Anda di halaman 1dari 48

PERENCANAAN

PENATAAN KOTA

Syarifudin, ST., M.Eng

POLITEKNIK NEGERI NUNUKAN


PERENCANAAN KONFREHENSIF
DI INDONESIA

Syarifudin, ST., M.Eng 2


DASAR TEORI PENYUSUNAN

PERENCANAAN KOMPREHENSIF

Syarifudin, ST., M.Eng 3


Pada dasarnya pendekatan rational comprehensive
planning berkembang dari dua pemikiran;
a. Rasionalitas
b. Pendekatan sistem.
Rasionalitas diartikan sebagai penggunaan
pendekatan ilmiah dalam menganalisis dan memecahkan
masalah sedangkan kata Komprehensif artinya
menyeluruh.

Syarifudin, ST., M.Eng 4


Pendekatan Rational Comprehensive Planning
ingin mencakup masalah yang dihadapi secara menyeluruh
(komprehensif), maka perencana (ahli/pakar) di anggap
mengetahui semua hal, diantaranya;
a. Keinginan masyarakat
b. Kemungkinan alternatif yang ada
c. Ketidakpastian
d. Konsekuensi dari setiap alternatif rencana.

Syarifudin, ST., M.Eng 5


Untuk dapat menerapkan rasionalitas dalam
proses perencanaan maka selain dibutuhkan
perencana yang “Serba Tahu” dan mampu
mensintensiskan semua persoalan yang muncul,
juga dibutuhkan informasi yang lengkap dan
menyeluruh dalam cakupan perencanaan.
(musiyam, 1996)

Syarifudin, ST., M.Eng 6


Menurut Chadwick (1978), Proses perencanaan dapat mengacu ke
pendekatan sistem dengan urutan langkah siklus, diantaranya;
1. Penelusuran masalah
2. Deskripsi sistem
3. Pemodelan sistem
4. Proyeksi sistem ke masa depan
5. Sintesis sistem untuk mengembangkan berbagai alternatif dan
memilih alternatif terbaik.
6. Pengendalian sistem dalam rangka implementasi sistem yang terpilih
7. Umpan balik ke langka pertama (Membentuk Siklus)

Syarifudin, ST., M.Eng 7


Menurut Chadwick (1978), berdasarkan pendekatan sistem
tersebut, proses perencanaan wilayah dan kota mencakup 7 langkah
siklus diantaranya;
1. Penelusuran masalah.
2. Perumusan tujuan.
3. Proyeksi tujuan ke masa depan.
4. Evaluasi proyeksi masa depan.
5. Evaluasi berbagai alternatif rencana dan memilih alternatif terbaik.
6. Evaluasi kinerja dalam implementasi rencana.
7. Umpan balik ke langka pertama (Membentuk Siklus)

Syarifudin, ST., M.Eng 8


Perencanaan komprehensif mencakup seluruh bagian
wilayah dan analisisnya dilakukan terhadap seluruh aspek
kehidupan perkotaan (kependudukan, perekonomian,
sosial, transportasi, guna lahan, dsb).
Dalam penerapannya, mengerucut pada rencana fisik
dan tata ruang. Di indonesia berupa Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
Dengan karakteristik jangka panjang (long-range
planning) perencanaan 20 – 25 tahun kedepan.

Syarifudin, ST., M.Eng 9


KARAKTERISTIK PENYUSUNAN

PERENCANAAN KOMPREHENSIF

Syarifudin, ST., M.Eng 10


Karena berdasarkan sifat rasional (keahlian),
perencanaan dilakukan oleh tim pakar yang terdiri dari para
ahli perencanaan (tanpa melibatkan masyarakat).
Cenderung memperlakukan semua hal itu sama
pentingnya, tanpa terpengaruh atau tidak ada prioritas
pada suatu masalah atau isu-isu tertentu saja.
Walaupun tanpa keterlibatan masyarakat, namun
pada pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh para
wakil masyarakat di lembaga legislatif.

Syarifudin, ST., M.Eng 11


Proses perencanaa komprehensif, umumnya dilakukan
secara sekuensial (urut); mencakup 4 hal:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisis
3. Penyusunan rencana
4. Implementasi rencana (pemantauan, evaluasi, dan
pengendalian)
Kemudian proses berulang ke langkah ke-1,
membentuk suatu siklus

Syarifudin, ST., M.Eng 12


Dalam pengulangan
Proses, dibutuhkan
kegiatan review rencana
sebelumnya.
Hasil review tersebut
menentukan perlu tidak
rencana diubah.

Proses Perencanaan Komprehensif


Syarifudin, ST., M.Eng 13
1. Pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data mencakup semua hal
(misal; kependudukan, sosial, ekonomi,
perumahan, transportasi, utilitas, pertanian,
kehutanan, dan guna lahan).
Indonesia menerapkan pengumpulan data
perencanaan tata ruang yang berpedoman dari
Kementerian Pekerjaan Umum.

Syarifudin, ST., M.Eng 14


2. Analisis
Dari aspek cakupan wilayah, ada 2 macam
analisis;
a. Analisis dalam konteks yang lebih luas (regional)
Mengkaji posisi dan peran wilayah yang
direncanakan dalam kontek yang lebih luas (region)
dan keterkaitannya denga wilayah- wilayah lain
setingkat (misal; kajian sistem kota-kota).

Syarifudin, ST., M.Eng 15


b. Analisis dalam wilayah perencanaan
Analisis yang dilakukan terfokus pada wilayah
yang direncanakan (provinsi, kabupaten atau
kota). Yang didalamnya terdapat sub-sub
wilayah (kawasan) yang perlu dikaji
hubungannya (masalah dan potensinya, terkait
sistem wilayah).

Syarifudin, ST., M.Eng 16


Dari aspek waktu, ada 3 macam analisis;
a. Analisis kecenderungan (trend) dari masa lalu
sampai sekarang.
b. Analisis saat ini
c. Analisis prediksi masa yang akan datang

Syarifudin, ST., M.Eng 17


Dari aspek substansi;
Dengan mempertimbangkan keterkaitan
antarsubstansi. misal; analisis regional sebaiknya
dilakukan sebelum analisis lokal (karena ada
pengaruh regional terhadap lokal, dan juga karena
region dianggap sebagi faktor eksternal bagi
lokal).

Syarifudin, ST., M.Eng 18


Analisis regional meliputi substansi;
1. perekonomian regional,
2. mobilitas penduduk regional,
3. lingkungan hidup regional

Syarifudin, ST., M.Eng 19


Pada analisis lokal, terlebih dahulu dilakukan
analisis kependudukan (perencanaan wilayah untuk
kesejahteraan penduduk, setelah mempertimbangkan
pelestarian lingkungan regional) karena berpengaruh ke
banyak substansi; kebutuhan perumahan, transportasi,
utilitas, fasilitas umum, dsb. (yang dibutuhkan oleh
penduduk).
Semua itu perlu diwadahi dalam ruang wilayah, sehingga
dibutuhkan analisis ruang wilayah (termasuk analisis guna
lahan)

Syarifudin, ST., M.Eng 20


Semua hasil analisis tersebut menjadi bahan
untuk melakukan analisis perumusan usulan
kebijakan dan arah pengembangan wilayah
perencanaan ke masa yang akan datang.
Usulan kebijakan dan pengembangan
tersebut diteruskan ke langka selanjutnya, yaitu
langkah “penyusunan rencana”

Syarifudin, ST., M.Eng 21


3. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana mencakup langkah-
langkah;
a. Perumusan tujuan
b. Pengembangan alternatif rencana
c. Evaluasi dan seleksi alternatif rencana
d. Penyusunan dokumen rencana dan
pengesahan rencana.

Syarifudin, ST., M.Eng 22


Kegiatan perumusan tujuan dan sasaran
dilakukan oleh penentu keputusan publik
(pemerintah daerah dan DPRD). Demikian juga
pengesahan rencana menjadi wewenang penentu
kebijakan publik.
Berdasarkan usulan kebijakan dan arah
pengembangan dari para perencana serta
masukan dari masyarakat luas.

Syarifudin, ST., M.Eng 23


4. Implementasi rencana
Para perencana perlu memahami
pelaksanaan atau implementasi rencana
agar dalam merumuskan usulan rencana
dapat mempertimbangkan kesulitan,
hambatan dan kendala yang kemungkinan
akan dihdapai pada tahapan implemnetasi

Syarifudin, ST., M.Eng 24


Kegiatan implementasi rencana mencakup
langkah-langkah;
a. Penetapan program
b. Penetapan kegiatan dan anggaran
c. Pelaksanaan program dan kegiatan
d. Pemantauan, evaluasi dan pengendalian
pelaksanaan program dan kegiatan.

Syarifudin, ST., M.Eng 25


Bila proses berulang (siklus), maka di awal proses
perencanaan dapat ditambahkan langkah-langkah;
a. Persiapan (administrasi dsb)
b. Review terhadap rencana yang ada dan
implementasinya.
Hasil review memutuskan perlu tidaknya rencana
yang ada diubah, antara lain untuk menyesuaikan dengan
perkembangan situasi dan kondisi terbaru.

Syarifudin, ST., M.Eng 26


PEDOMAN PELAKSANAAN

PERENCANAAN KOMPREHENSIF

Syarifudin, ST., M.Eng 27


UU yang memayungi kegiatan penataan ruang
saat ini, UU no. 26 th. 2007 tentang penataan
ruang. Dinyatakan dalam pasal 5;
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas
sistem wilayah dan sistem internal perkotaan
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama
kawasan terdiri atas kawasan lindugn dan
kawasan budi daya

Syarifudin, ST., M.Eng 28


3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrativ terdiri
atas penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.
4. Penataan berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas
penataan ruang kawasan perkotaan dan pedesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan
terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional,
provinsi, kabupaten/kota.

Syarifudin, ST., M.Eng 29


Tiga hal perlu diperhatikan dari pasal 5 tsb
bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah
indonesia;
a. Berdasarkan pendekatan sistem,
b. Batas wilayah perencanaan mengacu pada
batas wilayah adiministratif, dan
c. Memperhatikan nilai strategis kawasan.

Syarifudin, ST., M.Eng 30


Peraturan perundang-undangan yang memayungi
penerapan perencanaan komprehensif di bidang tata
ruang;

1. PERMENPU No.15/PRT/M/2009 tentang “Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
2. PERMENPU No.16/PRT/M/2009 tentang “Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
3. PERMENPU No.17/PRT/M/2009 tentang “Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Syarifudin, ST., M.Eng 31


Terkait dengan proses perencanaan;
1. Ketiga pedoman tersebut dibedakan antara proses
(langkah-langkah teknis) dan prosedur (langkah-
langkah formal administratif yg harus dipenuhi agar
proses penyusunan dan pengesahan rencana tata
ruang wilayah.
2. Ketiga pedoman tersebut (dalam hal perencanaan)
berlaku untuk tingkat wilayah yang berbeda, provinsi,
kabupaten, kota. Mempunyai pola garis besar yang
sama dengan sedikit perbedaan dalam rinciannya.

Syarifudin, ST., M.Eng 32


PROSES PENYUSUNAN KOMPREHENSIF
PRAKTEK PROSES PENYUSUNAN RK DI INDONESIA

Garis besar tiga pedoman


(No.15,16,17/PRT/M/2009
) proses perencanaan tata
ruang wilayah (prov,
kab, kota)

Syarifudin, ST., M.Eng 33


Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah

Syarifudin, ST., M.Eng 34


Roses rinci pada tahap (1) persiapan

Syarifudin, ST., M.Eng 35


Proses rinci pada tahap (2) Pengumpulan data dan informasi

Syarifudin, ST., M.Eng 36


Proses rinci tahap (3) Analisis

Syarifudin, ST., M.Eng 37


Proses rinci tahap (4) Perumusan Konsep Renacan

Syarifudin, ST., M.Eng 38


Proses rinci pada tahap (5) penyusunan dan (6) penetapan
raperda menjadi perda

Syarifudin, ST., M.Eng 39


Dalam hal substansi (isi) analisis, terdapat
perbedaan antara penyusunan RTRW provinsi,
kabupaten di satu pihak dengan proses
penyusunan RTRW Kota di pihak lain.
Substansi analisis RTRW Kota relatif berbeda
dengan substansi analisis RTRW Kab dan Prov.

Syarifudin, ST., M.Eng 40


Kerangka Substansi analisis dan muatan RTRW Kota

Syarifudin, ST., M.Eng 41


Kerangka Substansi analisis dan muatan RTRW Kabupaten

Syarifudin, ST., M.Eng 42


Kerangka Substansi analisis dan muatan RTRW Provinsi

Syarifudin, ST., M.Eng 43


Terkait dengan muatan RTRW (provinsi),
arti “rencana struktur ruang wilayah”, “pola
ruang wilayah” dan “kawasan strategis”
dijelaskan sebagai berikut.
(PerMenPU no. 15/PRT/M/2009).

Syarifudin, ST., M.Eng 44


1. Rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana
yang mencakup rencana sistem perkotaan dalam
wilayah provinsi yang berkaitan dengan kawasan
pedesaan dalam wilayah pelayanannya, dan
rencana sistem prasarana wilayah provinsi yang
mengitegrasikan wilayah provinsi serta melayani
kegiatan skala provinsi, yang akan dituju sama
akhir masa perencanaan (20 Tahun).

Syarifudin, ST., M.Eng 45


2. Pola ruang wilayah; rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah provinsi yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan budidaya sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW provinsi yang memberikan
gambaran pemanfaatan ruang wilayah provinsi
hingga 20 tahun mendatang

Syarifudin, ST., M.Eng 46


3. Kawasan strategis; kawasan yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,
lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya
dan teknologi.

Syarifudin, ST., M.Eng 47


Pedoman penyusunan RTRW saat ini mendapat
pengaruh pendekatan strategic planning (unsur visi dan
kawasan strategis) maupun participatory planning
(unsur peran serta masyarakat walaupun relatif kecil).

Meskipun demikian, hal ini menunjukan respon yg


lebih baik terhadap tuntutan demokratisasi perencanaan
yang makin makin meningkat di indonesia.

Syarifudin, ST., M.Eng 48

Anda mungkin juga menyukai