Anda di halaman 1dari 6

Edisi I Tahun 2009

Orangutan adalah hewan aboreal (lebihbanyakmenghabiskanwaktudiataspohon)dan lebihsukahidupmenyendiridaripadahidupberkelompok

Karena kakinya seperti tangan merekadapatmemanjat&berayun denganmenggunakankakidantangan

Orangutantidurdiatas pohonpadamalamhari

Makananorangutanselain buah2anjugaserangga

Kampanye Bangga RARE


bayi orangutan selalu berada di pelukann induknya, sehingga sulituntukmenangkatbayiorangutan

Program Pengembangan Wisata Orangutan Sumatera


Orangutanmembuatsarangsetiaphari terkadang sarang yang baru dipakai semalamnyadiperbaikiuntukdigunakanlagi

Tanaman Perintis Restorasi Hutan Kebun Pembibitan dan Pelatihan OIC

K A M PA N Y E B A N G G A ( P R I D E C A M PA I G N )
Menciptakan Rasa Bangga Untuk Membangun Konstituen Konservasi DI Taman Nasional Gunung Leuser, wilayah Besitang Oleh : Ismail (Coord. Mobile Awareness & Pride Campaign Manager YOSL-OIC)
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan harta warisan dunia dengan julukan Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. Hingga kini juga belum terlepas dari ancaman dan permasalahan yang kian lama mengancam kelestarian situs warisan dunia itu. Untuk penyelesaian masalah yang ada memang bukan semudah yang dibayangkan. Menciptakan rasa bangga karena memiliki kekayaan alam Leuser di dalam hati masyarakat sangat membutuhkan waktu yang tidak pendek. Untuk mengurai benang-benang kusut dalam konservasi Taman Nasional Gunung Leuser diperlukan sebuah desain konsep permasalan yang ada dengan segala keterkaitannya, sehingga semua pihak bisa berkontribusi memberikan solusi terbaik sesuai dengan sumberdaya masing-masing. Menciptakan rasa bangga terhadap kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai kekayaan lokal dan warisan dunia, merupakan aspek penting untuk membentuk dukungan lokal. Bagaimana akan membangun keterlibatan semua pihak apalagi masyarakat lokal untuk bersama-sama berkontribusi melindungi dan melestarikan kawasan TNGL kalau rasa cinta dan bangga tidak ada pada elemen masyarakat ?, dan kebanggaan inilah yang medasari lahirnya kepedulian akan pentingnya melindungi dan menjaga kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai sistem penyanggah kehidupan manusia. Pride Campaign adalah sebuah usaha untuk menciptakan kebanggaan tersebut guna kepentingan membangun dukungan semua pihak dan menjadi konstituen konservasu bagi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan habitat penting bagi berbagai satwa penting seperti orangutan sumatera, gajah, harimau dan satwa dilindungi lainnya. Pride campaign dilaksanakan oleh Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dengan dukungan dari RARE dan bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL). Berawal dari pertemuan stakeholder yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang, yang dilaksanakan pada Februari 2009 lalu dihadiri oleh semua komponen, dari Balai Besar TNGL, Organisasi Non Pemerintah (NGOs), kecamatan, pemerintahan desa, tokoh masyarakat, perwakilan kelompok masyarakat (KSM), telah menghasilkan sebuah pemetaan masalah yang sistematis. Terdapat enam ancaman yang mempengaruhi kelestarian kawasan hutan TNGL pada saat ini dan masa yang akan datang. Berangkat dari enam permasalahan yang ada, maka ancaman perambahan merupakan ancaman dan isu yang akan coba dijawab melalui Kampanye Bangga (Pride Campaign) semua komponan Theory Of Change (TOC) Teori perubahan meruakan tolls yang digunakan untuk menyusun rencana, mengembangkan kapasitas untuk mengevaluasi, dan menganalisa hasil kampanye. Secara deskriptif membantu memahami perubahan (sosial atau lingkungan) yang diharapkan terjadi dan strategi untuk mendorong terjadinya perubahan tersebut. Secara singkat teori perubahan yang dikembangkan dalam kampanye bangga ini adalah : Untuk mengurangi perambahan kawasan hutan dan untuk memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besitang di bagian timur dari Taman Nasional Gunung Leuser, satu ketetapan UNESCO sebagai World Heritage Site dan satu habitat penting untuk Orangutan Sumatera, sistem agroforestry yang lebih murah dan permanen akan diperkenalkan. Petani Lokal akan diberitahukan tentang arti pentingnya TNGL sebagai rumah terakhir bagi spesies primata yang sangat terancam punah, manfaat layanan jasa lingkung dari TNGL dan manfaat mengadopsi sistem agroforestry. Teknik baru ini akan menawarkan pendapatan lebih tinggi dan lebih berkesinambungan kepada mereka serta pada saat yang bersamaan juga memelihara Mereka akan diperkenalkan pada konsep sistem agroforestry, menerima pelatihan dan bantuan teknik untuk menggunakan teknik serta akhirnya mengadopsi serta mempraktekan teknik baru. Sistem mata pencarian alternatif lain, juga akan diperkenalkan. Selama satu tahun pertama diharapkan adanya 30% adopsi teknik oleh komunitas petani lokal salah satu desa target dari pada 4 desa target. Kampanye Pride di area hutan Besitang akan dilihat sukses jika perambahan hutan berkurang dan populasi Orangutan Sumatera bertahan. Strategi mengurangi ancaman konservasi (Barrier Removal) Untuk melakukan sebuah perubahan maka diperlukan sebuah alternatif bagi masyarakat agar tidak melakukan aktivitas perambahan dimasa yang akan datang. Pengenalan pola agroforestry polikultur akan diperkenalan melalui pembangunan demplot agroforestri sebagai tempat bagi kelompok tani untuk belajar tentang penerapan dan manfaat agroforestri. Strategi diharapkan akan memberikan manfaat kepada masyarakat agar dapat mengoptimalkan fungsi dan pemanfaatan lahan pertanian mereka diluar hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Dengan meningktanya pengetahuan teknis menerapkan agroforestri dan masyarakat tahu manfaatnya, diharapkan akan menurunkan kebutuhan lahan pertanian/kebun sehingga tekanan dan ancaman pembukaan hutan TNGL akan berkurang dimasa yang akan datang. Memobilisasi khalayak masyarakat dengan Pendekatan Social Marketing. Tahapan-tahapan Pride Campaign dalam masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang akan dilaksanakan dengan pendekatan social marketing. Menciptakan rasa bangga dan membangun konstituen konservasi tidak sekedar memberikan informasi kepada orangorang, karena pengetahuan saja tidak akan cukup untuk melakukan perubahan sosial. Dalam hal ini praktik social marketing dapat berperan untuk mempengaruhi kelompok sasaran agar secara sukarela menerima, menolak, menanggalkan atau mengubah suatu sikap dan perilaku bagi kemajuan individu, kelompok dan keseluruhan masyarakat. Tentu saja social marketing berperan penting karena dapat menganalisa perilaku berdasarkan nilai-nilai yang berlaku, memilih kelompok sasaran dan perilaku yang perlu diubah serta menjual gagasan perubahan untuk medukung dan menjadi bagian penting bagi konservasi hutan hujan Taman nasional Gunung Leuser di wilayah Besitang, Sumatera Utara khususnya. Semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat, terbangunnya dukungan sikap positif, dan partisipasi seluruh komponen masyarakatm pemerintah, lembaga konservasi, simpul-simpul kelompok lokal maka akan memberikan wajag baru dalam konservasi Taman Nasional Gunung Leuser di wilayah Beistang. Untuk itu Pride Campaign dirancanang sebagai usaha untuk membagun kekuatan kebersamaan dan meningkatkan dukungan lokal, membangkitkan partisipasi semua komponen untuk memberikan yang terbaik dari setiap potensi yang ada pada masing-masing kelompok. Dan pada akhirnya nanti semua elemen bisa mengatakan kita semua Sehati Selamatkan Leuser.

