Anda di halaman 1dari 32

ISSN 1858 - 4268

Vol. 2 No.6 Tahun 2006

b u l e t i n
Jejak Leuser
Menapak Alam Konservasi Bersama TNGL

the world heritage


sekapur sirih
“The World Heritage Site”, sebuah gelar membanggakan, sarat beban, namun juga sebagai pelecut kami, warga TN.
Gunung Leuser, untuk bisa melangkah lebih maju di dunia konservasi.
Di edisi ini, pada liputan Utama kami coba tampilkan tulisan-tulisan seputar Taman Nasional Gunung Leuser sebagai
“Tropical Rainforest Heritage of Sumatra” - kami ucapkan terima kasih untuk Mr. Koen UNESCO yang diantara
kesibukannya masih menyempatkan diri menulis di buletin ini...

Rubrik Kehati tetap setia muncul di Jejak Leuser, kali ini kami coba mengenalkan Badak Sumatera - salah satu spesies
kunci TN. Gunung Leuser yang seiring berjalannya waktu semakin menipis populasinya. Di rubrik Dinamika,
Bambang Setyo menyumbangkan tulisan “Politik Hujan”. Apa maksudnya? Kami persilahkan anda menyimak di
halaman 16. Kajian tentang hal-hal yang tidak jauh dari air juga coba dilemparkan Rina, apakah benar deforestasi
merupakan penyebab utama tanah longsor? Temukan jawaban Rina di JL edisi ini.

Redaksi juga mengucapkan terima kasih kepada Kang Suer dengan ‘kopi’-nya yang enak dibaca dan Kang Iwan
dengan wacana-wacananya tentang mikrohidro demi meningkatkan kualitas hidup ‘orang kecil’ di sekitar Leuser.
Akhirnya di rubrik Wanasastra, Moko seakan ingin menyuarakan isi hati para pengungsi di Barak Induk yang selalu
merasa dalam ketidakpastian hidup.

Selamat membaca...

b u l e t i n

Jejak Leuser
Pelindung
Diterbitkan oleh:
Balai Taman Nasional Gunung Leuser
Jl. Blangkejeren 37 Tanah Merah Kutacane Aceh Tenggara
PO BOX 16 Kode Pos 24601
Telp. (0629) 21358 Fax. (0629) 21016

Kepala BTNGL Jl. Suka Cita 12 Kel. Suka Maju


Medan Johor, Medan, Sumatera Utara
Pemimpin Umum Telp/ Fax. (061) 7879378
Email: jejakleuser@yahoo.co.id
Sumber dana: DIPA 029 2006 BTNGL

Bisro Sya'bani
Dewan Redaksi Cover depan : Hutan Leuser
(Foto: Koen Meyers)
Cover belakang : Sunset di TapakTuan
(foto: Gunawan Alza)
Desain : Bisro Sya’bani
Nurhadi Ujang W Barata

Catatan Redaksi
Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan
tulisan yang berkaitan dengan aspek konservasi.
Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5
R. Hendratmoko Imam Pambudi halamam dan minimal 3 halaman kuarto dengan font Times
Administrasi Distribusi New Roman 12. Naskah dikirim ke email :
jejakleuser@yahoo.co.id dengan disertai identitas diri
(termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/atau
gambar-gambar yang dapat mendukung tema tulisan.
Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh redaksi
Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan proses
editing seperlunya.

Agus Rihady Rebowo Wasgito


Vol. 2 No.6 Tahun 2006
4
Menu Hari Ini

6 LEUSER
Warisan Dunia

10
UNESCO,
Pemerintah Spanyol, dan
World Heritage Center (WHC)
DukungTN.
Dukung TN. Gunung
Gunung Leuser
Leuser

13
16 Politik
Politik Hujan
Hujan
Politik Hujan

19
mitos
DEFORESTASI
sebagai kambing hitam penyebab longsor

22 Obrolan Coffee Break:


RESPEK PADA TAMAN NASIONAL

24
ENERGIRAKYAT
ENERGI RAKYAT DI PEDESAAN
DI PEDESAAN GUNUNG LEUSER:
GUNUNG LEUSER:
Pengembangan Potensi Energi Terbarukan
Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

4
4 Dari Kepala Balai 30
30 I n t e r m e z z o

28
28 Seputar Kita 31
31 W a n a s a s t r a
b u l e t i n

Dari Kepala Balai Jejak Leuser

Global Network
Global Network
G
lobalisasi dunia telah menjadi kenyataan, kerusakan, dan membangun forum komunikasi
bukan lagi, sekedar wacana. Dunia yang dengan aparat penegak hukum untuk memulai
menjadi “big village' ini juga menjangkiti komitmen bersama dalam memerangi mafia
penggerak konservasi global. Apa saja yang terjadi perusak hutan dengan lebih efektif dan konsisten.
di Leuser, misalnya, dapat langsung dipantau dari

B
negara manapun di seluruh dunia. Sebagai contoh, alai TNGL memiliki pengalaman yang menarik
dengan adanya teknologi yang dikembangkan oleh dalam upaya penegakan hukum. Proses
GoogleEarth, kita bukan saja seolah-olah hukum terhadap 11 perambah di Besitang,
“ditelanjangi”, namun kita sudah tidak bisa Langkat memerlukan waktu ½ tahun.
bersembunyi di manapun dan kapanpun. Illegal Pengembangan penyidikan mengarah pada salah
logging dan perambahan di TNGL akan dengan satu aktor intelektual dan kini telah dihukum
mudah diketahui, kecepatan kerusakannyapun juga penjara selama 3 tahun. Diprediksi perlu waktu
bisa dihitung, dan seterusnya. Namun, kita juga lebih dari 1 tahun untuk memproses hukum 1 tokoh
dapat memanfaatkan teknologi satelit itu, tentunya intelektual perusak TNGL. Proses hukum tersebut
dikombinasi dengan memobilitasi tim reaksi cepat, juga harus dikawal, mulai dari pemberkasan di
untuk meningkatkan pemantauan lapangan yang kepolisian dan terutama di kejaksaan dan
menjadi bagian dari strategi operasi memberantas pengadilan.
pelaku-pelaku pengrusakan taman nasional. Dengan

