Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Univariat

Kejadian Stunting ,
Jenis Kelamin Bayi Riwayat Pemberian , Usia Ibu Saat Usia Kehamilan
ASI Eksklusif Paritas,
(0-30 Bulan), Hamil, Ibu,

Status Gizi Ibu Tinggi Badan Riwayat Anemia Riwayat Diare Pada
Tinggi Badan Ibu,
Saat Hamil (LILA), Ayah, Ibu Saat Hamil, Bayi,

Riwayat ISPA Pada Status Pendidikan Berat Badan Lahir Panjang Badan
Bayi, Ibu, Rendah (BBLR) Lahir.
Frekuensi
Kategori
Jumlah (n) Persentase (%)
Kejadian Stunting
Stunting 164 70,4
Tidak stunting 69 29,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 122 52,4
Perempuan 111 47,6
Usia Ibu Saat Hamil
Berisiko 73 31.3
Tidak beresiko 160 68,7
Usia Kehamilan Ibu
Kurang Bulan 198 85
Cukup Bulan 35 15
Riwayat Paritas Riwayat Diare Pada Bayi
Primipara 79 33,9 Berisiko 67 28,8
Multipara 114 48,9 Tidak berisiko 166 71,2
Grande Multipara 40 17,2
Riwayat ISPA Pada Bayi
status gizi saat hamil(LILA)
Ya 19 8,2
Kurang 104 44,6 Tidak 214 91,8
Baik 129 55,4 Status Pendidikan Ibu
Tinggi Badan Ibu Rendah 129 55,4
Kurang 99 42,5 Tinggi 104 44,6
Normal 134 57,5 Berat Badan Lahir Rendah( BBLR )
Kurang 55 23,6
Tinggi Badan Ayah
Normal 178 76,4
Kurang 81 34,8
Riwayat Panjang Badan Lahir
Normal 152 65,2
Pendek 75 32,2
Riwayat Anemia Saat Hamil Normal 158 67,8
Ya 84 36,1
Tidak 149 63,9
4.2 Hasil Analisis Bivariat

• Analisis bivariat variabel bebas dengan variabel terikat dalam


penelitian ini menggunakan rumus Chi Square, dimana uji tersebut
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Berikut ini adalah hasil analisis bivariat.
Variabel yang terdapat hubungannya signifikan dengan kejadian stunting sebagai berikut
1. Status Gizi Ibu Saat Hamil (p-value = 0,000)(<0,05)
2. Tinggi Badan Ibu (p-value = 0,000)(<0,05)
3. Tinggi Badan Ayah (p-value = 0,000)(<0,05)
4. Status Pendidikan Ibu (p-value = 0,000)(<0,05)

1. Vaiabel yang tidak terdapat hubungan signifikan dengan kejadian stunting sebagai berikut
2. Riwayat Pemberian ASI Eklusif (p-value = 0,359)(>0,05)
3. Usia Ibu saat Hamil (p-value = 0,153) (>0,05)
4. Usia Kehamilan Ibu (p-value = 0,031) (>0,05)
5. Paritas (p-value =0,105) (>0,05)
6. riwayat anemia(p-value =0,575) (>0,05)
7. riwayat diare(p-value =0,064) (>0,05)
8. riwayat ISPA (p-value = 0,168) (>0,05)
9. BBLR(p-value = 0,111) (>0,05)
10. Riwayat Panjang Badan lahir (p-value =0,497)(>0,05)
Hubungan Riwayat ASI Eklusif Dengan Kejadian Stunting
Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Stunting Tidak stunting Total p-value
N % N % N %
Ya 143 61,4 57 24,5 200 85,8 0,359
Tidak 21 9,0 12 5,2 33 14,2
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi usia 0-30 bulan yang mengalami stunting sebagian besar diberi ASI
Eksklusif yaitu sebanyak 143 responden (61,4%) dan 57 responden (24,5%) bayi yang diberi ASI Eksklusif tidak
mengalami stunting. Pada bayi stunting yang tidak diberi ASI Eksklusif yaitu sebanyak 21 responden (9,0%) dan
sebanyak 12responden (9.0%) yang tidak diberi ASI Ekslusif tidak mengalami stunting. Berdasarkan tabel di atas,
diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,359 (>0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan statistik tidak terdapat
hubungan antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada bayi usia 0-30 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Usia Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Stunting
Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting

Kategori Ya Tidak Total p-value


N % N % N %
Berisiko 56 24,0 17 7,3 73 31,3 0,153
Tidak berisiko 108 46,4 52 22,3 160 68,7
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting memiliki ibu dengan usia yang berisiko saat hamil yaitu
sebanyak 56 responden (24,0%) dan 17 responden (7,3%) yang memiliki memiliki ibu dengan usia berisiko saat hamil namun
tidak mengalami stunting. Pada bayi stunting yang memiliki ibu dengan usia tidak berisiko saat hamil yaitu sebanyak 108
responden (46,4%) dan sebanyak 52 responden (22,3%) yang memiliki ibu dengan usia tidak berisiko saat hamil dan bayi tidak
mengalami stunting.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,153 (>0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan usia ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Hubungan Usia Kehamilan Ibu Dengan Kejadian Stunting Bayi
Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting

Ya Tidak Total
Kategori p-value

N % N % N %

Kurang 134 57,5 64 27,5 198 85,0 0,031

Cukup bulan 30 12,9 5 2,1 35 15,0

Total 164 70,4 69 29,6 233 100


Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting sebagian besar memiliki ibu dengan riwayat usia kehamilan
kurang bulan yaitu sebanyak 134 responden (57,5%) dan 64 responden (27,5%) yang memiliki ibu dengan riwayat usia
kehamilan kurang bulan namun bayi tidak mengalami stunting. Pada bayi stunting yang memiliki ibu dengan riwayat usia
kehamilan cukup bulan yaitu sebanyak 30 responden (70,4%) dan sebanyak 5 responden (2,1%) tidak mengalami stunting yang
memiliki ibu dengan riwayat usia kehamilan cukup bulan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,031 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
statistic tidak terdapat hubungan usia ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30
Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Primipara 45 19,3 34 14,6 79 33,9 0,105
Multipara 87 37,3 27 11,6 114 48,9
Grandemultipar 32 13,7 8 3,4 40 17,2
a
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting sebagian besar memiliki ibu dengan primipara
yaitu sebanyak 45 responden (19,3%) dan sebanyak 34 responden (96,6%) tidak mengalami stunting yang memiliki
ibu dengan primipara. Pada bayi stunting yang memiliki ibu dengan multipara sebanyak 87 responden (37,3%) dan
sebanyak 27 responden (11,6%) tidak mengalami stunting. Pada bayi stunting yang memiliki ibu dengan
Grandemultipara sebanyak 32 responden (13,7%) dan sebanyak 8 responden (3,4%) tidak mengalami stunting.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,105 (>0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara.
Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil (LILA)
Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Kurang 87 37,3 17 7,3 104 44,6 0.000
Baik 77 33 52 22,3 129 55,4
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting sebagian besar memiliki ibu dengan status gizi kurang
saat hamil yaitu sebanyak 87 responden (37,3%) dan sebanyak 17 responden (7,3%) tidak mengalami stunting yang memiliki
ibu dengan status gizi kurang saat hamil. Pada bayi stunting yang memiliki ibu dengan status gizi baik saat hamil yaitu
sebanyak 77 responden (33%) dan sebanyak 52 responden (22,3 %) tidak mengalami stunting dan memiliki ibu dengan status
gizi normal saat hamiLBerdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan status gizi ibu saat hamil (LILA) dengan kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Tinggi Badan Ibu Dengan
Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Kurang 87 37,3 12 5,2 99 42,5 0,000
Normal 77 33 57 24,5 134 57,5
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting sebagian besar memiliki ibu dengan
tinggi badan yang kurang yaitu sebanyak 87 responden (37,3%) dan sebanyak 12 responden (5,2%) tidak
mengalami stunting yang memiliki ibu dengan tinggi badan kurang. Pada bayi stunting yang memiliki ibu
dengan tinggi badan normal yaitu sebanyak 22 responden (37,9%) dan sebanyak 53 responden (91,4%) tidak
mengalami stunting dan memiliki ibu dengan tinggi badan normal.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Tinggi Badan Ayah Dengan
Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Kurang 69 29,6 12 5,2 81 34,8 0,000
Normal 95 40,8 57 24.5 152 65,2
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting memiliki Ayah dengan tinggi badan yang
kurang yaitu sebanyak 69 responden (29,6%) dan sebanyak 12 responden (5,2%) tidak mengalami stunting yang
memiliki ayah dengan tinggi badan kurang. Pada bayi stunting yang memiliki ayah dengan tinggi badan normal
yaitu sebanyak 95 responden (40,8%) dan sebanyak 57 responden (24,5%) tidak mengalami stunting dan memiliki
ayah dengan tinggi badan normal.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan tinggi badan ayah dengan kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara.
Hubungan Riwayat Anemia Ibu Saat Hamil
Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Ya 61 26,2 23 9,9 84 36,1 0,575
Tidak 103 44,2 46 19,7 149 63,9
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa balita yang mengalami stunting dan memiliki ibu dengan riwayat
anemia saat hamil yaitu sebanyak 61 responden (26,2%) dan sebanyak 23 responden (9,9%) tidak
mengalami stunting yang memiliki ibu dengan riwayat anemia saat hamil. Pada bayi stunting yang
memiliki ibu dengan riwayat tidak anemia saat hamil yaitu sebanyak 103 responden (44,2%) dan sebanyak
46 responden (19,7%) tidak mengalami stunting dan memiliki ibu dengan riwayat tidak anemia saat hamil.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,575 (>0,05). Dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan data statistik tidak terdapat riwayat anemia ibu saat hamil dengan kejadian stunting bayi
usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Riwayat Diare Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia
0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Berisiko 53 22,7 14 6,0 67 28,8 0,064
Tidak berisiko 111 47,6 55 23,6 166 71,2
Total 164 70,4 69 29.6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting dan memiliki berisiko mengalmi diare yaitu
sebanyak 53 responden (22,7%) dan sebanyak 14 responden (6,0%) tidak mengalami stunting yang memiliki resiko
riwayat diare. Pada bayi stunting yang memiliki riwayat diare tidak berisiko diare yaitu sebanyak 111 responden
(47,6%) dan sebanyak 55 responden (23,6%) tidak mengalami stunting dan tidak berisiko diare.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,064 (>0,05). Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan data statistik tidak terdapat hubungan riwayat diare dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Riwayat ISPA Dengan Kejadian
Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Berisiko 16 6,9 3 1,3 29 8,2 0,168
Tidak berisiko 148 63,5 66 28,3 214 91,8
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting dan memiliki berisiko mengalami ISPA yaitu
sebanyak 16 responden (6,9%) dan sebanyak 3 responden (1,3%) tidak mengalami stunting yang memiliki resiko
mengalami ISPA. Pada bayi stunting yang memiliki riwayat ISPA tidak berisiko yaitu sebanyak 148 responden
(63,5%) dan sebanyak 69 responden (29,6%) tidak mengalami stunting dan tidak berisiko ISPA.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,168 (>0,05). Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan data statistik tidak terdapat hubungan riwayat ISPA dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Status Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Stunting
Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Rendah 133 48,5 8 3,4 121 51,9 0,000
Tinggi 51 21,9 61 26,2 112 48,1
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting sebagian besar memiliki
ibu dengan status pendidikan rendah yaitu sebanyak 133 responden (48,5%) dan sebanyak 8
responden (3,4 %) tidak stunting yang memiliki ibu dengan status pendidikan rendah. Pada bayi
stunting yang memiliki ibu dengan status pendidikan tinggi yaitu sebanyak 51 responden (44,8%)
dan sebanyak 61 responden (26,2 %) tidak stunting dan memiliki ibu dengan status pendidikan
yang tinggi.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05). Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik terdapat hubungan status Pendidikan ibu dengan
kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Ya 34 14,6 21 9 55 23,6 0,111
Tidak 130 55,8 48 20,6 178 76,4
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting sebagian besar memiliki riwayat BBLR yaitu
sebanyak 34 responden (14,6%) dan hanya 9 responden yang memiliki riwayat BBLR namun tidak mengalami
stunting. Pada balita stunting yang tidak memiliki riwayat BBLR yaitu sebanyak 130 responden (55,8%) dan
sebanyak 48 responden (20,6%) yang tidak memiliki riwayat BBLR tidak mengalami stunting.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,111(>0,05). Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan data statistik tidak terdapat hubungan BBLR dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Cakranegara.
Hubungan Riwayat Panjang Badan Lahir Dengan Kejadian
Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
Kejadian stunting
Kategori Ya Tidak Total p-value
N % N % N %
Pendek 55 23,6 20 8,6 75 32,2 0,497
Normal 109 46,8 49 21,0 158 67,8
Total 164 70,4 69 29,6 233 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa bayi yang mengalami stunting pendek sebanyak 55
responden (23,6%) dan 20 responden yang memiliki riwayat Panjang badan lahir pendek
namun tidak mengalami stunting. Pada bayi stunting sebagain besar normal sebanyak 109
bayi(46,8%) dan 49 responden Panjang badan lahir normal tidak mengalami stunting