Salam Redaksi
Redaksi : Jl. Sei Bahorok Baru 79 Medan Sumatera Utara - 20156 Indonesia Telp/Fax : +62 61 4147142 Website : www.orangutancentre.org E-mail : info@orangutancentre.org Penerbit : Orangutan Information Centre Pelindung : Sumatran Orangutan Society Pembina : - Lucy Charlotte Wisdom - Panut Hadisiswoyo S.S. MA P. Jawab : Sofian Hadinata, S.Hut Pimp Redaksi : M. Jamil, SE Editor : M. Indra Kurniawan Staff Redaksi : Mulyadi, Naumi, Bida, Ari, Febroni Hendra, Mansur, Era, Abdul Design : M. Jamil, SE Fotografer : Mustaqim, Binur, Ismail

Kampanye Bangga........................................... 1 Program Pengembangan Wisata Orangutan Sumatera........................................ 2 Kebun Pembibitan dan Pelatihan OIC.............. 4 Program Beasiswa Peduli Orangutan 2009....... 5 Persepsi Masyarakat Perkebunan Terhadap Satwa Orangutan.............................. 6 Inisiatif Lokal di Kawasan Hutan Mendorong Pengukuhan KETAPEL..................... 7 Tanaman Perintis Restorasi Hutan...................... 8 KUKANG (Nycticebus caucang) Slow Loris........ 9