S
menggunakan citra Econos, nomor truk pengangkut eperempat Abad sejak Leuser ditunjuk sebagai
kayu illegal pun dapat dibaca. Luar biasa! taman nasional, telah banyak terjadi
perubahan-perubahan geopolitik dan tata

N
amun apakah teknologi canggih seperti ini guna lahan akibat intervensi pembangunan di
juga mampu memberikan solusi terhadap seluruh kabupaten sekitar Leuser. Di wilayah
upaya penegakan hukum? Jawabannya Sumatera Utara, Leuser dikepung oleh berkebunan
belum tentu. Upaya penegakan hukum terhadap sawit. Peningkatan luas perkebunan sawit tersebut
pelaku, khususnya otak pelaku illegal logging dan cukup signifikan. Pada tahun 1992, luas perkebunan
perambahan masih belum maksimal sehingga sawit rakyat, swasta, dan milik pemerintah tersebut
mereka seringkali lepas dari jeratan hukum. 513.101 Ha dan meningkat pada tahun 1998
Teknologi canggih seperti itu masih harus menjadi seluas 697.553 Ha, dengan demikian
dikombinasi dengan ground check dalam rangka peningkatannya rata-rata 30.742 Ha per tahun!
pemetaan persoalan, penelusuran alur sejarah Data pada tahun 2000 menunjukkan bahwa luas

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


4
b u l e t i n

Dari Kepala Balai Jejak Leuser

perkebunan sawit telah mencapai angka 905.000 Orangutan Conservation Program (SOCP). Ke
Ha. Perubahan pola tata guna lahan dan semakin depan, segera menyusul Wildlife Conservation
sempitnya lahan yang dapat ditanami, serta Society (WCS), Save Tiger Fund (STF), dan
stabilnya pasar dan harga sawit, mendorong beberapa mitra lainnya. Bahkan Universitas Syiah
masyarakat untuk masuk ke dalam kawasan TNGL. Kuala bekerja sama dengan BRR Aceh Nias telah
Tekanan yang terjadi di wilayah Kabupaten Aceh menunjukkan dukungannya untuk membangun
Tenggara, lebih disebabkan oleh perluasan kebun- program di Stasiun Riset Ketambe dan Suaq
kebun rakyat untuk penanaman berbagai komoditi Belimbing. Mitra strategis lainnya adalah Walhi di
dan perluasan tersebut mengarah ke kawasan NAD dan Sumatera Utara yang bersama-sama
dengan kelerengan yang curam. Pertambahan melakukan kampanye konservasi dengan
penduduk dan kurangnya teknologi pertanian melibatkan masyarakat, serta advokasi kebijakan di
mendorong masyarakat cenderung melakukan berbagai tingkatan. Dukungan dari berbagai mitra
perluasan ladangnya dan bukan intensifikasi. ini bukan saja dalam bentuk dana, tetapi yang juga
Apalagi lahan pertanian juga terbatas karena lebih sangat penting adalah alih teknologi, knowledge
dari 60% kawasan kabupaten sebenarnya and skill dari kepakaran mereka.
merupakan wilayah TNGL.

S
emoga globalisasi di bidang konservasi tidak

M
empertimbangkan kompleksitas persoalan terjebak ke dalam dominasi dan kooptasi
di luar taman nasional yang tentu saja konservasi. Globlalisasi konservasi tidak boleh
berdampak langsung pada kelestariannya, dibelokkan menjadi semacam diskursus
maka kita memerlukan kolaborasi multipihak. pembangunan yang kemudian menjadi alat
Global network seharusnya dapat mendukung dominasi, seperti yang telah terjadi selama empat
taman nasional dalam upaya penyelesaian masalah, dekade pembangunan sebagai alat dominasi.
termasuk kelemahan manajemen dan kapasitas staf Globalisasi konservasi justru harus dimanfaatkan
taman nasional. Melalui perbaikan manajemen dan untuk memperkuat jaringan kepakaran yang
arah organisasi Balai TNGL, kini mulai masuk multidisiplin, untuk dapat memecahkan berbagai
dukungan global, seperti masuknya dukungan persoalan konservasi dan manajemen taman
World Heritage Center UNESCO di Paris dan nasional secara lebih sistematis, komprehensif serta
dukungan pendanaan dari pemerintah Spanyol. arif sesuai dengan kondisi sumberdaya dan ragam
Beberapa mitra yang telah lama bekerja dengan aspirasi dan modal sosial di tingkat lokal.***
TNGL juga terus menunjukkan komitmennya,
seperti Fauna Flora International (FFI), Yayasan inung_w2000@yahoo.com
Leuser International (YLI), OIC dan Sumatran
Bisro Sya’bani
Bisro Sya’bani

Bisro Sya’bani

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


5
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser

LEUSER
WarisanODunia
IM
NIO MU
ND
Oleh: Ir Wiratno,M.Sc *)
TR

IA
PA

L
“Harta” yang terpendam di bumi Leuser akhirnya diakui sebagai Warisan (Alam) Dunia oleh UNESCO
(United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) pada tahun 2004. Proses untuk

O N D IA L
W O R LD H

menjadi Warisan Dunia (atau disebut sebagai World Heritage) ini dilakukan atas usulan pemerintah
Indonesia kepada salah satu PBB yang bermarkas di Paris tersebut. Seperti biasanya, banyak
pertanyaan kritis dan sebagian juga sinis mengenai diakuinya Leuser ini sebagai Warisan Dunia. Untuk
apa dan apa manfaatnya bagi Indonesia? Apakah kebijakan ini sekedar “ikut-ikutan” trend global, yang
berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan global? Atau ada cerita di balik kebijakan pemerintah
ini? Penunjukan Leuser dilakukan dalam satu paket bersama TN.Kerinci Seblat, dan TN.Bukit Barisan
Selatan, dengan nama : “Tropical Rainforest Heritage of Sumatra”. Dengan menjadi Warisan Dunia, maka
Leuser sejajar dengan Yellowstone dan Grand Canyon National Park di Amerika yang terkenal itu,
Galapagos di Equador, The Great Wall di China, Taj Mahal di India, dan seterusnya.

EM
Sejarah situs alami dan 24 situs campuran yang
berasal dari 137 negara anggota.
ER

Konvensi Warisan Dunia mengenai


Perlindungan Warisan Budaya dan
Alam diadopsi dari Konferensi Umum TA Pengertian 'Warisan Dunia' menurut

I
UNESCO (2004) memuat hal-hal sebagai
N
I

pada Sidangnya yang ke 17 yang berikut: (1) Warisan dunia dapat terdiri dari
diselenggarakan di kantor pusat
UNESCO di Paris, Perancis pada GE O
Warisan Alam dan Warisan Budaya, (2)
Melestarikan warisan yang tidak dapat
tanggal 16 November 1972, dan
berlaku efektif sejak tanggal 17
Desember 1975. Konvensi tersebut
melengkapi program-program PA T RI M
digantikan dan warisan yang memiliki
“Nilai Universal Istimewa”, (3) Perlu
melindungi Warisan yang tidak dapat
dipindahkan, dan (4) Menjadi
konvensi di tingkat nasional dan tanggungjawab kesadaran dan kerjasama
mendukung pembentukan Komite kolektif internasional.
Warisan Dunia dan Dana Warisan
Dunia. Sampai dengan bulan Maret Indonesia telah meratifikasi Konvensi
2005, Konvensi Warisan Dunia telah Warisan Dunia melalui Keputusan Presiden
diratifikasi oleh lebih dari 180 negara. No.29, pada bulan Juli 1989. Sampai saat
Dan pada Juli 2005, terdapat 812 ini, Indonesia telah memiliki 9 situs yang
propertis yang telah tercantum di dalam tercantum dalam Daftar Warisan Dunia.
Daftar Warisan Dunia, terdiri dari 628 situs budaya, 160 Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), dan

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


6
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser


situs arkeologis Sangiran (1996) termasuk dalam Situs
Warisan Budaya. Untuk Situs Warisan Alam, ditetapkan
TN. Ujung Kulon (1991), TN.Komodo (1991), TN.

Bisro Sya’bani
Lorentz (1999) dan Tropical Rainforest Heritage of
Sumatra, yaitu hutan hujan tropis Sumatera yang terdiri
dari tiga taman nasional, yaitu TN.Gunung Leuser, TN.
Kerinci Seblat dan TN.Bukit Barisan, pada tahun 2004.
Ketiga kawasan ini tercantum dalam Daftar Kelompok
Situs Warisan Dunia pada Sidang ke 28 Komite Warisan
Dunia di Suzhou, Cina, pada tanggal 27 Juni sampai 7 Juli
2004.

Nilai Leuser

a. Keragaman Hayati

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan


suaka tropis terbesar dan terkaya di dunia. MacKinnon dan
MacKinnon (1986) menilai TNGL memiliki skor tertinggi
di antara kawasan konservasi di seluruh Indo-Malaya.
TNGL merupakan habitat dari sejumlah besar spesies
fauna mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan
invertebrate. Kawasan ini memiliki daftar spesies burung
yang panjang, dimana dari 380 spesies burung yang ada
(65% dari total jumlah spesies burung di seluruh Pulau
Sumatera), 350 di antaranya tinggal di kawasan ini. Di
TNGL juga terdapat 36 dari 50 jenis burung endemik di
Sundaland. Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari
total 205 spesies (mamalia besar dan kecil) di Sumatra
tercatat tinggal di taman nasional ini. TNGL merupakan Rafflesia atjehensis, salah satu kemolekan tersembunyi
habitat dari orang utan Sumatra (Pongo abelii), harimau di tanah Leuser
Sumatran (Panthera tigris), badak Sumatra (Dicerorhinus
sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatra (0-1000 m), Colline Sub-Zone, (500-1000 m), Submontane
(Elephas maximus sumatranus), siamang (Hylobathes Zone (1000-1500 m), Montane Zone (1500-2400 m),
lar), leaf monkey (Presbytis thomasi) dan lain-lain. Subalpine Zone (2400-3400 m), Mountain Blang
Vegetation (2600-3000 m), dan Anthropogenic
Stasiun Riset Orang utan di Ketambe, Aceh Tenggara Vegetatinon. Selain itu, taman nasional ini juga tempat
merupakan stasiun riset tertua di dunia (didirikan pada yang penting sebagai habitat tumbuhan obat (Brimacombe
tahun 1971) dan tempat paling penting untuk penelitian & Elliot, 1996).
primata khususnya orang utan. Dari Ketambe yang
dibangun pertama kali oleh H.D. Rijksen itulah kemudian b. Sumberdaya Air
lahir beberapa tokoh dan pakar orang utan dunia, antara
lain C.P. van Schaik, J. Sugardjito, Jatna Supriatna, Barita TNGL merupakan hulu dari 10 daerah aliran sungai
O Manullang, dan Suci Utami. Selanjutnya van Schaik (DAS), yaitu Sei Wampu, Sei Lepan, Sei Besitang di
membangun stasiun riset orangutan Suaq Belimbing di Propinsi Sumut; Lawe Alas, Kr.Kluet, A.Simpang Kanan,
Aceh Selatan pada tahun 1998. Kr.Tripa, Kr.Baru, Kr.Susok, dan Kr.Batee di Propinsi
NAD. Kesepuluh DAS ini menyediakan suplai air bagi
Pentingnya kawasan ini dibuktikan dengan ekspedisi van sekitar 4 juta masyarakat yang tinggal di NAD maupun
Steenis tahun 1937, dan dilanjutkan dengan ekspedisi- Sumatra Utara.
ekspedisi lainnya, membuktikan kayanya keragaman
hayati taman nasional ini. Tidak kurang dari 4.000 spesies Hampir 11 kabupaten tergantung pada jasa lingkungan
tumbuhan dapat dijumpai, termasuk yang paling TNGL, yaitu jasa berupa ketersediaan air konsumsi, air
fenomenal adalah ditemukannya 3 dari 15 tanaman parasit pengairan, penjaga kesuburan tanah, pengendali banjir,
yang terkenal, yaitu jenis Rafflesia. TNGL juga habitat dan sebagainya. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh
jenis bunga tertinggi di dunia yaitu Amorphophalus Beukering, dkk (2003), Nilai Ekonomi Total TNGL
titanum (Whitten et al., 1997). Komposisi vegetasinya dihitung dengan suku bunga 4% selama 30 tahun adalah
tersebar dalam beberapa zonasi (menurut ketinggian dari USD 7.0 milyar (bila terdeforestasi), USD 9.5 milyar (bila
permukaan laut), yaitu Coastal Vegetation, Tropical Zone dikonservasi), dan USD 9.1 milyar (bila dimanfaatkan
secara lestari).

