RHINITIS ALERGIKA
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti
Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :
Raudhah / I1A000064
Alfred H.L. Toruan / I1A004073
Pembimbing :
Dr. Agung Biworo, M.Kes
BAGIAN FARMAKOLOGI/TERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Rinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau
kronik. Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma atau
menyertai campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti pertusi.
Rinitis disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan. Rinitis alergi,
Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis. Salah satu bentuk rhinitis kronis
adalah rhinitis atropi yang diduga disebabkan oleh kuman Kliebsiella ozaena atau
hidung, terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang
diperantarai IgE.4
Alergen yang memicu terutama debu, bulu binatang, tungau, bau bahan-bahan
1
Rhinitis Alergika Seasonal
Impact on Asthma 2000 membagi rinitis alergi menjadi 2 jenis : Yaitu intermiten,
bila gejala <4 hari tiap minggu atau <4 minggu, dan persisten , bila gejala >4 hari
tiap minggu atau >4 minggu. Sementara itu, klasifikasi menurut berat ringannya
penyakit, dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu gejala ringan bila gejala rinitis tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari dan gejala sedang sampai berat, bila sudah
terdapat 1 atau lebih gangguan seperti gangguan tidur, belajar, dan bekerja.6
1.2 ETIOLOGI
1. Alergen
rinitis alergika. Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan
2
sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang
penting.
2. Polutan
Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar
termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida.
Mekanisme terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih
jelas.
3. Aspirin
Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis
1.3 PATOFISIOLOGI
Secara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi
yang terdiri atas berbagai macam sel. Pada rinitis alergika selain granulosit,
perubahan kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata IgE rupanya
tidak saja diproduksi lokal pada mukosa hidung. Tetapi terjadi respons selular
Pelepasan sitokin dan kemokin antara lain IL-8, IL-13, eotaxin dan RANTES
inflamasi alergi.4
sel CD4+T, sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi Sel Th-2, selanjutnya
3
terjadi peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah IL-3, IL-4, IL-5,
IL-9, IL-10 yang merangsang IgE, dan sel Mast. Selanjutnya sel Mast
menghasilkan IL-4, IL-5, IL-6, dan tryptase pada epitel. Mediator dan sitokin
menyebabkan infiltrasi eosinofil, basofil, sel Th-2, dan sel Mast. Perpanjangan
bersin.4
Terdapat hubungan antara sistem imun dan sumsum tulang. Fakta ini
membuktikan bahwa epitel mukosa hidung memproduksi Stem Cell Factor (SCF)
dan berperan dalam atraksi, proliferasi, dan aktivasi sel Mast dalam inflamasi
alergi pada mukosa hidung. Hipereaktivitas nasal merupakan akibat dari respons
Ingus kental umumnya menunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis infeksi
karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan saja.
4
Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada
mengalami atropi.
Tanda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang
abnormal, maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas),
allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan
tranversal pada hidung (transverse nasal crease), edema konjungtiva, mata gatal
Pada anak kualitas hidup yang dipengaruhi antara lain kesulitan belajar dan
disfungsi keluarga. Kualitas hidup ini akan diperburuk dengan adanya ko-
yang lebih banyak diterima adalah dengan menggunakan parameter gejala dan
sedang-berat.4
1.5 DIAGNOSIS
5
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan
uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan
riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran
nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika.
Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang
penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE
spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi
Gambar. Allergic crease dan allergic shiner sebagai gejala dan tanda dalam
pembuluh darah vena), allergic salute (akibat sering menggosok hidung dengan
punggung tangan ke arah atas), dan allergic crease (garis melintang di dorsum
nasi 1/3 bawah). Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau lipid disertai adanya sekret encer bening dan banyak. Perlu dicari
6
keadaan yang dapat menjadi faktor predisposisi misalnya polip hidung dan
Untuk mencari penyebab dapat dilakukan uji kulit dengan cara uji cukit (prick
test), uji gores (scratch test), uji intrakutan atau intradermal tunggal atau berseri
(skin end point titration). Bila alergen diduga berasal dari makanan, dapat
dilakukan diet eliminasi dan provokasi atau intracutaneous provocative food test
(IPFT).6
1. Rinitis vasomotor
2. Rhinitis bacterial
3. Rinitis virus
4. Influenza (Flu)
7
Perbedaan rhinitis alergika dan influenza:7
pencetus alergi
demam.
dengan demam.
pengobatan.
1.7 PROGNOSIS
Penyulit:4
2. Poliposis nasal
3. Sinusitis dengan trias asma (asma, sinusitis dengan poliposis nasal dan
4. Asma
8
5. Obstruksi tuba Eustachian dan efusi telingah bagian tengah
7. Gangguan kognitif
1.8 PENATALAKSANAAN
Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan
memperburuk keadaan.
CTM 1-2mg/kali
Pemilihan Obat-Obatan
antara lain:4
9
Jenis obat yang sering digunakan (untuk Anak):
kali/hari
2. Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2.5 mg/dosis,1
3. Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2�5 tahun: 2.5
kali/hari.
5. Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan
7. Kortikosteroid intranasal
Digunakan pada pasien yang memiliki gejala yang lebih persisten dan lebih
1 kali/hari.
10
Budesonide intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia > 6
8. Leukotrien antagonis
apabila diberikan pada pasien rintis alergi yang IgE mediated dan sensitif terhadap
satu atau sejumlah terbatas alergen. TIAS saat ini telah direkomendasi oleh
JTFPP (Joint Task Force on Practice Parameters) yang mewakili the AAAAI, the
diakui memiliki manfaat jangka panjang dalam menurunkan gejala rinitis alergi
meningkatkan respon Th1, dan menekan respon Th2. TIAS juga meningkatkan
kadar IgG4 spesifik yang mampu menghambat kinerja IgE in vitro. TIAS
menginduksi IL-10 dan TGF - producing T cells (TReg). IL-10 dan TGF-
memiliki potensi anti alergi terhadap sel mast, sel T, dan eosinofil. Kedua sitokin
persistent atau moderate-severe persistent, terhadap alergen debu rumah dan atau
11
tungau Dpt, maupun serbuk - serbuk bunga, yang mengalami kegagalan oleh
dianjurkan untuk menjalani TIAS. TIAS harus dikerjakan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten.2
Antihistamin
macam reseptor histamin yaitu H1, H2 dan H3. Reseptor histamin yang diblok
pertama dan kedua. AH1 generasi kedua sudah mulai menggeser kepamoran
antara keduanya terletak pada kemampuan menembus sawar darah otak dan
12
efek sedasi. Di samping itu, generasi kedua lebih selektif sehingga tidak
alfa.
Kortikosteroid
rinitis alergi dengan gejala sedang sampai berat dan persisten (menetap), karena
Efek spesifik kortikosteroid topikal antara lain menghambat fase cepat dan
lambat dari rinitis alergi, menekan produksi sitokin Th2, sel mast dan basofil,
mencegah switching dan sintesis IgE oleh sel B, menekan pengerahan lokal dan
migrasi transepitel dari sel mast, basofil, dan eosinofil, menekan ekspresi GM-
13
digunakan sebagai terapi lini pertama rinitis daripada antihistamin, ditilik dari segi
penderita rinitis alergi berat yang refrakter terhadap terapi pilihan pertama.6
Dekongestan
dalam waktu 10 menit, dan dapat bertahan hingga 12 jam. Efek samping adalah
rasa panas dan kering di hidung, ulserasi mukosa, serta perforasi septum. Yang
Efek terapi dari preparat oral dirasakan setelah 30 menit dan berakhir 6
jam kemudian, atau dapat lebih lama (8-24 jam) bila bentuk sediaanya adalah
tablet lepas lambat (sustained release). Efek samping berupa iritabilitas, pusing
mengontrol gejala rinitis dengan efek samping yang minimal. Sayangnya, efek
terapi tersebut hanya dapat digunakan sebagai preventif. Preparat ini bekerja
kepatuhan pasien.6
14
Immunoterapi
cara mengurangi jumlah IgE, neutrofil, eosinofil, sel mast, dan limfosit T dalam
peredaran darah. Salah satu contoh preparat ini adalah omalizumab. Omalizumab
dalam darah.6
bebas dan memperbaiki gejala rinitis. Uji klinis fase II memaparkan, dosis
Fototerapi
mendapat respon perbaikan dengan terapi konvensional adalah fototerapi. Hal itu
dibuktikan oleh Koreck AI dkk seperti dikutip dalam Journal of Allergy and
gejala rinitis. Subyek penelitian disinari sebanyak 3 kali per minggu selama 3
minggu. Dosis inisial sinar ultraviolet adalah 1,6 J/cm2 dan dinaikkan 0,25 J/cm2
15
setiap 3 kali pengobatan. Sedangkan cahaya tampak intensitas rendah diberikan
eosinofil, eosinophilic cationic protein (ECP) dan IL-5 pada kelompok sinar
Menghindari Alergen
menghindari alergen. Cara ini murah dan rasional tapi sulit diterapkan. Ada 3 tipe
maupun ingestan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan
padat sehingga pemberian ASI lebih lama. Pencegahan sekunder adalah mencegah
secara kasar, negara pun ikut merugi. Sebagai contoh, International Congress of
rinitis alergi menyebabkan hilangnya 3,5 juta hari kerja dan 2 juta hari sekolah
setiap tahun dan menghabiskan dana 3,8 milyar US$ sebagai akibat kehilangan
16
karena itu, pencegahan melalui edukasi menjadi hal yang tak boleh dilupakan.