Program Pengembangan Wisata Orangutan Sumatera


Program Pengembangan Wisata Orangutan Sumatera merupakan Program YOSL OIC yang di laksanakan di Bukit Lawang dan Tangkahan sebagai upaya menjadikan Bukit Lawang dan Tangkahan sebagai habitat yang baik, aman dan berkesinambungan untuk populasi orangutan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Tujuan utama program ini untuk mengubah prilaku masyarakat khususnya masyarakat setempat dan pengunjung menjadi lebih peduli terhadap kelestarian daerah wisata ini. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini meliputi : 1. Pembenahan Infocorner Pembenahan Infocorner di Bukit Lawang (terletak di samping penangkaran orangutan) yang akan digunakan untuk pemutaran film panduan Taman Nasional Gunung Leuser. Film panduan ini akan diputar sebelum para wisatawan/pengunjung mengunjungi tempat pemberian makan orangutan semi liar. 3. Pembuatan Fim Panduan Taman Nasional Gunung Leuser Film tentang panduan untuk pengunjung bagaimana melakukan kunjungan wisata di Taman Nasional Gunung Leuser khususnya di daerah wisata Bukit Lawang. Film ini telah selesai di produksi dan nantinya akan segera di putar di Infocorner. Film ini di produksi bersama SoI dengan mengambil lokasi di Kawasan TNGL. Film ini berisikan tentang panduan kepada pengunjung yang akan masuk ke dalam kawasan TNGL. Sehingga para pengunjung memahami aturan untuk memasuki kawasan TNGL. 4. Fokus group diskusi Fokus Group diskusi ini di laksanakan di dua tempat Bukit Lawang dan Tangkahan. Kegiatan ini mendiskusikan mengenai rencana pelaksanaan pelatihan guide yang akan dilaksanakan untuk mendukung pelestarian kawasan TNGL. Fokus Group diskusi ini dilaksanakan di Infocorner Bukit Lawang dan CRU (Conservation Respon Unit) Tangkahan. Dari hasil diskusi yang didapat bahwa semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini (LPT dan HPI) sepakat dan mendukung pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut. Menurut mereka kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan sangat membantu para guide/pemandu untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai pelayanan wisata dan pelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Untuk mendukung kegiatan ini para guide/pemandu diberikan fasilitas seperti baju seragam, topi, jas hujan dan buku panduan. 5. Pembukaan Training Pelaksanaan pembukaan Pelatihan dilaksanakan pada 23 Februari 2009. Pelatihan di berikan kepada Guide di Bukit Lawang dan Tangkahan yang akan dilaksanakan dalam 4 jenis pelatihan yaitu: Ekowisata, Pendidikan Lingkungan, SAR dan Publikasi/ dokumentasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam serangkaian acara yang dihadiri lebih dari 80 orang yang berasal dari berbagai lembaga seperti BBTNGL, OIC,YEL, PPLH Bohorok, ESP-USAID, Pemerintahan desa sekitar Bukit Lawang, HPI Langkat, Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, Perwakilan Masyarakat. Kegiatan dalam acara tersebut dilaksanakan pembacaan rencana aksi dalam rangka memperbaiki kondisi daerah pariwisata Bukit Lawang, dimana seluruh komponen yang berkepentingan bersamasama melaksanakan perbaikan. Dalam kegiatan tersebut diadakan diskusi mengenai rencana aksi tersebut. Kegiatan diakhiri dengan pemutaran film Panduan Pengunjung Taman Nasional Gunung Leuser berdurasi 15 menit. Film ini berisi informasi petunjuk memasuki kawasan TNGL bagi para turis dan Guide agar bersama-sama menjaga kawasan agar tetap lestari dan kehidupan liar akibat wisata di TNGL tidak berdampak negatif.
SUMATRAN ORANGUTAN ECOTOURISM DEVELOPMENT PRE-VISIT QUESTIONNAIRE

6. Pelatihan Para Guide/Pemandu Wisata Pelaksanaan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para pemandu dalam upaya pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser sebagai Warisan Dunia. Adapun pelatihan ini meliputi empat paket pelatihan yaitu : Ekowisata, Pendidikan Konservasi,SAR, Pubikasi dan Dokumentasi. Peserta pelatihan ini adalah para pemandu di Bukit Lawang dan Tangkahan juga para ranger TNGL Bukit Lawang. 7. Penyebaran angket kepada para wisatwan Pre dan Post Kuisioner Pre dan Post Kuisioner dilakukan untuk mengetahui pesepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di Bukit Lawang. Pelaksanaan Pre dan Post ini telah dilaksanakan mulai bulan Januari 2009. Metode pelaksanaan kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan pihak pengelola hotel dengan memberikan tempat untuk meletakkan Kuisioner yang akan dibagikan di resepsionis hotel di Bukit Lawang. Hasil Pre dan Post Kuisioner ini nantinya dapat memberikan gambaran pengelolaan Bukit Lawang di masa yang akan datang. (Binur)

2. Pemasangan sign board Pemasangan sign board ini dilaksanakan disekitar kawasan Wisata Bukit lawang yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai orangutan dan aturan/panduan Taman Nasional Gunung Leuser sehingga para pengunjung/wisatawan mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam kawasan TNGL.

