Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN
PUSTAKA
1. DEFINISI
STUNTING
• Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada
anak balita (bawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya

• KEMENKES  stunting adalah anak balita dengan nilai z-scorenya


kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD
(severely stunted)

(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2019)


2. FAKTOR PENYEBAB STUNTING

KEMENKES WHO (2021)


1. Praktik (2019)
pengasuhan tidak baik 1. Faktor keluarga & rumah tangga
2. Layanan kesehatan terbatas 2. Makanan yang tidak adekuat
3. Akses air bersih dan sanitas 3. Pemberian ASI
kurang 4. Infeksi
3. DAMPAK STUNTING
Proses tumbuh kembang menjadi terhambat.
balita pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan pendapatan yang rendah
sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben, 2018

Dampak jangka pendek Dampak jangka panjang

1. Postur tubuh tidak optimal saat dewasa


1. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
2. Risiko obesitas dan penyakit lain meningkat
2. 2. perkembangan kognitif, motoric, dan verbal
3. Menurunnya Kesehatan reproduksi
tidak optimal
4. Kapasitas belajar dan prforma kurang optimal
3. Penignkatan biaya kesehatan
5. Produktivitas dan kapasitas kerja tidak optimal
Standar Antropometri Status
Gizi Anak menurut MENKES
2019
FAKTOR RISIKO PENYEBAB STUNTING

1. ASI eksklusif
1. Paritas
2. Anemia pada ibu hamil
2. Penyakit infeksi balita
3. Usia kehamilan ibu
3. Penyakit infeksi (diare & ISPA)
4. Usia ibu saat hamil
4. Status Pendidikan ibu
5. Tinggi badan ibu
5. Riwayat BBLR
6. Tinggi badan ayah
6. Panjang badan lahir (PBL)
7. Status gizi ibu saat hamil
1. ASI EKSKLUSIF

Definisi
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa adanya penambahan cairan lainnya baik
itu susu formula, air putih, air jeruk, madu dan ataupun makanan tambahan lainnya hingga
bayi mencapai usia 6 bulan.

Hubungan ASI eksklusif dengan stunting


ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisi bayi. Konsumsi ASI juga dapat meningkatkan
kekebalan tubuh bayi sehingga mampu menurunkan risiko penyakit infeksi

(KEMENKES RI, 2018).


2. ANEMIA PADA IBU HAMIL

Definisi
Merupakan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan normal, Anemia
yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe), sehingga lebih
dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi (AGB).

Hubungan ASI eksklusif dengan stunting


Anemia pada remaja putri dan WUS akan terbawa hingga hamil dan menyebabkan : risiko BBLR,
pertumbuhan janin terhambat (PJT), bayi lahir dengan cadangan zat gizi rendah, dan menigkatnya
risiko kematian neonatal.

(Direktorat Gizi Masyarakat, Dirjen Kesmas Kemenkes RI, 2018)


KLASIFIKASI ANEMIA MENURUT
KELOMPOK UMUR

Tabel 2.2 Klasifikasi Anemia Menurut Kelompok


Umur (WHO, 2019)
3. USIA KEHAMILAN IBU

Hubungan usia kehamilan


Definisi Klasifikasi
dengan stunting
Masa yang dihitung sejak hari pertama haid Cukup bulan : 37-42 minggu,
terakhir. kurang bulan/preterm : < 37 Usia kehamilan kurang bulan 
minggu, posterm > 42 minggu pertumbuhan dan perkembanga janin
belum optimal  risiko BBLR 
risiko stunting

Astutik, Rahfiludin, & Aruben (2018)


4. USIA IBU SAAT HAMIL

Setengah dari perempuan yang pernah hamil di Indonesia mengalami kehamilan pertama kali pada
usia muda atau remaja.

Kondisi ibu sebelum memasuki masa kehamilan baik dilihat dari segi postur tubuh (tinggi badan
maupun berat badan) dan gizi harus diperhatikan dengan baik karena merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi stunting

(Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018)


5. TINGGI BADAN IBU

Postur tubuh ibu mencerminkan tinggi badan ibu dan lingkungan awal
yang dapat memberikan kontribusi terhadap tinggi badan anak sebagai
faktor independen,

Ibu yang memiliki tinggi badan pendek memiliki risiko sebesar 1,36 kali
mempunyai balita stunting bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki
tinggi badan normal

Oktarina & Sudarti (2013)


6. TINGGI BADAN AYAH

Salah satu atau kedua orangtua yang pendek akibat


kondisi patologi seperti defisiensi hormon pertumbuhan
memiliki gen di dalam kromosom yang membawa sifat
pendek, sehingga hal tersebut 17 memperbesar peluang
anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi
stunting.

(Nasikhah, 2022)
7. STATUS GIZI IBU HAMIL

Asupan gizi ibu


mempengaruhi pertumbuhan
Penilaian status gizi ibu
dan
hamil  LILA 
perkembangan janin
mengathui KEK

Ibu kurang gizi  risiko Ditandai BB < 40 kg dan


BBLR, abortus, kelainan dengan LILA < 23,5 cm
kongenital

(KEMENKES RI, 2018 ; Sulistyowati, 2021)


8. PARITAS

DEFINISI

keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun


mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah
anaknya (BKKBN, 2018)

HUBUNGAN PARITAS DENGAN


STUNTING
Penelitian oleh Inochi Lara Palino, dkk (2016) bahwa balita yang memiliki
ibu dengan paritas banyak mempunyai risiko mengalami stunting 3,25 kali
lebih besar dibandingkan dengan balita yang memiliki ibu dengan paritas
sedikit

(Inochi dkk, 2016)


9. PENYAKIT INFEKSI
BALITA
• Balita : kelompok umur yang rawan penyakit, seperti
infeksi cacing, diare dan ISPA.
• Penyakit infeksi  berat badan bayi turun.

• Terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai


dengan pemberian asupan yang cukup untuk proses
penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting

(Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018)


10. STATUS PENDIDIKAN IBU

Ibu berpendidikan baik  membuat keputusan yang akan meningkatkan


gizi dan Kesehatan anaknya dan cenderung memiliki pengetahuan gizi
yang baik (Yusdarif, 2019).

11. BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

BBLR : berat bayi baru lahir < 2.500 gr

Penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada masa kanak
– kanak. (Dewi & Widari, 2018).
12. PANJANG BADAN LAHIR

Panjang badan lahir pada baduta dapat berpengaruh terhadap


kejadian stunting karena bayi yang mengalami gangguan
tumbuh (growth faltering) sejak usia dini menunjukkan risiko
untuk mengalami growth faltering pada periode umur
berikutnya sehingga tidak mampu untuk mencapai
pertumbuhan optimal.

(Wellina, Kartasurya & Rahfilludin, 2019)


4. KERANGKA TEORI

Gambar 2. Kerangka teori

(Sumber : Modifikasi dari UNICEF (2014) dalam (UNICEF,


2018) dan (Anisa, 2020)
5. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Anda mungkin juga menyukai