Anda di halaman 1dari 18

SMALL GROUP LEARNING (SGL)

PERITONITIS
MPPD : Muhammad Adzan Al Qadri
Pembimbing : dr. Ferdian Hidayat, Sp.B-KBD

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN
Anatomi Peritoneum
● Terdiri dari satu lapis epitel skuamosa
(mesotelium)

● Luas permukaan 1.0 – 1.7 m2

● Organ intraperitoneum : lambung,


jujunum, ileum, secum, apendiks,
kolon transversum, kolon sigmoid,
hepar, kandung empedu, limpa.

● Organ retroperitoneum : duodenum,


colon acendens, colon decendens,
rectum pankreas, ginjal, ureter,
kelenjar suprarenal.
● Rongga peritoneum terbagi menjadi greater
sac dan lesser sac (bursa omentalis).

● Rongga peritoneum berisi cairan serosa steril


(<100 mL), dengan kurang dari 300 sel/mm 3
(terutama sel mononuklear), berat jenis
dibawah 1.016 dan protein dibawah 3 gr/dL
(terutama albumin).
Rongga peritoneum dibagi menjadi
kompartemen yang saling berhubungan
oleh 11 ligamen dan mesenterium :
● Ligamen Coronary
● Ligamen Gastrohepartic
● Ligamen Hepatoduodenal
● Ligamen Falciform
● Ligamen Gastrocolic
● Ligamen Dudenocolic
● Ligamen Gastroplenic
● Ligamen Splenorenal
● Ligamen Phrenicocolic

+ Mesoncolon transversum dan


mesenterium jejunoileum.
Fisiologi
Fungsi :

● Mengontrol jumlah cairan dalam


rongga peritoneum.

● Mendorong pembuangan atau


pengeluaran bakteri dari rongga

● Memiliki membran semipermeabel yang peritoneum.

berfungsi sebagai pertukaran cairan. Sirkulasi ● Memfasilitasi migrasi sel


cairan didorong oleh pergerakan diafragma. inflamasi dari mikrovaskular ke

● Terdapat pori-pori dalam peritoneum yang dalam rongga peritoneum.

menutupi permukaan inferior diafragma


(stomata) berhubungan dengan pembuluh
limfatik dalam diafragma.
Definisi & Etiologi
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen yang terdiri dari
kumpulan gejala yang sering dijumpai akibat peradangan
pada peritoneum karena adanya proses inflamasi pada
rongga peritoneum.

Penyebab :

● Peritonitis Primer : Eschericia coli, klebsiella sp.,


proteus, pseudomonas, streptococcus, jamur.

● Peritonitis Sekunder : Ulcus gaster, pembedahan


yang tidak steril, perforasi usus, perforasi apendiks.

● Peritonitis Tersier : Mycobacterium tuberculosis, HIV.


Klasifikasi
Peritonitis primer (spontan) atau Peritonitis sekunder : Peritonitis tersier :
peritonitis bakterial spontan :
Terjadi akibat invasi isi saluran Terjadi pada pasien pasca tindakan
Terjadi akibat adanya penyakit crena atau akibat trauma tajam CAPD dan immunocompromise.
primer yang menyebabkan infeksi sehingga rongga peritoneum
menyebar sampai ke saluran terkontaminasi oleh material
cerna. kimiawi, darah, atau benda asing.

Faktor Risiko : Infeksi bakteri, cedera kimia, iskemik dan trauma langsung.
Epidemiologi
● Data epidemiologi peritonitis bervariasi tergantung
dengan penyebabnya, tetapi beberapa literatur
menunjukkan bahwa prevalensi peritonitis meningkat
pada pasien dengan asites.

● Peritonitis bakterial spontan adalah infeksi bakteri


yang paling sering pada pasien sirosis. Peritonitis
bakterial spontan dilaporkan ditemukan pada 10-
30% pasien sirosis yang dirawat di rumah sakit.