Orangutans are a good species to represent rainforest conservation. 1 2 3 4 5 Rainforest conservation should be a global priority. 1 2 3 4 5 Seeing an animal in its natural environment is important in educating about conservation The Orangutan Information Centre (OIC) is grateful for visitors opinions on the effectiveness of our 1 2 3 4 5 conservation and educational work. We would appreciate if you would answer the following questions I feel confident in my knowledge about orangutan and rainforest conservation. prior to your visit so we can determine the expectations of those coming to Bukit Lawang. All information 1 2 3 4 gathered will be used to improve the visitor experience and will be treated with complete confidentiality. I understand the role of environmental organization like the OIC in5 conservation. SUMATRAN ORANGUTAN ECOTOURISM DEVELOPMENT 2 3 4 5 I understand the role of1environmental organisations such as the OIC in conservation. POST-VISIT QUESTIONNAIRE I contribute to conservation charities in some way. Please tell us about yourself: 1 21 33 45 5 2 4 1. Date of visit: Orangutan Information Centre (OIC) is always grateful for visitors opinions on the effectiveness of theirI contribute to conservationto contributein someway to the conservation of rainforests. I would like charities in some way. The 1 2 3 4 5 conservation and educational work. All information gathered will be used to improve the visitor experience and 1 2 3 4 5 I would like to contribute in some way to the conservation of Orangutans. 2. Age (pleasewill be treated with complete under tick): 18 and confidentiality. 18-30 31-40 1 2 4 5 I would like to contribute in some way to3the conservation of rainforests. 41-50 51-60 60 and above 9. What 2 you consider the most important contribution of Bukit Lawang? do 1 3 4 5 Please tell us about yourself: (please rank, e.g. 1 way to the conservation of 1. Date of visit: I would like to contribute in some least important, 5 most important)orangutans. 3. Male/ female (please tick) : Male Female 1 2 Orangutan protection 3 4 2. Age (please tick): 18 and under 18-30 31-40 Economics/ provides jobs 5 Tourism Education 41-50 51-60 60 and above Other (please specify): 4. Nationality (please state): 10. What do you consider the most important contribution of Bukit Lawang? 3. Male/ female: Male Female 10. Please state how much you agree with the following statements with regards to conservation area and (please rank in your visit importance; e.g. 1 least important, 5 most important): order of (Please circle): 5. What is the reason for you visiting Indonesia? (please tick) 5. Nationality (please state): Orangutan protection Holiday Business Educational reasons Visiting family/friends 1 Economics/ provides jobs Strongly disagree, 2 Disagree, 3 No strong opinion, 4 Agree, 5 Strongly agree 6. How satisfied were you with the visitor experience? (please circle): Other (please specify) Tourism The facilities for tourists in Bukit Lawang are adequate. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Education The guides respected the park guidelines during5the visit. Very unsatisfied Unsatisfied Adequate Satisfied Very satisfied 6. What is the reason for you visiting Bukit Lawang? (please tick) Other (please specify) 1 2 3 4 5 Other tourists respected the park guidelines during the visit. Holiday Ability to view animals Business Educational reasons Visiting family/friends 4 1 2 3 5 1 2 3 4 5 11. How much do you think admission needed National visitors should park guidelines. Better management is to the to ensure Park respect cost? ($) Educational value 1 2 3 4 5 Other (please specify) 1 3 5 2 - 10 $ 10 - 30 $ 2 30 - 50 $ 4 50 - 100 $ > 100 $ Relevant content about Rainforest Park rangers have sufficient skills to handle semi wild orangutans in Bukit Lawang 12. How much do you expect to spend while visiting Bukit Lawang? (including hotel, trekking, 1 2 3 4 5 conservation in area? (please tick) 1 2 3 4 5 7. How did you hear about the Bukit Lawang area Park rangers and guides provided me with important information regarding orangutan conservation and the area food, etc) : Relevant Conservation literature Tour operator content about orangutans Internet Word of mouth of Bukit Lawang 100 - 200 $ 200 - 500 2 $ 500 - 700 4 $ 700 - 1000 $ > 1000 $ 1 3 5 in Bukit Lawang area 1 2 3 4 5 The orangutans were negatively Leaflet/brochure content about other rainforest Other (please specify) Please use this space for any other comments:affected by the visitors. Relevant 8. Have you visited a conservation area previously? (Yes/no) Friendliness of guide 1 If yes, when and where? Guide knowledge 1
Attitude of guide towards conservation Attitude of guide towards orangutans 1 1 species in Bukit Lawang area 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5
1 2 3 4 5 The conservation area is effectively managed. 1 2 3 4 5 The protected area is an appropriate size. 1 2 3 4 5 My visit effectively educated me about Orangutans. 1 2 3 4 5 My visit effectively educated me about forest species other than Orangutans. 1 2 3 4 5 The educational facilities at Bukit Lawang were useful. 1 2 3 4 5 Bukit Lawang contributes to Orangutan conservation. 1 2 3 4 5

9. Please state how much you improve the visitor experience? (please tick allregards to 7. How would you agree with the following statements with that apply): conservation (Please circle):
Better guide information Better ability to view animals More contact with animals Smaller visitor Disagree, 1 Strongly disagree, 2 group size 3 No Reduce opinion, 4 Agree, 5 Strongly agree strong the education content covered Increase the education content covered Other (please specify): 8. Please state how much you is important to me. The conservation of endangered species agree with the following statements with regards to conservation (Please circle): 1 2 3 4 5 The conservation of the rainforest is important to me.3 No strong opinion, 4 Agree, 5 Strongly agree 1 Strongly disagree, 2 Disagree, 1 2 3 4 5
The conservation of endangered species is important to me. 1 2 3 4 5 The conservation of the rainforest is important to me. 1 2 3 4 5 Orangutans are a good species to represent rainforest conservation. 1 2 3 4 5 Rainforest conservation should be a global priority. 1 2 3 4 5 Seeing an animal in its natural environment is important in educating visitors about conservation 1 2 3 4 5 I feel confident in my knowledge about orangutan and rainforest conservation. 1 2 3 4 5

Thank you for your time and co-operation. Your comments are very valuable to our work. We hope you enjoy 11. Would you visit Bukit Lawang again? (Yes/ no) your visit. Please dont forget to complete a Post-visit questionnaire after your trip.
12. Would you recommend visiting the area to a friend? (Yes/no) 13. Would you support the OIC in future (e.g. donating, fundraising)? (Yes/no) If you need further information please visit our websites : If you would like to be kept updated withwww.orangutans-sos.org www.orangutancentre.org our work, please give us your email address Please use this space to make any other comments about your visit.

Thank you for your time and co-operation. Your comments are very valuable to our work. If you need further information please visit our websites : www.orangutancentre.org www.orangutans-sos.org

KEBUN PEMBIBITAN DAN PELATIHAN OIC


Sumber daya alam (SDA) pertanian khususnya bibit tanaman terbentang luas diseluruh kawasan nusantara yang merupakan potensi besar negara Indonesia. Kondisi tersebut merupakan aset yang sangat mahal dan sekaligusa sebagai faktor keunggulan yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Oleh karena itu Orangutan Information Centre (OIC) membangun sebuah wadah sebagai sarana pendukung kegiatan pembibitan dan perbanyakan tanaman sebagai pusat pelatihan konservasi alam dan lingkungan hidup. Di atas lahan seluas 2000 meter persegi yang berlokasi di Lingkungan V Jl. Andayani Kelurahan Delitua Timur Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, OIC membangun fasilitas sederhana yang menunjang kegiatan konservasi alam dan lingkungan hidup. Sebuah gubuk/saung pembibitan dengan luas 50 meter persegi dibangun di kebun pembibitan dan pelatihan OIC ini. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan penyemaian bibit, kemudian memindahkan bibit yang telah tumbuh kedalam kantung plastik/polybag. Program ini berjutuan untuk memproduksi bibit tanaman secara berkelanjutan dan menunjang kegiatan pelatihan-pelatihan konservasi, baik untuk siswa, mahasiswa, guru dan masyarakat umum tentunya. Jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain: Bibit Sungkai (Peronema canescens), Ingul (Tona sinensis), Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq), Durian (Durio zibethinus), Petai (Parkia speciosa). Pokat (Persea Americana), Krepayung (Filicium desipiens), Meranti (Shorea sp), Tanjung (Mimusops elengi), Petai (Parkia speciosa), Coklat (Theobroma cacao), Manggis (Garcinia mangostana), Aren (Arenga pinnata), Matau dan Glodokan, serta bibit-bibit tanaman lainnya, saat ini telah tersedia lebih dari 25.000 bibit tanaman di kebun pembibitan tersebut dengan rencana produksi hingga 1000.000 pohon yang akan dijual (one stop shopping plants) dan sebagian lagi disumbangkan untuk kegiatan penghijauan dan reboisasi lahan. Sementara itu rencana pengembangan berikutnya diupayakan tersedianya demplot tanaman obat, demplot kompos, damplot daur ulang kertas dan perpustakaan mini untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum berisikan buku cerita anak, buku tentang lingkungan dan tanaman serta buku mengenai satwa yang dilindungi. Kemudian dilokasi tersebut juga diupayakan sebagai tempat atau wadah pertemuan dan diskusi kepada pihak-pihak pemerhati lingkungan dan kelompok mahasiswa, siswa pencinta alam sebagai tempat bercerita, curah pendapat dan berbagi pengalaman dan ilmu di lokasi tersebut. Tahun 2009 merupakan tahun ke-4 dimana Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL OIC) dipercaya oleh Orangutan Republik Education Foundation (OUREF) untuk menyalurkan beasiswa kepada mahasiswa melalui Program Beasiswa Peduli Orangutan. Program beasiswa ini diberikan sebagai bantuan pendidikan kepada mahasiswa Jurusan Kehutanan dan Biologi Universitas Sumatera Utara (USU), Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan Jurusan Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh sebagai upaya kerjasama dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi dalam usaha penyelamatan dan perlindungan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) melalui sektor pendidikan formal. Program Beasiswa Peduli Orangutan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu : sosialisasi, seleksi, dan pengumuman. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada bulan Februari di kampus masing-masing. Sedangkan kegiatan seleksi dan pengumuman dilaksanakan pada bulan Maret. Kegiatan sosialisasi di kampus Kehutanan USU dihadiri oleh mahasiswa Kehutanan dan Biologi sebanyak 38 orang. Sedangkan kegiatan sosialisasi di kampus Biologi UNIMED dihadiri oleh mahasiswa sebanyak 50 orang. Dari kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan, mahasiswa yang mendaftar untuk ikut berkompetisi dalam Program Beasiswa Peduli Orangutan ini sebanyak 17 orang, yang terdiri dari : 5 mahasiswa Kehutanan USU, 5 mahasiswa Biologi UNIMED, dan 7 mahasiswa Biologi USU. Kegiatan sosialisasi di kampus Kedokteran Hewan Unsyiah dihadiri mahasiswa sebanyak 54 orang. Dari kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan, mahasiswa yang mendaftar untuk mengikuti program beasiswa tersebut sebanyak 11 orang dan yang mengikuti seleksi presentasi karya tulis dan wawancara sebanyak 9 orang. Dalam seleksi beasiswa untuk wilayah Sumatera Utara yang menjadi tim juri adalah Evansus Renandi Manalu, SH (Staf BBKSDA Sumut), Dr. Delvian, SP, MP (Dosen Kehutanan USU), Prof. Retno Widhiastuti (Dosen Biologi USU), dan Panut Hadisiswoyo, MA, M.Sc (Founding Director YOSL OIC). Pada seleksi tahap pertama berupa seleksi karya tulis (essay) dipilih 7 orang mahasiswa yang berhak ikut dalam seleksi tahap kedua berupa seleksi presentasi dan wawancara yang terdiri dari 2 mahasiswa Biologi UNIMED, 2 mahasiswa Kehutanan USU, dan 3 mahasiswa Biologi USU. Sedangkan kegiatan seleksi beasiswa untuk wilayah Aceh yang menjadi tim juri adalah drh. Erdiansyah R., M.Si (Dosen Kedokteran Hewan Unsyiah), Dedi Yansyah, S.Si (Staf BPKEL), dan Panut Hadisiswoyo, MA, M.Sc (Founding Director OIC). Setelah melalui tahap seleksi akhirnya terpilih 3 mahasiswa yang berhak memperoleh Beasiswa Peduli Orangutan untuk wilayah Sumatera Utara, yaitu : 1. Ilhayatu Aini : mahasiswa Biologi USU 2. Lolly E. Banjarnahor : mahasiswa Kehutanan USU 3. Sari Ayu Mahgdalena : mahasiswa Biologi UNIMED Sedangkan untuk wilayah Aceh, mahasiwa yang berhak menerima Beasiswa Peduli Orangutan yaitu : 1. Jaka Framana 2. Cut Tri Janurli Selain pelaksanaan seleksi beasiswa, dalam kesempatan yang sama setelah kegiatan seleksi selesai, dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL OIC) yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah dan Founding Director YOSL OIC. (Indra)

Seleksi peserta oleh dosen Biologi USU, dosen Kehutanan USU, staf BBKSDA Sumut, dan Founding Director YOSL OIC

Finalis seleksi beasiswa dari Biologi UNIMED, Biologi USU, dan Kehutanan USU

Penandatanganan perjanjian kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah dengan Orangutan Information Centre (OIC)

Persepsi Masyarakat Perkebunan Terhadap Satwa Orangutan


Pengenalan dan pelatihan teknik mitigasi (pengurangan) konflik manusia dan orangutan di areal perkebunan masih berlangsung hingga kini. Road Show ini telah mengunjungi tiga dusun yaitu Dusun Karya Jadi, Dusun Pancasila Dan Dusun Gotong Royong di Kabupaten Sei Batang Serangan. Kelompok masyarakat umum, anak sekolah dan karyawan PT. Batu Tangga Lima yang bergerak dalam perkebunan kelapa sawit telah mengikuti pelatihan ini. Pemutaran film dan praktek pengusiran orangutan secara legal diberikan sebagai upaya efektif untuk mengubah persepsi masyarakat perkebunan. Harapan besar dari hasil pelatihan ini dilaksanakan yaitu perubahan persepsi atau pandangan masyarakat perkebunan terhadap satwa orangutan bukan sebagai hama tanaman dan binatang buruan. Masyarakat juga melakukan praktek pengusiran orangutan secara legal menggunakan alat bantu meriam karbit yang bertujuan menakuti orangutan dan membuat suara gaduh dengan kentongan. Adapun pencegahan yang disarankan dengan melindungi tanaman yang ada di kebun agar tidak dimakan/dirusak orangutan. Beberapa cara inilah yang disarankan bagi manajemen perkebunan yang berwawasan lingkungan yaitu: 1. memasang jarng/net yang dilumuri dengan larutan cabai. 2. memasang jarng/net yang dipasang kaleng atau lonceng yang menghasilkan bunyi untuk memutus jalur orangutan sehingga melindungi pohon tertentu. 3. Membuat jalur kosong sehingga orangutan tidak bisa masuk ke arel perkebunan.

INISIATIF LOKAL DI KAWASAN HUTAN MENDORONG PENGUKUHAN KETAPEL


Berdasarkan citra lansat 2005, kerusakan hutan di kawasan TNGL wilayah VI Besitang mencapai 22.000 Ha, dengan perincian 4.000 Ha mengalami perubahan lahan menjadi tidak berhutan dan 18.000 Ha mengalami penurunan kualitas tutupan hutan. Melihat besarnya kerusakan hutan memunculkan partisipasi masyarakat lokal dalam kelompok tani untuk mengupayakan perubahan positif dengan pemulihan kawasan. Pada Juli 2008 telah ditandatangani perjanjian kerja sama Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bersama Orangutan Information Centre (OIC) dalam program penguatan kapasitas konservasi dan pendidikan konservasi Orangutan Sumatera bagi masyarakat di sekitar TNGL. Program ini mengambil upaya keterlibatan masyarakat lokal atau dikenal pemberdayaan masyarakat yang secara langsung melaksanakan rehabilitasi/restorasi kawasan TNGL. Keterlibatan masyarakat lokal telah membentuk Kelompok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL) yang merupakan kelompok masyarakat yang berusaha memulihkan kawasan Leuser di Resort Sei Betung, Besitang. KETAPEL telah lama terbentuk atas dasar kesadaran masyarakat yang prihatin terhadap kerusakan hutan akibat pengubahan fungsi hutan menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit yang kini telah diambil secara hukum. Masyarakat kesulitan mendapatkan air sehingga menampung air hujan sebagai sumber air bersih. Memulihkan kawasan hutan berarti berupaya mengembalikan siklus air, penyedia oksigen dan pengatur iklim bumi. Pada bulan November ini, kelompok tani tersebut dikukuhkan di depan masyarakat, staf BBTNGL dan OIC. Kelompok tani ini yang dulunya mantan pekerja perkebunan merupakan gabungan masyarakat Wonosari VIII, IX dan HKTI (X) Afdeling II yang memang dusun mereka berdekatan langsung dengan kawasan TNGL. Acara pengukuhan merupakan tanda keberadaan kelompok tani dengan AD/ART dan pernyataan sikap untuk melindungi, menjaga dan membantu program pemerintah sebagai upaya menghutankan kembali kawasan TNGL serta mengecam dan menentang segala kegiatan yang merusak kawasan hutan. Selain itu yang terpenting, pengukuhan KETAPEL merupakan bentuk saling berbagi tanggung jawab antara pemerintah melalui BBTNGL dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta kelompok-kelompok lokal dalam membangun dan melestarikan kawasan TNGL. Kehadiran kelompok tani merupakan angin segar yang membantu pemulihan kawasan hutan yang telah rusak karena masyarakat yang lebih mengerti terhadap daerah mereka sendiri. Begitu pula pandangan pihak BBTNGL yang menyatakan Balai Besar sangat terbantu dengan upaya restorasi ini. Kawasan TNGL yang terdegradasi di resort Sei Betung telah ditanam dengan tanaman hutan dan tanaman buah seluas lebih 42 Ha dengan jumlah bibit keseluruhan sekitar 41.000 pohon dengan jenis tanaman antara lain, Sungkai (Peronema canescens), Pulai (Alstonia scholaris), Durian (Durio sp.), Jengkol (Archidendron pauciflorum) dan Cempedak (Artocarpus champedan). Penanaman dan perawatan tanaman dilaksanakan secara bertahap. Penambahan jumlah pembibitan dan kualitas penanaman tanaman dilapangan diupayakan secara berkesinambungan. Harapan masyarakat lokal untuk memulihkan lahan kritis masih memerlukan kerja keras yang berjangka waktu lama. Pemulihan kawasan hutan yang rusak memerlukan komitmen, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Dukungan banyak pihak untuk pencapaian ini sangat dibutuhkan demi kelestarian TNGL sebagai warisan kekayaan dunia. (Mustaqim)

dilaksanakan. Dari data tersebut diketahui masyarakat sudah mengetahui bahwa orangutan termasuk satwa yang dilindungi. Dari data yang diperoleh dikembangkan untuk mengetahui masalah konflik manusia dan orangutan bagi yang pernah mengalaminya. Mereka yang merasa memiliki konflik dengan primata menyatakan bahwa monyet ekor panjang paling sering menggangu di kebun. Monyet ekor panjang memang dikenal sebagai primata yang tidak dilindungi dan termasuk satwa pengganggu. Selain hewan tersebut masyarakat juga menyatakan bermasalah dengan orangutan dan kedih. Masyarakat yang bermasalah dengan orangutan menyatakan bahwa orangutan paling sering merusak tanaman karet berupa buahnya. Tanaman buah durian dan jengkol juga dimakan pada saat musim buah saja. Tanaman karet secara rutin mengalami kerusakan karena orangutan terisolasi di areal kebun karet sehingga buah, daun dan ranting menjadi sumber pakan yang selalu tersedia bagi orangutan. Orangutan terisolasi akibat pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan, akibatnya orangutan yang berada perbatasan hutan dan pemukiman penduduk tidak dapat kembali ke habitatnya. Sekitar 70% masyarakat tidak mengetahui penyelesaian yang baik terhadap masalah ini. Orangutan di daerah ini telah bertahun-tahun terisolasi di perkebunan mereka dan tidak dapat kembali ke hutan. Solusi terbaik adalah memindahkan orangutan yang berada pada areal perkebunan ke hutan tempat habitatnya. (NK)

Selama pelatihan para peserta diberikan kuesioener untuk mengetahui perilaku masyarakat lokal terhadap kerusakan hutan dan konservasi yang telah

Kelompok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL) di lokasi penanaman Resort Sei Betung, Besitang

Tanaman Perintis Restorasi Hutan


Penebangan hutan alam untuk digunakan sebagai lahan perkebunan dan pemukiman sudah sangat memprihatinkan. Kerusakan kawasan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) mencapai 22.000 Ha (di Propinsi Sumatera Utara). Salah satunya akibat perkebunan kelapa sawit. Restorasi hutan bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem dan kondisi hutan alam. Tentu sulit mengembalikan kondisi alami hutan di lahan yang telah kritis akibat perkebunan. Oleh karena itu dipilih beberapa bibit tanaman kayu yang cocok ditanam pada lahan kritis. Beberapa tanaman kayu yang ditanam pada program restorasi TNGL antara lain sungkai, pulai dan bayur. Tanaman ini mudah dan cepat tumbuh pada lahan kritis, memiliki struktur tajuk yang baik sebagai penahan air hujan dan mengembalikan unsur hara tanah yang diperlukan untuk penanaman tanaman asli pada kawasan yang direstorasi. Sungkai (Peronema canescens) a. Ciri-ciri botani Sungkai dikenal dengan nama daerah jati seberang atau kisabrang. Perbanyakan tanaman ini dengan biji atau stek. Tinggi pohon mencapai 2030 m panjang batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih. Bentuk batang sungkai lurus dengan parit kecil, tetapi kadang-kadang bentuk batangnya jelek akibat serangan hama pucuk, kulit luarnya berwarna abu-abu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil, dan tipis. Kulit luar penampangnya berwarna kuning, coklat atau merah muda. Rantingnya penuh dengan bulu-bulu. b. Tempat tumbuh Pohon sungkai tersebar di daerah Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Tempat tumbuh di dalam hutan tropis dengan type curah hujan A sampai C, pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian sampai 600 m diatas permukaan laut. c. Manfaat dan Keguanaan Kayu sungkai dapat digunakan sebagai rangka atap, papan dinding, mebel, ukiran dan kerajinan tangan. Sungkai juga dapat diolah menjadi finir mewah karena memiliki nilai dekoratif, kulitnya dapat digunakan dinding lumbung padi. Begitu pula daunnya digunakan sebagai obat sakit gigi dan demam panas. Pulai (Alstonia sp) a. Ciri-ciri Botani Tinggi pohon bisa mencapai 40-50 m, dengan dengan diameter mencapai 100 cm bahkan bisa lebih. Tumbuhan ini mempunyai banir serta berakar lutut, dengan batang bergalur , berwarna abu-abu sampai ke putih. Permukaan batang halus sampai bersisik, kulit bagian dalam sangat tebal dan halus, mempunyai warna orange sampai kecoklatan, granular, mempunyai getah yang sangat melimpah. b. Tempat Tumbuh Pulai ini banyak dijumpai di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Tumbuhan ini biasanya tersebar di hutan rawa gambut, dengan kondisi tanah berpasir dekat dengan pantai, hutan rawa, serta dekat dengan sungai besar. c. Manfaat dan kegunaan Kayu pulai cocok untuk ukiran, pembuatan peti, dan kayu lapis. Sedangkan getahnya bisa digunakan sebagai obat penyakit kulit dan kulitnya sendiri mengandung alkaloid untuk obat. Bayur (pterospermum javanicum) a. Ciri-ciri botani Pohon berukuran sedang hingga besar, tingginya mencapai 45 m dan berdiameter hingga mencapai 100 -120 cm, permukaan kulit batang halus, bersisik atau bercelah dangkal, berlentisel dan kulit bagian dalam berserabut. b. Tempat tumbuh Tumbuh tersebar di hutan-hutan primer atau di hutanhutan sekunder dan terutama pada pinggir sungai, pada tanah-tanah aluvial, hingga tumbuh pada ketinggian 1400 m dpl. c. Manfaat dan Kegunaan Kayu Bayur dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan kayu lapis, furnitur, perkapalan, jembatan, pulp dan kertas. Daun dan kulit batang yang banyak mengandung tannin dapat berkhasiat mengobati gatal-gatal dan disentri. (Berbagai sumber)

