Anda di halaman 1dari 9

SKRIPSI

Penerapan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi


Kecemasan Berbicara Siswa di Depan Kelas
SMA Negeri 10 Gowa

YULI LISTYANI
(1844041008)

Dosen Pembimbing I : Dosen Pembimbing II :


Drs. Muhammad Anas, M.Si Akhmad Harum, S.Pd., M.Pd.
Penguji I : Dr. Abdullah Sinring, M.Pd.

Latar belakang Penulisan disesuaikan


Paragraf masih lompat- dengan panduan penulisan
lompat (tidak jelas), skripsi yang terbaru
fenomena covid-19
dihilangkan saja
Penguji II : Aswar, S.Pd., M.Pd.

Abstrak (hal. v) Telah ditambahkan


Sampelnya didapatkan dari mana

Kata asing yang tidak dimiringkan (hal. 18, 22, 35-42)


Pretest, posttest, treatment
Kata typo (hal. v, 21)
Pada kata menelaah, terbagi, variabel

Latar belakang (hal. 1)


Fenomena covid dihilangkan
Penguji II : Aswar, S.Pd., M.Pd.

Latar belakang (hal. 2 dan 4)


Fenomena kecemasan berbicara diperkuat
Telah ditambahkan
Penguji II : Aswar, S.Pd., M.Pd.

Tambahkan penjelasan desensitisasi (hal. 14)

Desensitisasi (desensitization) dalam kamus psikologi memiliki arti

mengurangi reaktifitas, pengurangan kepekaan emosional, berkaitan dengan cacat

emosional atau cacat mental yang disebabkan oleh masalah sosial. Desensitisasi

merupakan suatu metode untuk mengurangi keresponsifan emosional terhadap

rangsangan yang menakutkan atau tidak menyenangkan dengan mengenalkan suatu

kondisi yang bertentangan dengan respon tersebut. Misalnya, takut berbicara di

depan kelas dihubungkan dengan suatu kesenangan yang bertentangan dengan

perasaan rileks. Dalam hal ini, konseli diarahkan untuk menampilkan suatu respons

yang tidak konsisten dengan kecemasan (Corey, 2013).


Penguji II : Aswar, S.Pd., M.Pd.

Mengapa memilih teknik desensitisasi sistematis, apa alasannya? (hal. )


Teknik ini dipilih dengan pertimbangan bahwa setiap tingkah laku yang
. Dalam pandangan behavioral, manusia dianggap sebagai sesuatu yang
dimiliki oleh setiap individu itu pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh
dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang
lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan pendekatan behavioral teknik
membentuknya (Auliya, 2018). Sehingga dalam proses belajar mengajar yang
desensitisasi sistematis, kecemasan ini direduksi dengan mengubah perilaku
terpenting adalah seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah menunjukkan
konseli dengan melakukan pelemahpekaan (counterconditioning) respon negatif
perubahan perilaku. Dengan kata lain, bentuk perubahan tingkah laku yang dialami
yang dibangun konseli dan menggantikannya dengan aktivitas yang berlawanan
siswa merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
untuk mengubah perilaku menjadi lebih positif.

Joe Ayres, dkk (Almizri & Karneli, 2021) menjelaskan bahwa desensitisasi

sistematik adalah menciptakan kondisi yang berlawanan dengan respon kecemasan,

berarti konseli menciptakan suatu respon baru yang lebih positf dan berlawanan

dengan kecemasan yang dialami, agar konseli mampu berpikir secara lebih baik

serta tidak merasa cemas atau takut.


Penguji II : Aswar, S.Pd., M.Pd.

Bab III (hal. 23, 27)


Tuliskan sampel penelitian didapatkan dari mana, observasi digunakan untuk apa
Penguji II : Aswar, S.Pd., M.Pd.

Pembahasan (hal. 46)


Pembahasan penelitian diperkuat dengan penelitian relevan

Telah ditambahkan

Hal sama dilakukan oleh Pratiwi (2021) dalam penelitiannya menyatakan


penelitian Hernawati, (2023) yang berjudul “Layanan Konseling Kelompok
bahwa teknik desensitisasi sistematis dapat memberikan pengaruh positif dalam
Melalui Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi
mengurangi kecemasan berbicara di depan umum oleh subjek ES dan HK di SMP
Ujian Pada Siswa SMP” menunjukkan bahwa hasil penelitian dari siklus 1 ke siklus

2 persentase siswa/konseli yang mengalami kecemasan menurun sebesar 20,36%. Negeri 6 Sengkang. Didapatkan hasil perbandingan yang menunjukkan perbedaan

Pada siklus 1 persentase siswa yang mengalami kecemasan sebesar 71,9% dan pada yang signifikan dari sebelum dan setelah diberikan perlakuan (intervensi)

siklus 2 sebesar 51,5%. Hal ini menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Ini berarti adanya penurunan

melalui desensitisasi sistematik dapat mereduksi kecemasan pada siswa/konseli. kecemasan siswa berbicara di depan umum setelah diberikan perlakuan

(intervensi). Firosad dkk (Rahayu, 2021) juga mendapatkan hasil yang mendukung

tentang keefektifan teknik desensitisasi sistematis dalam mengurangi kecemasan

mahasiswa.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai