PANIK
Domain Rufa 1-10 Rufa 11-20 Rufa 21-30
Pikiran Tidak mampu Hanya berkonsentrasi pada Konsentrasi berkurang
berkonsentrasi hal tertentu
sedikitpun

Perasaan Teror, Takut Khawatir berat Khawatir

Tindakan Napas pendek, rasa Napas pendek, berkeringat, napas pendek,mulut


tercekik dan palpitasi, tekanan darah naik kering, anoreksia,
nyeri dada, sakit Persepsi sangat sempit, diare/konstipasi
kepala, pucat dan merasa tidak mampu Banyak bicara dan cepat
gemetar menyelesaikan masalah Sering merasa gelisah,
Persepsi sangat kacau, Bicara cepat terkadang gerakan tersentak-
takut menjadi gila, takut blocking sentak (meremas
kehilangan kendali Tegang tangan)
Bloking, berteriak Gelisah, kurang atau sama Adanya perasaan tidak
Ketakutan sekali tak mampu aman
Agitasi, mengamuk, berkonsentrasi Hanya berfokus pada
marah masalahnya
RUFA HALUSINASI
Do main Rufa 1-10 Rufa 11-20 Rufa 21-30
Pikir-an Tak berdaya, dikuasai Masih tak berdaya Mulai bisa mengontrol diri,
halusinasi masih mengalami hal ttp mulai
bisa mengontrol perilakunya
Afek Sangat labil tergantung Kadang masih labil Labil hanya jika halusinasi
pada halusinasi muncul
Tindakan  Perilaku terteror  Perilaku lebih  Meningkatnya tanda-tanda
semacam panik. dikendalikan oleh isi sistem syaraf terhadap
 Risiko tinggi bunuh diri / halusinasi. ansietas: denyut jantung,
membunuh org lain.  Kesulitan berhub pernafasan, dan tekanan
 Aktivitas fisik hal dengan org lain. darah).
(kekerasan, agitasi,  Rentang perhatian  Perhatian sedikit menyempit.
menarik diri, katatonia) hanya beberapa  Asyik dg pengalaman sensori
 Tak mampu berespon thd detik atau menit. dan blm mampu
perintah yg kompleks
 Gejala fisik seperti membedakan halusinasi dan
 Tak mampu berespon thd
ansietas berat kenyataan
lebih dari 1 org
 Tidak mampu (keringat dingin,
membedakan yg nyata tremor, tak mampu
dan yg tdk nyata mengikuti perintah).
INTERVENSI HALUSINASI INTENSIF I

1. Komunikasi terapeutik
2. Siapkan lingkungan yang aman
3. Menyiapkan lingkungan yang tenang
4. Singkirkan semua benda yang membahayakan
5. Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi medis:
Valium 10 mg IM/IV (golongan benzodiazepin) dan injeksi Haloperidol/
Serenace / Lodomer 5 mg IM (golongan butirofenon). Pemberian dapat
diulang 30- 60 menit. Selain obat injeksi diberikan juga obat peroral
(golongan fenotiazine) seperti Chlorpromazine/largactile/promactile,
biasanya diberikan 3 x 100 mg.
INTERVENSI HALUSINASI INTENSIF I