KUKANG

(Nycticebus caucang) Slow Loris


Kukang merupakan primata nocturnal (beraktivitas di malam hari) satu-satunya di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Mereka adalah primata yang bergerak lambat dan pemalu. Mereka mengembangkan ibu jarinya untuk bergelantungan di cabang pohon. Genggaman yang kuat membuat mereka kesulitan untuk berpindah dari cabang pohon sehingga pergerakannya sangat lamban. Kukang adalah karnivora yang menyukai sejenis serangga, telur burung dan hewan vertebrata kecil. Dengan gerakannya yang tenang dan lambat, mereka merayap menuju mangsa untuk menangkapnya dengan satu rengutan kilat. Untuk menangkap mangsa atau memakan biji atau buah. Kukang dapat menghasilkan toksin (racun) yang dicampur dengan ludahnya digunakan sebagai perlindungan melawan musuh. Toksin ini dihasilkan oleh kelenjar di bagian dalam siku mereka. Prosesnya saat jilatan atau hisapan ke dalam mulut akan mengirimkan racunnya ketika mereka menggigit. Ibu kukang akan menjilat toksin di badan anaknya sebelum meninggalkannya untuk mencari makan. membentuk pasangan (monogamous). Masa hamil lebih kurang 190 hari. Kukang yang baru lahir akan melingkar diperut ayah atau ibunya. Setelah berumur cukup, anaknya diletakkan di atas cabang pohon saat orang tuanya mencari makan. Jarak kelahiran antara 17 20 bulan. Primata ini dapat bertahan hidup hingga 20 tahun.

Aktivitas Harian
Pada saat bergerak di malam hari, kukang jantan menandai dengan air kencingnya pada pohon yang dilalui untuk daerah teritorialnya atau daerah kekuasaannya. Mereka aktif pada malam hari (nocturnal) dan hidup di pohon (arboreal). Pada siang hari tidur pada percabangan pohon, atau kadang-kadang di rumpun bambu dan tidak membuat sarang. Cara tidurnya dengan melingkar dan kepalanya tersembunyi di antara kedua kakinya.

Suara
Suara desisan (mendesis) sering dikeluarkan bila merasa terganggu, baik pada jantan maupun betina. Pada bayi, suara ini sedikit perlahan, terdengar saat akan menyusui. Suara panggilan juga kadang-kadang keluar saat terjadi sesuatu. Pada musim kawin tiba, betina mengeluarkan lengkingan yang cukup keras. Bayi kukang sering mendesis perlahan seperti akan menyusui.

Habitat
Kukang berada di hutan primer dan sekunder, hutan bambu serta hutan bakau. Kadang-kadang mereka juga ditemukan di daerah perkebunan coklat. Walaupun lebih banyak ditemukan di hutan yang masih baik. Di Indonesia, satwa ini dapat ditemukan di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.

Perburuan liar dan perdagangan illegal


Kehilangan habitat dan perburuan untuk binatang peliharaan menyebabkan populasi satwa ini terus menurun di alam habitatnya. Berdasarkan monitoring yang dilakukan lembaga ProFauna sejak tahun 2000 hingga 2006, diperkirakan setiap tahunnya ada sekitar 6000 hingga 7000 ekor kukang yang ditangkap dari alam untuk diperdagangkan (profauna.org). Tahun 2002, IUCN menetapkan status kukang pada level rentan (vulnerable) sehingga harus dilindungi. Kukang telah dilindungi sejak tahun 1973 dengan Keputusan Menteri Pertanian tanggal 14 Pebruari 1973 No. 66/ Kpts /Um/2/1973. Perlindungan ini dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang memasukan kukang dalam daftar satwa yang dilindungi. (Berbagai sumber)

Perilaku Sosial
Kesenangannya bergelantung menjadikan mereka termasuk hewan arboreal (jarang turun ke tanah) yang menyukai puncak pohon. Kehidupan sosialnya sangat sedikit sekali diketahui. Dijumpai oleh beberapa peneliti hidup sendiri (soliter) atau

Anda mungkin juga menyukai