Anda di halaman 1dari 25

K3 ASBES

(Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI


No. 03/Men/1985)
Dasar-dasar K3 Asbes

 Asbestos menurut Glossary of


Geology (1972) adalah nama
komersial untuk golongan
mineral silikat, berbentuk serat
yang tipis, panjang dan kuat,
cukup fleksibel untuk ditenun,
mempunyai sifat tahan terhadap
panas, insulasi elektrik,
Berdasarkan rumus kimianya, asbes
dibagi dalam 2 golongan dan 6 jenis
A. Fibrous serpentine
1. chrysotile (white asbestos): Mg3(Si2O6)(OH)
B. Fibrous amphiboles
2. amosite (brown asbestos): (Fe,Mg)(Si8O22)(OH)2
3. tremolite : Ca2Mg5(Si8O22)(OH)2
4. crocidolite (blue asbestos): Na2Fe(2+)3Fe(3+)2(Si8O22)
(OH)2
5. actinolite: Ca(Mg,Fe)8(Si8O22)(OH)2
6. anthophyllite (Mg,Fe)(Si8O22)(OH)2

 Semua jenis asbestos ini adalah hydrated silikat,


 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa chrysotile
asbestos, yang termasuk golongan fibrous serpentine
mempunyai biopersistence yang lebih rendah, karena
itu juga mempunyai toksisitas yang lebih rendah dari
asbestos jenis lainnya (Dunnigan J, 2003, Bernstein.
DM, Rogers R and Smith P, 2004)
 Industri di Indonesia umumnya menggunakan
chrysotile asbestos
Dasar hukum
1. PP No. 74 tahun 2001, mengenai Pengelolaan B3
PP ini hanya melarang penggunaan crocidolite (asbes biru), dan mengizinkan
penggunaan chrysotile;

2. Kepres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul


karena Hubungan Kerja.
menetapkan bahwa asbestosis, kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh
asbes adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja (lampiran, butir 1
dan 28).
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit tersebut berhak mendapat Jaminan
Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah
hubungan kerja berakhir (pasal2)

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 tahun 1985,


tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam Penggunaan Asbestos.
Peraturan Menteri ini juga melarang penggunaan crocidolite dan melarang
penggunaan asbes jenis lainnya dengan jalan menyemprot.
Isi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja ini merujuk kepada ILO Code of Practice on
Safety in the Use of Asbestos, diterbitkan oleh ILO tahun 1984, yang
membangun dasar-dasar kebijakan dan aksi pada tingkat nasional.

4. Permenakertrans No.Per.13/Men/X/2011 tentang NAB


Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja
Ketentuan ini menetapkan bahwa NAB dari Chrysotile adalah 0,1
serat/ml.
Chrysotile diklasifikasikan sebagai Confirmed human carcinogen (A1).
Kewajiban Pengurus
1. Menyediakan alat-alat pelindung diri bagi pekerja
2. Memberikan penerangan kepada pekerja mengenai
a. bahaya yang mungkin terjadi karena pemaparan.
b. cara-cara kerja yang aman,
c. pemakaian alat pelindung diri yang benar.
3. Memberitahukan secara tertulis kepada Menteri dan menjelaskan
proses produksi, jenis asbes yang dipakai atau ditambang, barang jadi
dan lokasi kegiatan selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari sebelum
proses dimulai.
4. Memasang tanda atau rambu-rambu di tempat-tempat tertentu di
lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga mudah dilihat atau dibaca,
bahwa setiap orang yang berada dilokasi tersebut harus
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan tanda atau rambu-
rambu yang ada.
5. Melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung
diudara lingkungan kerja dengan mengambil sampel pada beberapa
tempat yang diperkirakan konsentrasi debu asbesnya tinggi dalam
setiap 3 bulan atau frekwensi tertentu.
6. Memberikan kepada pekerja yang bekerja dalam tambang atau setiap
proses yang memakai asbes sebuah buku petunjuk yang secara
terperinci menjelaskan mengenai bahaya-bahaya yang berhubungan
dengan asbes dan cara pencegahannya.
7. Memberikan penerangan atau informasi yang diperlukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan yang mengadakan inspeksi di tempat
kerja.
Kewajiban Tenaga Kerja
 selama melakukan tugas pekerjaannya
menggunakan alat pelindung diri yang
diperlukan.
 Melepas dan menyimpan alat pelindung diri dan
pakaian kerja di tempat yang telah ditentukan.
 Melapor pada pengurus bila :
 kerusakan alat kerja
 kerusakan alat pelindung diri
 kerusakan alat ventilasi di ruang kerja atau
alat pengaman lainnya.
 Menggunakan respirator khusus dan alat
pelindung khusus lainnya bila berada di tempat-
tempat yang kadar asbesnya melampaui nilai
ambang batas yang telah ditentukan dalam
peraturan yang berlaku.
Bentuk Pengendalian K3
Asbes
 Ventilasi
 Pengendalian debu asbes
 Pemeriksaan Kesehatan TK
 Alat Pelindung Diri
Pengujian asbes di tempat kerja
 Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap debu asbes
yang terkandung diudara lingkungan kerja dengan mengambil
sampel pada beberapa tempat yang diperkirakan konsentrasi
debu asbesnya tinggi dalam setiap 3 bulan atau pada frekwensi
tertentu.
 Analisa debu asbes dilakukan oleh Pusat atau Balai Hiperkes
dan KK Depertemen Tenaga Kerja atau laboratorium lain yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang
berwenang.
 Pengurus atau pekerja yang ditunjuk harus memberikan
penerangan atau informasi yang diminta oleh Pegawai
pengawas ketenagakerjaan Ketenagakerjaan yang mengadakan
inspeksi di tempat kerja.
 Apabila pegawai pengawas ketenagakerjaan menemukan bahwa
kadar serat asbes di tempat kerja melampaui Nilai Ambang
Batas yang berlaku, pegawai pengawas ketenagakerjaan berhak
mewajibkan pengusaha melakukan tindakan pengendalian
dengan menggunakan teknologi yang sesuai, menyediakan alat
respirator dan pakaian pelindung khusus lainnya.
 Apabila pengusaha setelah diperintahkan tetap/tidak mau
melakukan tindakan kearah itu, pegawai pengawas
ketenagakerjaan melalui Menteri menyampaikan dan meminta
kepada instansi yang berwenang untuk menutup perusahaan
tersebut.
Pelaporan

 Pengurus wajib membuat


laporan dan menyampaikan
kepada Menteri melalui kantor
dinas tenaga kerja setempat.
 Lampiran II Kep. 187/1999
K3 PESTISIDA
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. 03/Men/1986)
Pendahuluan
 Komisi Pestisida beranggotakan wakil dari
berbagai instansi terkait serta perguruan tinggi,
yaitu wakil dari Departemen Pertanian, Departemen
Kesehatan, Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, Departemen Kehutanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen
Tenaga Kerja, Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Badan paM, Institut Pertanian Bogor dan
Universitas Gadjah Mada.
 Pengawasan :
 Pengawas Ketenagakerjaan : Setiap orang atau
pengusaha yang mengedarkan, menyimpan
atau menggunakan pestisida wajib memberikan
kesempatan kepada pengawas K3 yang
ditunjuk Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970
 Pengawas Pestisida : Berasal dari anggota
Komisi Pestisida diberi wewenang oleh Menteri
Pertanian berdasarkan PP No. 7 tahun 1973.
DASAR-DASAR K3 PESTISIDA
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang digunakan untuk :
 Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau
hasil-hasil pertanian
 Memberantas rerumputan
 Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan
 Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk
 Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada
hewan-hewan piaraan dan ternak
 Memberantas atau mencegah hama-hama air,
 Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan
jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam
alat-alat pengangkutan
 Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau
binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada
tanaman, tanah atau air.
Jenis dan Klasifikasi Pestisida
Sasaran
 Berdasarkan
sasaran Insektisida Serangga

penggunaan Akarisida Tungau

Nematisida Nematoda

Moluscisida Siput

Herbisida Tanaman
pengganggu
Fungisida Cendawan

Bakterisida Bakteri

Rodentisida Binatang pengerat

Antibiotika Kuman-kuman, dsb


Jenis dan Klasifikasi Pestisida
 Berdasarkan jalan masuk
 Kulit
 Mulut, dan
 Paru-paru
 Bentuknya
 Cairan yang dapat diemulsikan (EC)
 Cairan yang larut dalam air (WSC)
 Larutan
 Debu
 Bubuk yang dapat disuspensikan
 Bubuk yang dapat larut dalam air
 Pellet
 Tablet
 Butiran
 Kristal
 Aerosol
 Gas cair
Jenis dan Klasifikasi Pestisida
 Struktur kimia
 Organo chlor
 Organo phospat
 Penguat
 Dan lain-lain

 Daya racun (toksisitas) atau


Tingkat toksisitas berdasarkan
LD 50 dan LC 50
Jenis dan Klasifikasi Pestisida
 Berdasarkan tingkat bahaya
 Berdasarkan sifat fisik dan kimia pestisida dan
tingkat bahaya pestisida, pestisida dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Pestisida yang dapat didaftarkan; dan
2. Pestisida yang dilarang
 Kriteria pestisida yang dilarang sesuai ketentuan
internasional adalah pestisida yang termasuk ke
dalam ketegori:
 Formulasi pestisida termasuk kelas la, artinya
sangat berbahaya sekali dan Ib artinya
berbahaya sekali menurut klasifikasi WHO;
 Mempunyai LC50 inhalasi formulasi lebih kecil dari 0,05
mg/l selama 4 jam periode pemaparan;
 Mempunyai indikasi karsinogenik, onkogenik, teratogenik,
dan mutagenik.
Jenis dan Klasifikasi Pestisida
 Berdasarkan cara penggunaan
Berdasarkan cara penggunaannya,
pestisida dapat diklasifikasikan ke
dalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Pestisida untuk penggunaan umum; dan
2. Pestisida untuk penggunaan terbatas
Jenis perijinan Pestisida
A. Izin Percobaan
 Izin Percobaan diberikan dengan maksud agar pemohon dapat membuktikan kebenaran
atas klaim produk yang akan didaftarkannya, yaitu klaim yang berkaitan dengan mutu,
efikasi dan toksisitas pestisida.
 Izin Percobaan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) kali masing-masing untuk jangka waktu satu tahun.

B. Izin Sementara
 Izin Sementara pestisida diberikan dengan maksud agar pemohon pendaftaran dapat
melengkapi data dan informasi sesuai dengan persyaratan teknis dan administrasi yang
telah ditetapkan.
 Pestisida yang telah memperoleh Izin Sementara dapat diproduksi/diedarkan atau
digunakan dalam jumlah yang terbatas dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Pertanian.
 Izin Sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 3 (tiga) kali, masing-
masing untuk jangka waktu satu tahun.

C. Izin Tetap
 Izin Tetap pestisida diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi seluruh persyaratan
baik teknis maupun administrasi.
 Pestisida yang telah memperoleh Izin Tetap dapat digunakan/diedarkan secara komersial
dengan jumlah yang tidak terbatas dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian.
 Izin Tetap berlaku salama 5 (lima) tahun.
 Pestisida yang telah memperoleh Izin Sementara maupun Izin Tetap namun apabila
diketahui menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
hidup, maka Menteri Pertanian dapat mencabut status izin pestisida tersebut.

 Berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973,


maka sebelum ijin dari Menteri Pertanian dikeluarkan , harus terlebih
dahulu mendapatkan rekomendasi keselamatan dan kesehatan
kerja dari Menteri Tenaga Kerja.
Syarat-syarat tenaga kerja yang
mengelola Pestisida
a. Berumur lebih dari 18 tahun.
b. Telah menjalani pemeriksaan kesehatan
c. Pemeriksaan kesehatan sesuai dengan Permenakertrans
No. 02/Men/1980 meliputi pemeriksaan awal, berkala dan
khusus.
d. Telah mendapat penjelasan tentang cara pengelolaan
pestisida serta latihan P3K .
e. Tidak boleh mengalami paparan lebih dari 5 jam sehari dan
30 jam seminggu.
f. Memakai alat pelindung diri yang sesuai.
g. Menjaga kebersihan badan, pakaian, alat pelindung diri,
perlengkapan kerja, tempat kerja .
h. Dalam penyemprotan tidak boleh menggunakan pestisida
dalam bentuk debu.
i. Tenaga kerja tidak boleh dalam keadaan mabuk atau
kekurangan lain baik fisik maupun mental yang mungkin
dapat membahayakan.
j. Tenaga kerja yang luka atau mempunyai penyakit kulit
dilarang bekerja , kecuali bila dilakukan tindakan
perlindungan.
k. Dilarang bekerja bagi wanita hamil atau menyusui.
Syarat – syarat penyimpanan
a. Lokasi gudang harus terpisah dari aktivitas umum dan tidak terkena banjir dan
lantai gudang harus miring. Oleh karena itu, drainase di dalam dan diluar
gudang harus baik dan terawat.

b. Dinding dan lantai gudang harus kuat dan mudah di bersihkan. Hal ini
mencegah kemungkinan runtuhan dan tergulingnya kontainer akibat lantai
yang tidak stabil

c. Pintu ditutup rapat dan di beri tanda peringatan atau dengan tulisan atau
gambar.

d. Selalu di kunci apabila tidak ada kegiatan.

e. Tidak boleh disimpan bersama-sama dengan bahan-bahan lain. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kontaminasi atau pencampuran dengan bahan lain
tersebut.

f. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup dan suhu memenuhi ketentuan


yang berlaku.

g. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sesuai kebutuhan yang berlaku.


APAR ( Alat pemadam api ringan ) harus tersedia pada jarak 15 meter.

h. Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan yang berlaku


terhadap kemungkinan bahaya peledakan. Perhatikan dan patuhi ketentuan
yang tertulis dalam Lembar Data Keselamatan Bahan ( MSDS ).
Syarat-syarat pengangkutan

 Harus dicegah agar tidak terjadi


tumpahan atau percikan dan di awasi
seorang petugas sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
 Dalam Kepmenaker No. 187/Men/1999
menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai potensi bahaya kimia wajib
mempekerjakan petugas K3 Kimia dan
Ahli K3 Kimia dan menyediakan label dan
LDKB
Syarat-syarat Pencampuran dan
penggunaan dalam ruang tertutup
 Peralatan untuk mengolah pestisida tidak boleh
di gunakan untuk keperluan lain dan di beri
tanda yang jelas.

 Persiapan dan pencampuran harus dilakukan


sedemikian sehingga mencegah terjadinya
kontaminasi dengan tenaga kerja.

 Petugas atau pengawas tidak boleh


meninggalkan tempat selama kegiatan
persiapan dan pencampuran.

 Jika pestisida digunakan di ruang tertutup ,


maka setelah selesai penyemprotan, ruang
harus diberi tanda “ dilarang masuk tanpa alat
pelindung diri” untuk jangka waktu tertentu.
Tanda-tanda peringatan

 Pada tempat kerja harus di


pasang tanda peringatan,
seperti “ AWAS BAHAN
MUDAH MELEDAK “; “AWAS
BAHAN BERACUN “ dsb.
 Pada tempat kerja harus di
pasang gambar alat pelindung
diri yang wajib dipakai.
Limbah dan Pemusnahan

 Air limbah yang akan di buang harus


memenuhi nilai baku mutu lingkungan
 Dilakukan pengawasan terus
menerus untuk mengetahui mutu air
buangan.
 Pemusnahan pestisida atau wadah
harus dengan cara yang tidak
membahayakan tenaga kerja dan
lingkungan.
Kewajiban pengurus

 Menyediakan fasilitas perawatan ,


pencucian dan penyimpanan untuk
pakaian dan alat pelindung diri.
 Menyediakan air, sabun, handuk dan
tempat mandi
 Menyediakan fasilitas makan dan
minum
 Membuat prosedur dan unit
penanggulangan keadaan darurat.

Anda mungkin juga menyukai