ELEMEN KOMPETENSI :
Usaha Pertambangan
adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau
Batubara yang meliputi tahapan kegiatan Penyelidikan Umum,
Eksplorasi, Studi Kelayakan, Konstruksi, Penambangan,
Pengolahan dan/atau Pemurnian, Pengangkutan dan
Penjualan, serta pascatambang
4
Peraturan & Perundangan MINERBA
Pengawasan
Distribusi
Loading Survey
(Survey Pemuatan)
Kuantitas & Kualitas
5
Peraturan & Perundangan MINERBA
“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden bahwa
kita harus business friendly, investment friendly.
6
Peraturan & Perundangan MINERBA
Unit Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Rekapitulasi
Eselon I 22 5 Februari 2018 12,19,26 5 Maret 2018
January Februari
2018 2018
Regulasi Regulasi Sertifikasi/ Regulasi Sertifikasi/ Regulasi Sertifikasi/ Regulasi Sertifikasi/
Rekomendasi/ Rekomendasi/ Rekomendasi/ Rekomendasi
Perizinan Perizinan Perizinan / Perizinan
Minerba - 7 - 25 51 - 13 32 64
Migas - 11 2 6 21 1 - 18 23
Ketenaga 11 4 - 5 - - - 20 -
listrikan
EBTKE - 5 - - - - 9 5 9
SKK - 3 - 6 - 3 - 12 -
Migas
BPH - - - 3 - - - 3 -
Migas
Jumlah 11 30 45 72 4 22 90 96
8
Peraturan & Perundangan MINERBA
Penyederhanaan 19 Peraturan Menteri ESDM, 11 Keputusan Menteri ESDM, dan 2
Peraturan Dirjen Sub Sektor Minerba
Sertifikasi/
32
Tujuan
Peraturan dicabut
64
Cakupan
Rekomendasi/Perizinan
dicabut
11
Peraturan & Perundangan MINERBA
JENIS DAN HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia
merujuk ke Pasal 7 ayat (1) UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan :
UUD RI 1945
Ketetapan MPR RI
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
Peraturan Pemerintah;
Peraturan Presiden;
12
Peraturan & Perundangan MINERBA
13
Peraturan & Perundangan MINERBA
Sumber : Suprajeni, T. Lembaga Sertifikasi Profesi dan Peran Strategis Dalam Membangun Kompetensi Sumber Daya Manusia Industri
Pertambangan. Workshop HSE Manager APKPI; 2015
14
Peraturan & Perundangan MINERBA
Pengakuan Kompetensi
SERTIFIKASI
UU no 13/2003 :
❑ Pasal 18.1 : Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi
kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga
pelatihan kerja (pemerintah, swasta, sendiri)
❑ Pasal 18.2 : Pengakuan kompetensi kerja dilakukan melalui sertifikasi
kompetensi kerja
❑ Pasal 18.3 : Sertifikasi kompetensi kerja dapat pula diikuti oleh tenaga kerja
yang berpengalaman.
Sumber : Suprajeni, T. Lembaga Sertifikasi Profesi dan Peran Strategis Dalam Membangun Kompetensi Sumber Daya Manusia Industri
Pertambangan. Workshop HSE Manager APKPI; 2015
15
Peraturan & Perundangan MINERBA
Kompetensi Minerba
Kewajiban (UU no 4/2009) Kompetensi yang Dibutuhkan *
Menerapkan kaidah teknik Perencanaan Tambang, Pengoperasian dan Pengawasan
Pertambangan yang baik Tambang , Keselamatan dan Kesehatan Kerja ,
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (termasuk
reklamasi dan pasca tambang), Konservasi sumber daya,
Pengelolaan sisa tambang , Geologi tambang &
Maintenance peralatan tambang
16
Peraturan & Perundangan MINERBA
Value/ Nilai
Competency
17
Peraturan & Perundangan MINERBA
ACUAN SKEMA SERTIFIKASI
RANCANGAN KOMPETENSI NASIONAL – MINERBA
(PerMen ESDM 006/2007)
18
Peraturan & Perundangan MINERBA
KERANGKA KOMPETENSI
Kesetaraan Kerangkan Kualifikasi Nasional
Dengan Jabatan di Perusahaan
Tambanga MINERAL & BATUBARA
Golongan Fungsi Manajerial Spesialis
NQF -9 Div. Head, VP & General Manager Advisor/Consultant
19
Peraturan & Perundangan MINERBA
2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
huruf (e) dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
23
Peraturan & Perundangan MINERBA
24
Peraturan & Perundangan MINERBA
Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan
baru di kemudian hari.
25
Peraturan & Perundangan MINERBA
27
Peraturan & Perundangan MINERBA
PP RI No 19 TAHUN 1973
PENGATURAN DAN PENGAWASAN DI BIDANG
KESELAMATAN KERJA
PERTAMBANGAN
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1
Tahun 1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 3 32
Pasal 96
Dalam Penerapan kaidah Teknik pertambangan yang baik pemegang IUP & IUPK wajib
melaksanakan :
a) Ketentuan K3 Pertambangan;
b) Keselamatan Operasi Pertambangan;
c) Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan pertambangan termasuk kegiatan
reklamasi & pascatambang;
d) Upaya konservasi Sumber Daya Mineral dan Batubara;
e) Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam
bentuk padat, cair atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan
sebelum dilepas ke media lingkungan
33
Peraturan & Perundangan MINERBA
34
Peraturan & Perundangan MINERBA
PP No 55 Tahun 2010
Pembinaan & Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan MINERBA
Pasal 26 PP No. 50 Tahun 2010
Pengawasan K3 Pertambangan meliputi/
terdiri dari :
K3LK & SMK3
Pelaksanaan Pengawasannya dilakukan
oleh Inspektur Tambang + Pengawas
Ketenagakerjaan
a) Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan
/perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dm peralatan pertambangan;
b) Pengarnanan instalasi;
c) Kelayakan sarana, prasarana instalasi,
dan peralatan pertambangan;
d) Kompetensi tenaga teknik; dan
e) Evaluasi laporan hasil kajian teknis
pertambangan
35
Peraturan & Perundangan MINERBA
37
Peraturan & Perundangan MINERBA
Psl 45 s.d Psl 49 Psl 54 Psl 55 s.d Psl 59 Psl 60 s.d Psl 61
38
Struktur Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
39
Struktur Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
Ill. BAB Ill : PELAKSANAAN TATA KELOLA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
a. Bagian Kesatu Umum
b. Bagian Kedua Pemasaran
40
Struktur Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
41
Kepmen ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV
Pertambangan
42
Kewajiban Penerapan Untuk IUP
PASAL 2
Permen ESDM No. 26
Tahun 2018
43
Kewajiban Penerapan Untuk IUP
PASAL 3 Ayat 1
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
44
Kewajiban Penerapan Untuk IUP
PASAL 3 Ayat 3
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
IUP + IUPK Eksplorasi & IUP + IUPK Operasi Produksi
1. Kaidah Teknik Pertambangan yg baik 2. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan
a) Teknis Pertambangan; b) Konservasi a) Pemasaran
MINERBA; c) K3 Pertambangan; b) Keuangan;
d) Keselamatan Operasi Pertambangan; c) Pengelolaan Data
e) Pengelolaan Lingkungan Hidup d) Pemanfaatan Barang, Jasa & Teknologi
Pertambangan, Reklamasi, Pascatambang e) Pengembangan Tenaga Kerja Teknis
& Pascaoperasi; Pertambangan;
f) Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan f) Pengembangan& Pemberdayaan
rekayasa, Rancang-Bangun, masayarakat setempat;
Pengembangan & Penerapan Teknologi g) Kegiatan lain di bidang Usaha
Pertambangan. Pertambangan yg menyangkut
kepentingan umum
h) Pelaksanaan Kegiatan sesuai IUP/IUPK
i) Jumlah, Jenis & Mutu hasil Pertambangan
45
Kewajiban Penerapan Untuk IUP Olah Murni
PASAL 4 Ayat 1
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
46
Kewajiban Penerapan Untuk IUP Olah Murni
PASAL 4 Ayat 2
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
IUP Operasi Produksi Khusus untuk Pengolahan &/Pemurnian
1. Kaidah Teknik Pengolahan &/Pemurnian 2. Tata Kelola Pengusahaan P&/Pemurnian
a) Teknis Kegiatan Pengolahan &/ a) Pemasaran
Pemurnian; b) Keuangan;
b) Keselamatan Pengolahan &/ Pemurnian; c) Pengelolaan Data
c) Pengelolaan Lingkungan Hidup dan d) Pemanfaatan Barang, Jasa & Teknologi
Pascaoperasi & e) Pengembangan Tenaga Kerja Teknis
d) Konservasi MINERBA Pertambangan;
f) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
g) Jumlah, Jenis & Mutu hasil Usaha
Pengelolaan &/ Pemurnian
47
Kewajiban Penerapan Untuk IUJP
Kaidah pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud
meliputi:
a) kaidah teknik usaha jasa pertambangan yang baik;
b) tata kelola pengusahaan jasa pertambangan.
48
Kewajiban Penerapan Untuk IUJP
PASAL 5 Ayat 2
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
IUJP Wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik
1. Kaidah Pertambangan yang baik 2. Tata Kelola Pengusahaan Jasa Pertambangan
a) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, a) Pengutamaan Produk dalam Negeri
K3 Pertambangan, Konservasi MINERBA b) Pengutamaan subkontaktor local sesuai
& Teknis Pertambangan sesuai dengan dengan komptensinya;
bidang usahanya; c) Pengutamaan Tenaga Kerja Lokal
d) Pengoptimalan Pembelanjaan Lokal baik
b) Kewajiban untuk mengangkat PJO barang maupun jasa pertambangan
sebagai pemimpin tertinggi di lapangan
49
BAB II Bagian Satu - Umum
Bab II Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik – Bagian Kesatu
Pasal 7 & 8 Permen ESDM No. 26/2018
Dalam pelaksanaan kaidah teknik
Dalam pelaksanaan kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Operasi
pertambangan yang baik,
Produksi khusus untuk Pemurnian,
pemegang IUP & IUPK Eksplorasi,
pemegang IUP pengolahan dan/atau
IUP & IUPK Operasi Produksi Dalam hal pemegang IUP &
wajib: pemurnian wajib:
IUPK Operasi Produksi
melakukan Penambangan
a) Mengangkat KTT
dengan metode Penambangan
sebagai pemimpin tertinggi di
bawah tanah a) Mengangkat PTL sebagai
lapangan untuk mendapatkan
pengesahan dari KaIT; pemimpin tertinggi di lapangan untuk
pemegang IUP & IUPK Operasi mendapatkan pengesahan dari KaIT;
b) Memiliki tenaga teknis Produksi wajib menunjuk KTBT
pertambangan yang untuk mendapatkan b) Memiliki tenaga teknis
berkompeten sesuai dengan pertambangan yang berkompeten
pengesahan dari KaIT.
sesuai dengan ketentuan peraturan
ketentuan peraturan perundang-
perundang-undangan.
undangan.
50
Penanggung Jawab Operasional (PJO)
USAHA JASA
Pasal 9
• Pemegang IUJP Wajib Mengangkat PJO untuk
dapat pengesahan KTT &
• Memiliki Tenaga Teknis yang kompeten sesuai
ketentuan peratiran per-uu-an
• PJO & Tenaga Teknis harus memiliki
Kompetensi teknis sesuai dengan bidang usaha
IUJP
51
Penanggung Jawab Operasional (PJO)
52
Resume Aspek Pelaksanaan
Penerapan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik
IUP Eksplorasi, IUP Operasi Pemegang IUP Operasi IUJP
Produksi, IUPK Ekplorasi dan IUPK Produksi khusus untuk
Operasi Produksi pengolahan dan/atau
pemurnian
1. Teknis Pertambangan 1. Teknis kegiatan 1. Upaya pengelolaan
2. Konservasi Sumber MINERBA pengolahan dan atau lingkungan hidup,
3. Keselamatan dan Kesehatan pemurnian keselamatan pertambangan,
Kerja Pertambangan 2. Keselamatan Pengolahan konservasi MINERBA, Teknis
4. Keselamatan Operasioanal dan atau pemurnian pertambangan sesuai
Pertambangan 3. Pengelolaam lingkungan dengan bidang usahanya;
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup hidup dan pasca operasi 2. Kewajiban untuk
Pertambangan, Reklamasi, 4. Konservasi mineral dan mengangkat penanggung
Pascatambang serta batubara jawab operasional sebagai
pascaoperasi pemimpin tertinggi di
6. Pemanfaatan teknologi, lapangan
Kemampuan rekayasa, Rancang
Bangun, Pengembangan dan
Penerapan teknologi
pertamabangan
53
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 14 (Ayat 1)
Pemegang IUP &IUPK Eksplorasi, IUP & IUPK Operasi Produksi
wajib melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan
(Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan & Keselamatan
operasi pertambangan)
54
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
55
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan paling sedikit terdiri atas:
56
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja Pertambangan Meliputi Aspek
57
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Tujuan Pelaksanaan Syarat-syarat K3
Pengusaha/Pengurus WAJIB
Lingkungan Kerja
58
Pengelolaan Lingkungan Kerja
1.Penyebab silicosis 1.Merupakan racun kuno 1.Pajanan terus menerus 1.Merusak sistem saraf
2.Emfisema yang terkena dapat menyebabkan 2.Keterlambatan
3.Fibrosis interstitial 2.Apabila terhirup Penyakit ginjal perkembangan
4.Reaksi imunologi menyebabkan 2.Pernyakit paru-paru 3.Hipertensi
5.Bronkitis 3.Kanker paru-paru obstruktif seperti emfisema 4.Gangguan ketajaman
6.Penyakit pembuluh 4.Penyakit jantung 3.Karsinogen pada paru- pendengaran
darah 5.Penurunan produksi sel paru 5.Terganggunya sintesis
7.Kanker paru-paru darah merah & sel 4.Mempengaruhi hemoglobin
darah putih metabolisme yang 6.Kemandulan pada
6.Efek kardiovaskular mengakibatkan sistem reproduksi laki-
[NIOSH, 2002; Ding, et al,
7.Kerusakan sistem saraf laki
2002; IARC, 1997]
[EPA] nyeri tulang
59
Pengelolaan Lingkungan Kerja
untuk meminimalkan konsentrasi debu hingga memenuhi baku mutu udara ambien
dilakukan
60
BAB II Bagian Tiga - Umum
Lingkungan Kerja Pertambangan Meliputi Aspek Fisik Kebisingan
Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan,
serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian)1
61
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Health effects: kebisingan [noise]
Efek Terhadap Pendengaran (EFEK AUDITORIS)
Efek akut: Perbandingan telinga sehat
dan telinga dengan
Temporary Threshold Shift (TTS) Meliputi kerusakan rambut (cilia)
1. Pergeseran ambang dengar sementara pada telinga
2. Terjadi ketulian ringan →dapat hilang jika sumber bising Images: Courtesy of OSHA
dihilangkan
Tinnitus
Telinga berdenging karena stimulasi berlebih pada sel rambut
Acute acoustic trauma
Sasaran: gendang telinga
Terjadi akibat bising yg sangat keras, misal: ledakan.
Efek Kronis
Hasil tes Audiometri: Takik pada
Noise-induced Hearing Loss (NIHL) Akibat kerusakan permanen 4000 Hz (menunjukkan adanya
pada sel rambut pajanan bising yg berlebih
Permanent Threshold Shift, Pergeseran ambang dengar Image: Courtesy ofOSHA
permanen & Paling terlihat pada frekuensi 4000Hz
Hughes P & Ferret E, 2009
62
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Health effects: kebisingan [noise]
Efek Terhadap Pendengaran (EFEK NON AUDITORIS)
Termometer bising
63
Image: Coutesy of OSHA
Pengelolaan Lingkungan Kerja
64
Pengelolaan Lingkungan Kerja
denganskala
d) logaritmikberbasis 10, yaitu decibel dB)
67
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Pembuatan Noise
Pembuatan Noise Mapping Contour Coutesy of:
Standards J,
Fundamental of
• Pengukuran dilakukan berjarak sekitar radius 3 Industrial Hygiene.
feet di sekeliling sumber bising (misal turbin,
genset, pipa gas dsb)
• Setelah hasil didapat, diukur kembali pada jarak
6 feet dari sumber bising. Kemudian pada jarak
8 feet dst,
• Tarik garis pada lokasi yang memiliki level bising
yang sama
• Lalu terbentuk noise contour.
• Membantu untuk menentukan pekerja mana
saja yang terpajan bising
• Data yg ada dapat dikomunikasikan kepada
atasan (manajemen) untuk dilakukan tindakan
pengendalian apabila diperlukan (misal untuk
membuat tanda peringatan wajib memakai APD
atau pekerja sama sekali dilarang memasuki
area tsb)
Pengukuran untuk Membuat Noise Contour
Images: Courtesy of OSHA
68
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permenaker 05
Tahun 2018
K3LK
70
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Getaran (Vibration)
71
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Motion sickness
72
Pengelolaan Lingkungan Kerja
73
Pengelolaan Lingkungan Kerja
74
Pengukuran Whole-Body Vibration
Pengelolaan Lingkungan Kerja Image: Coutesy of Paschold HW & Mayton
AG, 2011
PENGUKURAN getaran: whole body vibration
• Pengukuran getaran dilakukan dalam 3 koordinat arah,
yaitu z (atas-bawah), x (depan-belakang), dan y
(samping kanan-kiri)
• Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan
accelerometer yang dihubungkan dengan instrumen
sebagai amplifier, analisis, dan store vibration data.
• Alat tersebut diletakkan antara benda yang bergetar
dengan tubuh manusia
Sumber: HAV meter yang
Paschold HW & menempel pada
Mayton AG, 2011 alat
Image: Courtesy of
PENGUKURAN getaran: hand-arm vibration (HAV) Reactec Vibration
Solution
• Cara menghitung pajanan HAV yaitu dengan:
• Mengacu pada buku manual dari pabrik/pembuat alat
(manufacturer), misal saat membeli gergaji/chainsaw, maka Vibration meter
perhatikan apakah pabrik mengeluarkan data tentang level Image: Courtesy of
getaran yg dihasilkan alat tsb Ergo-plus.com
75
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Pencahayaan
Pencahayaan yg
tepat, tapan silau
Manusia
Pencahayaan yang
atau berbayang
memperoleh
dapat mengurangi
baik informasi, di
kelelahan mata
mempermudah mana
dan
dalam melakukan 85% nya
sakit kepala,
pekerjaan4 diperoleh
meningkatkan
dari indera
daya
penglihatan4
lihat dan
mencegah
kecelakaan4
Pengendalian Pencahayaan
78
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permenaker 05 Tahun 2018
Pengukuran Pencahayaan Keselamatan & Kesehatan Kerja &
Lingkungan Kerja
HEAT STRESS
• Heat stress terjadi ketika mekanisme tubuh untuk mengendalikan suhu internal
mulai gagal
Saat Suhu TINGGI, maka yg berperan Saat Suhu RENDAH, maka yg berperan
adalah: adalah:
1 Kelenjar keringat 1. Otot (respon untuk menggigil)
(mengeluarkan keringat untuk
mendinginkan suhu tubuh) 2. Pembuluh darah (masuk
ke jaringan yang lebih dalam untuk
2 Pembuluh darah (melebar) mencegah hilangnya panas)
untuk mempermudah proses membuang
panas)
Images: Coutesy of Space
Coast Daily Sumber: Athari, 2014
80
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Health effects: heat stress - jenis-jenis heat illness
Heat Stress
Heat Rash Heat Cramps Heat Exhaustion Heat Stroke Heat Syncope
mencapai 450C)
o Koordinasi sistem saraf (termasuk
pengaturan suhu) terganggu
o Dapat terjadi henti napas dan/atau henti
jantung (respiratory and cardiac arrest)
o Dapat terjadi cedera pada otak, hati, dan
ginjal
o Beberapa gejala sakit kepala, mual,
pusing, haus, sulit bernapas, menggigil,
kulit panas, tapi kering, bibir kebiruan,
Kejang-kejang, kehilangan kesadaran
Health and Safety Executive, n.d Image: Courtesy of Hughes P & Ferret E, 2009
82
Pengelolaan Lingkungan Kerja
83
Pengelolaan Lingkungan Kerja
85
Pengelolaan Lingkungan Kerja
86
Pengelolaan Lingkungan Kerja
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori 50% - 75% 31,0 29,0 27,5
lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
Kilo kalori per jam 25% - 50% 32,0 30,0 29,0 28,0
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk diluar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk didalam ruangan/ diluar ruangan
tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering
87
Pengelolaan Lingkungan Kerja
89
Pengelolaan Lingkungan Kerja
90
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Engineering Control
Pembatasan pajanan terhadap sumber
91
Pengelolaan Lingkungan Kerja
92
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 1 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara
Keselamatan operasi pertambangan paling sedikit terdiri atas:
93
BAB II Bagian Tiga - Umum
Paragraf 3 – Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Pemegang IUP & IUPK Eksplorasi, IUP & IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan pertambangan. (Psl.18)
SMKP Terdiri Dari 7 Elemen :
1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Organisasi dan personel wajib melakukan audit internal
penerapan SMKP :
4. Implementasi
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
5. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
6. Dokumentasi
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja
Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja,
penyakit akibat kerja, bencana, dan/atau untuk kepentingan penilaian kinerja keselamatan
pertambangan, KaIT dapat meminta untuk melakukan audit eksternal penerapan SMKP, yang
dilaksanakan oleh lembaga audit independent yang terakreditasi dan telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
94
Kepala Inspektur Tambang
KaIT adalah pejabat yang secara ex-officio
menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan MINERVA pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan MINERBA
Kepala Teknik Tambang
Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan pertambangan yang memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya operasional
pertambangan sesuai dengan kaidah teknik
pertambangan yang baik.
Tuesday, November 27, 2018
Kepala Tambang Bawah Tanah
Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
tambang bawah tanah yang bertugas memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya operasional
tambang bawah tanah sesuai dengan kaidah teknik
pertambangan yang baik.
96
Lampiran 1 Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/Atau
Kepmen ESDM NO 1827 Pengesahan KTT, PTL, KTBT, Pengawas
K/30/MEM/2018 Operasional, Pengawas Teknis, dan/atau
PJO
Kreteria KTT :
Kriteria KTT terbagi atas 4 (empat)
klasifikasi dengan urutan : KTT Kelas IV
s.d KTT Kelas I
Kreteria PTL :
Kriteria PTL terbagi atas 3 (Tiga)
klasifikasi dengan urutan : PTL Kelas III,
PTL Kelas II & PTL Kelas I
97
Kepala Teknik Tambang (KTT)
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018
KTT Kelas IV
KTT Kelas IV memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b) Mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
98
Kepala Teknik Tambang (KTT)
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018
KTT Kelas II
KTT Kelas II memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) tahapan kegiatan pertambangan operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang terbuka, kuari, kapal
100
keruk/kapal isap;
b) jumlah produksi rata-rata:
1) tambang terbuka untuk batubara ≤ 500 metrik ton per hari;
2) mineral logam meliputi:
a) tambang terbuka untuk mineral logam ≤ 1.500 ton bijih
per hari;
b) tambang semprot ≤ 5 ton bijih per hari; dan
c) kapal keruk dan/atau kapal isap kurang dari atau sama
dengan 5 ton bijih per hari;
3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi:
i. kuari dengan produksi ≤ 500 ton per hari; dan
ii. mineral bukan logam ≤ produksi 500 ton per hari
c) Jumlah pekerja ≤ 200 orang; dan
d) Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Madya (POM)
atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT
KEPMEN ESDM NO 1827 K/30/MEM/2018
KTT Kelas I
KTT Kelas I memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi: tahap operasi produksi dengan metode tambang
semprot (Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah tanah, kuari, kapal keruk, dan/atau kapal
isap.
