Anda di halaman 1dari 134

1

PENGAWAS OPERASIONAL PERTAMBANGAN


MINERAL & BATUBARA
PERATURAN & PERUNDANGAN MINERBA
Peraturan & Perundangan MINERBA

SKKK – Unit Kompetensi POP


No Kode Unit Judul Unit Kompetensi SK
1 PMB.PO02.001.01 Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait POP
Keselamatan Pertambangan
2 PMB.PO02.002.01 Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab POP
Keselamatan Pertambangan pada Area yang Menjadi
Tanggung Jawabnya
3 PMB.PO02.003.01 Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan POP
Terencana
4 PMB.PO02.004.01 Melaksanakan Investigasi Kecelakaan POP
5 PMB.PO02.005.01 Melaksanakan Identifikasi Bahaya dan Pengendalian POP
Risiko
6 PMB.PO02.006.01 Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan POP
terkait Perlindungan Lingkungan
7 PMB.PO02.007.01 Melaksanakan Inspeksi POP
8 PMB.PO02.008.01 Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan POP

Referensi : Permen ESDM No 43 Tahun 2016


2
Peraturan & Perundangan MINERBA

SKKK – Unit Kompetensi POP


No Kode Unit Judul Unit Kompetensi SK
1 PMB.PO02.001.01 Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait POP
Keselamatan Pertambangan
KU : PMB.PO02.001.01

ELEMEN KOMPETENSI :

1. Menerapkan peraturan perundang- undangan


keselamatan pertambangan

2. Menerapkan dasar- dasar keselamatan


pertambangan

Referensi : Permen ESDM No 43 Tahun 2016


3
Peraturan & Perundangan MINERBA

Usaha Pertambangan
adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau
Batubara yang meliputi tahapan kegiatan Penyelidikan Umum,
Eksplorasi, Studi Kelayakan, Konstruksi, Penambangan,
Pengolahan dan/atau Pemurnian, Pengangkutan dan
Penjualan, serta pascatambang

Permen ESDM No 26 Tahun 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik & Pengawasan
Pertambangan MINERBA

4
Peraturan & Perundangan MINERBA

Pengawasan Kegiatan Penambangan


Pengawasan
Pengangkutan &
Survei Kuantitas
(Quantity Survey)
ROM Stock
Clear & Grub Activity
(Run off Mine Stock)

Pengawasan
Distribusi

Discharge Survey Pengawasan Pengangkutan &


(Survey Pembongkaran) pengkapalan
Kuantitas & Kualitas
At PLTU/Pelabuhan Tujuan Uji Lab
Laboratory analysis

Loading Survey
(Survey Pemuatan)
Kuantitas & Kualitas

5
Peraturan & Perundangan MINERBA
“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden bahwa
kita harus business friendly, investment friendly.

Tujuannya supaya kita dapat menciptakan


lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi akan
tetap bisa meningkat

Ignasius Jonan, Menteri ESDM


(Siaran Pers ESDM, 05 Maret 2018)

“Deregulasi harus bisa pangkas bisnis proses, kedua


harus bisa mempercepat usaha- usaha untuk
mencapai target pemerintah seperti
rasioelektrifikasi,”

Archandra Tahar, Wakil Menteri ESDM


(26 Januari 2018)

6
Peraturan & Perundangan MINERBA
Unit Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Rekapitulasi
Eselon I 22 5 Februari 2018 12,19,26 5 Maret 2018
January Februari
2018 2018
Regulasi Regulasi Sertifikasi/ Regulasi Sertifikasi/ Regulasi Sertifikasi/ Regulasi Sertifikasi/
Rekomendasi/ Rekomendasi/ Rekomendasi/ Rekomendasi
Perizinan Perizinan Perizinan / Perizinan
Minerba - 7 - 25 51 - 13 32 64

Migas - 11 2 6 21 1 - 18 23

Ketenaga 11 4 - 5 - - - 20 -
listrikan
EBTKE - 5 - - - - 9 5 9

SKK - 3 - 6 - 3 - 12 -
Migas
BPH - - - 3 - - - 3 -
Migas
Jumlah 11 30 45 72 4 22 90 96

32 Regulasi & 64 Sertifikasi/Rekomendasi/Perizinan “dicabut”

8
Peraturan & Perundangan MINERBA
Penyederhanaan 19 Peraturan Menteri ESDM, 11 Keputusan Menteri ESDM, dan 2
Peraturan Dirjen Sub Sektor Minerba
Sertifikasi/

32
Tujuan
Peraturan dicabut
64
Cakupan
Rekomendasi/Perizinan
dicabut

• Menghilagkan duplikasi sertifikasi • Penggunaan Satu Penjaminan Reklamasi untuk


• Memangkas Birokrasi seluruh kegiatan usaha pertambangan
• Penyerderhanaan Tahapan Kegiatan Usaha • Sertifikasi Kelayakan Peralatan dan instalasi
• Penyerderhanaan dan efektifitas evaluasi • Rekomendasi Tenaga kerja Asing
melalui RKAB (1 kali Setahun) • Persetujuan Laporan Eksporasi
• SKT ( Surat Keterangan Terdaftar)
Revisi
1. Penyederhanaan Permen ESDM terkait Substansi Kewilayahan, Perizinan dan pelaporan pada
kegiatan usaha Pertambangan Minerba ( Permen ESDM No. 11/2018 revisi 5 Permen, 1 Kepmen dan
2 Perdirjen)
2. Penyederhanaan Permen ESDM terkait susbtansi pengusahaan kegiatan usaha Pertambangan
Minerba (Permen ESDM No 25 tahun 2018, Revisi 11 Permen)
3. Penyederhanaan Permen ESDM terkait Substansi Pengawasan Kegiatan usaha Pertambangan
(Permen ESDM No 26 Tahun 2018, Revisi 3 Permen & 3 Kepmen)
9
Peraturan & Perundangan MINERBA
Penyederhanaan Regulasi Tahap III, Sub Sektor Minerba
Peraturan Latar belakang Manfaat dan nilai tambah
Peraturan yang dihapus yang
penghapusan/ penghapusan /revisi
menghapus revisi peraturan bagi dunia
1. Permen ESDM 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan Permen ESDM 1. Penyesuaian 1. Menyederhanakan usaha
terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha No 26 Tahun dengan proses dalam
Pertambangan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah 2018 tentang ketentuan UU pelaksanaan kaidah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Pelaksanaan Nomor 23 teknik di bidang
2. Permen ESDM 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kaidah Tahun 2014, mineral dan batubara
reklamasi dan pascatambang pada kegiatan usaha Pertambangan UU 4 Tahun untuk mewujudkan
Pertambangan Mineral dan Batubara Yang Baik dan 2009 good mining practice
3. Permen ESDM 38 Tahun 2014 tentang Penerapan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Pertambangan 2. Memberikan 2. Memberikan pedoman
Mineral dan Batubara Mineral dan pedoman bagi Pemerintah dan
4. Kepmen ESDM 555.K Tahun 1995 tentang Batubara dalam Pemerintah Daerah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan penerapan prov insi dalam
Umum kaidah melaksanakan
5. Kepmen ESDM 1211 Tahun 1995 tentang pertambangan pembinaan dan
Pencegahan dan penanggulangan perusakan dan (good mining pengawa san di bidang
pecemaran Lingkungan pada usaha petrambangan practice), m ineral dan batubara
umum sesuai
6. Kepmen ESDM 1457 Tahun 2000 tentang ketentuan PP 3. Meningkatkan
PedomanTeknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Nomor 55 efektifitas pengawasan
Pertambangan dan Energi Tahun 2010 serta debirokratisasi
dalam pengawasan
10
Peraturan & Perundangan MINERBA

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
yang baik dan pengawasan
pertambangan MINERBA

Kepmen ESDM No 1827


K/30/MEM/2018
Pedoman pelaksanaan Kaidah
Teknik pertambangan yang baik

11
Peraturan & Perundangan MINERBA
JENIS DAN HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia
merujuk ke Pasal 7 ayat (1) UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan :

UUD RI 1945

Ketetapan MPR RI
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;

Peraturan Pemerintah;

Peraturan Presiden;

Peraturan Daerah Provinsi;

Peraturan Daerah Kabupaten

12
Peraturan & Perundangan MINERBA

Pengawas operasional di bidang pertambangan mineral dan batubara terdiri atas 3


(tiga) tingkatan

1. Pengawas Operasional Pertama yang selanjutnya disingkat POP;


2. Pengawas Operasional Madya yang selanjutnya disingkat POM; dan
3. Pengawas Operasional Utama yang selanjutnya disingkat POU.

13
Peraturan & Perundangan MINERBA

Kompetensi Profesi = Wajib


UU no 13/2003 tentang Ketenagakerjaan :
❑ Pasal 11 : Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan “kompetensi kerja” sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja

❑ Pasal 12 ayat 1 UU 13/2003 : Pengusaha bertanggung jawab atas


peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi pekerjaannya
melalui pelatihan kerja

UU no 4 /2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


❑ Pasal 147 : Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mendorong,
melaksanakan, dan atau memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan di bidang pengusahaan mineral dan batubara

Sumber : Suprajeni, T. Lembaga Sertifikasi Profesi dan Peran Strategis Dalam Membangun Kompetensi Sumber Daya Manusia Industri
Pertambangan. Workshop HSE Manager APKPI; 2015

14
Peraturan & Perundangan MINERBA

Pengakuan Kompetensi
SERTIFIKASI
UU no 13/2003 :
❑ Pasal 18.1 : Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi
kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga
pelatihan kerja (pemerintah, swasta, sendiri)
❑ Pasal 18.2 : Pengakuan kompetensi kerja dilakukan melalui sertifikasi
kompetensi kerja
❑ Pasal 18.3 : Sertifikasi kompetensi kerja dapat pula diikuti oleh tenaga kerja
yang berpengalaman.

Kompetensi dapat dikembangkan melalui pelatihan, pemagangan,


ataupun penugasan

Sumber : Suprajeni, T. Lembaga Sertifikasi Profesi dan Peran Strategis Dalam Membangun Kompetensi Sumber Daya Manusia Industri
Pertambangan. Workshop HSE Manager APKPI; 2015

15
Peraturan & Perundangan MINERBA

Kompetensi Minerba
Kewajiban (UU no 4/2009) Kompetensi yang Dibutuhkan *
Menerapkan kaidah teknik Perencanaan Tambang, Pengoperasian dan Pengawasan
Pertambangan yang baik Tambang , Keselamatan dan Kesehatan Kerja ,
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (termasuk
reklamasi dan pasca tambang), Konservasi sumber daya,
Pengelolaan sisa tambang , Geologi tambang &
Maintenance peralatan tambang

Mengelola Keuangan sesuai dengan Akuntansi tambang, Keuangan (analisa finansial),


sistem akuntansi Indonesia Budgeting & Perpajakan
Meningkatkan nilai tambah sumber Pengolahan hasil tambang (processing), Teknologi
Daya mineral dan/atau batubara upgrading (khusus batu bara) : UBC,
Gasifikasi, Liquefaction, serta Benefisiasi dan
diversifikasi sumber daya
Melaksanakan pengembangan dan Fasilitasi Kemasyarakatan ,Sosiologi kemasyarakatan,
pemberdayaan masyarakat setempat Resolusi Konflik ,Aplikasi teknologi terapan
Mematuhi batas toleransi daya Morfologi lingkungan, Hidrologi, Ekologi dukung
lingkungan

16
Peraturan & Perundangan MINERBA

Value/ Nilai

Competency

17
Peraturan & Perundangan MINERBA
ACUAN SKEMA SERTIFIKASI
RANCANGAN KOMPETENSI NASIONAL – MINERBA
(PerMen ESDM 006/2007)