● Belum terdapat data epidemiologi untuk peritonitis di


Indonesia.
Patofisiologi
Infeksi / trauma abdomen

Isi saluran cerna, cairan empedu, cairan pankreas, urine, atau


darah mengisi rongga peritoneum

Permeabilitas vaskular, eksudasi cairan merangsang respon netrofil


dan sitokin

Mengaktifkan serabut nyeri pada peritoneum parietal dan visceral

Kontraksi dinding otot perut untuk membatasi gerakan dinding


perut, gerakan peristaltik usus tertahan (melemah / hilang)
Respon Primer Respon Primer
(Peradangan Membran) (Hipovolemia)

Injury menyebabkan sel mast mengeluarkan  Inflamasi yang terjadi menyebabkan


histamin yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan eksudasi cairan ke dalam
peningkatan permeabilitas membran peritoneum, rongga peritoneum dan jaringan ikat longgar
kemudian dilanjutkan dengan peningkatan subendotelial.
vaskular peritoneum dan menyebabkan terjadinya
 Adanya usus atonik dan berdilatasi juga akan
transudasi cairan dan eksudasi cairan dan
mengakumulasikan cairan ke dalam lumen
menyebabkan timbulnya cairan bebas pada
yang mengakibatkan gangguan absorpsi
peritoneum.
cairan yang dapat menyebabkan terjadinya
syok hipovolemik.
Respon Primer
(Peningkatan Tekanan Intra-abdominal)
 Iritasi peritoneal menyebabkan terjadinya hiperosmolaritas dan
mengakibatkan timbulnya depresi motilitas usus dan mengakibatkan
terjadinya ileus paralitik.

 Cairan dalam peritoneum yang berlebihan menyebabkan rongga


peritoneum mengalami distensi dan terjadi akumulasi cairan pada
lumen usus yang mampu meningkatkan tekanan intra abdominal.
Respon Sekunder Respon Sekunder
(Endokrin dan Ginjal) (Sirkulasi dan Respirasi)
 Peritonitis mengakibatkan stimulasi organ  Jantung : penurunan volume cairan
endokrin sehingga medulla adrenal ekstraseluler menyebabkan terjadinya
mengeluarkan adrenalin dan nonadrenalin penuruan venous return dan cardiac output,
sehingga mengakibatkan vasokontriksi dan sehingga harus dilakukan pemberian cairan
terjadi takikardi. intravena.

 Peritonitis menyebabkan terjadinya syok  Paru : peritonitis menyebabkan edema


hipovolemik dan CO menurun sehingga peritoneum sehingga terjadi distensi
terjadi penurunan renal blood flow dan GFR abdomen dan nyeri sehingga menghambat
yang mengakibatkan sekresi aldosteron dan gerakan napas yang mengharuskan
ADH meningkat sehingga rearsobsi garam, terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan
air, dan kalium meningkat. karena hipoksia yang dapat menimbulkan
alkalosis respiratorik.
Manifestasi Klinis
● Demam
● Mual dan muntah
● Takipneu
● Dehidrasi
● Distensi abdomen dan penurunan bising usus
● Rigiditas abdomen
● Nyeri tekan dan nyeri lepas
● Takikardi
● Tidak dapat BAB / Flatus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
● Darah rutin : leukositosis, anemia (tergantung kasus)
● Fungsi hati dan ginjal : mengalami peningkatan
● Elektrolit : imbalance electrolyte
Ringler Sign

Pemeriksaan Radiologi :
● Foto polos abdomen : udara bebas dibawah diafragma
● USG abdomen dan CT-Scan abdomen : identifikasi penyebab peritonitis

Football Sign
Penatalaksanaan Awal
● Koreksi volume sirkulasi dan ketidakseimbangan elektrolit
● Dekompresi gastrointestinal
● Pemberian antibiotik
● Koreksi kehilangan cairan
● Pemberian analgesia
● Pantau tanda-tanda vital atau hemodinamik Laparotomy

Tatalaksana definitif : dilakukan untuk mengatasi penyebab peritonitis.

Tatalaksana pembedahan : Laparotomy


Pembedahan
Operasi dilakukan untuk menghilangkan penyebab kontaminasi peritoneum. Prosedur operasi yang
digunakan bergantung pada penyebab kontaminasi yang didapatkan pada saat tindakan operasi
berlangsung (Laparotomy) dan kemudian dilakukan peritoneal lavage dan peritoneal drainage.

Peritoneal Drainage

Peritoneal Lavage
Diagnosis Banding & Komplikasi
Diagnosis Banding : Komplikasi :
● Ileus obstruksi ● Bakteremia
● Ileus paralitik ● Kegagalan sistem respirasi
● Gastritis ● Gagal ginjal
● Pankreatitis ● Multiple organ failure

Prognosis : Umumnya dubia ad malam


Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes
icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai