PUSAT
BPK
kpu
bank sentral
Presiden
kementerian negara
dewan pertimbangan
TNI/POLRI
MA MK
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
KY
Lingkungan
Peradilan Umum Lingkungan Peradilan Agama Lingkungan Peradilan Militer Lingkungan Peradilan TUN
DAERAH
DPR
Presiden
MA
MK
Pasal 24 (1)*** Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
PEMERINTAH
OTONOMI DAERAH
DAERAH BERHAK BERWENANG & BERKEWAJIBAN MENGATUR & MENGURUS RUMAH TANGGANYA SENDIRI
PEMDA
PEMERINTAHAN DAERAH
( UU 32 tahun 2004)
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN OLEH PEMERINTAH DAERAH & DPRD MENURUT ASAS OTONOMI DAN TUGAS PEMBANTUAN DG PRINSIP OTONOMI SELUASLUASNYA DLM SISTEM DAN PRINSIP NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UUD 1945
SUSDUK DPRD
(UU 27 tahun 2009)
DPRD terdiri atas anggota parpol peserta pemilu yg dipilih melalui pemilu. DPRD mrp lembaga perwakilan rakyat daerah yg berkedudukan sbg unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
7
Pem menyelenggarakan sendiri atau dpt melimpahkan sebagian urusannya kpd perngktnya atau kpd wakil Pem di daerah, atau menugskn kpd Pem-an Daerah/ Pemdes {Psl 10 (4)}
Standar Pelayanan Minimal {Psl 11 (4)}
Urusan Pemerintah
{Psl 10 (5)}
PILIHAN Sektor Unggulan {Psl 11 (3)} Menyelenggarakan sendiri; Melimpahkan sebgn ursn kpd Gub selaku wkl Pem.; Menugaskan sebgn ursn kpda Pem-an Daerah/Pemdes.
1. Pendekatan Eksternalitas (Spill-over) Mempertimbangkan scope atau lingkup dampak atau akibat dari penyelenggaraan suatu urusan peman. Bila dampaknya bersifat lokal maka urusan pemerintahan tsb menjadi urusan peman kab/kota; bila dampaknya bersifat regional menjadi urusan peman prov; dan bila dampaknya bersifat nasional menjadi urusan Pemerintah (Pusat); 2. Pendekatan Akuntabilitas Mempertimbangkan jarak atau derajat kedekatan dampak atau akibat penyelenggaraan suatu urusan peman dg berbagai tingkatan peman yang ada. Dg demikian, akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan dimaksud kepada masyarakat akan lebih terjamin;
3. Pendekatan Efisiensi
Bila penanganan suatu bagian urusan peman dipastikan akan lebih berdayaguna dan berhasilguna dilakukan oleh strata peman tertentu, maka strata peman tersebut akan lebih tepat untuk menangani bagian urusan peman dimaksud, dibandingkan dg strata peman lainnya.
Catatan: Dayaguna dan hasilguna dpt diukur a.l. kecepatan, ketepatan, dan cost proses
diperbandingkan dengan hasil dan manfaat yg diperoleh, atau rasio untung rugi.
anak; 15. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera; 16. Perhubungan; 17. Komunikasi dan informatika; 18. Pertanahan; 19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; 20. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; 21. Pemberdayaan masyarakat dan desa; 22. Sosial; 23. Kebudayaan; 24. Statistik; 25. Arsip; dan 26. Perpustakaan.
URUSAN PILIHAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kelautan dan perikanan; Pertanian; Kehutanan; Energi dan sumber daya mineral; Pariwisata; Perindustrian; Perdagangan; dan Transmigrasi.
Politis; Strategis.
Atau:
Tekhnis ? Administratif ?
15
Fungsi DPRD
legislasi; membentuk Perda bersama kdh.
Fungsi lain:
anggaran; menyusun & menetapkan APBD bersama Pemda. pengawasan; pengawasan thd pelaksanaan UU, Perda, Keputusan Kdh & kebijakan yg ditetapkan oleh Pemda.
16
17
Tugas lain:
memberikan persetujuan thd rencana kerjasama internasional yg dilakukan oleh pemerintah daerah; meminta LKPJ Kdh dlm penyelenggaraan pemerintahan daerah; memberikan persetujuan thd rencana kerjasama dg daerah lain atau dg pihak ketiga yg membebani masyarakat & daerah; mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dg peraturan perUU; melaks tugas & wewenang lain yg diatur dlm peruuan.
18
FUNGSI DPRD
TERCERMIN
ALAT
KELENGAPAN
19
ALAT KELENGKAPAN
1. Pimpinan; 2. Badan Musyawarah; 3. Komisi; 4. Badan Legislasi Daerah ; 5. Badan Anggaran; 6. Badan Kehormatan; dan Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
20
FUNGSI
LEGISLASI
BALEG
21
FUNGSI
ANGGARAN
BADAN
ANGGARAN
22
FUNGSI
PENGAWASAN
?
23
BIDANG LEGISLASI
membentuk Perda bersama Kdh; membahas & menyetujui Raperda mengenai APBD yg diajukan oleh Kdh.
24
3. tata urutan peraturan perundang-undangan dan pengajuan Raperda oleh anggota DPRD
25
UU
PERPU PP
UUD RI 1945 TAP MPR UU/PERPU PP PERPRES PERDA PROV PERDA KAB/KOTA Peraturan Lain
28
29
HAK
ANGGOTA
DPRD
30
PENGAJUAN RAPERDA
Setiap anggota DPRD mempunyai hak
mengajukan Raperda. Usul prakarsa disampaikan kpd Pimp DPRD dlm bentuk Raperda disertai penjelasan scr tertulis & diberikan Nomor Pokok oleh Set DPRD. Usul prakarsa, oleh Pimp DPRD disampaikan kepada Baleg untuk dilakukan pengkajian. Berdasarkan hasil pengkajian Baleg, pimpinan DPRD menyampaikan kepada rapat paripurna DPRD. Dlm Rapat Paripurna, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul prakarsa.
31
dilakukan dg memberikan kesempatan kepada: a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan; b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD lainnya. Usul prakarsa sebelum diputuskan menjadi prakarsa DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan dan atau mencabutnya kembali. Rapat paripurna DPRD memutuskan menerima atau menolak usul prakarsa menjadi prakarsa DPRD. Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa DPRD mengikuti ketentuan yang berlaku dalam pembahasan Raperda atas prakarsa kdh. 32
33
34
35
Menyiapkan rancangan perda usul DPRD berdasarkan program prioritas yg telah ditetapkan
36
37
38
39
PROLEGDA
1. Pasal 15 Ayat (2) UU No. 10 Thn 2004 perencanaan penyusunan perda dilakukan dlm suatu Prolegda.
2. Prolegda adalah instrumen perencanaan program pembentukan peraturan daerah yang disusun secara berencana, terpadu & sistematis. 3. Prolegda disusun setiap Tahun (Kepmendagri 169 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Prolegda). 4. Aturan Prolegnas dapat diberlakukan dalam pembuatan Prolegda (Mutatis Mutandis).
40
lingkungan DPRD dpt meminta dan memperoleh bahan dari masyarakat. pembentukan perencanaan pembangunan di instansi masing2.
42
2. Kriteria Teknis. a. Telah Disusun Naskah Akademik. b. Telah Disusun Rancangan. c. Telah Diharmonisasi.
43
PERDA
UU 32/2004 Pasal 136
1. Perda ditetapkan oleh Kdh setelah mendapat persetujuan bersama DPRD. 2. Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otda Prov/Kab/Kota. 3. Perda mrp penjabaran lbh lanjut dari peraturan perUU yang lbh tinggi dengan memperhatikan ciri khas daerah masing2.
4. Perda dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perUU yang lebih tinggi.
44
PEMBENTUKAN PERDA
Pembentukan Peraturan PerUUan adl proses
pembuatan Peraturan PerUUan yg pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Peraturan PerUUn adl peraturan tertulis yg dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yg berwenang & mengikat scr umum. Perda adl Peraturan PerUUan yg dibentuk oleh DPRD dg persetujuan bersama Kdh. Pengundangan adalah penempatan PerUUan dlm Lembaran Negara RI, Tambahan Lembaran Negara RI, Berita Negara RI, Tambahan Berita RI, Lembaran Daerah, atau 45 Berita Daerah.
atau bupati/walikota, masing2 sbg kepala pemerintah daerah prov, kab/kota. Raperda dapat disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan dewan perwakilan rakyat daerah yang khusus menangani bidang legislasi Raperda yg telah disiapkan oleh gub atau bup/walikota disampaikan dg surat pengantar gub atau bupati/walikota kpd DPRD oleh gub atau bupati /walikota. Raperda yg telah disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada gub atau 46 bupati/walikota.
dilaksanakan oleh set DPRD. Penyebarluasan Raperda yg berasal dari gub atau bupati/walikota dilaksanakan oleh sekretaris daerah. Apabila dalam satu masa sidang, gub atau bupati/walikota dan DPRD menyampaikan Raperda, mengenai materi yg sama, maka yg dibahas adalah Raperda yg disampaikan oleh DPRD, sedangkan Raperda yg disampaikan oleh gub atau bupati/walikota digunakan sbg bahan untuk dipersandingkan.
47
2. Pembahasan Raperda
Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh
DPRD bersama gub atau bupati/walikota. Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan. Tingkat2 pembicaraan, dilakukan dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yg khusus menangani bidang legislasi & rapat paripurna. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah, diatur dengan Peraturan Tatib DPRD.
48
Pembahasan Raperda
Raperda dapat ditarik kembali sebelum
dibahas bersama oleh DPRD dan Gub, Bupati/Walikota. Raperda yg sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD & gub atau bupati/walikota. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali Raperda diatur dg Peraturan Tatib DPRD.
49
3. Penetapan Raperda
Raperda yg telah disetujui bersama oleh DPRD
dan gub atau bupati/walikota disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada gub atau bupati/walikota untuk ditetapkan menjadi Perda. Penyampaikan Raperda, dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
50
Penetapan Raperda
Raperda
ditetapkan oleh gub atau bupati/walikota dg membubuhkan tanda tangan dlm jangka waktu paling lambat 30 hari sejak RPerda tsb disetujui bersama oleh DPRD & gub atau bupati/walikota. Dalam hal Rpreda tdk ditandatangani oleh gub atau bupati/walikota dlm waktu paling lambat 30 hari sejak RPerda tsb disetujui bersama, maka Raperda tsb sah menjadi Perda & wajib diundangkan. Dalam hal sahnya, maka kalimat pengesahannya berbunyi: Perda ini dinyatakan sah. Kalimat pengesahan tsb harus dibubuhkan pada halaman terakhir Perda sebelum pengundangan naskah Perda ke dalam Lembaran Daerah. 51
4. Pengundangan Perda
Peraturan PerUUan yg diundangkan dalam
Lembaran Daerah adalah Perda. Peraturan Gub, Peraturan Bup/Walikota, atau peraturan lain di bawahnya dimuat dalam Berita Daerah. Pengundangan Perda dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah dilaksanakan oleh sekretaris daerah. Perda mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Perda yang bersangkutan.
52
5. Penyebarluasan Perda
Peraturan PerUUan yg diundangkan dalam
Lembaran Daerah adalah Perda. Peraturan Gub, Peraturan Bup/Walikota, atau peraturan lain di bawahnya dimuat dalam Berita Daerah. Pengundangan Perda dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah dilaksanakan oleh sekretaris daerah.
53
55
56
58
2.
a. Pengayoman; setiap materi muatan peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat. b. Kemanusiaan; setiap materi muatan peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap arga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
59
c. Kebangsaan;
Setiap materi muatan Peraturan Perundangundangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia. Setiap materi muatan Peraturan perundangundangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Setiap materi muatan Peraturan perundangundangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat daerah merupakan bagian dari system hokum nasional yang berdasarkan Pancasila.
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
60
g. Keadilan;
Setiap materi muatan Peraturan perundangundangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga Negara tanpa kecuali.
61
MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN MENGANDUNG ASAS h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
Setiap materi muatan Peraturan perundangundangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang antara lain agama, suku, ras, golongan, gender, atau status social.
63
3. Materi Muatan
a. Materi muatan yang harus diatur dengan
undang-undang berisi hal sebagai berikut : 1) Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi: hak-hak asasi manusia; hak dan kewajiban warga Negara; pelaksanaan dan penegakan kedaulatan Negara serta pembagian kekuasaan Negara; wilayah Negara dan pembagian daerah; kewarganegaraan dan kependudukan; keuangan Negara,
64
Materi Muatan
2) Diperintahkan oleh suatu UU untuk diatur dengan UU. Contoh UU yang memerintahkan untuk diatur dengan UU Penanaman Modal, dimana dalam Pasal 31 menyatakan: (1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus. (2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi khusus. (3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus diatur dengan undang-undang.
65
Materi Muatan
b. Materi Muatan Peraturan Pemerintah Pengganti
UU Materi muatan Perpu sama dengan materi muatan UU. c. Materi Muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya.
d. Materi Muatan Perpres Berisi materi yang diperintahkan oleh UU atau untuk melaksanakan PP.
66
Materi Muatan
e. Materi Muatan Perda Seluruh materi muatan Perda adalah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, serta menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut PUU yang lebih tinggi. f. Materi Muatan Perdes/yang setingkat Seluruh materi Perdes/yang setingkat adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan urusan desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih lanjut PUU yang lebih tinggi. Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam UU dan Perda.
67
68
1. 2. 3. 4.
Perda tentang APBD. Perda tentang pajak daerah. Perda tentang retribusi daerah. Perda tentang tata ruang.
69
EVALUASI PERDA
bersama dan Raper gub/bup/Wlkt ttg penjabaran APBD sebelum ditetapkan paling lambat 3 hari disampaikan kepada MDN/Gub untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh MDN kepada Gub atau Gub kpd Bup/Wlkt paling lambat 15 hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Apabila MDN/Gub menyatakan hasil evaluasi Raperda tentang APBD dan Raper Gub/Bup/Wlkt ttg penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepantingan umum dan peraturan PUU yang lebih tinggi, Gub/Bpt/Wlkt menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Perbup/Perbup/Perwlkt.
70
EVALUASI PERDA
Apabila MDN/Gub menyatakan hasil evaluasi
Raperda ttg APBD & Raper Gup/Bup/Walikota tentang penjabaran APBD bertentangan dg kepentingan umum dan PUU yang lebih tinggi, Gub/Bupati/Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gub/Bupati/Walikota dan DPRD; dan Gubernur /Bupati/Walikota tetap menetapkan Raperda tentang APBD dan raPer Gub/Bupati/Walikota ttg penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan Gub/Bupati/Walikota, maka MDN /Gub membatalkan Perda & Peraturan Gub/Bupati/Walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
71
bertentangan dengan
72
PEMBATALAN PERDA
hari setelah ditetapkan. Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perUU yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah. Keputusan pembatalan Perda ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 hari sejak diterimanya Perda. Paling lama 7 hari setelah keputusan pembatalan, kdh harus memberhentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD bersama kdh mencabut Perda dimaksud. Apabila prov/kab/kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan Perda, dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perUU, kdh dapat mengajukan keberatan kepada MA.
73
74
SEKRETARIAT DPRD
Dipimpin
oleh seorang sekretaris DPRD yg diangkat & diberhentikan dg keputusan Gub, Bupati/Walikota atas persetujuan pimpinan DPRD. DPRD & pegawai sekretariat DPRD berasal dari PNS.
Sekretaris
75
kelengkapan DPRD. Dibentuk sesuai kebutuhan atas usul anggota DPRD. Diberhentikan dengan keputusan sekretaris DPRD. Bekerja sesuai dengan pengelompokan tugas & wewenang DPRD yg tercermin dalam alat kelengkapan DPRD.
76
satu (S1) dengan pengalaman kerja paling singkat 5 (lima) tahun, Pendidikan strata dua (S2) dengan pengalaman kerja paling singkat 3 (tiga) tahun, Pendidikan strata tiga (S3) dengan pengalaman kerja paling singkat 1 (satu) tahun; Menguasai bidang yang diperlukan; Menguasai tugas dan fungsi DPRD.
77
79