18
Peraturan & Perundangan MINERBA
KERANGKA KOMPETENSI
Kesetaraan Kerangkan Kualifikasi Nasional
Dengan Jabatan di Perusahaan
Tambanga MINERAL & BATUBARA
Golongan Fungsi Manajerial Spesialis
NQF -9 Div. Head, VP & General Manager Advisor/Consultant

NQF -8 Senior Mgr & Manager


NQF -7 General Superintendent/ Superintendent Chief/ Engineer

NQF -6 General Supervisor/ Foreman/Assistant/Manager Se. Engineer/ Sr Specialist

NQF -5 Sr Supervisor/ Sr. Foreman

NQF -4 Supervisor/Foreman Specialist/Engineer

NQF -3 Group Leader Mechanics, Operators, Electric &


Technician
NQF -2 Mechanic

NQF -1 Helper General Assistance

19
Peraturan & Perundangan MINERBA

SKKK – Unit Kompetensi POP


No Kode Unit Judul Unit Kompetensi SK
1 PMB.PO02.001.01 Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait POP
Keselamatan Pertambangan
2 PMB.PO02.002.01 Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab POP
Keselamatan Pertambangan pada Area yang Menjadi
Tanggung Jawabnya
3 PMB.PO02.003.01 Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan POP
Terencana
4 PMB.PO02.004.01 Melaksanakan Investigasi Kecelakaan POP
5 PMB.PO02.005.01 Melaksanakan Identifikasi Bahaya dan Pengendalian POP
Risiko
6 PMB.PO02.006.01 Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan POP
terkait Perlindungan Lingkungan
7 PMB.PO02.007.01 Melaksanakan Inspeksi POP
8 PMB.PO02.008.01 Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan POP

Referensi : Permen ESDM No 43 Tahun 2016


20
Peraturan & Perundangan MINERBA

News : 32 Regulasi & 64


Sertifikasi/Rekomendasi/Perizinan “dicabut”
1. UU NO 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
2. UU NO. 13 Tahun 2003, tentang ketenagakerjaan
3. UU NO 4 Tahun 2009, tentang pertambangan mineral dan batubara
4. Peraturan pemerintah NO.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum
5. Peraturan pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang SMK3
6. Peraturan Menteri ESDM No 26 Tahun 2018, Tentang pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik – (Terbaru)
7. Keputusan Menteri ESDM No 1827K/30/MEM/2018, Tentang pedoman
pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik - (Terbaru)

DICABUT & DINYATAKAN TIDAK BERLAKU


1. Kepmentaben 555.K/26/M.PE/1995, tentang K3 Pada Pertambangan Umum
2. Permen ESDM No 38 Tahun 2014, Penerapan SMKP Mineral & Batubara
21
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No. 13 Tahun 2003


UU No. 1 Thn 1970 UU No. 04 Tahun 2009
Ketenagakerjaan
Keselamatan Kerja Pertambangan
Pasal 86 &87
Minerba

PP No. 55 Tahun 2010


PP RI No 19 Thn 1973
PP No. 50 Tahun 2012 Pembinaan dan Pengawasan
Pengaturan &
Penerapan SMK3 Penyelenggaraan Pengelolaan
Pengawasan
Pasal 4 (2) & 19 Usaha Pertambangan MINERBA
Keselamatan Kerja di Bid.
Pertambangan Pasal 1,2
, 26 & 27
&3
Per. Kapolri No. 2/2008 PerMen ESDM No. 26 /2018
PerMen ESDM No. 11/2018
Pelaksanaan Kaidah
Pengawasan, Pemberian Wilayah,Perizinan,
Pelaporan pada kegiatan Pertambangan yang baik dan
Pengendalian, dan
Usaha Pengawasan Pertambangan
Pengamanan Handak
Pertambangan Minerba MINERBA Paragraf 3 Pasal 18

KepMen ESDM No. 1796/2018 KepMen ESDM No. 1827/2018


Pedoman Pelaksanaan
Peromohanan, Evaluasi, Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Penerbitan izin di bid. Teknik Pertambangan yang baik
(Lampiran IV)
Pertambangan MINERBA
22
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


Terdiri dari XI Bab & 18 Pasal

BAB II Ruang Lingkup


Pasal 2
1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
huruf (e) dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;

3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-


ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan
atau kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan
dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2)

23
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


BAB III Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Pasal 3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
a) Mencegah & mengurangi kecelakaan;
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

24
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


BAB III Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Pasal 3 – Lanjutan
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) Mengamankan & memperlancar pekerjaan bongkar-muat & penyimpanan barang;
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan
baru di kemudian hari.

25
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


BAB V Pembinaan
Pasal 9
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;
b) Semua pengamanan & alat-alat perlindungan yg diharuskan dalam tempat kerja;
c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
26
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


BAB VIII Kewajiban & Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk:
a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
keselamatan kerja;
b) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan;
d) Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang diwajibkan;
e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-
hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.

27
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


BAB IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja,
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan. 28
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No 1 Tahun 1970 – Keselamatan Kerja


BAB X Kewajiban Pengurus
Pasal 14
Tempatkan semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, UU No. 1 Tahun 1970 &
Peraturan terkait yang berlaku di tempat tang mudah dilihat & terbaca
Pasang gambar K3 yang diwajibkan & Pembinaan Lainnya
Menyediakan secara cuma-cuma, semua APD yang diwajibkan pada tenaga kerja & setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan 29
Peraturan & Perundangan MINERBA

Salah satu Indikator dalam Pembangun Ketenagakerjaan adalah peningkatan


perlindungan Keselamatan & Kesehatan Kerja

Perlu di Ingat bahwa :


Sesuai pasal 86 ayat 1 huruf a UU No.13 pasal 87 ayat 1 huruf a UU No.13 Tahun
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan 2003 tentang ketenagakerjaan
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
memperoleh perlindungan atas Keselamatan yang terintegrasi dengan sistem manajemen
dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan, perusahaan.
dan Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
2. Ketentuan mengenai penerapan SMK3
martabat manusia serta nilai-nilai agama sebagaimana dimaksud dalam ayat diatur
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh dengan Peraturan Pemerintah.
guna mewujudkan produktifitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan Sanksi Administratif
dan kesehatan kerja Pasal 190
Teguran, peringatan tertulis, pembatasan
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha,
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai pembatalan persetujuan, pembatalan
dengan peraturan perundang-undangan yang pendaftaran, penghentian sementara sebagian
berlaku atau seluruh alat produksi & pencabutan ijin.
30
.
Peraturan & Perundangan MINERBA

Bab II SMK3 Bagian 1 – Umum Pasal 4 Ayat 2


Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 Pasal 5 Ayat 2


Bagi Perusahaan yang :
1. Mempekerjakan lebih dari 100 orang, atau
2. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
3. Penetapan dari Pengawas Ketengakerjaan setempat (Disnaker
Setempat) Permenaker No.26 Th.2014

WAJIB menerapkan SMK3


Yang dimaksud dengan perusahaan yang memiliki potensi
bahaya tinggi antara lain perusahaan yang bergerak di
bidangpertambangan, minyak dan gas bumi.
31
Peraturan & Perundangan MINERBA

PP RI No 19 TAHUN 1973
PENGATURAN DAN PENGAWASAN DI BIDANG
KESELAMATAN KERJA
PERTAMBANGAN
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1
Tahun 1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Pasal 3 32

(1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan


Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;

(2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam


melaksanakan tugasnya mengadakan kerja sama dengan Pejabat-
pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah.
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No. 4 Tahun 2009


Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 96
Dalam Penerapan kaidah Teknik pertambangan yang baik pemegang IUP & IUPK wajib
melaksanakan :
a) Ketentuan K3 Pertambangan;
b) Keselamatan Operasi Pertambangan;
c) Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan pertambangan termasuk kegiatan
reklamasi & pascatambang;
d) Upaya konservasi Sumber Daya Mineral dan Batubara;
e) Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam
bentuk padat, cair atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan
sebelum dilepas ke media lingkungan
33
Peraturan & Perundangan MINERBA

UU No. 4 Tahun 2009


Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 139 & Pasal 140 Pembinaan & Pengawasan
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab
melakukan pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan
oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK

Menteri, gubernur, dan bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan


pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh
pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

Pasal 141 Obyek Pengawasan


pengawasan yang dimaksud (Pasal 141) Ayat 1 Huruf A – O
f) keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
g) keselamatan operasi pertambangan;
h) pengelolaan lingkungan hidup, reklarnasi, dan pascatambang;

34
Peraturan & Perundangan MINERBA
PP No 55 Tahun 2010
Pembinaan & Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan MINERBA
Pasal 26 PP No. 50 Tahun 2010
Pengawasan K3 Pertambangan meliputi/
terdiri dari :
K3LK & SMK3
Pelaksanaan Pengawasannya dilakukan
oleh Inspektur Tambang + Pengawas
Ketenagakerjaan
a) Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan
/perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dm peralatan pertambangan;
b) Pengarnanan instalasi;
c) Kelayakan sarana, prasarana instalasi,
dan peralatan pertambangan;
d) Kompetensi tenaga teknik; dan
e) Evaluasi laporan hasil kajian teknis
pertambangan
35
Peraturan & Perundangan MINERBA

Bagian Keempat, Pelaksanaan Pengawasan


Pasal 36
1. Pengawasan oleh IT dilakukan melalui :
a) Evaluasi terhadap laporan secara berkala atau sewaktu-waktu
b) Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu
c) Penilaian keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
2. Dalam pengawasan IT melakukan kegiatan Inspeksi, Penyelidikan
dan Pengujian;
3. Dalam melakukan inspeksi dan penyelidikan serta pengujian maka,
IT berwenang :
a) Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat;
b) Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh
kegiatan pertambangan Minerba apabila kegiatan dinilai
dapat membahayakan keselamatan pekerja/buruh tambang,
Keselamatan umum atau menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan
c) Mengusulkan penghentikan sementara menjadi penghentian
secara tetap kegiatan pertambangan MINERBA kepada Kait
36
Peraturan Kaidah Pertambangan yang baik

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
yang baik dan pengawasan
pertambangan MINERBA

Kepmen ESDM No 1827


K/30/MEM/2018
Pedoman pelaksanaan Kaidah
Teknik pertambangan yang baik

37
Peraturan & Perundangan MINERBA

Psl 1 s.d Psl 6 Psl 7 s.d Psl 28 Psl 43 s.d Psl 44

Psl 45 s.d Psl 49 Psl 54 Psl 55 s.d Psl 59 Psl 60 s.d Psl 61

38
Struktur Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

I. BAB I KETENTUAN UMUM


II. BAB II PELAKSANAAN KAIDAH TEKNIK PERTAMBANGAN YANG BAIK
a.Bagian Kesatu : Umum
b.Bagian Kedua : Teknis Pertambangan
c.Bagian Ketiga : Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan
Pengolahan dan/atau Pemumian Mineral dan Batubara
d.Bagian Keempat: Pengelolaan Linglrungan Hidup Pertambangan, Reklamasi,
dan Pasca Tambang, serta Pascaoperasi
e.Bagian Kelima : Konservasi Mineral dan Batubara
f.Bagian Keenam : Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Rekayasa, Rancang
Bangun, Pengembangan, dan Penerapan Teknologi
Pertambangan
g.Bagian Ketujuh : Standar Kompetensi Kerja Khusus, Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia, serta Standar Nasional Indonesia

