Anda di halaman 1dari 31

PERENCANAAN

PENATAAN KOTA

Syarifudin, ST., M.Eng

POLITEKNIK NEGERI NUNUKAN


Syarifudin, ST., M.Eng

PERENCANAAN INDUK
DI INDONESIA

2
Syarifudin, ST., M.Eng

DASAR TEORI
PENYUSUNAN
PERENCANAAN INDUK

3
Syarifudin. ST., M.Eng

Rencana induk (master plan) merupakan istilah


yang berasal dari pendekatan yang menjadi dasar
teorinya yaitu perencanaan induk (master planning).

Saat ini, di indonesia pendekatan ini sudah tidak


dipakai lagi untuk merencanakan kota, tapi masih
dipakai untuk merencanakan bagian-bagian dari kota,
misalnya kota baru (perumahan skala besar, dan
kampus.
Syarifudin. ST., M.Eng

Perencanaan fisik kota pada awalnya


dianggap sebagai perluasan perencanaan dan
perancangan arsitektural kompleks bangunan,
sehingga dahulu pada masa lalu profesi
perencana kota banyak di isi oleh para arsitek.
Syarifudin. ST., M.Eng

Perencanaan induk merupakan rencana yang


diwujudkan sebagai diagram atau skema
pengaturan yang menunjukan urutan letak dan
waktu dari bangunan-bangunan yang akan
dibangun dalam kompleks bangunan. (Billings.
1993).

Perencanaan induk juga merupakan tahap


awal perancangan suatu kompleks bangunan.
Syarifudin. ST., M.Eng

Rencana induk merupakan rencana fisik


komprehensif yang mewadai program dan tujuan
organisasi, merangkai semua bagian dari organisasi
dan kegiatan menjadi satu kesatuan, yang juga
mengakomodasikan kemungkinan perubahan di
masa depan, sebagai kerangka perencanaan yang
fleksibel bagi organisasi untuk berfungsi dan
berkembang atau berubah. (Dober,1963)
Syarifudin. ST., M.Eng

Perencanaan induk terdiri dari 4 tahap (billings;


1993);
1. Perumusan kebutuhan atau program
2. Pengumpulan data fisik
3. Proses perancangan (design proses)
4. evaluasi

dalam tahap ini juga termasuk kegiatan untuk meminta arahan kebijakan
dan persetujuan dari pemeberi tugas atau penguasa (yang berwenang)
Syarifudin. ST., M.Eng

1. Perumusan kebutuhan atau program

Tahap pertama (tahapan non fisik); perencana


mengumpulkan antara lain arahan kebijakan dan aspirasi
dari pemberi tugas, persyaratan sosioekonomi dan politik,
analisis organisasi, kebutuhan organisasi saat ini dan
masa depan, lingkungan luar, pertimbangan hukum, dan
pertimbangan ekologi.
Lanjutan
Syarifudin. ST., M.Eng

2. Pengumpulan Data Fisik

Tahap Kedua (tahapan fisik) dilakukan pada lahan atau


lokasi yang akan dibangun serta lahan-lahan yang akan
dikembangkan.

Dilakukan pengumpulan data fisik dan analisis data


fisik; kondisi lokasi, kondisi lingkungan sekitar, transportasi,
topografi, kendala dilokasi (banjir dsb), fasilitas umum dan
utilitas fisik yang ada, zona-zona guna lahan, kepemilikan
lahan, iklim, geologi, dsb.
Syarifudin. ST., M.Eng
Lanjutan

3. Perancangan Fisik

Tahap Ketiga berupa perancangan fisik kompleks


bangunan (atau kota) dengan menggabungkan antara
hasil analisis non fisik dengan hasil analisis fisik.

Merupakan perancangan arsitetural, perancang


mempunyai metode dan kreativitas sendiri-sendiri yang
berbeda-beda dalam menghasilkan rancangan fisiknya.
Lanjutan
Syarifudin. ST., M.Eng

4. Evaluasi

Tahap Keempat merupakan evaluasi terhadap


rancangan yang dihasilkan sebelum rancangan di
anggap final.

Berdasarkan hasil tahap evaluasi dapat dilakukan


putaran (iterasi) kembali ke tahap ke-3, ke-2, bahan
tahap ke-1, sampai rancangan ditertima oleh pemberi
tugas (yang berwenang).
Syarifudin. ST., M.Eng

Hasil rancangan dapat berupa


diagram/peta/gambar/skema 2 dimensi atau 3 dimensi
beserta naskah narasi yang berisi pedoman implementasi
rencana induk.

Rencana induk bersifat rinci dan tergambarkan


secara jelas, dan karena itu perancangan induk sering
disebut juga sebagai perencanaan cetak biru (blueprint
planning).

Rencana induk berjangka panjang (10-15 tahun)


Syarifudin. ST., M.Eng
Syarifudin. ST., M.Eng
Syarifudin. ST., M.Eng
Syarifudin. ST., M.Eng
Syarifudin. ST., M.Eng

Pendekatan perencanaan dimasa lalu, pemberi


tugas atau pihak yang berwenang adalah penguasa,
raja otorita, pemerintah atau pengembang lahah.

Di era demokrasi; pengeuasa adalah masyarakat


setempat, para perencana profesional, staf-staf
pemda dan anggota-anggota lembaga legislatif
bersama-sama secara intensif bekerja menghasilkan
rencana induk.
Syarifudin. ST., M.Eng

Proses kerja tersebut dikenal dengan sebutan


charrette (Walter dan Brown, 2004). Dimana proses
tersebut perlu mengikuti 5 prinsip.

1. Melibatkan tiap orang dari sejak awal proses untuk


merumuskan visi komunitas yang dimiliki bersama.

2. Mengelola proses ini secara efektif untuk


membangun saling percaya antara tim dengan
publik
Lanjutan
Syarifudin. ST., M.Eng

3. Bekerja lintas fungsi untuk memaksimalkan


pembelajaran kelompok dan produktivitas.

4. Berkerja dengan putaran iterasi yang pendek


untuk menguji ide dan menstimulasi
partisipasi publik,

5. Bekerja sampai hal-hal rinci untuk menguji


kelayakan konsep-konsep alternatif
Syarifudin, ST., M.Eng

KARAKTERISTIK
PENYUSUNAN
PERENCANAAN INDUK

21
Syarifudin. ST., M.Eng

Pendekatan perencanaan induk (master


planning) merupakan perluasan dari
perancangan arsitektural bangunan dimana
perencanaan induk menangani kompleks
bangunan sampai kota, yang hasil
perencanaannya berfokus pada aspek fisik.
Syarifudin. ST., M.Eng

Proses perencanaannya didominasi oleh


arahan kebijakan pemberi tugas (penguasa,
otoritas) yang dijabarkan oleh perencana/
perancang (arsitek) menjadi rancangan fisik
kawasan/kota.
Syarifudin. ST., M.Eng

Tahapan Proses Perencanaan Induk


Syarifudin. ST., M.Eng

Pada masa akhir kolonial hindia belanda,


perencanaan induk (master planning) dipraktekkan di
indonesia untuk merencanakan kota (1970-an).

Kemudian keluar peraturan yang berlabel


perencanaan induk; PERMENDAGRI No. 2 th 1987
tentang penyusunan Rencana Induk Kota (RIK).

Tetapi isi peraturan tersebut sebenarnya lebih condong ke


perencanaan komprehensif, hanya labelnya saja yang berbunyi
perencanaan induk.
Syarifudin. ST., M.Eng

Setelah itu, perencanaan induk masih dipakai untuk


wilayah yang lebih sempit antara lain; perumahan skala
besar, kompleks balaikota, dan kampus perguruan tinggi.

Terkait perencanaan induk untuk kampus (1985),


Dirjendikti, Depdikbud mengeluarkan “Buku Petunjuk
penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta” yang berbasis pendekatan
proses perencanaan induk (master planning).
Syarifudin. ST., M.Eng

Tahapan Proses penyusunan rencana induk pengembangan perguruan tinggi


Syarifudin. ST., M.Eng

Daftar isi bagian rencana induk pengembangan perguruan tinggi


Syarifudin. ST., M.Eng

Pada sekitar th 1996, Depdiknas memperkenalkan


pendekatan perencanaan strategis untuk pengembangan
perguruan tinggi se-indonesia yang diterapkan pada awal
th 2000-an.

pada saat yang sama, kebutuhan untuk mengatur


bangunan dan lingkungan masih dirasakan, maka banyak
perguruan tinggi yang tetap mempunyai rencana induk
kampus di samping rencana strategis pengembangan.
Syarifudin. ST., M.Eng

Perencanaan kawasan publik yang mencakup


bangunan dan lingkungan saat ini di indonesia
disebut sebagai penyusunan rencana tata
bangunan dan lingkungan (RTBL).

Penyusunan RTBL di atur dalam Permen PU


No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Banungan dan Lingkungan.
Syarifudin. ST., M.Eng

Pedoman RTBL tersebut disusun berdasarkan


pendekatan proses Perencanaan Komprehensif,
seperti juga penyusunan RTRW.

Anda mungkin juga menyukai