Anda di halaman 1dari 12

Tears in Love

Cast : Genre : Author : Unyu Kriss Lee Soojin (OC) Luhan

Romance, Angst

Angin berhembus masuk menembus celah-celah jendela sebuah ruangan bewarna serba putih. Perlahan angin mulai menyentuh halus kulitku, dingin mulai merasuk ke seluruh tubuhku dan lambat laun masuk ke dalam hatiku. Pagi ini, seharusnya aku merasa bahagia karena sebentar lagi aku akan menikah. Aku akan melangkah ke kehidupan baru yang diidamkan setiap yeoja. Aggashi bisa pejamkan mata sebentar? lamunanku buyar dalam sekejap. Aku menutup mataku dan bulu-bulu halus terasa mulai membelai lembut kelompak mataku.

Aggashi sekarang tolong buka mata, aku membuka mataku, aku dapat melihat seorang yeoja muda yang mendandaniku tersenyum padaku, ia tidak terlalu cantik tapi cukup manis menurutku. Sementara yeoja muda itu terus memoles wajahku, aku melihat diriku di dalam cermin. Melihat diriku yang dalam sekejap telah berubah dan sebentar lagi akan semakin berubah. Aku melihat sekeliling ruangan yang tidak lain adalah kamarku, tempat aku biasanya menghabiskan banyak waktu. Aku mencium dalam-dalam bau ruangan ini karena mungkin aku akan sangat rindu dengan bau dan suasana di kamar ini bila nanti aku telah meninggalkannya. Pandangku tiba-tiba terjatuh pada sebuah buku di atas lemariku, sebuah buku kecil yang sudah kumal. Entah kenapa pikiranku mulai melayang pada saat itu. -Flasback OnSepuluh tahun yang lalu Bruukkk Mianhamida, bodohnya aku, kenapa aku bisa menabrak orang sembarangan seperti ini di hari pertamaku masuk sekolah. Aku menengadah dan melihat seorang namja tinggi yang sekarang sedang mengelus-ngelus dadanya. Sepertinya ia adalah seniorku. Tidak apa-apa, apa kau terlambat? ucapnya sambil memandang ke arahku yang jauh lebih pendek darinya. Nae sunbae, saya terlambat, ucapku sedikit ketakutan, jujur aku takut aku akan dibully oleh senior disini, karena aku pernah mendengar bahwa senior di sekolah ini sedikit menakutkan. Untuk apa memanggil sunbae? Aku baru angkatan pertama disini, aku kaget mendengarnya, tidak aku sangkah namja tinggi ini masih berada di angkatan pertama sepertiku. Geraeyo?

Nae, aku juga terlambat sepertimu. Aku dengar penjaga di sekolah ini sangat galak. Kita bisa dihukum habis-habisan kalau terlambat, aku kaget mendengar ucapan namja tinggi itu, aku sama sekali belum pernah mendengar hal tersebut. Geraeyo? aku hanya bisa mengucapkan kata itu sambil memandang penuh selidik ke arah namja berambut pirang itu. Nae, tapi aku punya ide, namja tinggi itu menarik lenganku tiba-tiba dan memaksaku untuk mengikutinya. Ya~, aku berusaha menolak untuk ikut tapi kekuatanku jauh lebih kecil dibandingkan kekuatan namja tinggi ini. Sudahlah, ikuti saja aku, ia masih memaksaku mengikuti langkahnya yang panjang. Beberapa menit kemudian kami telah sampai di dinding belakang sekolah. Naiklah, ucapnya sambil berjongkok di dekatku. Mwo? Aku tidak mengerti maksudmu, ucapku yang masih bingung dengan maksud namja aneh ini. Aku bilang naiklah, aku akan membantumu memanjat dinding, ia mengacungkan telunjuknya memberikan isyarat untukku untuk melompati pagar tinggi sekolah. Micheoso? Dinding ini sangat tinggi, ucapku tidak percaya dengan ide konyol namja tersebut. Sudahlah, cepat naiklah. Apa kau ingin dihukum? ucapnya sambil menyerngitkan alisnya yang tebal. Aish, aku hanya bisa bergumal sendiri, beberapa detik kemudian aku melepas sepatuku dan mulai menaiki punggung namja besar tersebut perlahan. Aku berusaha menjaga rokku agar tidak terbuka dan diintip oleh namja di bawahku ini. Jangan mengintip! ucapku ketika berhasil berdiri sempurna di atas punggung namja tersebut. Yes.. yes.., ucapnya santai dengan nada sok inggris yang membuat bulu kudukku bergidik.

Beberapa menit kemudian aku telah berhasil sampai di puncak dinding. Aku duduk dengan posisi satu kaki di sisi luar dinding dan satunya di sisi dalam dinding, aku berusa mencari posisi yang membuatku sekiranya tidak mudah jatuh karena jujur aku sedikit takut. Aku segera membenarkan bajuku setelah posisiku benar-benar terasa nyaman dan melihat ke bawah tempat namja itu sekarang sedang berdiri tegak. Lemparkan tas dan sepatuku, ucapku sambil mengulurkan tanganku dan tidak lama kemudian tas dan sepatuku telah berada di tanganku, aku segera melemparkan ke sisi dalam dinding sekolah. Berikan tanganmu, aku akan membantumu menaiki dinding, ucapku kini sambil mengulurkan tanganku pada namja tersebut. Namja itu segera meraih tanganku, kini aku bisa merasakan tangannya yang besar sedang menggenggam tanganku kuat. Aku menarik tubuh namja besar itu sekuat tenaga, dengan kaki-kaki panjangnya ia juga berusaha memanjat dinding tinggi tersebut. Beberapa menit penuh perjuangan, iapun berhasil sampai di puncak dinding berhadapan denganku. Sekarang kita bisa turun, ucap namja tersebut sambil melihat ke bawah, akupun juga mengikuti geraknya melihat ke bawah dan entah mengapa aku sekarang merasa sangat ketakutan untuk turun dari dinding tinggi ini. Yaa~, apa kita akan lompat dari sini? ucapku ketakutan sambil melihat kosong ke bawah. Majayo.., ucapnya singkat tanpa memandangku dan kemudian langsung melompat begitu saja ke sisi bagian dalam dinding. Ayo sekarang giliran kau melompat!! namja itu memandangku dan menyuruhku untuk segera turun dari dinding. Yaa~, aku takut. Aku tidak bisa turun, ucapku gemetaran. Yaa~, lompat saja. Aku akan menangkapmu, ucapnya sambil memberikan isyarat dengan kedua tangannya. Ani, aku mau kau berdiri di dekat dinding. Aku akan menaiki pundakmu untuk turun, aku menyuruhnya untuk mendekat ke dinding, dengan enggan iapun menuruti perintahku.

Aku mulai menurunkan kakiku dan berusaha menggapai pundak namja tinggi itu, untung saja namja ini sangat tinggi jadi tidak begitu sulit untukku mencapai pundaknya dari puncak dinding. Beberapa detik berkutat akhirnya kedua kakiku telah berada di pundaknya, aku bisa merasakan dia mulai gemetar menahan berat badanku. Yaa~, palliwa.. aku sudah tidak tahan menahan beratmu, aku bisa mendengar dirinya mulai menggerutu. Arraseo.. arraseo.. cakamanyo, aku berusaha untuk turun perlahan dari pundaknya, aku membungkukkan badanku dan perlahan menurunkan salah satu kakiku. Palliwa.., dia mulai menggerutu lagi. Aish.. aku sedang berusaha, kakiku hampir menyentuh tanah sampai Ya~, apa yang kalian berdua lakukan disini? aku mendengar sebuah suara berat seorang ajjushi dari belakang kami, aku menoleh perlahan ke belakang dan aku dapat melihat seorang namja bertubuh tegap sedikit gemuk sedang mengamati kami berdua dengan tatapan yang menakutkan. *** Ini semua salahmu, ucapku pada namja yang kini sedang berjongkok ria bersamaku dengan buku di atas kepala. Mwo? Ini salahmu karena terlalu lama turun, ia membalasku dengan tatapan aneh dan aku hanya bisa terdiam merasa bersalah dan marah. Aku dan dia sekarang sedang dihukum di tengah-tengah lapangan sekolah oleh seorang seungsaengnim yang tidak salah bernama Kangin. Aku dan namja yang sampai sekarang belum aku ketahui namanya itu dihukum mengelilingi lapangan sepuluh kali sambil berjongkok dan membawa buku di atas kepala kami. Apabila buku yang ditaruh di kepala kami jatuh maka kami harus mengulang dari awal, berjongkok ria dari hitungan ke satu. Setelah satu jam berlalu, akhirnya aku dan namja tinggi itu telah menyelesaikan hukuman dari Kangin seungsaengnim. Aku harus berkeliling lapangan sebanyak lima

puluh kali untuk menyelesaikan hukuman karena buku di atas kepalaku terus saja terjatuh, namja tinggi yang nememaniku menjalani hukuman juga tidak jauh berbeda. Kakinya terlalu panjang untuk berjongkok ria seperti itu jadi ia sama sekali tidak punya keseimbangan dan akhirnya bukunya malah terus-terusan terjatuh. Melihatnya menjalani hukuman seperti itu, aku jadi berpikir ia cukup lucu. Perkenalkan namaku Kris, ucap namja tinggi itu sambil mengulurkan tangannya ketika kami akhirnya bisa beristirahat di bangku taman sekolah. Aku hanya terdiam memandangnya tiba-tiba mengulurkan tangannya seperti itu. Sepertinya ia mengerti maksud tatapan anehku padanya jadi ia menyimpan tangannya kembali. Siapa namamu? pemuda bernama Kris itu kemudian bertanya padaku tapi sekarang ia tidak menatapku melainkan menatap ke depan. Namaku Soojin, Lee Soojin, ucapku sambil meneguk minuman dari botol minuman yang baru saja aku keluarkan dari dalam tasku. Baiklah salam kenal Lee Soojin-sshi, sepertinya kita akan menjadi teman yang baik di sekolah ini. Mian, aku harus segera pergi, ia berbicara sambil bangkit dari tempat duduknya, kini aku baru menyadari bahwa logat koreanya sedikit aneh. Aku hanya terus meneguk minumanku santai dan tanpa sadar aku memperhatikan punggungnya yang mulai menjauh. Entah kenapa aku ingin sekali mencegahnya pergi dan beberapa detik kemudian aku menemukan alasan untuk menahannya. Aku melirik sebuah buku yang tadi digunakannya ketika dihukum, buku milik namja bernama Kris itu. Yaa~ cakamannyo.. kau melupakan bukumu, aku berteriak padanya cepat. Aku berikan itu padamu, simpanlah, ucap Kris tetap beranjak dan tidak menoleh sedikitpun ke belakang. Aku sedikit kesal melihat sikapnya, aku mengambil buku milik namja itu perlahan dan aku baca judul buku yang tertulis besar di sampulnya, Sherlock Holmes. Dasar namja aneh, ucapku sambil memandang aneh pada buku tersebut. -Flashback END-

Aggasshi, dandannya sudah selesai. Silakan mengganti baju, sekali lagi lamunanku buyar karena yeoja muda di depanku. Aku hanya tersenyum sambil berdiri dari kursi tempatku duduk selama kurang lebih dua jam itu. Aku mengambil sebuah gaun putih dari lemariku, gaun putih yang terlihat sangat cantik dan berkilau dengan banyaknya permata di sekelilingnya. Yeoja yang tadi mendandaniku mendekat ke arahku, sepertinya ia ingin membantuku mengenakan pakaian itu namun aku segera mengisyaratkannya untuk keluar saja. Aku mengamati baju itu dengan seksama, aku mulai mengelus lembut gaun putih itu. Entah mengapa aku sedikit enggan untuk memakainya. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang ada di pikiranku dan mengapa aku merasa seperti itu, padahal dulu aku sangat menginginkan baju ini. Sekali lagi.. aku mulai mengingat kenangan itu. -Flashback OnTiga tahun yang lalu Lihatlah baju itu! Sangat cantik bukan? aku menunjuk sebuah baju pengantin bewarna putih dari balik kaca sebuah butik baju dengan raut muka yang terkagumkagum. No, no.. no baju seperti itu hanya membuat pusing saja. Terlalu ribet dan norak, seperti biasa Kris berbicara dengan logat aneh yang kali ini membuatku merasa sangat sebal. Perkataannya membuatku merasa sangat tidak baik. Sudahlah, percuma aku berbicara denganmu. Hanya membuatku sebal saja, aku pergi meninggalkan Kris dengan raut muka cemberut yang sangat aneh. Hahahahaha wajahmu sangat lucu seperti itu. Mengapa kau tiba-tiba berkata seperti itu? Apa kau sudah mau dilamar olehku? ia hanya berteriak tanpa mengikutiku merah. Yaa~, kata siapa aku ingin dilamar olehmu? Aku tidak akan mau menikah denganmu, bahkan walaupun aku diberi imbalan yang sangat besar aku tetap tidak tapi perkataannya langsung membuatku terhenti. Aku terkejut mendengarnya berkata seperti itu dan entah sejak kapan, wajahku mulai bersemu

akan mau menikah denganmu aku menoleh ke arah Kris dan entah kenapa aku mulai berbicara ngelantur untuk menutupi perasaanku yang sesungguhnya. Hahahahaha Gotjimal! Mukamu merah begitu. Bilang saja kalau sebenarnya kau menyukaiku, dia mendekat ke arahku dan terus memandangku yang semakin membuatku bersemu merah. Aish.. pokoknya aku tidak akan pernah suka padamu. Merong!! aku pergi meninggalkan Kris dengan berlari secepat mungkin, aku tidak ingin ia melihatku yang seperti kepiting rebus ini. -Flashback ENDSoojin-aa, apa kau sudah selesai? seorang yeoja cantik yang sangat aku kenal tibatiba masuk ke dalam kamarku dan melihatku kini berusaha menutup resleting di punggungku. Minyeong-aa, kau disini? Sebentar lagi aku selesai, aku menjawab pertanyaan Minyeong tanpa memandangnya, aku masih berkutat dengan resleting di punggungku. Gwencanayo? Minyeong sepertinya sadar dengan kesulitanku, ia mendekat ke arahku dan membantu menutup resletingku. Gwencana. Mengapa kau bertanya seperti itu padaku? Aku akan menikah tentu saja aku baik-baik saja, ucapku sambil merapikan bajuku dan menatap ke sebuah cermin besar di kamarku. Aku merasa kau masih mencintai Kris. Apa kau tidak apa-apa menikah dengan Luhan? aku melihat bayangan Minyeong di cermin tempatku berkaca. Tentu saja aku tidak apa-apa, selama ini aku dan Kris hanyalah teman saja. Walaupun dulu aku pernah menyukainya, itu hanyalah sebuah cinta monyet di kala remaja saja, aku berusaha tenang di hadapan Minyeong, aku tidak ingin membuatnya tahu lebih dalam apa yang ada di dalam hatiku.

Baiklah kalau begitu, aku hanya merasa khawatir padamu, Minyeong menepuk pundakku dan berjalan keluar kamar meninggalkanku yang masih berdiri memandang bayanganku di cermin. Tenang saja, gumamku perlahan. Tanpa terasa air mataku mulai mengumpul di mataku, aku merasa sangat sakit. Aku teringat kejadian kemarin malam. -Flashback OnKemarin malam Besok aku akan menikah, aku mulai membuka mulutku setelah lima belas menit aku dan Kris berada di Jembatan tempatku dan dia sering bercerita sambil memandang pemandangan. Hari ini adalah hari pertama aku bertemu dengannya setelah ia pergi ke Kanada setahun yang lalu. Oh, bukankah itu kabar yang bagus? Chukkae, Kris terlihat bahagia mengatakan hal tersebut. Niatku untuk mengatakan semua perasaanku padanyapun tiba-tiba sirna begitu saja. Kau akan datang kan? ucapku sambil menyerahkan sebuah kartu undangan bewarna golden padanya. Tentu saja. Aku janji aku akan datang ke pernikahanmu dan mengucapkan selamat padamu, Kris tersenyum padaku, entah mengapa aku merasa sangat sakit melihatnya tersenyum sekarang. Aku tidak menyangkah kau akan menikah secepat ini. Luhan, jadi suamimu bernama Luhan? ia membuka kartu undangan yang baru saja aku berikan padanya, ia mengamati nama yang tertera di undangan tersebut. Aku sama sekali tidak merasa senang dengan satupun perkataan yang diucapkan Kris. Semua ucapan dan senyumannya membuatku malah merasa sangat sakit. Dan sekarang air mataku benar-benar tidak bisa terbendung lagi. Waeyo? Mengapa kau menangis? Kris memandangku dengan tatapan bingung. Pertanyaan konyol Kris malah membuatku semakin merasa sedih, aku sudah tidak tahan memendam semuanya.

