Anda di halaman 1dari 17

REFERAT:

Rhinosinusitis
Pembimbing :
dr. Irma Suryati, Sp. THT-KL

Disusun oleh :
Asriana Timang (112022005)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT RSUD KOJA JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 15 JANUARI – 17 FEBRUARI 2024
Defenisi
• Rinosinusitis, istilah bagi suatu proses inflamasi yang melibatkan mukosa hidung dan sinus paranasal, terjadi
bersamaan, sehingga terminologi saat ini yang lebih diterima adalah rinosinusitis.
• Istilah rhinosinusitis lebih sering dipakai daripada sinusitis, oleh karena sinusitis selalu diikuti juga dengan adanya
peradangan pada mukosa cavum nasi.
• Rhinosinusitis dibagi menjadi dua berdasarkan durasinya yaitu akut dan kronis. Disebut akut jika durasinya kurang
dari 4 minggu, atau kronis jika durasinya berlangsung selama 12 minggu atau lebih dengan dua atau lebih gejala dan
keluhan.
ANATOMI
HIJDUNG
Anatomi Hidung

Kerangka tulang terdiri atas:


• tulang hidung (os. nasal),
• processus frontalis os maxillaris
• processus nasalis os frontalis
• Pangkal hidung (Radix)
• Batang hidung (Dorsum nasi) Kerangka tulang rawan terdiri dari:
• Puncak hidung (Apex) • sepasang cartilago nasalis lateralis superior
• Cuping hidung (Ala nasi) • sepasang cartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
• Lubang hidung (Nares) cartilago alaris major
• Septum nasi • tepi anterior kartilago septum.
• Concha nasalis superior
• Concha nasalis media
• Concha nasalis inferior

• Meatus superior - muara sinus etmoid


posterior dan sinus sfenoid
• Meatus medius - muara sinus frontal, sinus
maksila, dan sinus etmoid anterior
• Meatus inferior - muara duktus lakrimalis
Bagian atas rongga hidung:
• A.Ethmoidalis anterior dan A.Ethmoidalis posterior
Bagian bawah rongga hidung:
• Cabang dari A.Maxillaris internus
Bagian depan hidung:
• Perdarahan dari A.Facialis dan terdapat anastomosis dari
A.Sphenopalatina, Aethmoidalis, A.Labialis superior, A.Platina mayor –
Plexus Kieselbach (Little’s area)

• Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan


sensoris dari N. etmoidalis anterior
• Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan
sensoris dari N. maxillaris melalui ganglion sfenopalatina
• N. olfactorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan
bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga
atas hidung
Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal
Berdasarkan teori structural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah:

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam
pertukaran tekanan dan mekanisme immunologic lokal.
2. Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu.
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi udara, membantu proses bicara, dan mencegah hantaran suara sendiri
melalui konduksi tulang.
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas.
5. Refleks nasal
DEFENISI
Klasifikasi

Rhinosinusitis Akut Gejala berlangsung <12 minggu

Rhinosinusitis Gejala berlangsung >12 minggu tanpa resolusi


Kronik lengkap
Etiologi
1. Beberapa etiologi dan faktor predisposisi dari rhinosinusitis kronik yaitu :ISPA akibat virus, bermacam rhinitis
terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi (deviasi septum atau
hipertrofi konka), sumbatan kompleks ostiomeatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik,
diskinesia sillia (sindroma Kartagener), penyakit fibrosis kistik (luar negeri).

2. Pada anak: hipertrofi

3. Faktor lain: lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok
Patofisiologi
Struktur yang membentuk KOM Silia tidak dapat bergerak dan ostium
Rhinosinusitis dipengaruhi oleh
letaknya berdekatan dan bila terjadi tersumbat  tekanan negatif di
patensi ostium dan lancarnya clearens
edem mukosa yang berhadapan akan rongga sinus  Transudasi
mukosiliar di dalam KOM
bertemu Rhinosinusitis non-bacterial

Inflamasi berlanjut  hipoksia 


Kondisi menetap, sekret terkumpul bakteri anaerob berkembang 
menjadi purulen  Rhinosinusitis Terapi tidak berhasil mukosa membengkak 
akut bakterialis perubahan mukosa menjadi
kronik
Tatalaksana
Mempercepat
penyembuhan

Mencegah perubahan
menjadi kronik
Tatalaksana
Tatalaksana
Komplikasi
Kesimpulan
Rhinosinusitis adalah suatu radang dari hidung dan sinus paranasal, yang ditandai dengan dua atau lebih
gejala, yang salah satunya harus ada berupa obstruksi (hidung tersumbat) atau nasal discharge (sekret hidung baik anterior
atau posterior nasal drip): nyeri pada wajah dan berkurangnya sensitivitas pembau. Pada rhinosinusitis kronis akut gejala
berlangsung ≤ 12 minggu dan rinosinusitis kronis berlangsung ≥ 12 minggu.
Rhinosinusitis diklasifikasikan berdasarkan beratnya serangan dan lama serangan. Berdasarkan beratnya
penyakit, penyakit ini dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan skor total visual analogue scale (VAS)
dengan skor 0-10. Tujuan terapi rhinosinusitis ialah; mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan mencegah
perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan untuk membuka sumbatan di KOM sehingga drenase dan ventilasi sinus-
sinus pulih secara alami.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai