Anda di halaman 1dari 14

Kasus Kepailitan

PT Dirgantara Indonesia

Kelompok 2
Keziah Christiangie (1906327456) Fath Inayah Maha (1906410810)

Amalia Budiwati (1906410432) Ismaya Putri Karisa (1906411012)

Elvira (1906410754) Josua Putra Tambunan (1906411063)

Fadhilah Zahra (1906410773) Reynika Ashfahani (2006550263)


Fakultas Hukum
Farah Meutia (1906410804)
Program Magister Kenotariatan Ully Elizabeth (2006550452)

Universitas Indonesia
Terdapat 3 hal yang menarik untuk dibahas:

1. Kepailitan terhadap BUMN yang berbentuk Persero


2. Aset BUMN berbentuk Persero merupakan Aset Negara
3. Solvency Test

Tesis dengan Judul

“Tinjauan Yuridis Mengenai Syarat Sahnya Pailit Terhadap


BUMN Sesuai dengan UU Kepailitan Pada Kasus Kepailitan
PT Dirgantara Indonesia”

Yang ditulis oleh Muhammad Ramadhani

2
Putusan Pengadilan Niaga DUDUK PERKARA

Jakarta Pusat Nomor Dalam permohonan yang dilakukan oleh Pemohon tanggal 13 Juli 2007
41/Pailit/2007/PN.Niaga/Jkt.Pst diketahui bahwa:

● Kreditur dari Termohon:


Para Pihak: - Termohon memiliki utang jatuh tempo yang dapat ditagih
kepada 6.561 orang pekerja yang diputus hubungan kerjanya
oleh Termohon (termasuk didalamnya pemohon) berdasarkan
Pemohon: Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat
1. Heryono (P4 Pusat) No. 142/03/02-8/X/PHK/1-2004 tanggal 29 Januari
2. Nugroho 2004 yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht);
3. Sayudi - Pekerja lainnya yang berjumlah 3.500 orang;
- Bank Mandiri dengan piutang sebesar Rp. 125.658.033.228,.
Para Pemohon termasuk pekerja yang diputuskan
hubungan kerjanya oleh Termohon ● Bentuk Utang Termohon:
Utang tersebut berupa kompensasi pensiun berdasarkan besarnya
upah pekerja terakhir dan jaminan hari tua sesuai dengan ketentuan
Termohon: UU No.3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.
PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Walaupun sudah dilakukan peneguran oleh Depnaker, tetap
belum dibayar oleh Termohon.

3
● Kapasitas Pemohon
Pemohon pailit tidak memiliki kapasitas mengajukan pailit
karena Termohon merupakan BUMN yang 100% sahamnya
Jawaban dimiliki Negara, maka berdasarkan Ps. 2 ayat (5) UU
Kepailitan yang berwenang adalah Menteri keuangan
Termohon Pailit
● Mengenai Utang Pemohon
Termohon Pailit menyangkal adanya hutang karena
Termohon Pailit tidak memiliki utang atau kewajiban dalam
bentuk apapun kepada Pemohon Pailit.

● Mengenai Pembuktian Sederhana


Unsur pembuktian sederhana dalam pasal 8 ayat (1) UU
Kepailitan tidak terpenuhi karena utang yang didalilkan
Pemohon Pailit “Tidak Pernah Ada”.

● Mengenai Unsur Jatuh Tempo


Menurutnya unsur jatuh tempo pada pasal 2 ayat 1 UU
Kepailitan tidak terpenuhi karena tidak ada utang yang telah
jatuh tempo.

4
1. Status Termohon Bukan BUMN Kepentingan
Pertimbangan Hakim Publik
- Termohon bukan merupakan BUMN yang
Pengadilan Niaga Jakarta bergerak di bidang kepentingan publik, maka
permohonan pailitnya dapat diajukan oleh siapa
Pusat saja.
- Pengaturan bahwa BUMN Kepentingan publik
harus seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham TIDAK dapat dipenuhi
oleh Termohon karena PT.DI modalnya terbagi
atas saham.

2. Persyaratan Kreditur Terpenuhi


Dinyatakan bahwa benar Termohon memiliki 2 orang
atau lebih kreditur dan tidak membayar utang yang
telah jatuh tempo serta dapat ditagih

5
● Mengabulkan permohonan pemohon untuk
Putusan Hakim seluruhnya
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
● Menyatakan PT. Dirgantara Indonesia
No 41/Pailit/2007/PN.Niaga/Jkt.Pst. (Termohon) Pailit dengan segala akibat
hukumnya

● Mengangkat Taufik Nugroho, S.H. sebagai


Kurator.

● Menunjuk H. Zulfahmi, S.H., M.Hum. sebagai


Hakim Pengawas.

● Membebankan kepada termohon pailit untuk


membayar biaya perkara.
6
Pertimbangan Hakim
● PT. DI Merupakan BUMN Kepentingan Publik
Putusan MA
❏ Meskipun modal dari PT.DI terbagi atas saham
Nomor 075 K/Pdt.Sus/2007
yang dipegang oleh Menteri BUMN dan Menteri
Keuangan, tetapi hal tersebut hanya untuk
Para Pihak: memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan ayat
(3) UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang PT yang
Pemohon Kasasi: mencanangkan pemegang saham perseroan
1. PT. Dirgantara Indonesia minimal 2 orang.
2. PT. Perusahaan Pengelola Aset ❏ Terbaginya modal atas saham yang seluruhnya
milik negara tidak membuktikan Pemohon
Kasasi I adalah BUMN yang tidak bergerak di
kepentingan publik.
❏ Maka, Termohon termasuk pada kriteria Pasal 2
ayat (5) UU Kepailitan, oleh karenanya
permohonan pailit hanya diajukan oleh Menteri
Termohon Kasasi:
Keuangan.
3. Heryono
4. Nugroho
5. Sayudi
7
● PT. DI Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak
Pertimbangan Hakim ❏ Lampiran Permen Perindustrian RI Nomor
Putusan MA 03/M-IND/PER/4/2005 menyatakan bahwa
Nomor 075 K/Pdt.Sus/2007 PT. DI masuk sebagai objek vital industri oleh
karenanya menyangkut hajat hidup orang
banyak

● Aset PT.DI merupakan aset Negara


❏ Pasal 50 UU Perbendaharaan Negara
melarang untuk melakukan penyitaan
terhadap barang milik negara.
❏ Sehingga tidak dapat dilakukan sita kecuali
kepailitan dilakukan oleh Menteri Keuangan
selaku wakil Pemerintah (Pasal 6 ayat (2)
huruf a jo. Ps. 8 UU Keuangan Negara).

8
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari
Putusan Hakim MA Pemohon Kasasi, yang terdiri dari:
a) PT. Dirgantara Indonesia (Persero)
Nomor 075 K/Pdt.Sus/2007 b) PT. Perusahaan Pengelola Aset (Persero)
2. Menolak permohonan para Pemohon
(Termohon Kasasi).
3. Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No
41/Pailit/2007/PN.Niaga/Jkt.Pst.
4. Menghukum para Termohon Kasasi
(Pemohon) untuk membayar biaya perkara
dalam dua tingkat peradilan.

9
1. Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan menyebutkan kewenangan
permohonan pernyataan pailit BUMN yang bergerak di bidang
kepentingan publik ada pada Menkeu. Kepentingan publik
Kepalitan Terhadap berarti :
○ BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara;

BUMN 2.
○ BUMN tidak terbagi atas saham

Sedangkan berdasarkan UU BUMN, yang memenuhi kriteria


pada penjelasan Pasal 2 ayat (5) tersebut hanya BUMN dalam
bentuk Perusahan umum (perum).

3. Pengadilan Niaga menyatakan mantan karyawan PT DI berhak


mengajukan pailit karena PT DI merupakan Persero yang
terbagi atas saham (berdasarkan pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan,
hanya perusahaan yang tidak terbagi atas saham yang
permohonan pailitnya hanya dapat diajukan oleh Menkeu).

4. Berdasarkan Putusan Kasasi, BUMN yang seluruh modalnya


dimiliki oleh negara, yang melaksanakan kegiatan kepentingan
publik, hanya dapat dimohonkan pailit oleh Menkeu.

10
1. Dalam putusan kasasi, Hakim dalam pertimbangannya
Aset BUMN Merupakan menyatakan aset PT DI merupakan aset negara yang
tidak dapat disita
Aset Negara 2. Hal ini menimbulkan inkonsisten dengan fatwa MA No.
WKMA/Yud/20/VIII/2006 yang dalam fatwa tersebut
MA memisahkan BUMN dari negara dengan
berpandangan piutang BUMN bukan merupakan
piutang negara

3. PT DI merupakan merupakan perusahan milik negara


dengan status Persero

4. Dalam Persero, terdapat pemisahan harta kekayaan,


sehingga kekayaan yang didapat baik melalui
penyertaan negara maupun yang diperoleh dari kegiatan
bisnis Persero, demi hukum menjadi kekayaan Persero
itu sendiri

5. Sehingga, Aset yang dimiliki oleh PT DI selaku BUMN


bukanlah aset negara karena telah terjadi pemisahan
harta kekayaan
11
1. Di Indonesia tidak dikenal adanya solvency test terlebih dahulu
sebelum diajukan permohonan pailit. Harusnya, UU Kepailitan juga
memberikan pengaturan tentang kondisi keuangan Debitor sebagai
syarat untuk bisa dinyatakan pailit.

Solvency Test 2. Dalam Penjelasan UU Kepailitan, dijelaskan bahwa salah satu asas
dari UU Kepailitan adalah asas kelangsungan usaha, dimana Debitor
yang masih prospektif dimungkinkan untuk melangsungkan
usahanya.

3. Untuk melihat prospektif Debitor salah satunya dapat dilihat dari


keadaan keuangannya. Namun, UU Kepailitan sama sekali tidak
menyinggung tentang kondisi keuangan Debitor sebagai syarat
dijatuhkanya putusan pailit. Lembaga kepailitan harusnya digunakan
sebagai upaya terakhir (uitimum remedium) dalam menyelesaikan
utang-utang yang sudah tidak mampu lagi dibayar oleh Debitor.

4. Pembuktian sederhana dalam UU kepailitan hanya meliputi syarat


adanya dua kreditor atau lebih serta minimal satu utang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih, artinya apabila syarat-syarat tersebut telah
terbukti maka hakim harus mengabulkan permohonan pailit tanpa
mempertimbangkan bagaimana kondisi keuangan debitor. Dengan
demikian debitor dengan mudah dapat dinyatakan pailit, sehingga
solvency test itu sangat diperlukan.

12
● Kesimpulan
a. BUMN yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU
Kepailitan adalah Perum, sehingga dapat disimpulkan

Kesimpulan bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap BUMN


dalam bentuk Persero dapat dimohonkan pailit oleh
pihak manapun selain Menkeu.
b. BUMN yang terbagi atas saham merupakan PT biasa.
Kekayaan Persero bukan termasuk kekayaan negara lagi
karena sudah dipisahkan. Aset yang dimiliki Persero
bukan lagi merupakan asset negara, melainkan asset
badan hukum tersebut.
c. Di Indonesia, Hukum Kepailitan tidak memperhatikan
kesehatan uang dari debitor sehingga meskipun
keuangan debitor itu solven tetap bisa dipailitkan
sepanjang sudah memenuhi syarat adanya utang yang
tidak dibayar lunas serta adanya dua kreditor atau lebih.

13
TERIMA KASIH

14

Anda mungkin juga menyukai