Apa kau tidak pernah menyadarinya? Mengapa kau begitu jahat padaku? Saranghanika, apa kau tidak tahu atau hanya pura-pura tidak tahu? Aku terluka melihatmu tersenyum ketika aku akan menikah dengan namja yang sama sekali tidak aku cintai. Tidakkah kau mengerti perasaanku? aku meneteskan air mata semakin deras dan lari meninggalkan Kris. Aku selalu benci ketika Kris tak pernah bisa mengejarku ketika aku berlari darinya. -Flashback ENDAku segera menghapus air mataku, untuk apa aku menangis hanya karena namja yang membuatku menyatakan cinta sangat konyol tapi sama sekali tidak mendatangiku ataupun meneleponku. Aku kembali menata baju dan penampilanku. Aku melangkah ke depan rumah perlahan dengan mengangkat gaunku agar tidak menyapu lantai. Setelah aku sampai di halaman depan rumahku aku segera masuk ke dalam sedan hitam yang akan membawaku ke gereja. Lima belas menit kemudian aku telah sampai di gereja, aku melihat sekelilingku. Semua telah dihias dengan sangat indah. Bunga kesukaanku, mawar putih, telah menghias seluruh gereja dan taman di depan gereja. Aku berdiri di altar ditemani appaku, aku memegang lengan appaku erat. Senyum appaku membuatku merasa kuat. Music mulai dimainkan, aku melangkah perlahan menuju pempelaiku, Luhan, yang sekarang telah dibalut tuxedo bewarna hitam elegan. Aku melihat ke arah para undangan dan kemudian akupun menemukan dia, Kris, berada pada baris paling depan di bangku tamu. Wajahnya terlihat pucat, mungkinkah dia sakit? Tak kusangkah aku telah berada di samping pempelai priaku, pendeta di depanku mulai mengucapkan syair-syair yang akan membuatku menjadi istri seorang namja bernama Luhan. Akan tetapi aku sama sekali tidak mendengar ucapan pendeta itu, pandanganku hanya terarah pada Kris yang kemudian tersenyum kepadaku. Dan kau Lee Soojin-sshi, apa kau bersedia menerima Luhan di kala? tak kusangkah bagian ini sudah datang. Aku melirik ke arah Kris untuk kesekian kali berharap ia akan mencegahku namun lagi-lagi ia mengecewakanku dengan tersenyum ke arahku.

Nae, saya bersedia, aku mengucapkannya dengan nada yang bergetar. Kini aku telah resmi menjadi istri Luhan, kami saling bertukar cincin dan berciuman. Aku melangkah keluar gereja dengan memegang tangan Luhan diiringi lemparan bunga dari para tamu. Sekali lagi, aku melihat Kris tersenyum ke arahku. *** Chukkae Soojin-aa, akhirnya kau telah menikah, Minyeong mendekat ke arahku dan memelukku erat. Gomawo Minyeong-aa, kau juga harus segera memiliki anak dengan Chanyeolie, ucapku menggoda Minyeong yang langsung membuat Minyeong tersenyum malu. Chukkae atas pernikahanmu, aku mendengar suara seorang namja di belakangku, aku segera menoleh ke sumber suara. Kini aku dapat melihat Kris sedang tersenyum menatapku. Gomawoyo, aku menjawab dengan santai, Kris hanya tersenyum padaku dan kemudian mulai melangkah pergi meninggalkanku. Aku mengejarnya, aku meninggalkan Luhan yang sedang sibuk menyapa para tamu. Cakamanyo, aku berhasil meraih tangan Kris, ia kemudian berhenti dan menoleh ke arahku. Anggap saja apa yang aku katakan padamu kemarin malam tidak pernah terjadi, arra? Sepertinya aku tidak bisa melupakan kata-kata itu, aku terkejut mendengar ucapan Kris. Wae? ucapku masih menggenggam tangan Kris. Karena kata-kata itu adalah kata-kata yang aku tunggu sejak dulu, nado saranghae, aku menangis mendengarnya mengatakan hal tersebut. Aku sedih dan menyesal, mengapa ia tidak mengatakannya dari dulu? Mengapa ia baru mengatakannya sekarang? Aku pergi meninggalkan Kris dengan meneteskan air mata dan sekali lagi Kris tidak mengejarku.

Soojin-aa, seseorang memanggilku, untuk beberapa detik aku berpikir itu adalah Kris. Waeyo Baekhyun-aa? aku menoleh ke arah namja yang merupakan temanku di SMA. Maaf aku telambat datang ke pernikahanmu, ia tampak sangat tergesah-gesah, ia berkali-berkali mengambil napas berat. Gwencana, Baekhyun-aa, ucapku sambil tersenyum padanya. Mengapa kau menangis? Apa kau sudah tahu kalau Kris telah meninggal? aku terkejut mendengarnya, bagaimana mungkin Kris meninggal padahal aku baru saja berbicara dengannya. Jangan bercanda, kau hanya ingin menggodaku kan? aku masih belum percaya dengan apa yang diucapkan Baekhyun. Rupanya kau belum tahu? Kemarin malam di Jembatan Sungai Han Kris mengalami kecelakaan. Katanya ia berlari tanpa melihat sekitar dan akhirnya ia tetabrak mobil, seluruh tubuhku gemetar, aku lemas. Tubuhku terasa mati rasa. Air mataku mengalir semakin deras. Aku terjatuh tak berdaya. Mengapa semua harus berakhir seperti ini? Mengapa kau tidak pernah menyatakan cintamu dari dulu? Mengapa kau harus meninggalkanku seperti ini? Kini aku hanya bisa menangis. -END-

Anda mungkin juga menyukai