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,497(>0,05). Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik tidak terdapat hubungan Riwayat Panjang badan
lahir dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara.
4.3 Pembahasaan-
Hubungan Riwayat ASI Eklusif Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan

• Riwayat pemberian ASI Eksklusif dalam penelitian ini dikategorikan ke


dalam dua kelompok yaitu ASI Eksklusif (0-6 bulan). tidak ASI Eksklusif
(< 6 bulan) dan ). tidak ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil analisis bivariat
yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan
antara riwayat pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian stunting pada
bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara dengan
nilai p-value 0,359 (>0,05) dan hal ini berarti bahwa balita yang
mempunyai riwayat diberi ASI Ekslusif, tidak ada hubungan antara
pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting
• Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Candra, A dkk (2011), Anugraheni (2012), Lestari, dkk (2014) yang
menjelaskan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI secara eksklusif
dengan kejadian stunting pada bayi. Bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif
mempunyai risiko sebesar 6,54 kali menjadi stunting dibandingkan
dengan balita yang mendapatkan ASI Eksklusif (Lestari, dkk, 2014).
Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap perubahan status stunting
diakibatkan fungsi ASI sebagai anti infeksi. Pemberian ASI yang kurang
dari 6 bulan pertama sejak kelahiran dapat meningkatkan risiko
terjadinya stunting pada balita dikarenakan balita akan lebih mudah
terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA (Anugraheni, 2012 )
• Menurut penelitian ini, sebagian besar balita tidak mendapatkan ASI
Eksklusif dikarenakan sebagian besar alasan yang dikemukakan oleh ibu
balita yakni ASI susah keluar sehingga pemberian ASI dilakukan bersama
dengan pemberian susu formula. Pemberian ASI yang didampingi oleh
MP-ASI yang baik dapat mengoptimalkan pertumbuhan pada balita. Hal
ini dikarenakan nutrisi yang ada pada MP-ASI sudah mulai bervariasi
sehingga kecukupan gizi terpenuhi. Oleh karena itu ASI bukanlah satu-
satunya penentu, jika anak tidak mendapatkan ASI eksklusif tetapi
pemenuhan gizinya bagus maka tidak ada masalah yang terjadi pada
pertumbuhan balita. Tugas kita sebagai tenaga kesehatan agar
masyarakat memahami terkait pemenuhan gizi pada anak, maka
dibutuhkan penyuluhan.
2 Hubungan Usia Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Stunting
Bayi Usia 0-30 Bulan

• Berdasarkan analisis bivariat, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,153 (>0,05).
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan usia ibu
saat hamil dengan kejadian stunting pada bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Cakranegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wati
et al., (2022), bahwa usia ibu saat hamil tidak berhubungan degan kejadian
stunting, namun lebih berhubungan dengan kematian bayi baik selama ibu hamil
dan saat proses melahirkan. Selain itu juga sejalan dengan penelitian Krismanita
et al., (2022) bahwa tidak berhubungan antara usia ibu saat hamil dengan
kejadian stunting. Namun terdapat penelitian lain oleh Sani et al., (2019) yang
menyatakan jika ada hubungan yang signifikan antara usia ibu saat hamil dengan
kejadian stunting yang disebabkan jika kehamilan dibawah 20 tahun ibu belum
siap hamil, apabila diatas 30 tahun terjadi gangguan absorbsi nutrisi sehingga
bisa menyebabkan stunting.
Hubungan Usia Kehamilan Ibu Dengan Kejadian Stunting Bayi
Usia 0-30 Bulan