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


7
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser


utuh di kawasan hotspot saat ini tidak memperoleh
berbagai bentuk perlindungan. Di kawasan hotspot ini
Posisi Strategis Leuser di Tataran Global ditemukan lebih dari 57% endangered mammals dan lebih
dari 81% endangered bird. Lima belas dari 25 hotspot
Berdasarkan Studi Myers, suatu kawasan bisa disebut terdapat di kawasan hutan hujan tropis. Dua hotspot
sebagai hotspot bila memiliki minimal 1,500 spesies terdapat di Indonesia, yaitu Sundaland Hotspot dan
tumbuhan.endemik. Studi ini menggunakan 0,5% dari Walacea Hotspot.
total tumbuhan vaskuler endemik di seluruh dunia.
Perhitungan lain penentuan hotspot adalah; bila suatu
kawasan memiliki habitat alami kurang dari 30% dari Kawasan Sundaland Hotspot meliputi Sumatra, Jawa,
kondisi awal tumbuhan tersebut, maka kawasan itu Kalimantan. Kawasan TNGL dan kawasan lindung di
termasuk hotspot. Di samping tumbuhan, informasi sekitarnya (yang disebut sebagai Ekosistem Leuser),
mengenai hewan juga dimasukkan sebagai faktor penentu merupakan salah satu dari kawasan Hotspot di Sumatra.
dan yang paling lengkap informasinya adalah burung, Inilah posisi strategis TNGL dalam kancah konservasi
mamalia, reptil, dan ampibi. global.

Saat ini, Conservation International telah mengidentifikasi Warisan Dunia sebagai Global Network
25 kawasan hotspot di seluruh dunia. Semula, kawasan ini
merupakan habitat alami seluas 17 juta km2 atau 11,8% dari Kembali pada pertanyaan awal tentang manfaat
permukaan bumi. Sekarang, kawasan ini telah kehilangan ditetapkannya TNGL sebagai salah satu dari 812 Warisan
habitat alaminya hingga 88% dan hanya tersisa seluas 2,13 Dunia yang tersebar di 180 negara di seluruh dunia. Salah
juta km2 atau 1,4% dari luas permukaan bumi. Walaupun satu manfaat yang sangat strategis adalah kita harus dapat
luasannya terbatas, kawasan ini merupakan habitat bagi memanfaatkan jaringal global ini untuk upaya pelestarian
43,8% seluruh spesies tumbuhan endemik di bumi dan TNGL. Dan hal ini sangat tergantung pada tingkat
merupakan habitat 35,4% dari seluruh vertebrata non ikan keseriusan site manager untuk menggalang dukungan
endemik. internasional. Dengan perubahan-perubahan yang
dilakukan sejak awal tahun 2005 misalnya, Balai TNGL
Secara global, hanya 884.904 km2 hotspot (0,7% dari luas telah berhasil mendapatkan dukungan dari World Heritage
permukaan bumi) terletak di kawasan yang dilindungi. Hal Center di Paris dan Pemerintah Spanyol, melalui
ini berarti lebih dari 50% kawasan bervegetasi yang masih UNESCO Jakarta Office. Semua dukungan tersebut

Peta daerah Hotspot dunia (berwarna gelap) - sumber: Conservation International, 2002

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


8
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser


diinvestasikan ke dalam
TNGL dalam berbagai

Koen Meyers
bentuk penguatan
kapasitas kelembagaan
d a n d u k u n g a n
infrastruktur yang selama
ini sangat lemah.
Nampaknya, taman-
taman nasional yang
secara global diakui dan
masuk ke dalam jaringan
global, seperti Cagar
Biosfer atau Warisan
Dunia ini harus dikelola
secara profesional,
dengan menggunakan
network sebagai
kendaraan untuk
mendorong terbangunnya
leadership dan
manajemen yang lebih
efektif. Oleh karena itu,
Balai TNGL akan terus
membangun berbagai
inisiatif kolaborasi di
seluruh tingkatan.
Ditunjuknya TNGL
sebagai salah satu dari 20
Taman Nasional Model di
seluruh Indonesia, yang
akan dimulai tahun 2007, Bolong-bolong dalam kawasan, salah satu tantangan pengelola TNGL
merupakan bukti
komitmen pemerintah, dijadikan sebagai sarana untuk mempertahankan TNGL di
c.q. Departemen Kehutanan, dalam merespon masa depan. Kolaborasi dan network merupakan modal
perkembangan pengelolaan TNGL dan terkait dengan sosial dan kendaraan organisasi untuk menyongsong masa
status TNGL sebagai Warisan Dunia. depan konservasi,yang semakin penuh dengan tantangan
dan ketidakpastian. ***
Jaringan global yang terdiri dari berbagai pakar ini juga
dapat dijadikan kendaraan untuk negosiasi kebijakan,
khususnya kebijakan yang kurang memihak atau *) Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser
bertentangan dengan kebijakan konservasi. Jaringan Email: inung_w2000@yahoo.com
global juga dapat berfungsi sebagai sarana kampanye
global yang sangat efektif sekaligus juga watchdog
terhadap persoalan-persoalan di site, untuk diangkat ke
skala global, agar menjadi perhatian komunitas global. Referensi:
Pembangunan jalan Ladiagalaska yang memotong
Ekosistem Leuser, misalnya, segera menjadi perbincangan Van Schaik,C. Jatna,S. 1996. Leuser, A Sumatran
global karena diperkirakan dampaknya merusak dan Sanctuary. Yayasan Bina Sains Hayati
berpengaruh langsung pada keselamatan TNGL. Ratusan Indonesia. Jakarta.
pakar primata alumni Stasiun Riset Ketambe sejak 30
tahun lalu, yang tersebar di seluruh dunia, sampai saat ini Government of Indonesia. 2004. Sumatran Tropical
masih peduli akan keselamatan dan kelestarian bukan saja Rainforests Cluster Nomination. PHKA.
stasiun risetnya, tetapi juga isu-isu seputar TNGL. Global Jakarta
network dan collective awareness seperti inilah yang harus

When you teach your son,


you teach your son’s son
(Turkish proverb)

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


9
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser

UNESCO,
Pemerintah Spanyol, dan
World Heritage Center (WHC)
DukungTN.
Dukung TN. Gunung
Gunung Leuser
Leuser
Oleh : Koen Meyers

T aman Nasional Gunung Leuser (TNGL)


menyongsong era baru pada akhir tahun 2005, dengan
adanya dukungan UNESCO dan Pemerintah Spanyol
untuk membantu meningkatkan kapasitas pengelolaan
kawasan. Dukungan itu sangat tepat dan
Namun pada saat ini, ketiga taman nasional itu mendapatkan
tekanan dalam bentuk perambahan, illegal logging, dan
perburuan hidupan liar. Misalnya di TNGL, perambahan di
sekitar Besitang-Sumatera Utara telah
memang dibutuhkan oleh TNGL yang merusak hutan dataran rendahnya seluas
sejak tahun 1981 telah diakui 22.000 hektar. Hutan Besitang yang
masyarakat internasional sebagai Cagar merupakan habitat spesies kunci seperti
Biosfer. Bahkan pada tahun 2004, Gajah Sumatera (Elephas maximus) dan
TNGL bersama-sama dengan TN. Orangutan (Pongo abelii). Sementara
Kerinci Seblat, dan TN. Bukit Barisan bagian lain dari TNGL di Aceh Tenggara
Selatan, ditetapkan oleh UNESCO juga mendapatkan tekanan dari illegal
sebagai “Warisan Dunia”, yang disebut logging.
sebagai “Tropical Rainforest Heritage
of Sumatra”. Ancaman terhadap kelestarian warisan
dunia merupakan tanggung jawab kita
Warisan Alam Dunia merupakan bagian semua, termasuk lembaga-lembaga
dari Konvensi Warisan Dunia yang internasional sehingga tidak berstatus
bertujuan untuk melestarikan kekayaan ”gawat darurat” (World Heritage in
alam yang penting bagi kesejahteraan Danger). Melihat perkembangan tersebut,
manusia. Konvensi tersebut telah UNESCO melalui World Heritage Center
diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia (WHC) memberikan dukungan dengan
melalui Keputusan Presiden Nomor 26 meningkatkan fasilitas sarana dan
Tahun 1989. Tujuh situs Warisan Alam prasarana pengelolaan, efektivitas
Dunia di Indonesia, termasuk TNGL, pengelolaan, kinerja dan motivasi staf
merupakan penghargaan masyarakat dunia kepada Indonesia untuk kembali bekerja di lapangan, dan khususnya
yang telah mempertahankan keindahan, keunikan, dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah kerusakan di
keanekaragaman hayatinya. Status itu harus dapat Besitang tersebut.
dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjadi alat
promosi bagi peningkatan investasi dan penerimaan daerah. Sementara itu, Pemerintah Spanyol mendukung
Vol. 2 No 6 Tahun 2006
10
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser

Foto: Nurhadi, Tomin

Renovasi Visitor Center Bukit Lawang, didukung penuh oleh UNESCO dan Pemerintah Spanyol

pendanaannya yang disalurkan melalui UNESCO Jakarta diprioritaskan oleh Balai TNGL. Prinsip-prinsip yang selalu
Office. Konsentrasi investasinya juga diarahkan untuk mencari sinergi inilah yang cukup menarik dikembangkan
meningkatkan kapasitas staf Balai TNGL, melalui beberapa dalam upaya membangun kolaborasi multipihak di Leuser.
kegiatan kunci seperti dukungan staf untuk membangun Investasi tersebut dialokasikan untuk membantu Balai TNGL
sistem GIS, pendampingan lawyer-bila Balai TNGL dalam menyelesaikan berbagai persoalan akut yang telah
menghadapi tuntutan dari berbagai pihak dalam langkahnya bertahun-tahun tidak pernah dapat diselesaikan dengan
menegakkan hukum, pengadaan sarana dan prasarana tuntas dan komprehensif. Pola-pola dukungan seperti ini
pengelolaan, termasuk renovasi Visitor Center di rencananya akan dikembangkan di kluster warisan dunia
Bukitlawang, renovasi resort-resort di Aceh Selatan, lainnya, yaitu di TN.Kerinci Seblat dan TN.Bukit Barisan
pelatihan database, pembangunan jaringan komunikasi radio Selatan, sebagai bagian dari upaya penyelamatan hutan hujan
yang akan menghubungkan seluruh kantor Seksi Wilayah, tropis Sumatera.
Kantor Balai di Kutacane, dan beberapa kantor
perwakilannya di Medan maupun di Banda Aceh, Dukungan Multipihak
pembangunan pangkalan data resort-resort, studi banding
penegakan hukum, pembuatan berbagai leaflet, booklet, Mempertimbangkan besaran persoalan dan luasnya TNGL
poster, dan bahan kampanye lainnya. ini, pihak Balai tidak akan pernah mampu mengelolanya
sendirian. Dukungan dari UNESCO dan Pemerintah Spanyol
Yang menarik dari investasi ini adalah bahwa Balai juga masih sangat terbatas dibandingkan dengan
TN.Gunung Leuser juga mengalokasikan beberapa kegiatan kompleksitas permasalahan. Oleh karena itu, masih
strategis yang memang sudah dirancang sebelum dukungan diperlukan dukungan dari pihak-pihal lain sehingga masalah
UNESCO dan Pemerintah Spanyol tersebut dilaksanakan. dapat diselesaikan secara tuntas sesuai dengan kapasitas para
Dengan demikian, program-program bantuan tersebut dapat pihak. Beberapa mitra strategis yang telah bekerja di sekitar
disinergikan dengan program-program di Balai TNGL. Hal TNGL tentunya perlu terus meningkatkan dukungannya,
itu dapat dicapai melalui penyusunan proposal secara seperti Yayasan Leuser International, Fauna & Flora
bersama, sehingga perencanaan yang disiapkan oleh International, Sumatran Orangutan Conservation Program,
UNESCO dan Pemerintah Spanyol adalah program yang OIC, Conservation International, Walhi NAD dan Sumatera

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


11
b u l e t i n

Liputan Utama Jejak Leuser


Utara, dan banyak mitra lokal lainnya. dukungan kolektif karena besaran (magnitude) pengelolaan
kawasan-kawasan konservasi yang luas, meliputi jutaan
Pihak pemerintah kabupaten merupakan mitra utama bagi hektar. Latar belakang lain adalah bahwa kita berhadapan
upaya pengelolaan TNGL ke depan, khususnya dalam dengan sumberdaya yang termasuk ke dalam kategori
pengembangan daerah-daerah penyangga di sekitar taman “common pool resource”(CPR), misalnya hutan dan laut
nasional. Dukungan pemerintah pusat, dalam hal ini yang hampir tidak mungkin dikelola secara eksklusif.
Departemen Kehutanan dan departemen terkait lainnya juga Kalaupun dapat dikelola akan memerlukan biaya yang
sangat strategis dan menentukan, misalnya dalam hal sangat mahal sehingga dapat dikatakan tidak seorangpun
kebijakan penggunaan lahan, alokasi pemanfaatan ruang yang mampu membayarnya. Oleh karena itu, konsep
untuk eksploitasi sumberdaya alam. Melalui mekanisme pengelolaannya harus dilakukan dengan melibatkan banyak
kebijakan Tata Ruang Propinsi dan Kabupaten yang pihak di berbagai tingkatan. Tidak ada satu organisasi pun
konsisten, maka proses-proses negosiasi untuk penggunaan yang dapat mengklaim bahwa hanya organisasinya yang
ruang yang lebih mendukung konservasi dapat dilakukan. paling berhasil dalam mengelola suatu sumberdaya. Oleh
Wilayah-wilayah di sekitar TNGL, yang dikenal dengan karena itu, tidak ada alasan untuk tumbuh suburnya ego
Ekosistem Leuser, yaitu kawasan berhutan yang luasnya lembaga, baik itu di tingkat pemerintah maupun lembaga
tidak kurang dari 2,4 juta hektar, perlu didukung dengan swadaya masyarakat.***
kebijakan pengembangan industri yang non-extractive,
seperti produk hutan non-kayu. *) Technical Adviser for Environmental Sciences
UNESCO Jakarta Office
Pengelolaan kawasan-kawasan konservasi memerlukan

Bisro Sya’bani

Penulis (kanan) dan Hugo dari Pemerintah Spayol pada saat kunjungan ke Bukit Lawang

N A S O NIO MUN
N I IM D
TR
A

UNESCO
IA
PA
M

L
TA

A
L

O N D IA L
W O R LD H
R
G

EM

United Nations
E

ER
U

N S TA I
N
I

U U GE O
N G L E Educational, Scientific and PATRIM
Cultural Organization

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


12
b u l e t i n

K e h a t i Jejak Leuser

Oleh: Bisro Sya’bani,S.Hut *)

Iri rasanya kala kulihat di sana, sekumpulan orang sedang bersandau-gurau di ladang luas mereka yang hijau. Ladang hasil mereka merampas tempat
istirahatku selama ini. Sedih rasanya ketika aku pandangi sekelompok orang bersenjata bedil tertawa-tawa riang keluar dari rumah besarku dengan
membawa mayat sahabatku, Si Belang. Lemas kaki ini saat kuintip segerombol manusia bejat yang ternyata sedang sibuk menggergaji gading teman
curhatku selama ini, si Bona.
Apakah nasibku kelak akan sama dengan kedua sobatku itu?

By the way, di dunia tercatat setidaknya ada 5 (lima) jenis


badak, yaitu: White Rhino (Ceratothetium almum), Black
Rhino (Diceros bicornis), Indian Rhino (Rhinoceros
unicornis), Javan Rhinos (Rhinoceros sondaicus), dan
Sumatran Rhino (Dicerorrhinus sumatrensis). Menurut
Animal Planet, dari kelima jenis badak tersebut di atas,
badak Sumatera merupakan generasi tertua (para ahli
memperkirakan bahwa Badak Sumatera merupakan nenek
moyang dari semua jenis badak di dunia) dan mempunyai
ukuran tubuh rata-rata paling kecil.
Yang terjadi saat ini, populasi Badak Sumatra semakin
menipis oleh karena kegiatan perburuan serta fragmentasi
habitat. Oleh IUCN, Badak Sumatra dimasukkan ke dalam
status konservasi “critically endangered” pada tahun
2002. Dan di CITES masuk dalam Appendix I (tahun
2001).

Kenalkan, Badak Sumatera....

Sebelum bercerita lebih jauh tentang Sang Badak, mari kita

K eluhan kepedihan itu terumpamakan muncul dari simak urut-urutan klasifikasi hewan bercula itu. Urut-
mulut Badak Sumatera saat melihat begitu banyak urutannya adalah sebagai berikut:
manusia yang dengan buasnya membantai teman-
temannya sesama hewan. Yah, tidak ada yang bisa Kingdom : Animalia
memungkiri bahwa saat ini perburuan terhadap satwa liar, Phylum : Chordata
termasuk badak, semakin merajalela. Cula Badak sebagai Class : Mammalia
obat mujarab berbagai penyakit adalah alasan utama Order : Perissodactyla
mereka memburu binatang itu. Kapan ya pemburu- Family : Rhinocerotidae
pemburu biadab itu akan insyaf...? Genus : Dicerorhinus
Species : Dicerorhinus sumatrensis
Vol. 2 No. 6 Tahun 2006
13
b u l e t i n

K e h a t i Jejak Leuser
kebanyakan dilakukan pada malam hari, sedangkan untuk
Badak Sumatera sendiri terdiri atas 3 (tiga) anak jenis, siang hari mereka gunakan untuk berkubang di lumpur.
yaitu Dicerorhinus sumatrensis lasiotis, Dicerorhinus Pergerakan badak ini bersifat musiman, pada saat musim
sumatrensis sumatrensis, Dicerorhinus sumatrensis penghujan, mereka bergerak ke daerah yang lebih tinggi,
harrisoni. dan turun ke lembah-lembah di musim yang lain. Home
D. sumatrensis lasiotis dipercaya sudah mengalami range antara badak jantan dan betina berbeda, dimana
kepunahan di Bangladesh serta India; dan di Myanmar badak jantan bisa mencapai 30 kilometer persegi
jumlahnya sudah sangat sangat kritis, bahkan sedangkan home range badak betina ‘hanya’ berkisar
keberadaannya sangat sulit untuk dideteksi. D. antara 10 - 15 kilometer persegi yang umumnya berpusat
sumatrensis sumatrensis yang berada di Thailand, pada tempat mengasin (saltlick area). Mereka manandai
Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan trail-nya dengan menggunakan urine, kotoran atau bekas
keadaannya tidak kalah memprihatinkan, meskipun pijakan kaki di tanah.
jumlah individu di alam tidak sesedikit saudaranya, D.s.
lasiotis. Badak Sumatera di Leuser...

Seperti halnya White Rhino dan Black Rhino, Badak Badak Sumatera merupakan salah satu spesies kunci di
Sumatera memiliki dua tanduk (= cula), dimana tanduk Taman Nasional Gunung Leuser, selain orangutan, gajah
belakang berukuran kecil sehingga kadang secara sepintas sumatera, dan harimau sumatera. Catatan sejarah
tidak kelihatan. Cula jantan selalu lebih besar daripada menyatakan bahwa keberadaan Badak Sumatera ini
badak betina. Badak Sumatera hanya memiliki satu lipatan terdapat di hampir seluruh wilayah-wilayah terpencil di
kulit, berbeda dengan Badak Jawa yang kulitnya berlipat Sumatera, dan TN.Gunung Leuser merupakan tempat
tiga. Selain itu, Badak Sumatera juga terkenal di kalangan dengan dokumentasi yang baik. Dijelaskan bahwa di masa
peneliti sebagai badak yang paling berbulu. lalu, Badak Sumatera dapat dijumpai di hampir seluruh
penjuru taman nasional, di lembah-lembah maupun di
Secara umum, karakteristik Badak Sumatera adalah pegunungan, sepanjang pantai barat, dan daratan rendah di
sebagai berikut; panjang antara 236 sampai dengan 315 Langkat dan Deli.
cm, tinggi 112 - 145 cm, panjang ekor sekitar 50 cm dan
berat badan antara 2200 sampai 4400 pon. Lama hidup Perburuan badak merupakan profesi tua di Aceh, dan di
Badak Sumatera bisa mencapai 35 tahun dan masa beberapa desa dikenal sebagai desa pemburu badak.
kedewasaan badak dicapai pada umur 7 sampai 8 tahun. Ketika survai pertama kali dilakukan di Gunung Leuser
Masa kehamilan Badak Sumatera berkisar antara 12 - 16 pada tahun 1930an, badak sudah menjadi langka di
bulan dan mereka hanya mampu melahirkan 1 (satu) anak wilayah utara Gunung Leuser di dekat Blangkejeren, yang
di setiap kelahirannya. Interval kelahiran Badak Sumatera dikenal sebagai pusat pemburu badak. Kecenderungan
adalah sekitar 3
sampai 4 tahun. Bayi

Alain Compost
badak pada saat
d i l a h i r k a n
mempunyai panjang
sekitar 90 cm, tinggi
60 cm dan berat 25
kilogram dan akan
terus bersama
induknya sampai
pada umur 6 tahun.