39
Struktur Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

Ill. BAB Ill : PELAKSANAAN TATA KELOLA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
a. Bagian Kesatu Umum
b. Bagian Kedua Pemasaran

c. Bagian Ketiga Keuaogao


d. Bagian Keempat Pengelolaan Data
e. Bagian Kellina Pengutamaan Pemaofaatao Baraog, Jasa, dao Teknologi
dalam Negeri
f. Bagiao Keenam Pengembaogao Tenaga Kerja Teknis Pertambaogao
g. Bagiao Ketujuh Pengembaogao dao Pemberdayaao Masyarakat Setempat
serta Taoggung Jawab Sosial dao Linglrungao
h. Bagian Kedelapan : Kegiatao lain di Bidaog Usaha Pertambaogao Menyanglrut
Kepentingao Umum
1. Bagian Kesembilao : Pelaksaoaao Kegiatao sesuai dengao !UP atau IUPK
J· Bagian KesepuJuh : Jumlah, Jenis, dan Mutu Hasil Usaha Pertambaogao

40
Struktur Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

41
Kepmen ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV

Pedoman Permohonan, Pedoman Pengelolaan Pedoman Pelaksanaan Pedoman Penerapan SMKP


Evaluasi dan/atau Teknis Pertambangan Minerba
Keselamatan
Pengesaha Kepala Teknik
Tambang, Penanggung Pertambangan
Jawab Teknik dan dan Keselamatan
Lingkungan, Kepala Pengolahan
Tambang Bawah Tanah, dan/atau Pemurnian
Pengawas Operasional,
Minerba
Pengawas Teknis
dan/atau Penanggung
Jawab Operasional

Lampiran V Lampiran VI Lampiran VII Lampiran VIII

Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan


Pengelolaan Reklamasi dan Pascatambang Konservasi
Lingkungan Hidup serta Pascaoperasi pada Mineral Kaidah Teknik Usaha Jasa
Pertambangan Kegiatan Usaha dan Pedoman Kaidah
Minerba Pertambangan Mineral dan Batubaa Pertambangan dan
Batubara Evaluasi

Pertambangan

42
Kewajiban Penerapan Untuk IUP

PASAL 2
Permen ESDM No. 26
Tahun 2018

Ruang Lingkup Permen :


1. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang baik;
2. Pengawasan terhadap Penyelengaraan pengelolaan Usaha Pertambangan;
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan

43
Kewajiban Penerapan Untuk IUP

PASAL 3 Ayat 1
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

Pemegang IUP & IUPK Eksplorasi, IUP & IUPK Operasi


Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha Pertambangan wajib
melaksanakan kaidah pertambangan yang baik

44
Kewajiban Penerapan Untuk IUP

PASAL 3 Ayat 3
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
IUP + IUPK Eksplorasi & IUP + IUPK Operasi Produksi
1. Kaidah Teknik Pertambangan yg baik 2. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan
a) Teknis Pertambangan; b) Konservasi a) Pemasaran
MINERBA; c) K3 Pertambangan; b) Keuangan;
d) Keselamatan Operasi Pertambangan; c) Pengelolaan Data
e) Pengelolaan Lingkungan Hidup d) Pemanfaatan Barang, Jasa & Teknologi
Pertambangan, Reklamasi, Pascatambang e) Pengembangan Tenaga Kerja Teknis
& Pascaoperasi; Pertambangan;
f) Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan f) Pengembangan& Pemberdayaan
rekayasa, Rancang-Bangun, masayarakat setempat;
Pengembangan & Penerapan Teknologi g) Kegiatan lain di bidang Usaha
Pertambangan. Pertambangan yg menyangkut
kepentingan umum
h) Pelaksanaan Kegiatan sesuai IUP/IUPK
i) Jumlah, Jenis & Mutu hasil Pertambangan

45
Kewajiban Penerapan Untuk IUP Olah Murni

PASAL 4 Ayat 1
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk


pengolahan dan/atau pemurnian dalam kegiatan Pengolahan
dan/atau Pemurnian wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.

46
Kewajiban Penerapan Untuk IUP Olah Murni

PASAL 4 Ayat 2
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
IUP Operasi Produksi Khusus untuk Pengolahan &/Pemurnian
1. Kaidah Teknik Pengolahan &/Pemurnian 2. Tata Kelola Pengusahaan P&/Pemurnian
a) Teknis Kegiatan Pengolahan &/ a) Pemasaran
Pemurnian; b) Keuangan;
b) Keselamatan Pengolahan &/ Pemurnian; c) Pengelolaan Data
c) Pengelolaan Lingkungan Hidup dan d) Pemanfaatan Barang, Jasa & Teknologi
Pascaoperasi & e) Pengembangan Tenaga Kerja Teknis
d) Konservasi MINERBA Pertambangan;
f) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
g) Jumlah, Jenis & Mutu hasil Usaha
Pengelolaan &/ Pemurnian

47
Kewajiban Penerapan Untuk IUJP
Kaidah pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud
meliputi:
a) kaidah teknik usaha jasa pertambangan yang baik;
b) tata kelola pengusahaan jasa pertambangan.

Kaidah teknik usaha jasa pertambangan yang baik


meliputi:
a) upaya pengelolaan lingkungan hidup, keselamatan
PASAL 5 pertambangan, konservasi Mineral dan Batubara, dan
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 teknis pertambangan sesuai dengan bidang usahanya;
b) kewajiban untuk mengangkat penanggung jawab
operasional sebagai pemimpin tertinggi di lapangan.

Pemegang IUJP wajib Tata kelola pengusahaan jasa pertambangan.


melaksanakan kaidah Pengutamaan
pertambangan yang baik a) Produk Dalam Negeri,
sesuai b) Subcontractor Lokal sesuai dengan kompetensinya,
dengan bidang usahanya c) Tenaga kerja local
d) Pengotimalan pembelanjaan local baik barang/jasa

48
Kewajiban Penerapan Untuk IUJP

PASAL 5 Ayat 2
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
IUJP Wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik
1. Kaidah Pertambangan yang baik 2. Tata Kelola Pengusahaan Jasa Pertambangan
a) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, a) Pengutamaan Produk dalam Negeri
K3 Pertambangan, Konservasi MINERBA b) Pengutamaan subkontaktor local sesuai
& Teknis Pertambangan sesuai dengan dengan komptensinya;
bidang usahanya; c) Pengutamaan Tenaga Kerja Lokal
d) Pengoptimalan Pembelanjaan Lokal baik
b) Kewajiban untuk mengangkat PJO barang maupun jasa pertambangan
sebagai pemimpin tertinggi di lapangan

49
BAB II Bagian Satu - Umum
Bab II Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik – Bagian Kesatu
Pasal 7 & 8 Permen ESDM No. 26/2018
Dalam pelaksanaan kaidah teknik
Dalam pelaksanaan kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Operasi
pertambangan yang baik,
Produksi khusus untuk Pemurnian,
pemegang IUP & IUPK Eksplorasi,
pemegang IUP pengolahan dan/atau
IUP & IUPK Operasi Produksi Dalam hal pemegang IUP &
wajib: pemurnian wajib:
IUPK Operasi Produksi
melakukan Penambangan
a) Mengangkat KTT
dengan metode Penambangan
sebagai pemimpin tertinggi di
bawah tanah a) Mengangkat PTL sebagai
lapangan untuk mendapatkan
pengesahan dari KaIT; pemimpin tertinggi di lapangan untuk
pemegang IUP & IUPK Operasi mendapatkan pengesahan dari KaIT;
b) Memiliki tenaga teknis Produksi wajib menunjuk KTBT
pertambangan yang untuk mendapatkan b) Memiliki tenaga teknis
berkompeten sesuai dengan pertambangan yang berkompeten
pengesahan dari KaIT.
sesuai dengan ketentuan peraturan
ketentuan peraturan perundang-
perundang-undangan.
undangan.

50
Penanggung Jawab Operasional (PJO)

USAHA JASA
Pasal 9
• Pemegang IUJP Wajib Mengangkat PJO untuk
dapat pengesahan KTT &
• Memiliki Tenaga Teknis yang kompeten sesuai
ketentuan peratiran per-uu-an
• PJO & Tenaga Teknis harus memiliki
Kompetensi teknis sesuai dengan bidang usaha
IUJP

51
Penanggung Jawab Operasional (PJO)

Kewajiban Penunjukkan KTT & PTL


Pasal 10
• Pemegang IUP & IUPK Eksplorasi, IUP & IUPK
Operasi Produksi sebelum memulai kegiatannya
wajib menunjuk KTT
• Pemegang IUP Operasi Produksi Khusus untuk
pengolahan dan/atau pemurnian sebelum memulai
kegiataan usahanya wajib menunjuk PTL
• KTT & PTL Wajib mendapat pengesahan dari KaIT

52
Resume Aspek Pelaksanaan
Penerapan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik
IUP Eksplorasi, IUP Operasi Pemegang IUP Operasi IUJP
Produksi, IUPK Ekplorasi dan IUPK Produksi khusus untuk
Operasi Produksi pengolahan dan/atau
pemurnian
1. Teknis Pertambangan 1. Teknis kegiatan 1. Upaya pengelolaan
2. Konservasi Sumber MINERBA pengolahan dan atau lingkungan hidup,
3. Keselamatan dan Kesehatan pemurnian keselamatan pertambangan,
Kerja Pertambangan 2. Keselamatan Pengolahan konservasi MINERBA, Teknis
4. Keselamatan Operasioanal dan atau pemurnian pertambangan sesuai
Pertambangan 3. Pengelolaam lingkungan dengan bidang usahanya;
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup hidup dan pasca operasi 2. Kewajiban untuk
Pertambangan, Reklamasi, 4. Konservasi mineral dan mengangkat penanggung
Pascatambang serta batubara jawab operasional sebagai
pascaoperasi pemimpin tertinggi di
6. Pemanfaatan teknologi, lapangan
Kemampuan rekayasa, Rancang
Bangun, Pengembangan dan
Penerapan teknologi
pertamabangan

53
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 14 (Ayat 1)
Pemegang IUP &IUPK Eksplorasi, IUP & IUPK Operasi Produksi
wajib melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan
(Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan & Keselamatan
operasi pertambangan)

Dalam melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan


sebagaimana dimaksud diatas wajib:
a) menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung
diri, fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk
terlaksananya ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b) membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja,
sifat, atau luas area kerja.
c) berdasarkan Studi Kelayakan, Dokumen Lingkungan Hidup, dan
RKAB Tahunan yang telah disetujui sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

54
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara

Ketentuan keselamatan pertambangan meliputi:

keselamatan dan kesehatan keselamatan operasi


kerja pertambangan; pertambangan.

55
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan paling sedikit terdiri atas:

keselamatan kerja 1. Manajemen Risiko


pertambangan; 2. Program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan
terjadinya kecelakaan, kebakaran & kejadian lain yang
berbahaya;
3. Pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja;
4. Administrasi keselamatan kerja;
5. Manajemen keadaan darurat;
6. Inspeksi keselamatan kerja; dan
7. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan;

Kesehatan kerja Program kesehatan, higienis dan sanitasi, ergonomis,


pertambangan; pengelolaan makanan dan minuman, dan gizi pekerja/buruh,
dan/atau diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja;

Lingkungan Kerja Lingkungan kerja pertambangan yang memuat peraturan


Pertambangan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian
terhadap kondisi lingkungan kerja.

56
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja Pertambangan Meliputi Aspek

Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan


Pengelolaan
Kuantitas &
Debu Kebisingan Getaran Pencahayaan
Kualitas
Udara
Kerja

PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA


Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Iklim Kerja Radiasi Faktor Kimia Faktor Biologi Kebersihan
Lingkungan
Kerja

57
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Tujuan Pelaksanaan Syarat-syarat K3
Pengusaha/Pengurus WAJIB
Lingkungan Kerja

Syarat K3 Lingkungan Kerja mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman,


1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah
Kimia agar berada di bawah NAB; kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor 1. Pengukuran & pengendalian Lingkungan
Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja Kerja meliputi: fisika, kimia, biologi,
agar memenuhi standar; ergonomi; dan psikologi.
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan
sarana Higiene di Tempat Kerja yan 2. Higiene dan Sanitasi meliputi: Bangunan
bersih dan sehat; dan g Tempat Kerja; fasilitas Kebersihan,
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kebutuhan udara; dan tata laksana
kompetensi dan kewenangan K3 di kerumahtanggaan.
bidang Lingkungan Kerja

Acuan di Permenaker No. 5 Tahun 2018


Ditetapkan 24 April 2018
10 BAB & 74 Pasal + Lampiran & Pedoman
Dicabut 2 Permen + 1 SE : 1 PMP No 7 Thn 1964, Per
13/MEN/X/2011, SE 01/MEN/178

58
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Karakteristik Debu Batubara & Kajian Efek


Umumnya, debu batubara mengandung
Arsenik (As), Timbal (Pb), Silica (Si), Cadmium (Cd)
(B. Gottlieb, 2002)

SILICA (Si) ARSEN (As) CADMIUM (Cd) TIMBAL (Pb)

1.Penyebab silicosis 1.Merupakan racun kuno 1.Pajanan terus menerus 1.Merusak sistem saraf
2.Emfisema yang terkena dapat menyebabkan 2.Keterlambatan
3.Fibrosis interstitial 2.Apabila terhirup Penyakit ginjal perkembangan
4.Reaksi imunologi menyebabkan 2.Pernyakit paru-paru 3.Hipertensi
5.Bronkitis 3.Kanker paru-paru obstruktif seperti emfisema 4.Gangguan ketajaman
6.Penyakit pembuluh 4.Penyakit jantung 3.Karsinogen pada paru- pendengaran
darah 5.Penurunan produksi sel paru 5.Terganggunya sintesis
7.Kanker paru-paru darah merah & sel 4.Mempengaruhi hemoglobin
darah putih metabolisme yang 6.Kemandulan pada
6.Efek kardiovaskular mengakibatkan sistem reproduksi laki-
[NIOSH, 2002; Ding, et al,
7.Kerusakan sistem saraf laki
2002; IARC, 1997]
[EPA] nyeri tulang

59
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian Umum terhadap Pajanan Debu


Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018
Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan mineral dan batubara

untuk meminimalkan konsentrasi debu hingga memenuhi baku mutu udara ambien
dilakukan

Penyiraman jalan secara rutin;


Penghijauan; Pembatasan kecepatan
kendaraan; Penyemprotan debu di ban
berjalan; dan/atau
Ban berjalan dilengkapi dengan atap return belts.
penutup dan sistem pembersihan

60
BAB II Bagian Tiga - Umum
Lingkungan Kerja Pertambangan Meliputi Aspek Fisik Kebisingan
Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan,
serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian)1

Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang


suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu.
Pajanan bising secara terus menerus dapat mengakibatkan
gangguan pendengaran permanen dan ketulian akibat bising
(noise induced hearing loss atau NIHL)2

Health effects: kebisingan [noise]


Image: Courtesy of Safetysigns.com

61
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Health effects: kebisingan [noise]
Efek Terhadap Pendengaran (EFEK AUDITORIS)
Efek akut: Perbandingan telinga sehat
dan telinga dengan
Temporary Threshold Shift (TTS) Meliputi kerusakan rambut (cilia)
1. Pergeseran ambang dengar sementara pada telinga
2. Terjadi ketulian ringan →dapat hilang jika sumber bising Images: Courtesy of OSHA
dihilangkan
Tinnitus
Telinga berdenging karena stimulasi berlebih pada sel rambut
Acute acoustic trauma
Sasaran: gendang telinga
Terjadi akibat bising yg sangat keras, misal: ledakan.

Efek Kronis
Hasil tes Audiometri: Takik pada
Noise-induced Hearing Loss (NIHL) Akibat kerusakan permanen 4000 Hz (menunjukkan adanya
pada sel rambut pajanan bising yg berlebih
Permanent Threshold Shift, Pergeseran ambang dengar Image: Courtesy ofOSHA
permanen & Paling terlihat pada frekuensi 4000Hz
Hughes P & Ferret E, 2009

62
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Health effects: kebisingan [noise]
Efek Terhadap Pendengaran (EFEK NON AUDITORIS)

Gangguan tidur (sleep disturbances)

Kenaikan tekanan darah

Hughes P & Ferret E,


2009
Gangguan komunikasi verbal
(adanya background noise)

Seseorang yg mengalami gangguan


pendengaran: cenderung mengisolasi diri
dari kehidupan social

Termometer bising
63
Image: Coutesy of OSHA
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian kebisingan (noise)


PENGENDALIAN BISING PADA JALUR TRANSMISI

Mengurangi kecepatan mesin

Mengisolasi benda bergetar yg dapat


Mengendalikan pada Meredam bising pada Perlindungan terhadap
jalur transmisi
menghasilkan bising
sumber bising penerima bising

ELEMEN PENGENDALIAN KEBISINGAN


Menggunakan lapisan peredam
Image: Coutesy of Tillman C bising

Enclosure (menutup) sumber bising

Mengurangi tekanan pada pipa-pipa


gas untuk mengurangi turbulensi

64
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian kebisingan (noise)


PENGENDALIAN BISING PADA JALUR TRANSMISI

Enclosure (menutup) sekitar sumber


bising
Engineering:
• Melakukan maintenance & Lubrikasi
• Substitusi mesin (misal mengganti gear dengan belt
conveyor yg lebih rendah bisingnya)
• Substitusi proses
Personal enclosure
• Hindari meletakkan mesin di tempat yg dapat Image: OSHA
memantulkan bunyi (misal di sudut ruangan, dekat
dinding)
• Menggunakan penyerap bunyi pada dinding dan langit-
langit

Tillmann C, ed, 2007


65
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian kebisingan (noise)

Pengendalian Bising Pada Formable Earplug


Penerima (Receiver) Images: Coutesy of Plog,
2002

Penggunaan HPD (Hearing


Protection Devices) Earplugs
& Earmuffs
Pre-molded triple flange Earplugs
Images: Coutesy of Plog, 2002

Images: Courtesy of OSHA


66
BAB II Bagian Tiga - Umum

Pengendalian kebisingan (noise)


PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA (WORK ENVIRONMENT)

Pengukuran level kebisingan di


tempatkerjamenggunakanSound Level Meter

Sound Level Meter (SLM)


a) PastikanSound Level Meter
telahdikalibrasi
b) Digunakanuntukmengukurvariasisound
pressure level (SPL)
c) Sound Pressure Level
merupakanperbandinganrelatifdarigelo
mbangsuaraterhadapreferensisound Sound Level Meter
pressure atau��0yaitu2 × 10−5 Pa Images: Courtesy of lipindietz.com

denganskala
d) logaritmikberbasis 10, yaitu decibel dB)

Di dalam SLM terdapat:


Microphone: untukmeresponvariasi SPL
danmemproduksisinyalelektrik

67
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Pembuatan Noise
Pembuatan Noise Mapping Contour Coutesy of:
Standards J,
Fundamental of
• Pengukuran dilakukan berjarak sekitar radius 3 Industrial Hygiene.
feet di sekeliling sumber bising (misal turbin,
genset, pipa gas dsb)
• Setelah hasil didapat, diukur kembali pada jarak
6 feet dari sumber bising. Kemudian pada jarak
8 feet dst,
• Tarik garis pada lokasi yang memiliki level bising
yang sama
• Lalu terbentuk noise contour.
• Membantu untuk menentukan pekerja mana
saja yang terpajan bising
• Data yg ada dapat dikomunikasikan kepada
atasan (manajemen) untuk dilakukan tindakan
pengendalian apabila diperlukan (misal untuk
membuat tanda peringatan wajib memakai APD
atau pekerja sama sekali dilarang memasuki
area tsb)
Pengukuran untuk Membuat Noise Contour
Images: Courtesy of OSHA

68
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian kebisingan (noise)


Pengukuran dosis pajanan bising pekerja
Noise Dosimeter
• Noise dosimeter memiliki microphone yg
diletakkan pada zona dengar (hearing zone)
pekerja.
• Sebelum digunakan, lakukan setting berikut pada
noise dosimeter:

❑ Gunakan exchange rate yaitu 3 dB


❑ Frequency weighting: A → dB(A) → filter A
digunakan karena mirip sensitivitas telinga
manusia
❑ Response: slow (untuk pengukuran bising
kontinyu, jika sifatnya intermittent, misal untuk
pengukuran bising saat jet melintas, gunakan
respons Fast)
❑ Criterion level: 85 dB(A)
69
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika (Kebisingan)

Permenaker 05
Tahun 2018
K3LK

70
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Getaran (Vibration)

Getaran pada tangan dan lengan Getaran pada seluruh tubuh


Definisi
(Hand and Arm Vibration) (Whole-body Vibration)

Getaran atau vibration terjadi Bersumber dari


bila terdapat energi mekanis peralatan yang
yang berasal dari getaran dipegang/disentuh oleh
suatu
benda yang ditransmisikan tangan Pajanan getaran pada
kepada suatu objek seluruh tubuh
biasanya disebabkan
Dalam kesehatan kerja, getaran oleh mesin industri,
dibagi menjadi 2, yaitu Menyebabkan hand-arm konstruksi, pertanian,
• Getaran pada tangan dan lengan vibration syndrome, atau transportasi
(Hand and Arm Vibration) merupakan jenis dari
• Getaran pada seluruh tubuh
(Whole-body Vibration) Reynaud’s Syndrome

71
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Health Effects: Getaran [vibration] WHOLE BODY VIBRATION

Motion sickness

Gangguan keseimbangan akibat kegagalan


sistem vestibular pada telinga

Gangguan penglihatan pada pengemudi yg


meningkatkan risiko kecelakaan
Potensi bahaya Whole Body Vibration
Kerusakan sendi dan tulang, terutama pada pada Pengemudi Alat Berat (heavy
tulang belakang bagian bawah vehicles) di pertambangan
Image: Courtesy of HSE UK
Variasi dalam tekanan darah yg dapat
mengarah ke gangguan jantung

Fatigue (kelelahan), kehilangan selera makan

72
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Health Effects: Getaran [vibration] Hand and Arm Vibration

Raynaud’s syndrome Kerusakan sendi & tulang


(Vibration White Finger/ pada pergelangan tangan
VWF) dan/atau siku

Degenerasi saraf dan


pembuluh darah
•berkurang/hilangnya indera peraba Kista pada tulang jari dan
dan perasa pergelangan tangan
•Berkurangnya kekuatan
menggenggam (losing grip strength)

Atopi otot, radang otot


Dekalsifikasi carpal tunnel
(tenosyvitis)

Potensi bahaya Hand & Arm Vibration pada pekerja


Image: Courtesy Hughes P & Ferret E, 2009)

73
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian Whole body vibration

Perbaikan dan pemeliharaan jalan dan Hand and Arm Vibration


memastikan permukaan jalan rata dan halus
untuk mencegah goncangan
Engineering control
Memperbaiki sistem suspensi kendaraan untuk • Meminimalisir penggunaan hand tools
• Membeli alat yg menghasilkan getaran serendah
meredam goncangan
mungkin

Operator terisolasi dari frame mesin untuk Work Practice


mengurangi pajanan vibrasi
• Alat yg menghasilkan getaran, dilakukan
maintenance sesuai dengan rekomendasi pabrik
Memperbaiki dudukan dengan yang berbantalan • Istirahat seterlah beberapa jam dari pajanan
empuk untuk meredam getaran terus-menerus membantu untuk mengurangi HAV
sindrom
• Genggam alat selonggar mungkin, jangan
menggenggam akat terlalu kuat
Training dan prosedur (misal kecepatan • Menggunakan sarung tangan untuk meredam
mengemudi harus rendah, rotasi pekerja) getaran

74
Pengukuran Whole-Body Vibration
Pengelolaan Lingkungan Kerja Image: Coutesy of Paschold HW & Mayton
AG, 2011
PENGUKURAN getaran: whole body vibration
• Pengukuran getaran dilakukan dalam 3 koordinat arah,
yaitu z (atas-bawah), x (depan-belakang), dan y
(samping kanan-kiri)
• Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan
accelerometer yang dihubungkan dengan instrumen
sebagai amplifier, analisis, dan store vibration data.
• Alat tersebut diletakkan antara benda yang bergetar
dengan tubuh manusia
Sumber: HAV meter yang
Paschold HW & menempel pada
Mayton AG, 2011 alat
Image: Courtesy of
PENGUKURAN getaran: hand-arm vibration (HAV) Reactec Vibration
Solution
• Cara menghitung pajanan HAV yaitu dengan:
• Mengacu pada buku manual dari pabrik/pembuat alat
(manufacturer), misal saat membeli gergaji/chainsaw, maka Vibration meter
perhatikan apakah pabrik mengeluarkan data tentang level Image: Courtesy of
getaran yg dihasilkan alat tsb Ergo-plus.com

• Mengukur sendiri dengan HAVmeter atau Vibration meter


• Setelah diperoleh hasil, pajanan dapat dihitung dengan
menggunakan HAV calculator (lihat slide selanjutnya)

75
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pencahayaan

Pencahayaan yg
tepat, tapan silau
Manusia
Pencahayaan yang
atau berbayang
memperoleh
dapat mengurangi
baik informasi, di
kelelahan mata
mempermudah mana
dan
dalam melakukan 85% nya
sakit kepala,
pekerjaan4 diperoleh
meningkatkan
dari indera
daya
penglihatan4
lihat dan
mencegah
kecelakaan4

Canadian Center for Occupational Health and Safety, 2013


77
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian Pencahayaan

Menghilangkan sumber silau (glare) dan


pantulan

Sumber cahaya tidak membelakangi


(sehingga tidak membentuk bayangan
gelap

Mengatur pencahayaan sesuai jenis


pekerjaan

Cahaya yang terhalangi dan membentuk Pantulan dapat mengganggu pandangan


bayangan dapat menjadi hazard. Image: harus dihilangkan Image: Courtesy of HSE
Sumber HSE UK, 2002 Courtesy of HSE UK UK

78
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permenaker 05 Tahun 2018
Pengukuran Pencahayaan Keselamatan & Kesehatan Kerja &
Lingkungan Kerja

1. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan


dengan Lux meter & Lux meter memiliki
sensor deteksi cahaya
2. Hasil dari pengukuran terdisplay dalam
satuan lux (lx)
3. Harus dilakukan kalibrasi, umumnya
setahun sekali untuk memastikan
keakuratan
79
Pengelolaan Lingkungan Kerja

HEAT STRESS
• Heat stress terjadi ketika mekanisme tubuh untuk mengendalikan suhu internal
mulai gagal

• Bekerja dengan suhu lingkungan yg tinggi menyebabkan heat illness, kematian,


kehilangan konsentrasi, menurunkan produktivitas, Kesalahan yg dapat
memicu accident atau kecelakaan di tempat kerja

Saat Suhu TINGGI, maka yg berperan Saat Suhu RENDAH, maka yg berperan
adalah: adalah:
1 Kelenjar keringat 1. Otot (respon untuk menggigil)
(mengeluarkan keringat untuk
mendinginkan suhu tubuh) 2. Pembuluh darah (masuk
ke jaringan yang lebih dalam untuk
2 Pembuluh darah (melebar) mencegah hilangnya panas)
untuk mempermudah proses membuang
panas)
Images: Coutesy of Space
Coast Daily Sumber: Athari, 2014

80
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Health effects: heat stress - jenis-jenis heat illness

Heat Stress

Heat Rash Heat Cramps Heat Exhaustion Heat Stroke Heat Syncope

Gejala awal health illness


Heat Exhaustion
1.Kehilangan minat terhadap pekerjaan • Terjadi akibat kegagalan aliran darah untuk
2.Kurang waspada
membuang panas secara adekuat
3.Emosional
• Disebabkan kekurangan cairan (dehidrasi)
Heat Syncope
• Tekanan darah turun → karena otot jantung tidak
1.Kehilangan kesadaran mampu menjaga kecukupan suplai darah
2.Ketika terjadi kekurangan aliran darah ke otak (akibat akumulasi • Suhu tubuh mencapai 390C
aliran darah di bagian bawah tubuh)
• Gejala: Kelelahan, haus, pusing, Mati
Heat Rash rasa/kesemutan pada jari tangan dan kaki, Tidak
1.Gejala: kemerahan, iritasi, dan perih mampu bernapas, menggigil, tekanan darah
2.Berkeringat terus menerus →terjadi peradangan dan rendah, Pandangan kabur, sakit kepala, mual,
penyumbatan saluran keringat pingsang, Kulit basah, pucat atau memerah
3.Dapat menyebabkan infeksi pada kulit
4.Bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan heat stroke Health and Safety Executive, n.d
81
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Health effects: heat stress


Heat Stroke

o Terjadi bila suhu tubuh >41 C (dapat


0

mencapai 450C)
o Koordinasi sistem saraf (termasuk
pengaturan suhu) terganggu
o Dapat terjadi henti napas dan/atau henti
jantung (respiratory and cardiac arrest)
o Dapat terjadi cedera pada otak, hati, dan
ginjal
o Beberapa gejala sakit kepala, mual,
pusing, haus, sulit bernapas, menggigil,
kulit panas, tapi kering, bibir kebiruan,
Kejang-kejang, kehilangan kesadaran

Health and Safety Executive, n.d Image: Courtesy of Hughes P & Ferret E, 2009
82
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Health effects: heat stress


Heat Cramps

1. Heat cramps terjadi akibat pajanan temperatur yang


tinggi dalam jangka waktu lama disertai kinerja otot
yang berat & Terjadi kehilangan garam dan
kelembaban dari tubuh

2. Walaupun kelembaban dapat tergantikanj oleh air,


namun kehilangan garam yg berlebihan dapat
menyebabkan heat cramps atau heat exhaustion.

3. terjadi kram otot, biasanya pada perut atau otot yg


mengalami kelelahan.

4. Pencegahan: penambahan garam mineral/elektrolit


pada minuman/makanan untuk latihan/kerja otot
yg berat pada temperatur tinggi
Plog B, et al, 2002.

83
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian Hazards : Heat Stress


Aklimatisasi : adaptasi secara fisiologis terhadap Pengendalian Engineering
lingkungan yang panas 1. General ventilation: sirkulasi udara panas,
digantikan dengan udara yg lebih dingin dari
luar
2. Air conditioning
3. Pergerakan udara lebih cepat (misal dengan
kipas angin)

Pengendalian administratif dan work practices


Training mengenai
• Pengetahuan Penjadwalan
terkait bahaya Penjadwalan kerja maintenance reparasi Penyediaan air minum
heat stress pada saat cuaca tidak mesin pada saat cuaca dingin untuk pekerja Mengurangi beban
panas (misal tidak kerja fisik (physical
• Prosedur P3K tidak terlalu panas dengan jumlah yang
untuk heat stroke bekerja saat tengah memadai demand)
atau di tempat yang
atau efek hari yg terik) teduh
kesehatan lain
• Penggunaan APD
Pengendalian Heat Stress OSHA
84
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengendalian Hazards : Heat Stress


Engineering control
• Pada sumber panas: enclose,
1. Eliminasi kebutuhan pekerja untuk
terpajan insulasi
• Ventilasi/penyejuk udara (AC)
2. Automasi: penggunaan remote
• Mengatur pergerakan udara
control room, CCTV
• Disediakan tempat istirahat yg
sesuai

Administratif: pelatihan, supervisi Baju pelindung

Source: Athari, 2014

LAKUKAN : Minum banyak, Mulai kerja dalam kondisi


bugar dan cukup minum, Minuman elektrolit komersial,
dapat dipertimbangkan

HINDARI : Terlalu banyak minum manis, Minum kopi


dan teh terlalu banyak, Konsumsi alcohol, Menunggu
haus sebelum minum

85
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengukuran Hazards : Heat Stress


• Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) adalah indeks dari panas
lingkungan yang banyak digunakan untuk mengevaluasi heat
stress
• Untuk menentukan WBGT, ukuran yang diperlukan adalah:
indeks suhu basah alami (Tnwb), Indeks suhu bola (Tg), Indeks
suhu kering (Ta)
• Persamaan 12.2 (Equation 12.2) digunakan pada kondisi di
dalam ruangan atau tempat yang teduh
• Persamaan 12.3 (Equation 12.3) digunakan pada tempat yang
terkena sinar matahari langsung

Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)


Tillmann C, ed, 2007 & Plog et al, 2002 Image: Cortesy of Tillmann et al, 2007

Pengukuran Heat Balance : H = M ± C ± R – E


H: Heat generated, M: Metabolic Heat, C: Convection, R: Radiation, E: Evaporation
C+R+E: pengaruh lingkungan & M: adalah sumber panas internal

86
Pengelolaan Lingkungan Kerja

NAB Iklim Kerja (Untuk Heat Stress)


Catatan: Pengaturan ISBB ©
1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori Waktu Kerja
Setiap Jam Beban Kerja
sampai dengan 200 Kilo kalori/jam
Ringan Sedang Berat Sangat
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih
Berat
dari 200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo
kalori/jam 75% - 100% 31,0 28,9

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori 50% - 75% 31,0 29,0 27,5
lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
Kilo kalori per jam 25% - 50% 32,0 30,0 29,0 28,0

0% - 25% 32,5 31,5 20,5 30,5

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk diluar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk didalam ruangan/ diluar ruangan
tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

87
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Radiasi ultraviolet (UV radiation)


Image: Image: Image:
Courtesy of Courtesy of CCOHS Courtesy of
Government of Government of
Canada Canada

Radiasi ultraviolet (UV) Radiasi UV terbagi 3: Pekerja yg memiliki risiko


memiliki panjang gelombang • UV-A (gelombang terpajan radiasi UV:
yg lebih pendek dari cahaya 1. Outdoor worker
panjang)
tampak (visible light) dan
• UV-B (gelombang (pekerja
namun dengan frekuensi yg
lebih tinggi medium) luar ruangan)
• UV-C (gelombang 2. Kontraktor dan
pendek) surveyor
3. Tukang las (welder)
4. Pekerja konstruksi
Canadian Center for Occupational Health and Safety, 2013
88
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Radiasi ultraviolet (UV radiation)


Health Effects: Radiasi UV, efek pada kulit

Efek Kronik: • Kanker sel basal, kanker sel squamosa, malignant


Kanker Kulit melanoma

• 95% mencapai permukaan bumi


• Penetrasi lebih dalam, di bawah permukaan kulit
UV A
• Mempengaruhi pembuluh darah dan jaringan ikat
→ menyebabkan penuaan dini
Gejala Melanoma (kanker kulit)
• Menyebabkan kulit terbakar matahari (sunburns) Image: Courtesy of CDC
UV B • Kemerahan pada kulit (erythema)
• Kulit menghitam

• Memiliki risiko maksimum


• Matahari mengeluarkan UV-C namun diserap
UV C lapisan ozon, jadi tidak berbahaya bagi kesehatan
pekerja, namun beberapa alat di tempat kerja
mengeluarkan UV-C

89
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Radiasi ultraviolet (UV radiation)


Health Effects: Radiasi UV, efek Pada Mata
Mata paling sensitif pada radiasi UV-C dan UV B

Absorpsi UV-A dapat menjadi salah satu faktor


dari penyakit katarak

Pajanan radiasi UV dalam waktu singkat dapat


menyebabkan

• Photokeratitis: nyeri yg disebabkan oleh


peradangan pada kornea, mata menjadi berair,
dan pandangan kabur
Image: Courtesy of Canadian Centre for Occupational health & • Conjunctivitis: peradangan conjunctiva
Safety (membrane penutup bagian dalam kelopak mata
dan bagian putih mata)
Canadian Center for Occupational Health and Safety, 2013

90
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Radiasi ultraviolet (UV radiation)


Engineering Control Pengendalian Radiasi ULTRAVIOLET

1. Menggunakan pelindung (shield) dari


radiasi UV.
2. Pakaian dan topi dengan moncong lebar
(wide brim)
3. Untuk welding: menggunakan kaca mata
dan pelindung wajah yg terstandar

Engineering Control
Pembatasan pajanan terhadap sumber

Menggunakan sunscreen minimal SPF 15


untuk perlindungan selama 15 menit
Perlindungan dari radiasi UV saat welding
Image: Courtesy of marinatextil.net

91
Pengelolaan Lingkungan Kerja

PENGUKURAN HAZARD Ultraviolet


1. Pengukuran pajanan radiasi UV dapat
dilakukan dengan alat:
• Broadband solar UV Radiometer
• Portable Spectro Radiometer
• UV Radiometer
• Polysulphone film
2. Has pengukuran kemudian dievaluasi
il
dengan standar NAB

Sumber: Tenkate T, n.d

Alat Pengukur Radiasi UV Image:


Courtesy of Tenkate T, n.d

92
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
Keselamatan operasi pertambangan paling sedikit terdiri atas:

1. Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi,


dan peralatan pertambangan :
a) Merencanakan sistem; Menunjuk penanggung jawab;
b) Melaksanakan sistem sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan standar nasional atau internasional yang diakui;
2. Pengamanan instalasi;
3. Tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
4. Kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dengan
melaksanakan uji dan pemeliharaan kelayakan;
5. Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
6. Keselamatan bahan peledak dan peledakan;
7. Keselamatan fasilitas pertambangan;
8. Keselamatan Eksplorasi;
9. Keselamatan tambang permukaan;
10. Keselamatan tambang bawah tanah; dan
11. Keselamatan kapal keruk/isap.
12. Keselamatan Pengolahan dan/atau pemurnia

93
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 3 – Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Pemegang IUP & IUPK Eksplorasi, IUP & IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan pertambangan. (Psl.18)
SMKP Terdiri Dari 7 Elemen :
1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Organisasi dan personel wajib melakukan audit internal
penerapan SMKP :
4. Implementasi
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
5. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
6. Dokumentasi
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja
Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
penyakit akibat kerja, bencana, dan/atau untuk kepentingan penilaian kinerja keselamatan
pertambangan, KaIT dapat meminta untuk melakukan audit eksternal penerapan SMKP, yang
dilaksanakan oleh lembaga audit independent yang terakreditasi dan telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.

94
Kepala Inspektur Tambang
KaIT adalah pejabat yang secara ex-officio
menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan MINERVA pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan MINERBA
Kepala Teknik Tambang
Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan pertambangan yang memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya operasional
pertambangan sesuai dengan kaidah teknik
pertambangan yang baik.
Tuesday, November 27, 2018
Kepala Tambang Bawah Tanah
Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
tambang bawah tanah yang bertugas memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya operasional
tambang bawah tanah sesuai dengan kaidah teknik
pertambangan yang baik.

Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan


Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan yang bertugas memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan
operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai
dengan kaidah teknik Pengolahan dan/atau Pemurnian. 95
Kepmen ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018
POKOK – POKOK PERUBAHAN PENGATURAN
Substansi Kepmen Kepmen 1827.K/30/MEM/2018
555.K/26/MPE/1995
Kepala Teknik Tambang (KTT), Hanya mengatur kelas, Mengatur kelas, persyaratan, kewajiban
Wakil Kepala Teknik kewajiban dan tanggung dan tanggung jawab, prosedur
Tambang , Kepala jawab permohonan, evaluasi dan pengesahan.
Tambang Bawah Terdapat perubahan kelas KTT
Tanah
Penanggung Jawab Teknik dan Belum ada Mengatur kelas, persyaratan, kewajiban
Lingkungan (PTL) dan tanggung jawab, prosedur
permohonan, evaluasi dan pengesahan.
Pengawas Operasional & Pengawas Hanya mengatur kewajiban Mengatur persyaratan, kewajiban Teknis
dan tanggung jawab, prosedur permohonan, evaluasi dan
pengesahan (KPO).

Penanggung jawab operasional Belum diatur Mengatur persyaratan, kewajiban dan


tanggung jawab, prosedur permohonan, evaluasi dan pengesahan.

96
Lampiran 1 Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/Atau
Kepmen ESDM NO 1827 Pengesahan KTT, PTL, KTBT, Pengawas
K/30/MEM/2018 Operasional, Pengawas Teknis, dan/atau
PJO

Kreteria KTT :
Kriteria KTT terbagi atas 4 (empat)
klasifikasi dengan urutan : KTT Kelas IV
s.d KTT Kelas I

Kreteria PTL :
Kriteria PTL terbagi atas 3 (Tiga)
klasifikasi dengan urutan : PTL Kelas III,
PTL Kelas II & PTL Kelas I

97
Kepala Teknik Tambang (KTT)
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018

KTT Kelas IV
KTT Kelas IV memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b) Mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.

98
Kepala Teknik Tambang (KTT)
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018

KTT Kelas III


KTT Kelas III memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) tahapan kegiatan pertambangan:
1) tahap eksplorasi; dan tahap operasi produksi dengan metode
99
tambang semprot (Hidrolis), tambang bor, tambang terbuka
berjenjang tunggal, kuari, dan kapal keruk, dan/atau kapal isap;
b) jumlah produksi rata-rata:
1) tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara ≤ 150 metrik
ton per hari;
2) mineral logam meliputi: tambang semprot ≤ 1 ton bijih per hari;
dan kapal keruk dan/atau kapal isap dengan menggunakan ponton
≤ 1 ton bijih per hari;
3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: ≤ 250 ton
batuan; dan mineral bukan logam dengan produksi ≤ 250 ton
perhari
c) Tanpa menggunakan bahan peledak;
d) Jumlah pekerja ≤ 50 orang;
e) Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama (POP)
atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT.
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018

KTT Kelas II
KTT Kelas II memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) tahapan kegiatan pertambangan operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang terbuka, kuari, kapal
100
keruk/kapal isap;
b) jumlah produksi rata-rata:
1) tambang terbuka untuk batubara ≤ 500 metrik ton per hari;
2) mineral logam meliputi:
a) tambang terbuka untuk mineral logam ≤ 1.500 ton bijih
per hari;
b) tambang semprot ≤ 5 ton bijih per hari; dan
c) kapal keruk dan/atau kapal isap kurang dari atau sama
dengan 5 ton bijih per hari;
3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi:
i. kuari dengan produksi ≤ 500 ton per hari; dan
ii. mineral bukan logam ≤ produksi 500 ton per hari
c) Jumlah pekerja ≤ 200 orang; dan
d) Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Madya (POM)
atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018

KTT Kelas I
KTT Kelas I memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi: tahap operasi produksi dengan metode tambang
semprot (Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah tanah, kuari, kapal keruk, dan/atau kapal
isap.
b) jumlah produksi rata-rata:
1) tambang terbuka untuk batubara > 500 metrik ton per hari;
2) tambang bawah tanah untuk batubara pada semua kapasitas produksi;
3) mineral logam meliputi :
i. tambang semprot > 5 ton bijih per hari;
ii. tambang terbuka untuk mineral logam > 1.500 ton bijih per hari;
iii. tambang bawah tanah untuk mineral logam pada semua kapasitas produksi;
iv. kapal keruk dan/atau kapal isap > 5 ton bijih per hari;
4) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi:
i. mineral batuan atau mineral bukan logam dengan produksi ≥ dengan 500 ton per hari;
dan
ii. tambang bawah tanah untuk mineral bukan logam pada semua kapasitas produksi;
c) Jumlah pekerja > 200 orang; dan
d) Memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi yang
diakui oleh KaIT.

101
Kriteria PTL
Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan
PTL Kelas III PTL Kelas II PTL Kelas I
PTL Kelas III memenuhi PTL Kelas II memenuhi kriteria PTL Kelas I memenuhi kriteria sebagai
kriteria sebagai berikut: sebagai berikut: berikut:
a) Bekerja pada a) Bekerja pada pengolahan a) bekerja pada pengolahan
pengolahan mineral dan/atau pemurnian mineral dan/atau pemurnian mineral
bukan logam dan logam atau pengolahan logam atau pengolahan batubara;
batuan; dan batubara; b) jumlah produksi sama dengan
b) Memiliki Sertifikat b) Jumlah produksi di bawah atau lebih dari 100.000 ton per
Kompetensi Pengawas 100.000 ton per tahun; tahun;
Operasional Pertama c) Jumlah pekerja kurang dari c) jumlah pekerja sama dengan
(POP) Pengolahan 1.000 orang; dan atau lebih dari 1.000 orang; dan
dan/atau Pemurnian d) Memiliki Sertifikat Kompetensi d) memiliki Sertifikat Kompetensi
atau sertifikat Pengawas Operasional Madya Pengawas Operasional Utama
kualifikasi yang diakui (POM) Pengolahan dan/atau (POU) Pengolahan dan/atau
oleh KaIT Pemurnian atau sertifikat Pemurnian atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT kualifikasi yang diakui oleh KaIT.

Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai PTL maka dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. KaIT dapat membatalkan
kembali pengesahan PTL tersebut apabila PTL tersebut belum lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan.

102
Persyaratan KTT untuk WNA (Warga Negara Asing)

Untuk warga negara asing (tenaga ahli asing) memiliki :


1. Sertifikat kompetensi sesuai dengan kelas KTT yang diajukan atau
memiliki Mine Manager Certificate atau sertifikat sejenis yang
diterbitkan oleh negara asal dan diakui oleh KaIT; dan

2. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait peraturan


perundang-undangan dan kebijakan mengenai penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik

Perlu diperhatikan :
• Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka
dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan
predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.

• KaIT dapat membatalkan kembali pengesahan KTT tersebut apabila


KTT tersebut belum lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan.

103
Pengawas Operasional
Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL
dalam melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional pertambangan di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.

Kriteria Pengawas Operasional meliputi: Pengangkatan Pengawas 104

1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau Operasional:


sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT sesuai jenjang 1. KTT/PTL menunjuk calon PO yang
jabatannya; memenuhi kriteria dan
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen operasional dibuktikan dengan surat
pertambangan; dan penunjukkan;
3. Memiliki anggota yang berada di bawahnya dan/atau melakukan 2. KTT/PTL melakukan evaluasi
pengawasan terhadap divisi atau departemen lainnya; terhadap calon PO, apabila
dinyatakan laik, maka KTT/PTL
Tugas dan tanggung jawab Pengawas Operasional meliputi: menerbitkan surat penunjukan
1) Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan dan pengawas operasional;
kesehatan semua pekerja tambang yang menjadi bawahannya; 3. KTT/PTL sewaktu-waktu atau
2) Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian; berkala mengevaluasi kinerja PO;
3) Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas 4. PO yang memenuhi syarat
keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan dari semua orang yang ditugaskan ketentuan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
kepadanya;
4) Membuat dandan menandatangani laporan pemeriksaan, inspeksi, undangan akan mendapatkan
KPO yang disahkan oleh
dan pengujian; KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT
sebagai bukti pengesahan.
Penanggung Jawab Operasional (PJO)

Penanggung Jawab Operasional yang selanjutnya disingkat PJO


Orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan jasa pertambangan di wilayah
kegiatan usaha pertambangan, dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan ditaatinya
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.

105
Penanggung Jawab Operasional (PJO)

USAHA JASA
Pasal 9
106

• IUJP Wajib Mengangkat PJO


• Memiliki Tenaga Teknis yang kompeten
sesuai ketentuan peratiran per-uu-an
• PJO & Tenaga Teknis harus memiliki
Kompetensi teknis sesuai dengan bidang
usaha IUJP
Penanggung Jawab Operasional
Penunjukan PJO oleh direksi Perusahaan Jasa Pertambangan Pekerja
perusahaan jasa pertambangan, persyaratan Administrasi :
a) pekerja perusahaan jasa pertambangan;
b) Riwayat hidup calon PJO;
c) Memiliki jabatan tertinggi di site;
d) Surat pernyataan dukungan dari Direksi Perusahaan jasa pertambangan;
e) Surat pernyataan komitmen calon PJO;
f) Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi TKA ;
g) g) syarat lain yang ditentukan oleh KTT.

Persyaratan Teknis yang terdiri atas:


a) Memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan;
b) Memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan
pertambangan, dan perlindungan lingkungan ;
c) Memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan;
d) Jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT yang ditentukan berdasarkan pertimbangan
teknis oleh KTT

107
Tenaga Teknis Pertambangan

Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten


tenaga pertambangan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman, atau sertifikasi kompetensi
bagi area kerja yang telah memiliki standar kompetensi kerja yang berlaku wajib di bidang
eksplorasi/geologi,
survei/pemetaan, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian,
pengangkutan, dan/atau reklamasi dan pascatambang yang diakui Pemerintah.
Syarat : Min 3 Tahun & Sertifikat Kompetensi dibidangnya

108
Resume
IUP Ekplorasi, IUP Pemegang IUP Ekplorasi Pemegang IUP Operasi IUJP
Operasi Produksi, IUPK Produksi atau IUPK Produksi Khusus untuk
Eksplorasi, iupk Operasi Operasi Produksi yang Pengolahan & atau
Produksi melakukan penambangan pemurnian
bawah tanah

Kepala Teknik Tambang Kepala Tambang Bawah Penanggung Jawab Penanggung Jawab
(KTT) Tanah (KTBT) Teknik dan Lingkungan Operasional
(PTL)
Mendapat Pengesahan Mendapat Pengesahan Mendapat Mendapat Pengesahan
dari Kepala Inspektur dari Kepala Inspektur Pengesahan dari dari Kepala Teknik
Tambang (KaIT) Tambang (KaIT) Kepala Inspektur Tambang (KTT)
Tambang (KaIT)

Dibantu Tenaga Teknis yang Kompeten

109
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:

Manajemen Risiko/ Program Keselamatan Pendidikan & Pelatihan Kampaye


HIRADC Kerja Keselamatan kerja Keselamatan
Kerja

Administrasi Manajemen Keadaan Inspeksi Keselamatan Penyelidikan


Keselamatan Darurat Kerja Kecelakaan & KB
Kerja
110
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK – POKOK PERUBAHAN PENGATURAN
Substansi Kepmen 555.K/26/MPE/1995 Kepmen 1827.K/30/MEM/2018

Manajemen risiko Belum diatur Kewajiban dan tahapan manajemen risiko dijelaskan

Program K3 Hanya secara umum Sudah dijelaskan secara detil meliputi tujuan
dan komponen program yang diharuskan
Pendidikan Mengatur kewajiban dan materi Mengatur kewajiban.
& pelatihan yang harus disampaikan Materi disesuaikan dengan jenis dan risiko yang ada
K3 dan mengacu kepada standar kompetensi yang
berlaku/kualifikasi yang ditetapkan oleh KaIT
Kampanye K3 Tidak diatur Sudah diatur terkait kewajiban dan tata cara

Administrasi K3 Hanya mengatur buku tambang Mangatur buku tambang, buku daftar kecelakaan,
dan buku daftar kecelakaan pelaporan, RKAB, prosedur/instruksi kerja, dokumen
dan laporan penggunaan kompetensi dan ketentuan
persyaratan lainnya
Inspeksi K3 Hanya mengatur Mengatur kewajiban, area dan tahapan inspeksi
kewajiban dan area
yang wajib di inspeksi
Manajemen keadaan Belum diatur secara detil Diatur secara detil antara lain kewajiban dan langkah-
darurat langkah manajemen keadaan darurat

111
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian MINERBA meliputi:

Manajemen Risiko, Manajemen risiko merupakan suatu aktivitas


dalam mengelola risiko yang ada, terdiri atas:
1) Komunikasi dan konsultasi,
2) Penetapan konteks,
3) Identifikasi bahaya,
4) Penilaian dan pengendalian risiko, dan
5) Pemantauan dan peninjauan.

Program Keselamatan Kerja :


Program keselamatan kerja dibuat dan dilaksanakan untuk
mencegah kecelakaan, kejadian berbahaya, kebakaran, dan kejadian
lain yang berbahaya serta menciptakan budaya keselamatan kerja.

Program keselamatan kerja disusun dengan mengacu kepada


peraturan perundang-undangan, kebijakan, kebutuhan, dan proses
manajemen risiko.

112
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara.
Kejadian berbahaya merupakan kejadian yang Kecelakaan atau kejadian berbahaya
dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya dilaporkan sesaat setelah terjadinya
produksi. kecelakaan atau kejadian berbahaya.

Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur,


terdiri atas:
1. Benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan;
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang
yang diberi izin oleh kepala teknik tambang (KTT) atau
penanggungjawab teknik dan lingkungan (PTL);
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan atau
pengolahanan/atau pemurnian atau akibat kegiatan
penunjang lainnya;
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang
1 dari 5 Unsur tidak terpenuhi maka
mendapat cidera atau setiap saat orang yang diberi
tidak dapat dikategorikan sebagai
izin; dan kecelakaan Tambang
5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha
pertambangan atau wilayah proyek.

113
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK PERUBAHAN
Substansi Kepmen Kepmen
555.K/26/MPE/1 1827.K/30/MEM/
995 2018

Penyelidikan Dilakukan oleh KTT Dilakukan oleh KTT


kecelakaan dan PTL atau Inspektur
kejadian tambang
berbahaya
1 dari 5 Unsur tidak terpenuhi
berdasarkanpertimbangan
maka tidak dapat dikategorikan
KaIt/Kadis atas nama KaIT sebagai kecelakaan Tambang

Klasifikasi cidera Mati dalam waktu 24 Tidak ada batasan


kecelakaan jam waktu mati
tambang
5 kriteria Kriteria “benar- Kriteria “benar-benar
kecelakaan benar terjadi” terjadi” dijelaskan
tidak dijelaskan

114
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK PERUBAHAN
NO. TAHUN RINGAN BERAT MATI TOTAL FR SR

1. 2012 82 105 29 216 0,34 248,94

2. 2013 75 111 46 232 0,31 404,21

3. 2014 49 78 32 159 0,22 272,68

4. 2015 52 78 25 155 0,22 241,59


1 dari 5 Unsur tidak terpenuhi
5. 2016 59 71 16 146 0,30 236,04 maka tidak dapat dikategorikan
sebagai kecelakaan Tambang
6. 2017 62 94 13 169 0,23 142,49

Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2012 sd


2017
Benar, Angka Kecelakaan Kerja menurun dari tahun ke tahun
akan tetapi jumlah ini masih membutuhkan perhatian serius,
terutama untuk peningkatan Budaya K3.

115
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK PERUBAHAN

NO TANGGAL KECELAKAAN KEJADIAN

1. 22/04/2018 Tenggelam
2. 17/06/2018 Tenggelam
3. 08/07/2018 TERTABRAK/ TERJEPIT
4. 12/07/2018 TERTABRAK
5. 12/07/2018 Tenggelam
6. 12/07 2018 Tenggelam Statistik Kecelakaan Tambang
7. 24/07/2018 Tertabrak
Per July 2018 :
8. 25/07/2018 Tenggelam
86 Kasus ( 38
9. 29/07/2018 Kesetrum
10. 30 /07/2018 Tertabrak
Cidera
Ringan, 38
Data Terakhir : 30 Juli 2018 Berakibat
Cidera Berat & 10
Berakibat Mati 116

(Fatality)
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
86 Kasus ( 38 Cidera Ringan, 38 Berakibat Cidera Berat & 10 Berakibat Mati (Fatality)

48% Kecelakaan terjadi Pada IUJP Inti TTA = 20% ( Tidak Mengikuti Prosedur)

60% Terjadi Pada Pekerja Baru KTA = 20% ( Ruang Sempit/ Tdk. Mdai)

20% Terjadi di Area Tambang Permukaan Faktor Pribadi = 45% (Kurang


Pengtahuan) & 39% (Motivasi Keliru)
18% Area Pengolahan
Faktor Pekerjaan = 45% (Standar Kerja
20% Jenis Kecelakaan Terjatuh Kurang Memadai)

Sumber Kecelakaan :
18% Lantai Kerja
25% Jabatan Mekanik
16% Alat angkut orang
& alat gali/angkut/muat 19% Jabatan Operator

42% Waktu Kecelakaan 36% Waktu Kecelakaan


pukul 06.00 s.d. 12.00 pukul 12.00 s.d. 18.00

117
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Kecelakaan berdasarkan kejadian :


Analis 10 Tenggelam, Tersengat Listrik,
Fatality
Case
Tertimpa Peralatan, Terjatuh dari
Per July 2018
Ketinggian & Tertabrak

Klasifikasi berdasarkan Penyebab kejadian :


1. Tindakan Tidak Aman : Tidak diikutinya SOP, 4. Faktor Pribadi : Kurang Pengetahuan &
Tidak menggunakan APD dan/ Peralatan Pengawasan terhadap Bahaya & Risiko, Motivasi
Keselamatan sesuai denga pekerjaannya; & inisiatif melakukan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya, Komunikasi antar
2. Kondisi Tidak Aman : Cuaca yg tidak mendukung, pekerja, Kurangnya Kompetensi pekerja dan
Lingkungan Kerja yang buruk, Ruang Kerja yang pengawas, Peran Pengawas yg Tidak optimal
tidak optimal dan grade jalan yang tidak sesuai dalam pengawasan terhadap anak buahnya

3. Faktor Pekerjaan : Kurang Pengawas & Personil di 5. Kurang Kendali Manajemen : Tidak dilakukan
area kerja, Pekerjaan tidak sesuai dengan evaluasi & Tindak Lanjut pada temuan hasil
rencana, SOP tidak dijalankan & belum dibuat inspeksi, pemetaan pengawas terhadap jumlah
area kerja, system kendali yang tidak sesuai
dengan kondisi & situasi, Tidak ada Pendidikan
dan pelatihan yang seharusnya diberikan kepada

pengawas dan pekerja


118
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Rekomendasi
www.dk o.id
Tuesday, November 27, 2018 Rights Reserved 119
© 2018 DKKI Theme
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Rekomendasi
Tuesday, November 27, 2018
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Cidera akibat kecelakaan tambang dicatat dalam buku daftar kecelakaan tambang dan digolongkan
dalam kategori sebagai :

1. Cidera Ringan : Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula > 1 (satu) hari dan < 3 (tiga) minggu, termasuk hari minggu dan
hari libur.
2. Cidera Berat
a) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula selama ≥ 3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan hari libur;
b) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap
(invalid);
c) cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini:
keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari, lengan atas,
paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah; pendarahan di dalam
atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen; luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang
dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau persendian yang lepas dimana
sebelumnya tidakpernah terjadi.
3. Mati : Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat kecelakaan
tersebut

121
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada pekerja baru, pekerja tambang


untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan
penyegaran tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya.