6. Pantau keefektifan obat dan efek sampingnya


7. Obs perilaku pasien setiap 15’ sekali, catat pe↑ atau pe↓ perilaku
k’ yg berkaitan dg respon fisik, respon kognitif, respon perilaku
dan emosi.
8. Jika k’ tdk terkontrol, mencoba melukai diri sendiri / org lain, dpt
dilakukan pembatasan gerak, jika perilaku masih tdk terkendali
pengekangan (lihat protap pembatasan gerak dan pengekangan
pasien)
9. Bila mungkin bantu k’ mengenal halusinasinya
10. Diskusikan manfaat cara yang digunakan, & beri pujian
INTERVENSI HALUSINASI
INTENSIF II
1. Komunikasi terapeutik
2. Siapkan lingkungan yang aman & tenang
3. Tidak ada barang-barang yang berbahaya atau singkirkan
semua benda yang membahayakan
4. Berikan obat-obatan sesuai standar medik atau program
terapi Pengobatan dapat berupa suntikan valium 10 mg
IM/IV (golongan fenotiazine) dan suntikan Haloperidol,
Serenace atau lodomer 5 mg IM (golongan butirofenon).
Pemberian dapat diulang setiap 6 jam. Selain obat injeksi
diberikan juga obat peroral (golongan fenotiazine) seperti
Chlorpromazine/largactile/promactile, biasanya diberikan
3 x 100 mg
INTERVENSI HALUSINASI
INTENSIF II
1. Pantau keefektifan obat & efek sampingnya
2. Antisipasi k’ kembali mencoba melukai dirinya sendiri atau orang lain,
jelaskan pd k’ tind suntikan & pengekangan gerak mungkin akan kembali
dilakukan u/ melindungi k’ jika prilaku melukai diri muncul kembali
3. Obs setiap 30 ‘ – 1 jam, kaji ulang RUFA tiap shift
4. Obs tanda vital setiap 2 jam
5. Membantu pasien mengenal halusinasinya
6. Mengidentifikasi jenis halusinasi, isi, frekuensi, situasi, perasaan dan
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
7. Mendiskusikan dengan pasien cara untuk memutus/mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang
lain
8. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian pasien
Intervensi halusinasi intensif III
1. Komunikasi terapeutik :
2. Hindarkan menyalahkan /menertawakan k’
3. Kontak sering dan singkat
4. Siapkan lingk yg aman dan tenang
5. Berikan obat sesuai standar / program th medis
6. Pantau keefektifan obat dan efek sampingnya
7. Obs perilaku dalam 24 jam, kaji ulang RUFA setiap
shift
8. Observasi tanda-tanda vital setiap shift
9. Libatkan dl TAK rientasi realita stimulasi persepsi
10. Melatih pasien mengontrol halusinasi
RUFA RBD
Rufa 1-10 Rufa 11-20 Rufa 21-30
Tind Percobaan Bunuh Diri Ancaman Bunuh Diri Isyarat Bunuh Diri
 Aktif mencoba bunuh diri  Aktif memikirkan  Mungkin sudah memiliki ide untuk
dengan cara: rencana bunuh diri, mengakhiri hidupnya, namun tidak
 gantung diri namun tidak disertai disertai dengan ancaman dan percobaan
 minum racun dengan percobaan bunuh diri
 memotong urat nadi bunuh diri  Mengungkapkan perasaan seperti rasa
 menjatuhkan diri dari  Mengatakan ingin bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
tempat yang tinggi bunuh diri namun berdaya
 Mengalami depresi tanpa rencana yang  Mengungkapkan hal-hal negatif tentang
 Mempunyai rencana bunuh spesifik diri sendiri yang menggambarkan harga
diri yang spesifik  Menarik diri dari diri rendah
 Menyiapkan alat untuk pergaulan sosial  Mengatakan: “Tolong jaga anak-anak
bunuh diri (pistol, pisau, karena saya akan pergi jauh!” atau
silet, dll) “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”
RUFA PDP
Intensif I Intensif II Intensif III
(1-10) (11-20) (21-30)
• Sama sekali tidak • Sering tidak mau • Kadang-kadang
mau dan tidak melakukan masih tidak mau
mampu melakukan perawatan diri melakukan
perawatan diri • Perawatan diri perawatan diri
hanya dilakukan • Masih harus selalu
jika dibantu oleh diingatkan untuk
perawat melakukan
perawatan diri
INTERVENSI DPD

Intensif I Intensif II Intensif III


(1-10) (11-20) (21-30)
• Bantuan total dalam • Jelaskan cara • Ingatkan pasien untuk
perawatan diri melakukan upaya melakukan perawatan
(sesuaikan dengan perawatan diri diri
jenis perawatan diri • Bimbing melakukan • Bimbing jika masih
yang mengalami perawatan diri dengan ada cara perawatan
kemunduran) benar (sesuai jenis diri yang tidak benar
• Jelaskan manfaat perawatan diri yang (sesuai jenis
melakukan perawatan mengalami perawatan diri yang
diri kemunduran) mengalami
kemunduran)
FUNGSI PERAWAT CMHN