b) jumlah produksi rata-rata:
1) tambang terbuka untuk batubara > 500 metrik ton per hari;
2) tambang bawah tanah untuk batubara pada semua kapasitas produksi;
3) mineral logam meliputi :
i. tambang semprot > 5 ton bijih per hari;
ii. tambang terbuka untuk mineral logam > 1.500 ton bijih per hari;
iii. tambang bawah tanah untuk mineral logam pada semua kapasitas produksi;
iv. kapal keruk dan/atau kapal isap > 5 ton bijih per hari;
4) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi:
i. mineral batuan atau mineral bukan logam dengan produksi ≥ dengan 500 ton per hari;
dan
ii. tambang bawah tanah untuk mineral bukan logam pada semua kapasitas produksi;
c) Jumlah pekerja > 200 orang; dan
d) Memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi yang
diakui oleh KaIT.
101
Kriteria PTL
Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan
PTL Kelas III PTL Kelas II PTL Kelas I
PTL Kelas III memenuhi PTL Kelas II memenuhi kriteria PTL Kelas I memenuhi kriteria sebagai
kriteria sebagai berikut: sebagai berikut: berikut:
a) Bekerja pada a) Bekerja pada pengolahan a) bekerja pada pengolahan
pengolahan mineral dan/atau pemurnian mineral dan/atau pemurnian mineral
bukan logam dan logam atau pengolahan logam atau pengolahan batubara;
batuan; dan batubara; b) jumlah produksi sama dengan
b) Memiliki Sertifikat b) Jumlah produksi di bawah atau lebih dari 100.000 ton per
Kompetensi Pengawas 100.000 ton per tahun; tahun;
Operasional Pertama c) Jumlah pekerja kurang dari c) jumlah pekerja sama dengan
(POP) Pengolahan 1.000 orang; dan atau lebih dari 1.000 orang; dan
dan/atau Pemurnian d) Memiliki Sertifikat Kompetensi d) memiliki Sertifikat Kompetensi
atau sertifikat Pengawas Operasional Madya Pengawas Operasional Utama
kualifikasi yang diakui (POM) Pengolahan dan/atau (POU) Pengolahan dan/atau
oleh KaIT Pemurnian atau sertifikat Pemurnian atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT kualifikasi yang diakui oleh KaIT.
Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai PTL maka dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. KaIT dapat membatalkan
kembali pengesahan PTL tersebut apabila PTL tersebut belum lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan.
102
Persyaratan KTT untuk WNA (Warga Negara Asing)
Perlu diperhatikan :
• Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka
dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan
predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.
103
Pengawas Operasional
Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL
dalam melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional pertambangan di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.
105
Penanggung Jawab Operasional (PJO)
USAHA JASA
Pasal 9
106
107
Tenaga Teknis Pertambangan
108
Resume
IUP Ekplorasi, IUP Pemegang IUP Ekplorasi Pemegang IUP Operasi IUJP
Operasi Produksi, IUPK Produksi atau IUPK Produksi Khusus untuk
Eksplorasi, iupk Operasi Operasi Produksi yang Pengolahan & atau
Produksi melakukan penambangan pemurnian
bawah tanah
Kepala Teknik Tambang Kepala Tambang Bawah Penanggung Jawab Penanggung Jawab
(KTT) Tanah (KTBT) Teknik dan Lingkungan Operasional
(PTL)
Mendapat Pengesahan Mendapat Pengesahan Mendapat Mendapat Pengesahan
dari Kepala Inspektur dari Kepala Inspektur Pengesahan dari dari Kepala Teknik
Tambang (KaIT) Tambang (KaIT) Kepala Inspektur Tambang (KTT)
Tambang (KaIT)
109
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:
Manajemen risiko Belum diatur Kewajiban dan tahapan manajemen risiko dijelaskan
Program K3 Hanya secara umum Sudah dijelaskan secara detil meliputi tujuan
dan komponen program yang diharuskan
Pendidikan Mengatur kewajiban dan materi Mengatur kewajiban.
& pelatihan yang harus disampaikan Materi disesuaikan dengan jenis dan risiko yang ada
K3 dan mengacu kepada standar kompetensi yang
berlaku/kualifikasi yang ditetapkan oleh KaIT
Kampanye K3 Tidak diatur Sudah diatur terkait kewajiban dan tata cara
Administrasi K3 Hanya mengatur buku tambang Mangatur buku tambang, buku daftar kecelakaan,
dan buku daftar kecelakaan pelaporan, RKAB, prosedur/instruksi kerja, dokumen
dan laporan penggunaan kompetensi dan ketentuan
persyaratan lainnya
Inspeksi K3 Hanya mengatur Mengatur kewajiban, area dan tahapan inspeksi
kewajiban dan area
yang wajib di inspeksi
Manajemen keadaan Belum diatur secara detil Diatur secara detil antara lain kewajiban dan langkah-
darurat langkah manajemen keadaan darurat
111
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian MINERBA meliputi:
112
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara.
Kejadian berbahaya merupakan kejadian yang Kecelakaan atau kejadian berbahaya
dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya dilaporkan sesaat setelah terjadinya
produksi. kecelakaan atau kejadian berbahaya.
113
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK PERUBAHAN
Substansi Kepmen Kepmen
555.K/26/MPE/1 1827.K/30/MEM/
995 2018
114
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK PERUBAHAN
NO. TAHUN RINGAN BERAT MATI TOTAL FR SR
115
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
POKOK PERUBAHAN
1. 22/04/2018 Tenggelam
2. 17/06/2018 Tenggelam
3. 08/07/2018 TERTABRAK/ TERJEPIT
4. 12/07/2018 TERTABRAK
5. 12/07/2018 Tenggelam
6. 12/07 2018 Tenggelam Statistik Kecelakaan Tambang
7. 24/07/2018 Tertabrak
Per July 2018 :
8. 25/07/2018 Tenggelam
86 Kasus ( 38
9. 29/07/2018 Kesetrum
10. 30 /07/2018 Tertabrak
Cidera
Ringan, 38
Data Terakhir : 30 Juli 2018 Berakibat
Cidera Berat & 10
Berakibat Mati 116
(Fatality)
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
86 Kasus ( 38 Cidera Ringan, 38 Berakibat Cidera Berat & 10 Berakibat Mati (Fatality)
48% Kecelakaan terjadi Pada IUJP Inti TTA = 20% ( Tidak Mengikuti Prosedur)
60% Terjadi Pada Pekerja Baru KTA = 20% ( Ruang Sempit/ Tdk. Mdai)
Sumber Kecelakaan :
18% Lantai Kerja
25% Jabatan Mekanik
16% Alat angkut orang
& alat gali/angkut/muat 19% Jabatan Operator
117
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
3. Faktor Pekerjaan : Kurang Pengawas & Personil di 5. Kurang Kendali Manajemen : Tidak dilakukan
area kerja, Pekerjaan tidak sesuai dengan evaluasi & Tindak Lanjut pada temuan hasil
rencana, SOP tidak dijalankan & belum dibuat inspeksi, pemetaan pengawas terhadap jumlah
area kerja, system kendali yang tidak sesuai
dengan kondisi & situasi, Tidak ada Pendidikan
dan pelatihan yang seharusnya diberikan kepada
1. Cidera Ringan : Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula > 1 (satu) hari dan < 3 (tiga) minggu, termasuk hari minggu dan
hari libur.
2. Cidera Berat
a) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula selama ≥ 3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan hari libur;
b) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap
(invalid);
c) cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini:
keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari, lengan atas,
paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah; pendarahan di dalam
atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen; luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang
dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau persendian yang lepas dimana
sebelumnya tidakpernah terjadi.
