Anda di halaman 1dari 32

Impetigo Krustosa

Kelompok Tutor : Joy : dr.Joyce Pandjaitan

Pemicu
Seorang anak perempuan S, usia 5 tahun ditemani ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan adanya keropeng tebal berwarna

kekuningan di wajah dan sudah dialami sekitar 5 hari. Dari anamnesis diketahui diawali dengan munculnya kemerahan dan bintil-bintil berisi air yang cepat memecah.

More Info I Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai : Ruam : krusta tebal, warna kekuningan seperti madu, sewaktu krusta diangkat tampak erosi di bawahnya Lokasi : sekitar lubang hidung dan mulut Bagaimana pendapat saudara mengenai keadaan anak perempuan sekarang dan pemeriksaan apa yang diperlukan? More Info II Pada pemeriksaan darah dijumpai leukositosis. Bagaimana kesimpulan saudara mengenai keadaan anak tersebut?

Masalah
Anamnesis Keropeng tebal berwarna kekuningan Kemerahan dan bintil-bintil yang cepat pecah Pemeriksaan fisik Krusta tebal, kekuningan seperti madu, dasar erosi Lokasi : sekitar lubang hidung dan mulut Pemeriksaan penunjang Leukositosis

Analisis Masalah
Anamnesis Kemerahan Proses inflamasi Bintil-bintil yang cepat pecah Penumpukan cairan pada lapisan epidermis Keropeng tebal Pemeriksaan fisik Krusta tebal Dasar erosi bintil pecah dengan atau tanpa perlakuan dan mengering akibat mendapat perlakuan (garukan) bintil-bintil yang pecah dan mengering

Pemeriksaan penunjang Leukositosis menandakan adanya infeksi bakteri

Hipotesis

Learning Issue
1. Anatomi dan histologi kulit 2. Fisiologi kulit 3. Definisi, etiologi dan faktor predisposisi impetigo krustosa 4. Tanda dan gejala impetigo krustosa 5. Diagnosis banding 6. Patogenesis 7. Pemeriksaan penunjang 8. Penatalaksanaan 9. Komplikasi dan prognosis

Anatomi dan Histologi kulit

Pada pemicu, kerusakan pada kulit hanya terbatas pada lapisan epidermis

Fisiologi kulit
Fungsi Proteksi Fungsi absorpsi Fungsi Ekskresi Fungsi persepsi Fungsi pengaturan suhu tubuh Fungsi pembentukan pigmen Fungsi keratinisasi Fungsi pembentukan vitamin D

Pada pemicu, invasi dari bakteri diduga karena higienis pasien yang buruk atau faktor predisposisi yang lain. Kulit mencegah infeksi dengan adanya lapisan tanduk serta PH kulit yang asam. Akan tetapi, protein M serta toxin lain yang dihasilkan bakteri yang menginvasi dapat bertahan pada suasana asam sehingga dengan mudah menginfeksi pasien. Pada saat infeksi terjadi, kulit

melakukan fungsinya sebagai protektor pada bakteri, yaitu dengan bekerjanya sel-sel imun di kulit untuk membunuh bakteri yang dianggap sebagai antigen.

Definisi, Etologi dan Faktor Predisposisi Impetigo Krustosa


Definisi Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit (Djuanda, 56:2005). Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo

kontangiosa, impetigo vulgaris, atau impetigo Tillbury Fox.

Etiologi
Staphylococcus aureus ( coccus, gram positif) Streptococcus -hemolitik grup A (coccus, gram positif)

Faktor Predisposisi 1. Higiene kurang 2. Daya tahan menurun : kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, DM 3. Telah ada penyakit lain di kulit: kerusakan epidermis fungsi kulit sbg pelindung terganggu mudah terjadi infeksi

4. Penggunaan obat-obatan yang bersifat imunosupresif 5. Kontak langsung maupun tidak langsung dengan pasien impetigo

Tanda dan gejala


Invasi bakteri pada kulit

Sel-sel radang bekerja

Perubahan kapiler pembuluh darah

Vasodilatasi arteriol Aliran darah & penyumbatan lokal

Pelebaran pembuluh darah Kemerahan (eritema)