kortikosteroid topikal perlu digunakan secara teratur dan tidak hanya saat
Penderita juga diberitahu mengenai efek samping obat yang mungkin timbul, apa
yang harus dilakukan bila gejala itu timbul, dan komplikasi apa saja yang dapat
terjadi pada rinitis alergi. Tanpa edukasi, mustahil dapat dicapai efek terapi yang
optimal.6
17
BAB II
SIMULASI KASUS
2.1 KASUS
UNLAM. Alamat Jalan Sultan Adam No.12 Banjarmasin, datang ke klinik jam
08.00 pagi dengan keluhan pilek. Sejak setengah bulan yang lalu penderita
memgeluh sering bersin dan hidung meler, terutama bila pagi atau bila hujan.
Mata dan hidung terasa gatal dan keluar ingus yang berwarna bening. Bersin dan
hidung meler sering kadang hilang sendiri bila sudah siang hari, kadang perlu
diberi obat, yang sering dipakai pasien adalah Intunal®. Tetapi walapun sudah
minum obat, besoknya gejala muncul lagi. Tidak ada demam dan batuk jarang,
kadang ada kadang tidak. Ibunya menderita asma, sedangkan ayahnya menderita
Pemeriksaan fisik :
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 37 0C
Respirasi : 24 kali/menit
Hidung : edem mukosa dan konka nasal, ada sekret encer bening
18
2.2 TUJUAN PENGOBATAN
kortikosteroid
TERSEBUT
19
bernapas, kolaps pada
bayi.
2. Fenilpropanola sebagai dekongestan Efek samping PPA apabila PPA
min (meredakan meliputi jantung digunakan
penyumbatan berdebar, hipertensi, bersamaan dengan
hidung). Seringkali rasa cemas, insomnia, teofilin, maka akan
digunakan sebagai pusing, gemetar, dan terjadi interaksi
campuran pada obat perasaan bingung. merugikan yang
influenza.15 Selain itu terdapat dapat menyebabkan
pula efek samping depresi pernafasan.
yang berpotensi fatal,
yakni krisis hipertensi
dan hemorrhagic
15
stroke.
Obat
antihistamin H1 Mengobati Sedasi, tinnitus, lelah, Pemberian
1. Klorfaniramin hipersensitifitas atau penat, inkoordinasi, bersamaan dengan
maleat keadaan lain yang penglihatan kabur, MAOI
disertai pelepasan euphoria, gelisah,
histamine endogen tremor.
berlebih;
mengahmabt
peningkatan
permeabilitas dan
udem akibat
histamin;
2. Loratadin Loratadine efektif Loratadine tidak Hipersensitif
untuk mengobati memperlihatkan efek terhadap loratadine.
gejala-gejala yang samping yang secara
berhubungan dengan klinis bermakna,
rinitis alergi, seperti karena rasa mual,
pilek, bersin-bersin, lelah, sakit kepala,
rasa gatal-gatal pada mulut kering, jarang
hidung serta rasa dilaporkan. Frekuensi
gatal dan terbakar efek-efek ini pada
pada mata. loratadine maupun
Selain itu loratadine placebo tidak berbeda
juga mengobati secara statistik.
gejala-gejala seperti
urtikaria kronik dan
gangguan alergi pada
kulit lainnya.16
3. Dimetinden Alergi & gatal- Sering : mengantuk. Hindari
maleat gatal.17 Kadang-kadang : mengoperasikan
gangguan saluran kendaraan atau
pencernaan, kering mesin.
20
pada Interaksi obat :
mulut/kerongkongan, alkohol, hipnotik,
vertigo, eksitasi, sakit dan sedatif.
kepala.
Obat
kortikosteroid Pencegahan dan Iritasi dan kekeringan Ibu hamil
1. Fluticasone pengobatan rhinitis pada hidung dan
perineal dan rhinitis tenggorokan
vasomotor
2. Mometasone Profilaksis dan
mengobati gejala Pendarahan, mukur Hipersensitif,
rhinitis atau sinusitis bercampur darah, infeksi local pada
musiman atau keluar flek darah, mukosa hidung
14
parennial. faringitas, nasal yang tidak diobati,
burning, dan iritasi infeksi jamur lokal
hidung.14 di hidung dan
faring.