• Berdasarkan analisis bivariat, diketahui bahwa nilai p-value sebesar


0,031 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan statistic tidak
terdapat hubungan usia ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada
bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Sari et al., (2017) bahwa usia kehamilan
berhubungan dengan kejadian stunting, karena pertumbuhan pada
balita prematur dapat terhambat akibat kelahiran prematur. Namun
terdapat penelitian lain oleh Qurani et al., (2022) dan Manggala et al.,
(2018) bahwa usia kehamilan tidak berhubungan dengan kejadian
stunting
Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil (LILA)
Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
• Berdasarkan analisis bivariat, diketahui diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000
(<0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi ibu saat hamil
(LILA) dengan kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Sukmawati,
Hendrayati, Chaerunnimah, & Nurhumaira (2018) bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Bontoa Kabupaten Maros dengan nilai p-value sebesar
0,01 (0,01<0,05) Ibu yang mengalami status gizi kurang selama hamil dapat
menyebabkan berbagai macam risiko seperti perdarahan, abortus, bayi lahir mati,
bayi lahir dengan berat rendah, kelainanan kongenital dan lain sebagainya
(Sulistyoningsih, 2011). Menurut Arisman (2020), wanita yang mengalami
kekurangan gizi pada trimester akhir maka dapat meningkatkan risiko melahirkan
bayi BBLR, dan bayi BBLR merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak.
Hubungan Tinggi Badan Ibu Dengan
Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
• Berdasarkan analisis bivariat, diketahui diketahui bahwa nilai p-value
sebesar 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tinggi
badan ibu dengan kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Cakranegara. Tinggi badan ibu dalam penelitian dikelompokkan
ke dalam dua kategori yaitu tinggi badan kurang jika < 150 cm dan tinggi
badan normal jika ≥ 150 cm. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kemenkes
(2016), tinggi badan ibu berhubungan dengan tinggi badan anak karena
merupakan faktor internal atau faktor genetik yang mana berkontribusi
cukup besar. Postur tubuh ibu mencerminkan tinggi badan ibu dan
lingkungan awal yang dapat memberikan kontribusi terhadap tinggi badan
anak sebagai faktor independen, namun masih banyak faktor lingkungan
yang juga dapat mempengaruhi tinggi badan anak
Hubungan Tinggi Badan Ayah Dengan Kejadian Stunting Bayi
Usia 0-30 Bulan

• Berdasarkan analisis bivariat, diketahui diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000
(<0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tinggi badan ayah dengan
kejadian sunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahdah, Juffrie, &
Huriyati (2015) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ayah
dengan kejadian stunting pada bayi usia 0-30 bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan
Silat Hulu, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dengan nilai p-value 0,001 (0,001<0,05).
Tinggi badan orangtua memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting
pada anak. apabila salah satu atau kedua orangtua yang pendek akibat kondisi patologi
seperti defisiensi hormon pertumbuhan, memiliki gen di dalam kromosom yang
membawa sifat pendek, sehingga hal tersebut memperbesar peluang anak mewarisi
gen tersebut dan dapat tumbuh menjadi stunting. Namun apabila orangtua pendek
akibat kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak dapat tumbuh dengan
tinggi badan normal (Nasikhah, 2012)
Hubungan Riwayat Anemia Ibu Saat Hamil
Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
• Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,575 (>0,05). Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik tidak terdapat riwayat anemia ibu saat
hamil dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sartika et al., (2021) bahwa riwayat
anemia ibu saat hamil tidak berhubungan dengan kejadian stunting, masih ada faktor
lain yang menyebabkan stunting tidak terjadi seperti pemeriksaan kehamilan berkala
sehingga ibu hamil yang sejak awal menderita anemia dapat segera ditangani oleh
petugas kesehatan, selain itu ada program pemberian tablet Fe sebagai salah satu
bentuk intervensi yang diberikan sehingga bayi di dalam kandungan dapat tetap
tumbuh dan berkembang dengan baik (Astuti et al., 2020). Namun terdapat penelitian
lain oleh Abdillah, (2022) bahwa riwayat anemia ibu saat hamil berhubungan dengan
kejadian stunting, karena defisiensi mikronutrien (Fe, Zink, folat, Iodium) terus-
menerus berhubungan dengan hambatan pada pertumbuhan bayi.
Hubungan Riwayat Diare Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia
0-30 Bulan

• Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,064


(>0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik tidak terdapat
hubungan riwayat diare dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Cakranegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Umiyah & Hamidiyah, (2021) bahwa stunting tidak berhubungan dengan
risiko mengalami diare, karena masih ada faktor lain yang lebih dominan
menyebabkan diare yaitu sanitasi lingkungan yang buruk (kualitas air,
jamban, dan pembuangan limbah rumah tangga). Namun terdapat
penelitian lain oleh Wicaksono et al., (2021) bahwa stunting berhubungan
dengan risiko mengalami diare, karena pada stunting terjadi penurunan
imunitas tubuh, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi,
salah satunya adalah diare (Arini et al., 2020).
Hubungan Riwayat ISPA Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia
0-30 Bulan

• Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,168


(>0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik tidak terdapat
hubungan riwayat ISPA dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Cakranegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Umiyah & Hamidiyah, (2021) dan Ali et al., (2016) bahwa stunting tidak
berhubungan dengan risiko mengalami ISPA, karena masih ada faktor lain
yang lebih dominan menyebabkan ISPA yaitu sanitasi lingkungan yang
buruk (kualitas air, jamban, dan pembuangan limbah rumah tangga).
Namun terdapat penelitian lain oleh Arini et al., (2020) bahwa stunting
berhubungan dengan risiko mengalami ISPA, karena pada stunting terjadi
penurunan imunitas tubuh, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit infeksi, salah satunya adalah ISPA.
Hubungan Status Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Stunting
Bayi Usia 0-30 Bulan

• Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05). Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik terdapat hubungan status Pendidikan ibu
dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara.
• Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah dan Nadhiroh
(2015) yang menyatakan bahwa status pendidikan ibu merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p value 0,03Kemudian penelitian oleh Sri
Mugianti, dkk (2018) yang hasilnya adalah status pendidikan ibu yang rendah merupakan
faktor yang dapat menyebabkan bayi stunting pada usia 0-30 bulan di Kecamatan Sukorejo,
Kota Blitar. Status pendidikan ibu yang rendah juga dapat berpengaruh pada pengetahuan
ibu terhadap pola asuh terutama dalam pemberian ASI Eksklusif, IMD, pemberian MP-ASI,
pemenuhan gizi anak dan pentingnya untuk datang ke Posyandu guna mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan ibu tidak
memberikan ASI secara Eksklusf, kemudian memberikan makanan pendamping ASI pada
usia < 6 bulan yang mana hal ini juga bisa mempengaruhi terjadinya stunting pada balita.
Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Dengan Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
• Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai p-value sebesar
0,111(>0,05). Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik tidak
terdapat hubungan BBLR dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Zai et al., (2022), bahwa tidak terdapat hubungan riwayat BBLR
dengan kejadian stunting, karena masih ada faktor lain yang lebih
dominan menyebabkan stunting yaitu pemberian nutrisi yang adekuat
selama pertumbuhan seperti pemberian asi yang tepat, makanan
dengan gizi seimbang (kabrohidrat, protein, dan lemak). Namun terdapat
penelitian lain oleh Nasrul et al., (2015) bahwa terdapat hubungan
riwayat BBLR dengan kejadian stunting sebanyak 4x dari pada tidak
riwayat BBLR.
Hubungan Panjang Badan Lahir Dengan
Kejadian Stunting Bayi Usia 0-30 Bulan
• Berdasarkan analisis bivariat , diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,497(>0,05). Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan data statistik tidak terdapat hubungan Riwayat Panjang
badan lahir dengan kejadian stunting bayi usia 0-30 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara
• Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erni Rukmana, (2016) pada 360 bayi di
wilayah Kota Bogor menunjukkan panjang badan lahir tidak ada hubungan dengan stunting
dengan P value 0,707 (p >0,05).
• panjang badan lahir bayi dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti sudah terpenuhinya
zat gizi bayi. Kecukupan zat gizi perorangan berbeda tergantung pada umur, aktivitas,
ukuran tubuh, keadaan fisiologis, derajat pertumbuhan, dan kebutuhan energi. Panjang
badan lahir didapatkan tidak ada hubungan dengan stunting karena balita di pidie tiap
bulan nya melakukan pemantauan status gizi yang dilakukan di posyandu sehingga orang
tua mendapatkan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan dasar dan penimbangan
rutin sehingga anak dapat terhindar dari permasalahan gizi

Anda mungkin juga menyukai