Plasma bocor dari pembuluh darah

Mengisi ruang epidermis

Penumpukan cairan

vesikel

vesikel

Ruptur/pecah

Cairan/nanah

kering

Krusta

Diagnosis Banding
Diagnosis Impetigo Etiologi Streptococc us hemolytikus Subjektif Prodormal (-) Objektif Primer Eritema, Vesikel sekunder Krusta, erosi Muka, sekitar lubang hidung dan mulut Tungkai bawah Badan, wajah, selaput lendir mata, sal.napas atas Lokalisasi

Ektima

Streptococcc Prodormal (-) us hemolytikus Virus varisela zoster Demam, malaise, nyeri kepala, pruritus

Krusta, Ulkus krusta

Varisela

Papula eritematosa, vesikel, pustul

Patogenesis

Faktor predisposisi

Faktor virulensi

impetigo

Infeksi primer
bakteri

Menetap di Kulit normal (7-14 hari)

Merusak kulit dan mengeluarkan toksin

inflamasi

Infeksi sekunder
Trauma kulit

Mengeluarkan protein

Memudahkan perlekatan bakteri

Toxin

Inflamasi

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Kultur bakteri Uji sensitivitas

Penatalaksanaan
Non Farmakologi Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang terkena untuk mencegah infeksi Mengurangi kontak dekat dengan penderita

Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa: Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalir serta membalut lesi. Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan peralatan harian bersama-sama. Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu mencuci tangan sampai bersih. Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang

memperberat lesi.

Farmakologi
Topikal Mandi dengan kalium permanganat 1/10000 Oral Pilihan I 1. Golongan Penisilin Amoksisilin Dosis : 2x250-500 mg/hari ( 10 hari ) 2. Golongan Sefalosporin generasi 1 Sefaleksin Dosis 4x250-500 mg/ hari ( 10 hari ) Kloksasilan Dosis 4x250-500 mg/hari ( 10 hari ) Pilihan II ( Golongan Makrolida ) Eritromisin Dosis 30-50 mg/kg/BB/hari

Gentian violet 3% atau perak nitrat ( buka dinding bula ) Krim yang mengandung antibiotika topikal ( neomicyn dan bacitracin ) dan antibiotika lainnya ( Mupirocin dan Retapamulin )

Penggunaan Obat Topikal Bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan penderita sehat secara fisik Dapat sebagai profilaksis terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas sekolah

Penggunaan Obat Oral ( Sistemik ) bila terdapat lesi yang khas atau berat, limfadenofati

Catatan : Pada anak dosis yang diberikan adalah Penisilin ( 4x250mg ( 12,5mg/kg/BB/hari)

Jika infeksi campuran ( Streptokok + Stafilokok ) maka diberikan Eritromisin , Kloksasilin dan sefalosporin dengan dosis yang sama dengan penisilin

Pada kasus ini diberikan pengobatan secara topikal yaitu : Mandi dengan kalium permanganat 1/10000 Pemberian krim antibiotika seperti Mupirocin ( yang paling bangus diberikan ) dengan dosis : Salep 2 % ( 2-3 dd oles pada kulit) ( 2-3 dd oles didalam kedua lubang hidung) Jika sudah terjadi komplikasi yang mengarah ke GNA maka diberikan golongan Sefalosporin generasi 1 misalnya Sefaleksin

Komplikasi dan Prognosis Komplikasi


Glomerulonefritis - Komplikasi yang paling sering terjadi - Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2 - Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi.

Prognosis
- Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu - Prognosis baik bila segera diobati, menghindari atau menghilangkan predisposisi dan belum terjadi komplikasi - Bila tidak diobati, dapat menyebabkan lesi pada tempat baru serta menyebabkan komplikasi

Kesimpulan
Berdasarkan gejala klinik, hasil pemeriksaan penunjang dan pembahasan pada learning issue dapat disimpulkan bahwa pasien S, umur 5 tahun, menderita Impetigo Krustosa

Anda mungkin juga menyukai