3. Budesonide Pengobatan dan Endocrin metabolic: 1. Reaksi
pencegahan asma, Cushing's syndrome hipersensitivitas
Rhinitis, allergic and Gastrointestinal: terhadap produk
non-allergic, Crohn's Diarrhea (10%), budesonide
disease.12 Indigestion (6%), 2. Sebagai terapi
Nausea (11%) primer pada
Musculoskeletal: Status
Arthralgia (5%) asthmaticus atau
Neurologic: Pusing, episode akut
Sakit kepala (21%) asma. Tidak
Respiratory: dapat digunakan
Epistaxis, nasal sebagai reliever
mukosa yang kering, pada
rasa bronkospasme
terbakar/tersengat akut.
pada hidung, infeksi
saluran nafas(11%),
Sinusitis (8%), iritasi
tenggorokan.
Efek samping yang
cukup serius:
Endocrine metabolic:
Cushing's syndrome,
symptoms of (5% to
15%), Secondary
hypocortisolism
Ophthalmi: Cataract,
Glaucoma.
21
2.5 OBAT PILIHAN UNTUK KASUS TERSEBUT
1. Obat Dekongestan
2. Obat Antihistamin
22
BSO dan kekuatan: Tablet 10 mg
Kaplet 4 mg.
BSO yang diberikan dan Tablet. Orang dewasa Tablet. Orang dewasa
alasannya dapat mudah dapat mudah
menelannya. menelannya.
Dosis Referensi 0,35 mg/kgbb/hari dalam (2-12 tahun 6 mg/hari).17
dosis terbagi.17 1 x 1 tablet
(3-4 x 1 tablet)
Dosis kasus tersebut dan 3 x 1 tablet 1 x 1 tablet
alasannya
Frekuensi pemberian dan 3x. sesuai referensi 1x. sesuai referensi
alasannya
Cara pemberian dan Diminum. Orang dewasa
alasannya dapat melakukannya
Saat pemberian dan Sesudah makan karena Sesudah makan karena
alasannya salah satu efeknya efek salah satu efeknya efek
sampingnya sampingnya
menimbulkan mual menimbulkan mual
Lama pemberian dan 10 hari 10 hari
alasannya
3. Obat Kortikosteroid
BSO yang diberikan dan Semprotan untuk hidung Semprotan untuk hidung
alasannya 0,05%. (tiap semprot 50 µg/dosis x 60 dosis
mengandung 50 mcg terukur.
fluticasone propionate)
Dosis Referensi 2 semprotan per lubang Dewasa dan anak >12
hidung sekali sehari, tahun : 2 semprotan (50
dianjurkan pada pagi mcg/semprot) pada tiap
hari. Pada beberapa kasus lubang hidung sekali
kadang dibutuhkan 2 sehari. Total dosis 200
semprotan 2 kali sehari. mcg.
Maksimal semprotan tiap
hidung per hari adalah 4
23
semprot.
Dosis kasus tersebut dan 1x2 semprot per lubang 1x2 semprot per lubang
alasannya hidung hidung
Frekuensi pemberian dan 1x sehari 1x sehari
alasannya
Cara pemberiam dan Semprotan. Orang Semprotan. Orang
alasannya dewasa dapat dewasa dapat
melakukannya sendiri melakukannya sendiri
Saat pemberian dan Pagi hari sesuai anjuran Pagi hari
alasannya
Lama pemberian dan 10 hari. 10 hari.
alasannya
24
Resep Obat Alternatif
25
2.7 PENGENDALIAN OBAT
26
dapat diidentifikasi. Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan
penyakit yang kronis, pengobatan memerlukan waktu yang lama dan pendidikan
Pada kasus di atas digunakan bentuk sediaan nasal spray dan tablet karena
dilakukan selama 1-2 minggu. Untuk menghindari efek samping pada pemakaian
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Puskesmas Banjarangkan II. Protap Pelayanan Pemeriksaan dan
Pengobatan Pasien di Ruang Pengobatan Puskesma Banjarangkan II.
Dinas Kesehatan Banjarangkan II, 2005.
5. Melya. Atasi rhinitis alergika sekarang juga. Online. 2008. Available from
URL: http://doktermelya.dagdigdug.com/2008/12/23/atasi-rhinitis-alergika-
sekarang-juga/
10. Winotopradjoko M. ISO Indonesia Volume 8, 2003. Jakarta: PT. AKA, 2003.
12. Dinkes Propinsi JaBar. Informasi obat: Budesonid. Online. 2009. Available
from URL: http://www.diskes.jabarprov.go.id/
28
14. Farmasia. Semprotan Peredam Radang. MEDIKAMENTOSA - Vol.5 No.11,
Juni 2006. Online. 2006. Available from URL: http://www.majalah-
farmacia.com
15. Diki. PPA vs Obat asama. Online. 2009. Available from URL:
http://mediapenunjangmedis.dikirismanto.com/
29