3. Mati : Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat kecelakaan
tersebut
121
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
122
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
No Laporan No Laporan
1 Bentuk III-i. Laporan Statistik 12 Bentuk VII-i. Daftar Jumlah Jam Kerja
Kecelakaan Tambang
2 Bentuk X-i. Pemberitahuan Kejadian 13 Bentuk VIII-i. Daftar Frequency Rate (FR)
berbahaya dan Severity Rate (SR)
3 Rencana dan Realisasi Program dan 14 Bentuk IX-i. Perhitungan Biaya Kecelakaan
Biaya KP TW. I/II/III/IV Tambang
Administrasi 4 Pengelolaan Lingkungan Kerja 15 Bentuk XI-i. Rekapitulasi Kejadian
Keselamatan Kerja Pertambangan dikirimkan pada TW. IV berbahaya
5 Pengelolaan Kesehatan Kerja 16 Bentuk XIII-i. Daftar Penyakit Tenaga Kerja
Pertambangan dikirimkan pada TW. IV
Peraturan Pelaporan
6 Bentuk XII-i. Data Kompetensi Tenaga 17 Laporan Audit Internal SMKP Minerba
Keselamatan Kerja dikirimkan pada TW. IV
Pertambangan 7 Bentuk IV-i. Daftar Persediaan dan 18 Pemberitahuan Awal Kecelakaan Kepada
1. PERMEN ESDM NO. 11 Pemakaian Bahan Peledak KaIT
TAHUN 2018 → Laporan 8 Bentuk XIV-i. Laporan Persediaan dan 19 Pemberitahuan Awal Kejadian berbahaya
Berkala, Laporan Akhir & Pemakaian Bahan Bakar Cair Kepada KaIT
Laporan Khusus 9 Laporan Persediaan dan Pemakaian 20 Pemberitahuan Awal Kejadian Akibat
Bahan Berbahaya dan Beracun Penyakit Kepada KaIT
2. KEPMEN ESDM NO.
10 Bentuk V-i. Daftar Kecelakaan Tambang 21 Pemberitahuan Penyakit Akibat Kerja Hasil
1806.K/30/MEM/2018 → Diagnosis Kepada KaIT
Format Penyusunan 11 Bentuk VI-i. Daftar Jumlah Tenaga Kerja 22 Audit Eksternal Penerapan SMKP Minerba
Laporan Berkala & Khusus
123
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
4. Rencana Kerja, Anggaran, dan Biaya keselamatan kerja disusun sesuai
dengan format dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. KTT/PTL menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, melaksanakan,
dan mendokumentasikan seluruh prosedur dan/atau instruksi kerja
untuk menjamin setiap kegiatan dapat dijalankan secara aman.
Administrasi
6. KTT/PTL mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan memelihara
Keselamatan Kerja setiap dokumen dan laporan terkait pemenuhan kompetensi, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan lainnya.
124
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Inspeksi Keselamatan Kerja
Inspeksi keselamatan kerja dilakukan di setiap area kerja dan kegiatan
meliputi:
1. Perencanaan inspeksi &
2. Persiapan inspeksi;
3. Pelaksanaan inspeksi;
4. Rekomendasi dan tindak lanjut hasil inspeksi;
Inspeksi Keselamatan 5. Evaluasi inspeksi; dan
6. Laporan dan penyebarluasan hasil inspeksi.
Kerja
Inspeksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyimpangan-
penyimpangan baik kondisi yang tidak aman maupun tindakan tidak
aman
125
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Kecelakaan dan kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan oleh KTT,
PTL, atau Inspektur Tambang berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala
Dinas atas nama KaIT.
Penyelidikan
Kecelakaan & KB
Penyelidikan Kecelakaan
“Suatu proses yang sistematis untuk menemukan /
mengungkap penyebab dasar / akar masalah dari
Suatu kecelakaan dengan tujuan untuk menentukan
tindakan perbaikan, agar kecelakaan dengan
penyebab yang sama dapa dicegah terulang
kembali”. t
126
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengola han dan/atau Pemurnian m encakup:
127
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Program Kesehatan Kerja
Pertambangan
128
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:
Pengelolaan Kesehatan
Kerja juga meliputi
Higiene dan Pengelolaan Pengelolaan makanan, 1. manajemen risiko,
sanitasi Ergonomi minuman, dan gizi 2. pendidikan dan
pelatihan,
Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja 3. administrasi,
4. manajemen
keadaan darurat,
1. Diagnosis PAK ditegakkan melalui serangkaian tahapan
pemeriksaan klinis, kondisi pekerja tambang, serta 5. inspeksi, dan
kampanye
Lingkungan kerja & PAK ditetapkan oleh dokter
pengelolaan
perusahaan. KTT/PTL segera melaporkan kepada
kesehatan kerja
KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT terhadap PAK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. penyelidikan terhadap semua penyakit akibat kerja
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.
129
Lampiran III Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Lingkungan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:
130
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV
131
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Elm. 6
Elm. 3
Dokumen
Elm. 1 Organisas
tasi
Kebijaka i& Elm. 4
n Elemen IMPLEMEN Elm. 7
TASI Tinjauan
Elm. 5 Manajemen &
Elm. 2 Evaluasi &
Perencan Peningakatan
Tindak Kinerja
aan
Lanjut
132
Lampiran Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
SANKSI ADMINISTRATIF
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi, yang tidak mematuhi atau melanggar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud BERUPA :
a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatan usaha; dan/atau
c) Pencabutan izin.
134
www.dkki.co.id
Tuesday, November 27, 2018
© 2018 DKKI Theme. All Rights Reserved
135
ANY
QUESTION
?
136