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan disesuaikan dengan kegiatan, jenis,


Pendidikan & Pelatihan dan risiko pekerjaan pada kegiatan usaha pertambangan/pengolahan
dan/atau pemurnian dan mengacu kepada standar kompetensi yang
Keselamatan kerja berlaku atau kualifikasi yang ditetapkan oleh Kepala Inspektur Tambang.

1. Buku Tambang , Pemegang izin usaha pertambangan memiliki Buku


Tambang yang disimpan dan selalu tersedia di Kantor KTT/PTL serta
salinannya disimpan di Kantor KaIT/Kepala Dinas.

2. Buku Daftar Kecelakaan Tambang, Pemegang izin usaha pertambangan


memiliki Buku Daftar Kecelakaan Tambang yang disimpan dan selalu
tersedia diKantor KTT/PTL.
Administrasi
Keselamatan Kerja 3. Pelaporan Keselamatan Kerja dilakukan sesuai dengan format dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

122
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
No Laporan No Laporan
1 Bentuk III-i. Laporan Statistik 12 Bentuk VII-i. Daftar Jumlah Jam Kerja
Kecelakaan Tambang
2 Bentuk X-i. Pemberitahuan Kejadian 13 Bentuk VIII-i. Daftar Frequency Rate (FR)
berbahaya dan Severity Rate (SR)
3 Rencana dan Realisasi Program dan 14 Bentuk IX-i. Perhitungan Biaya Kecelakaan
Biaya KP TW. I/II/III/IV Tambang
Administrasi 4 Pengelolaan Lingkungan Kerja 15 Bentuk XI-i. Rekapitulasi Kejadian
Keselamatan Kerja Pertambangan dikirimkan pada TW. IV berbahaya
5 Pengelolaan Kesehatan Kerja 16 Bentuk XIII-i. Daftar Penyakit Tenaga Kerja
Pertambangan dikirimkan pada TW. IV
Peraturan Pelaporan
6 Bentuk XII-i. Data Kompetensi Tenaga 17 Laporan Audit Internal SMKP Minerba
Keselamatan Kerja dikirimkan pada TW. IV
Pertambangan 7 Bentuk IV-i. Daftar Persediaan dan 18 Pemberitahuan Awal Kecelakaan Kepada
1. PERMEN ESDM NO. 11 Pemakaian Bahan Peledak KaIT
TAHUN 2018 → Laporan 8 Bentuk XIV-i. Laporan Persediaan dan 19 Pemberitahuan Awal Kejadian berbahaya
Berkala, Laporan Akhir & Pemakaian Bahan Bakar Cair Kepada KaIT

Laporan Khusus 9 Laporan Persediaan dan Pemakaian 20 Pemberitahuan Awal Kejadian Akibat
Bahan Berbahaya dan Beracun Penyakit Kepada KaIT
2. KEPMEN ESDM NO.
10 Bentuk V-i. Daftar Kecelakaan Tambang 21 Pemberitahuan Penyakit Akibat Kerja Hasil
1806.K/30/MEM/2018 → Diagnosis Kepada KaIT
Format Penyusunan 11 Bentuk VI-i. Daftar Jumlah Tenaga Kerja 22 Audit Eksternal Penerapan SMKP Minerba
Laporan Berkala & Khusus

123
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
4. Rencana Kerja, Anggaran, dan Biaya keselamatan kerja disusun sesuai
dengan format dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. KTT/PTL menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, melaksanakan,
dan mendokumentasikan seluruh prosedur dan/atau instruksi kerja
untuk menjamin setiap kegiatan dapat dijalankan secara aman.
Administrasi
6. KTT/PTL mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan memelihara
Keselamatan Kerja setiap dokumen dan laporan terkait pemenuhan kompetensi, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan lainnya.

Manajemen Keadaan Darurat mencakup:


1. Identifikasi dan Penilaian Potensi Keadaan Darurat
2. Pencegahan Keadaan Darurat
3. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
4. Respon Keadaan Darurat
5. Pemulihan Keadaan Darurat
Manajemen Keadaan
Darurat

124
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Inspeksi Keselamatan Kerja
Inspeksi keselamatan kerja dilakukan di setiap area kerja dan kegiatan
meliputi:
1. Perencanaan inspeksi &
2. Persiapan inspeksi;
3. Pelaksanaan inspeksi;
4. Rekomendasi dan tindak lanjut hasil inspeksi;
Inspeksi Keselamatan 5. Evaluasi inspeksi; dan
6. Laporan dan penyebarluasan hasil inspeksi.
Kerja
Inspeksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyimpangan-
penyimpangan baik kondisi yang tidak aman maupun tindakan tidak
aman

125
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Kecelakaan dan kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan oleh KTT,
PTL, atau Inspektur Tambang berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala
Dinas atas nama KaIT.

KTT/PTL segera melakukan Penyelidikan terhadap semua kecelakaan


dan kejadian berbahaya dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.

Penyelidikan
Kecelakaan & KB

Kejadian Berbahaya : Merupakan kejadian yang


dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya
Produksi (Kepmen ESDM No 1827/30/MEM/2018)

Penyelidikan Kecelakaan
“Suatu proses yang sistematis untuk menemukan /
mengungkap penyebab dasar / akar masalah dari
Suatu kecelakaan dengan tujuan untuk menentukan
tindakan perbaikan, agar kecelakaan dengan
penyebab yang sama dapa dicegah terulang
kembali”. t

126
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengola han dan/atau Pemurnian m encakup:

Pemeriksaan kesehatan kerja


mencakup:
1. pemeriksaan kesehatan awal;
2. berkala, dilakukan paling kurang 1
(satu) tahun sekali dan untuk
pekerja tambang bawah tanah
dilakukan paling kurang 2 (dua)
Program kesehatan kerja disusun deng an
kali setahun;
mengacu kepada peraturan perundang-
3. pemeriksaan kesehatan khusus,
undangan, kebijakan, kebutuhan, dan
dilakukan untuk mengetahui
proses manajemen risiko.
adanya pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap pekerja
Pemeriksaan kesehatan kerja dilaksanakan oleh Dokter tambang
4. pemeriksaan kesehatan akhir,
Pemeriksa Tenaga Kerja dan tata caranya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. dilakukan sebelum seorang
pekerja tambang mengakhiri
Dokter Pemeriksa Tenaga Kerja adalah Dokter yang ditunjuk masa kerjanya.
oleh perusahaan untuk melakukan pemeriksaan pekerja
tambang.

127
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Program Kesehatan Kerja
Pertambangan

Pelayanan Kesehatan Pertolongan pertama


Pekerja Pada Kecelakaan

Pengelolaan pekerja tambang


yang bekerja pada tempat
yang memiliki risiko tinggi

Program Manajemen Rekaman Data Kesehatan


Kelelahan (Data Base)

128
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:

Pengelolaan Kesehatan
Kerja juga meliputi
Higiene dan Pengelolaan Pengelolaan makanan, 1. manajemen risiko,
sanitasi Ergonomi minuman, dan gizi 2. pendidikan dan
pelatihan,
Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja 3. administrasi,
4. manajemen
keadaan darurat,
1. Diagnosis PAK ditegakkan melalui serangkaian tahapan
pemeriksaan klinis, kondisi pekerja tambang, serta 5. inspeksi, dan
kampanye
Lingkungan kerja & PAK ditetapkan oleh dokter
pengelolaan
perusahaan. KTT/PTL segera melaporkan kepada
kesehatan kerja
KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT terhadap PAK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. penyelidikan terhadap semua penyakit akibat kerja
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.

129
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Lingkungan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:

Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan


Debu Kebisingan Getaran Pencahayaan Kuantitas &
Kualitas
Udara
Kerja

PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA


Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Iklim Kerja Radiasi Faktor Kimia Faktor Biologi Kebersihan
Lingkungan
Kerja

130
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV

Pedoman Permohonan, Pedoman Pedoman Pelaksanaan Pedoman Penerapan SMKP


Evaluasi dan/atau Pengelolaan Teknis Keselamatan Pertambangan Minerba
Pengesaha Kepala Teknik
Tambang, Penanggung Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan
Jawab Teknik dan dan/atau Pemurnian Minerba
Lingkungan, Kepala
Tambang Bawah Tanah,
Pengawas Operasional,
Pengawas Teknis
dan/atau Penanggung
Jawab Operasional

Lampiran V Lampiran VI Lampiran VII Lampiran VIII

Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pedoman Kaidah


Pengelolaan Lingkungan Reklamasi dan Pascatambang Konservasi Mineral Pertambangan dan
Hidup Pertambangan serta Pascaoperasi pada dan Kaidah TeknikEvaluasi
Usaha Jasa
Minerba Kegiatan Usaha Batubaa
Pertambangan Mineral dan Pertambangan
Batubara

131
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Elm. 6
Elm. 3
Dokumen
Elm. 1 Organisas
tasi
Kebijaka i& Elm. 4
n Elemen IMPLEMEN Elm. 7
TASI Tinjauan
Elm. 5 Manajemen &
Elm. 2 Evaluasi &
Perencan Peningakatan
Tindak Kinerja
aan
Lanjut

SMKP Minerba tetap meliputi 7 elemen dengan sedikit penambahan


pada Elemen V dan Elemen VII dan perubahan yang menyesuaikan
kondisi dan tantangan ke depan

132
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Permen ESDM No. 26 Th. 2018, Pasal 18


Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, IUPK Operasi
Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian
Kepmen ESDM No. 1827.K/30/MEM/2018
wajib menerapkan(Lampiran IV) Elemenkeselamatan
sistem manajemen SMKP Minerba:
1.Kebijakan 2.Perencanaan 3.Organisasi dan Personel 4.Implementasi
pertambangan.
5.Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut 6.Dokumentasi
7.Tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja
Audit Internal wajiB 1x dalam 1 Tahun
Audit Eksternal apabila diperlukan oleh Lembaga Audit
yang ditunjuk Direktur
Jenderal
Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, PAK, bencana, dan/atau untuk kepentingan penilaian
kinerja keselamatan pertambangan, KaIT dapat meminta untuk melakukan audit
eksternal penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan.
133
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

SANKSI ADMINISTRATIF
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi, yang tidak mematuhi atau melanggar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud BERUPA :
a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatan usaha; dan/atau
c) Pencabutan izin.

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud diberikan oleh


Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.

134
www.dkki.co.id
Tuesday, November 27, 2018
© 2018 DKKI Theme. All Rights Reserved

135
ANY
QUESTION
?

136

Anda mungkin juga menyukai