• Perencanaan CMHN
• Pengorganisasian CMHN
• Pengarahan CMHN
Ciri-ciri masalah psikososial
- Cemas, khawatir berlebihan, takut
- Mudah tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Bersifat ragu-ragu/ merasa rendah diri
- Merasa kecewa
- Pemarah dan agresif
_ Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang dan sakit kepala
PRINSIP KESEHATAN JIWA
KOMUNITAS
• Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan
yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada
masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres (risiko gangguan
jiwa), dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan
(gangguan jiwa)
Pelayanan
Keperawatan
Komprehensif

Pencegahan Sehat Jiwa


primer

Pencegahan Masalah
sekunder Psikososial

Pencegahan Gangguan Jiwa


tersier
Pelayanan Keperawatan Holistik
Aspek Kehilangan organ
Bio- Masalah kesehatan fisik tubuh, penyakit
kronis dan terminal
fisik

Aspek Ketakutan, trauma,


kecemasan,
Psikolo Masalah psikologis
ketidakmampuan
gis beradaptasi

Suami/istri/anak,
Aspek Proses kehilangan
keluarga dekat,
Sosial pekerjaan, tempat
tinggal, harta benda

Aspek Budaya tolong


Digunakan sebagai
Kultur menolong dan
support sistem
kekeluargaan
al

Potensi masyarakat
Aspek Nilai-nilai dalam mengatasi
Spiritual keagamaan konflik dan masalah
kesehatan
PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA
KOMPREHENSIF
• Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang
diberikan pada masyarakat pascabencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang
sangat beragam dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan pada
tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier
Pencegahan Primer

Fokus Tujuan Target


Peningkatan Mencegah terjadinya Anggota
kesehatan dan gangguan jiwa, masyarakat yang
pencegahan mempertahabkan belum mengalami
terjadinya gangguan dan meningkatkan gangguan jiwa
jiwa kesehatan jiwa sesuai dengan
kelompok umur
(anak, remaja,
dewasa, dan usia
lanjut)
Aktivitas pencegahan primer
• Program pendidikan kesehatan
• Program stimulasi perkembangan
• Program sosialisasi kesehatan jiwa
• Manajemen stres
• Persiapan menjadi orang tua
Pencegahan
Sekunder

Fokus Tujuan Target

Deteksi dini dan Menurunkan angka Anggota


penanganan dengan kejadian gangguan masyarakat yang
segera masalah jiwa berisiko/
psikososial memperlihatkan
tanda-tanda
masalah psikososial
dan gangguan jiwa
Menemukan kasus sedini
mungkin

Aktivitas
pencegahan
sekunder

Melakukan penjaringan kasus


Pencegahan Tersier

Fokus Tujuan Target

Peningkatan fungsi dan Mengurangi kecacatan/ Anggota masyarakat yang


sosialisasi serta ketidakmampuan akibat mengalami gangguan jiwa
pencegahan kekambuhan gangguan jiwa pada tahap pemulihan
pada pasien gangguan jiwa
Aktivitas pencegahan tersier

Program
Program Program Program
pencegahan
dukungan sosial rehabilitasi sosialisasi
stigma
PROSES KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA KOMUNITAS
• Pengkajian
▫ Dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien
▫ Setelah ditemukan tanda-tanda menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka
pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa
▫ Data : keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial, dan pengkajian status
mental
▫ Teknik : wawancara (keluarga dan pasien), pengamatan langsung terhadap kondisi pasien,
pemeriksaan
• Diagnosis Keperawatan
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/ remaja :
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa :
a. Harga diri rendah
b. Isolasi sosial
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
d. Gangguan proses pikir : waham
e. Perilaku kekerasan
f. Risiko bunuh diri
g. Defisit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia :
a. Demensia
b. Depresi
• Perencanaan Keperawatan
• Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar
asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup :
1. Penggunaan berbagai teknik komunikasi terapetik dalam BHSP
2. Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan dan gangguan
jiwa
3. Aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi perawatan diri
4. Terapi modalitas
5. Tindakan kolaborasi
• Tindakan Keperawatan
• Dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien
• Perawat bekerja sama  pasien, keluarga, dan tim
kesehatan lain
• Tujuan : memberdayakan pasien dan keluarga agar
mampu mandiri memenuhi kebutuhannya dan
meningkatkan keterampilan koping dalam
menyelesaikan masalah
• Evaluasi Asuhan Keperawatan
▫ Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kemampuan pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
▫ Kemampuan yang diharapkan adalah :
1. Pasien :
a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap
c. Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami
2. Keluarga :
a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien mandiri
b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau kekambuhan
d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera
e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat
METODE PEMERIKSAAN
PSIKIATRIK DI
PUSKESMAS
METODE DUA MENIT
TUJUAN :

1. Menyaring secara kasar pasien yang mempunyai masalah


kesehatan jiwa yang berobat di pelayanan kesehatan umum.
2. Memberikan pelayanan eklektik-holistik dengan
memperhatikan secara menyeluruh keluhan utama pasien baik
dari aspek organobiologis maupun aspek psikososial.
3. Membantu dokter umum untuk melakukan anamnesis,
pemeriksaan, dan membuat diagnosis masalah mental-
emosional pasien dalam waktu singkat (2 menit).
4. Mengikutsertakan perawat dalam anamnesis dan
pemeriksaan pasien.
KELUHAN UTAMA
(SPONTAN) 305

FISIK (F) MENTAL EMOSIONAL (ME)


PSIKOSOMATIK (PS)
Kel F & TDK ADA Kel F & DIDUGA ADA HUB KEL. YG BERHUB DG ME
LTR BLKG M . E DG M.E: (PERASAAN, PIKIRAN &
 T/ FISIK 1. PD KARDIOVASK PERILAKU):
2. PD GI 1. GG. TDR
FM (F1) FG (F2) 3. PD PERNAFASAN 2. NGAMUK, CURIGA,
4. PD KULIT TAKUT
KEL. FM EL. FISIK + 5. PD OTOT & TLG 3. >> NANGIS/TAWA
KEL ME 6. PD SIST.ENDOKRIN 4. CEMAS, PANIK,
(KO-MORBI 7. PD SIST. UROGENITAL
DITAS)
PERTANYAAN (AKTIF)
F2 1.>> 3 BLN 4. G. KEL/PEK/SEKOLAH
2. ADA STRES,>> PIKIRAN 5. PENGGUNAAN NAPZA
F1 3. GAIRAH / SEMANGAT
>1YA
ADA KEL. ORGANIK TANPA KEL. ORGANIK
1. D/ G. PS 1. D/ PSIKOSIS 4.G.KESWARA
D/ G.FISIK 2. D/ GM & P AKIBAT ZAT
3. RM
2. D/ DEPRESI
4. EPILEPSI. 3. D/ CEMAS
TAHAP. I (2 MENIT PERTAMA)
A. ANAMNESIS.

1. Dapat dilakukan oleh perawat atau dokter umum.


2. Yang ditanyakan adalah keluhan utamanya, yaitu keluhan atau alasan
berobat yang dikemukakan secara spontan oleh pasien atau keluarga /
yang mengantar.

next…..
3. Keluhan utama dapat dibagi dalam :

a. Keluhan fisik murni : Keluhan fisik atau


jasmaniah murni tanpa ada keluhan mental-
emosional, seperti bisul, koreng, batuk-pilek,
demam, sakit mata, muntah-berak, sakit
tenggorokan, luka bakar, luka sayat, memar,
patah tulang, pusing setelah trauma kepala,
benjolan pada buah dada, kurus, rabun,
wasir, mimisan, perdarahaan dsb.
b. Keluhan fisik ganda : Keluhan fisik yang disertai keluhan mental-
emosional sebagai penyerta (komorbiditas). Keluhan-keluhan itu dapat saling
berkaitan, dapat pula berdiri sendiri, seperti kurang gizi disertai murung,
demam tifoid disertai kesadaran menurun, usia lanjut disertai pikun, gegar
otak disertai gangguan daya ingat, kejang disertai ketergantungan obat /
alkohol, bayi kepala besar disertai keterbelakangan mental dsb.
c. Keluhan psikosomatik : Keluhan fisik yang biasanya berlatar
belakang mental-emosional, biasanya berhubungan dengan
tujuan system tubuh manusia, yaitu :

1. Kardiovaskuler : berdebar-debar,
tengkuk pegal, tekanan darah
tinggi.
2. Gastrointestinal : ulu hati sakit, perut sakit, kembung,
mencret kronis.
3. Traktus repiratorius : sesak nafas, asma.
4. Dermis : gatal-gatal, eksim.
5. Muskuloskeletal : encok / rematik, pegal-pegal, sakit
kepala, kejang.
6. Endokrin : banyak keringat, sering gugup, gangguan haid.
7. Traktus urogenital : mengompol, impotent, nafsu seks
berlebihan / kurang.
d. Keluhan mental-emosional : Keluhan yang jelas berlatar belakang mental-emosional,
yaitu yang berkaitan dengan masalah alam perasaan, alam pikiran, dan perilaku.
DAPAT DIBAGI DALAM 6 GOLONGAN
KELUHAN :

1. Susah tidur dan gangguan tidur, perilaku antisocial, agresif, menentang atau menantang.
2. Gelisah, mengamuk, mengacau, ketakutan, curiga, cemburu, menarik diri, perilaku aneh /
kacau, mendengar suara bisikan.
3. Murung, mudah tersinggung, banyak menangis / tertawa, banyak
bicara / membisu, hiperaktif / pasif.
4. Kecemasan yang tak rasional dan perilaku menghindar, takut yang tak
rasional / fobia, panic, prestasi kerja menurun.
5. Sering menggunankan obat penenang / alcohol / ganja.
6. Kesulitan belajar, kesulitan konsentrasi, gangguan
perkembangan pada anak (bicara terlambat, jalan terlambat),
masih mengompol pada anak diatas 6 tahun, terlalu nakal, terlalu
aktif, gangguan makan, menolak sekolah, sering melarikan diri,
sering menentang, sering menantang.
SETELAH MENANYAKAN KELUHAN UTAMA,
PETUGAS KESEHATAN MENANYAKAN
PERTANYAAN-PERTANYAAN BERIKUT :
1. Sudah berapa lama keluhan itu ada (lebih 3 bulan), dan
timbulnya berapa kali dalam satu bulan ? (1x / bulan).
2. Apakah keluhan timbul bila ada stress atau bila sedang banyak
pikiran ? (Ya).
3. Bagaimana dengan produktivitas kerja, gairah belajar, nafsu
makan dan gairah seksual ? (menurun secara bermakna).
4. Apakah ada masalah dalam keluarga / pekerjaan / sekolah /
masyarakat ? (Ya).
5. Apakah selama ini menggunakan obat tidur / penenang, alkohol,
rokok, narkotik atau zat psikoaktif lain tanpa petunjuk dokter ? (Ya).
6. Khusus anak : apakah ada gangguan perkembangan, masih
mengompol, terlalu aktif, terlalu nakal, gangguan makan, kesulitan
belajar, tak mau sekolah, sering melarikan diri, sering menentang,
sering menantang ? (Ya).
BILA SALAH SATU PERTANYAAN DIATAS
DIJAWAB SEPERTI JAWABAN YANG
DIKURUNG, MAKA DAPAT DIKATAKAN
BAHWA PASIEN INI MEMPUNYAI
MASALAH KESEHATAN JIWA.

B. Pemeriksaan Fisik Diagnostik : diagnosis fisik.


TAHAP II (2 MENIT KEDUA)

A. Penegakan Diagnosis dan Terapi.


Berdasarkan anamnesis dibuat diagnosis sementara sesuai dengan kriteria diagnosis yang
berikut ini. Pasien diberi pertolongan sementara dengan obat atau dirujuk ke RS Jiwa.
KRITERIA DIAGNOSTIK :

1. Gangguan Penggunaan Zat Psikoaktif


a. Identifikasi zat psikoaktif yang digunakan berdasarkan laporan
pribadi atau orang lain. Zat psikoaktif adalah obat, bahan atau zat
yang dapat menimbulkan perubahan pada kesadaran, perasaan,
perilaku, pikiran, dan persepsi seseorang, contoh
1. Gol. Alkohol : wiski, arak, vodka.
2. Gol. Opioida : morfin, heroin, petidin.
3. Gol. Kanabinoid : ganja (marihuana).
4. Gol. Sedativa : barbiturate, benzodiazepine.
5. Gol. Kokain : kokain, daun koka.
6. Gol. Stimulansia : amfetamin, kafein.
7. Gol. Nikotin : tembakau.
8. Gol. Inhalan dan solven : aseton, bensin, tiner.
b. TERDAPATNYA GANGGUAN MENTAL
DAN PERILAKU BERUPA :
1. Intoksikasi akut : kondisi sementara setelah menggunakan
zat psikoaktif yang mengakibatkan gangguan kesadaran,
fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, fungsi dan
respons psikofisiologis lainnya.
2. Pemakaian berbahaya : pemakaian zat psikoaktif yang dapat
membahayakan kesehatan fisik da / atau mental.
3. Sindrom Ketergantungan : ada toleransi (peningkatan dosis) dan
gejala putus zat.
4. Sindrom Putus Zat : gejala-gejala fisik dan mental yang timbul
bila dosis zat dikurangi atau dihentikan.
5. Delirium : kesadaran berkabut, gangguan perhatian dan
konsentrasi, gangguan persepsi, inkoherensi, gelisah / tak
berdaya, gangguan orientasi dan daya ingat.
6.Sindrom Psikotik :
gejala-gejala psikotik yang timbul selama atau segera sesudah
menggunakan zat atau setelah lebih dari 2 minggu menggunakan zat
psikoaktif.
7.Sindrom Amnestik : gangguan daya ingat jangka pendek, seperti
kesulitan mempelajari materi baru.
2. PSIKOTIK.
ADANYA GANGGUAN BERAT DALAM
KEMAMPUAN / DAYA MENILAI REALITAS
YANG BUKAN KARENA RETARDASI
MENTAL, ATAU GANGGUAN
PENGGUNAAN ZAT, CONTOH :
a. Waham dan halusinasi.
b. Perilaku kacau.
c. Pembicaraan yang melantur
d. Gaduh gelisah.
e. Disorientasi.
TERMASUK DALAM KELOMPOK INI ADALAH
GANGGUAN MENTAL ORGANIK YANG
PSIKOTIK.
3. NEUROTIK.
PASIEN SADAR DIRINYA SAKIT, IA
MERASA MENDERITA DAN TERGANGGU
RASA SEJAHTERA DAN KELANCARAN
HIDUPNYA. DALAM KEHIDUPAN
SOSIALNYA TIDAK ADA PENYIMPANGAN
YANG MENCOLOK DAN TIDAK ADA
PENYIMPANGAN
KEPRIBADIAN.TERMASUK DALAM
KELOMPOK INI ADALAH :

a. Gangguan Psikosomatik (faktor psikologis yang mempengaruhi


kondisi fisik).
b. Gangguan Cemas (anxietas, fobia, obsesif-kompulsif ).
c. Gangguan Distimik ( neurosis depresi).
d. Gangguan Somatoform.
e. Gangguan Penyesuaian.
4. GANGGUAN KEPRIBADIAN.
a. Pasien tidak menyadari dirinya terganggu namun kemampuan menilai
realitasnya masih baik.
b. Tingkah laku pasien kaku (tidak fleksibel), sensitive dan sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan
gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaannya.
c. Usia pasien diatas 18 tahun.
5. RETARDASI MENTAL.
a. Kelambatan perkembangan mental anak yang didapat pada
usia dibawah 18 tahun.
b. Fungsi intelektual umum dibawah rata-rata yang cukup
bermakna (IQ sama atau kurang dari 70).
c. Terdapat kekurangan atau hendaya dalam penyesuaian diri
dengan mempertimbangkan umur dan budaya setempat.
6. GANGGUAN KESEHATAN JIWA
ANAK DAN REMAJA, ANTARA
LAIN :
a. Fisik : masalah tidur, masalah makan, gangguan tik, gagap, enuresis /
enkopresis fungsional.
b. Emosional : masalah ketekutan, gangguan cemas, mutisme elektif,
gangguan identitas.
c. Tingkah Laku : masalah tingkah laku, gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas, menolak sekolah.
d. Perkembangan : gangguan perkembangan pervasive , gangguan
perkembangan spesifik (membaca, berhitung, berbahasa).
7. EPILEPSI.

Semua jenis epilepsy, kejang demam


pada anak dibawah usia 6 tahun.
B. RENCANA TINDAKAN :

1. Terapi Farmakologis.
2. Psikoterapi suportif.
3. ECT (Electro Compulsif Therapy).
4. Rencana follow up pada kunjungan berikutnya.
5. Rujuk ke RSU / RS Jiwa.
PETUNJUK ANAMNESIS, PEMERIKSAAN
DAN DIAGNOSIS PASIEN DI PELAYANAN
KESEHATAN DASAR
KELUHAN UTAMA
( Spontan )

II. Fisik (F) Psiko-Somatik Mental Emosional


Keluhan Yang (PS) (ME)
bersifat fisik & Keluhan fisik yg diduga Keluhan yg
berkaitan dgn masalah
tdk jelas berlatar kejiwaan
berkaitan dgn
belakang mental masalah alam
emosional dan perasaan,
membutuhkan pikiran, perilaku
terapi utama
Fisik Murni Fisik Ganda 1. Jantung berdebar, 1. Gejala Psikosis :
(F1) (F2) tengkuk pegal, darah waham, Hall,
tinggi. inkoherensi,
Keluhan fisik Keluhan fisik 2. Ulu hati saakit, perut Prilku kekerasan.
+ keluhan sakit, kembung, 2. Gejala anxeitas :
ME(ko-
Morbiditas) berak-berak Cemas, panik,
3. Sesak napas, bengek, gelisah, takut,
asma, mengik. obsesif,kompulsif
4. Gatal-gatal, eksim. 3. Gejala depresi :
5. Encok, pegel-pegel, Murung, tak
sakit kepala,kejang. bergairah, putus
6. Banyak keluar asa, menarik diri,
keringat, gugup, ide kemaatian.
gangguan haid,. 4. Penggunaan zat
7. Keputihan. psikoaktif.
5. Gejala RM
6. Gejala Epilepsi
7. Gangguan
perkembangan
anak dan remaja
C
(F2)
( F1 )

D. PERTANYAAN ( AKTIF )
• Ada distress (penderitaan pada diri sendiri, dan/atau
lingkungan/keluarga.
• Ada gangguan fungsi pekerjaan/akademik, sosial,
dan sehari-hari.
• (Khusus anak) gangguan perkembangan, masing
ngompol, terlalu nakal/aktif, gangguan makan,
kesulitan belajar, tak mau sekolah, sering melarikan
diri dan menentang.
TIDAK 1 “ YA “

Ada disertai kelainan organik Tanpa kelaianan organik

D/ Gangguan • D/ Demensia • D/ G. Psikotik


Fisik (0801) F 0 (0801) F2
• D/ Delirium (0801) • D/ G. Depresi
F0 (0802) F3
• D/ G.Psikosomatik • D/ G. Cemas
( 0802) F5 (0802) F4
• D/ G. Penggunaan • D/ G. Kesehatan
Zat ( 0805) F1 jiwa anak dan
• D/ G. Retardasi remaja (0804) F8,
Mental ( 0803) F7 F9
• D/ Epilepsi (0901) • D/ G. Kepribadian
G38 (0805) F5, F6
TAHAP III (2 MENIT KETIGA)
TAHAP III (2 MENIT KETIGA)

Pada kunjungan berikutnya, disediakan waktu tersendiri (tidak dicampur dengan pelayanan
kesehatan umum) bila si pemeriksa ingin berminat untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Wadah utamanya ialah wawancara psikiatrik untuk memperoleh data tentang fungsi kejiwaan
melalui :
a. Kontak verbal antara dokter dengan pasien (anamnesis).
b. Observasi penampakan umum dan perilaku pasien.
c. Pengamatan interaksi antara dokter dan pasien.
d. Pengamatan interaksi antara pasien dengan lingkungannya.
e. Pemahaman humanistik dokter mengenai pasiennya.
Pasien berbicara dengan nada emosional tertentu, mengemukakan
pikiran-pikiran tertentu dan memperlihatkan perilaku motorik
tertentu pula, sehingga dari satu pernyataan atau respons pasien
dapat diperoleh data tentang beberapa factor sekaligus, yaitu
penempakan umum, kesadaran, kontak psikik / perhatian, cara
bicara, sikap terhadap pemeriksa, suasana perasaan, gangguan
persepsi (halusinasi / ilusi), proses piker, fungsi kognitif
(intelegensi, daya ingat, orientasi), tilikan, norma sosial dan
perilaku pasien.
CATATAN MEDIK

1. Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,


agama, status perkawinan, suku, pekerjaan, keluarga dekat,
alamat.
2. Anamnesis : Alloanamnesis dan Autoanamnesis
Yang ditanyakan : Keluhan utama / alasan berobat, Riwayat
perjalanan penyakit dan Riwayat situasi hidup pasien.
3. Pemeriksaan fisik : Internistik dan
Neurologis
4. Pemeriksaan Psikiatrik :
a. Penampakan umum dan
kesadaran.
b. Alam perasaan : afek / emosi
c. Proses pikir
d. Sikap dan perilaku motorik
5. Pemeriksaan Penunjang :
a. Evaluasi stressor psikososial
b. Evaluasi kepribadian.
c. Laboratorium
d. Pemeriksaan diagnostic lain
6. Diagnosis :
a. Fisik
b. Mental
7. Daftar Problem :
a. Organobiologis
b. Psikologis-edukatif
c. Sosial-budaya
8. Terapi :
a. Farmakologis
b. Psikoterapi
c. Tindakan lain (bedah, ECT)
9. Rencana Tindak Lanjut :
a. Follow up
b. Konsultasi
c. Rujuk
PENATALAKSANAAN
KECEMASAN / ANSIETAS
KELUHAN PSIKIS KELUHAN FISIK

KECEMASAN

OBYEK

ADA TIDAK ADA

FOBIA Gangguan kecemasan/panik


-. BERI -. BERI ANSIOLITIK
ANSIOLITIK -. PSIKOTERAPI
-. PSIKOTERAPI RINGAN
RINGAN

Tidak ada perbaikan dalam dua minggu

RUJUK RUJUK
PENATALAKSANAAN DEPRESI
BANYAK KELUHAN LESU,LETIH,LELAH SAKIT KEPALA
FISIK BERLEBIHAN

PRADUGA BERAT BADAN


DEPRESI TURUN

TIDAK BEKERJA TANPA Telusutri SEDIH


ALASAN JELAS
SUSAH TIDUR
NAFSU MAKAN BERKURANG
KONSTIPASI
SEDIH
MENANGIS
KEHILANGAN MINAT
AKTIVITAS DAN PEMBICARAAN LAMBAN

Tetapkan

Perubahan Prilaku yang mendadak

KEJADIAN-KEJADIAN -. Bicara dengan Kel.


YANG MENEKAN -. Berikan Supotr.
DEPRESI -. Follow up
Singkirkan GANGGUAN DAYA INGAT

Tidak FIKIRAN ATAU USAHA TIDAK ADA PERBAIKAN


BUNUH DIRI DALAM 2 MINGGU

TIDAK ADA PERBAIKAN


DALAM 2 MINGGU
RUJUK KE RUMAH
SAKIT
PENATALAKSANAAN PSIKOSIS
TIDAK MAU GADUH PRILAKU
BEKERJA GELISAH ABNORMAL

GANGGUAN
TIDUR PRADUGA SEDIH
PSIKOSIA

CURIGA
KELUHAN
SOMATIK YG
ANEH

Telusuri
PERUBAHAN GEJALA ABNORMAL PERUBAHAN GANGGUAN
PRILAKU SEPERTI MENDENGAR DALAM HUBUNGAN
(MENDADAK) SUARA-SUARA KEBIASAAN SOSIAL
BERBICARA PADANYA (PERSONAL
HABITS)

Resiko Bunuh diri.


Ya

PSIKOSIS Membahayakan Orang lain (Homicidal)

Panas, gangguan daya ingat,


SINGKIRKAN inkontinensia

TIDAK Riwayat epilepsy, penyalahgunaan obat.


MULAI PENGOBATAN

Follow Up

TIDAK
MEMBAIK KIRIM KE
DALAM EMPAT RUMAH
MINGGU SAKIT

Anda mungkin juga menyukai