Selain daun
(terutama daun-daun
muda), badak juga
menyukai tunas,
buah-buahan,
bambu-bambuan,
ranting-ranting muda
dan jahe-jahean
sebagai makanannya.
Mereka mampu
menghabiskan 50
kilogram makanan
dalam sehari.
Aktifitas pergerakan Badak Sumatera, paling menyukai daun muda....
hewan soliter ini
Vol. 2 No 6 Tahun 2006
14
b u l e t i n

K e h a t i Jejak Leuser
Alain Compost

Nico van Strein ketika


melakukan penelitian
badak di ranah Leuser.

Menurut Pak
Rahman, untuk
mengamati badak
diperlukan kesabaran
dan kehati-hatian
yang ekstra karena
badak melalui
indranya mampu
medeteksi gerakan
kita pada radius 2
sampai 3 kilometer.
Bahkan dulu
(mungkin sekarang
juga masih ada), para
mafia perdagangan
cula badak sampai
bertempat tinggal di
tempat yang mereka
Berkubang, aktifitas sebagian besar waktu badak di siang hari
yakini akan dilewati
badak. Hewan ini
akan penurunan populasi badak ini terus berlanjut, dan dianggap paling
ketika proyek penelitian badak dari seorang ahli zoology mudah diburu karena rute pulang-pergi badak sama. Para
Swiss-Marcus Borner (yang dilanjutkan oleh Nico van pemburu akan memasang perangkap sepanjang rute badak
Strein pada awal 1970an), badak telah menghilang dari tersebut. Kebanyakan perangkap tersbut dibuat
seluruh batas taman nasional. Tahun 1975 Nico melakukan sedemikian rupa sehingga badak yang masuk perangkap
penelitian di suatu wilayah yang hanya dapat dicapai dapat langsung mati di tempat. Hmmm kejam memang..!
melalui udara atau mengikuti jalur jelajah gajah.
Dengan keadaan yang seperti ini, akankah kita 'berbuat'
Dalam jangka waktu studi 358 hari di tempat penelitian untuk Sang Badak Sumatera...?***
tersebut, 4.000 km jalan patroli telah dilalui dan lebih dari
600 casts telah dibuat pada 360 jalur jelajah badak. *) Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai TNGL di
Disimpulkan telah ditemukan tidak kurang dari 39 Kantor Perwakilan Medan
individu badak, 12 individu diantaranya adalah anak
badak yang lahir pada masa studi. Di wilayah penelitian email: bisro_s@yahoo.com
tersebut (yang berada pada salah satu pusat taman
nasional) juga diprediksi bahwa kepadatan individu
diperkirakan 1 badak/800 hektar, dan ini adalah jumlah Bahan Bacaan:
yang maksimum yang dapat didukung oleh kondisi di
Gunung Leuser, dan sangat mungkin merupakan ukuran www.kerinci.org
untuk badak pegunungan di seluruh Sumatera. www.ultimateungulate.com/Perissodactyla/Dicerorhinu
s_sumatrensis.html
Balai Taman Nasional Gunung Leuser mempunyai animaldiversity.ummz.umich.edu/site/.../Dicerorhinus_s
pegawai yang sekaligus sebagai pawang badak, Pak umatrensis.html
Rahman. Dengan cara-cara tradisionalnya, Pak Rahman www.iucnredlist.org/search/details.php/6554/all
dipercaya mampu memanggil badak sampai dengan pada (diakses pada tanggal 9 Oktober 2006)
radius tertentu. Pak Rahman ini juga yang pernah diajak

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


15
b u l e t i n

Dinamika Jejak Leuser

Politik
Politik Hujan
Hujan
Politik Hujan
Oleh: Bambang Setyo Antoko, S.Hut *)

Mungkin hujan menggambarkan suatu perumpamaan tentang kesedihan, tentang kemuraman -- Luapannya yang kadang
menggelegak adalah ledakan dari emosional jiwa--
Secara harafiah, hujan adalah kejadian wajar yang tak tertampung dari awan yang disebut mendung kemudian menjadi tetes-
tetes air dan selanjutnya merupakan sebuah siklus, salah satu di alam ini. Kadang fenomenal, jika kita membutuhkannya di
saat-saat gersang. Pun di waktu sekarang, kehadirannya mungkin dianggap sebagai murka sang Kuasa. Saat banjir bandang
datang, saat longsor yang menghabiskan semua yang tersisa; Tempat tinggal, lahan pertanian, tempat usaha, bahkan keluarga
terkasih atau sanak saudara.

S esuatu yang wajar, menurut


logika alam semesta, jika
limpahan air yang semestinya
mendapat tempat resapan yang akan
meredam amarah kemurkaannya itu,
Hujan yang sekarang kerap terjadi adalah
hujan yang mengalir secara cepat di atas
permukaan bumi tanpa sempat lagi
membiarkan tanah dan penyangganya
berupa tanaman mereguk dan menyimpan
dalam perjalanannya tidak kunjung alirannya. Semata karena memang sudah
tiba maka sebagai gantinya adalah jarang sekali ditemui tanaman yang kokoh
bencana. Sebenarnya daerah-daerah - berkayu keras - yang secara efektif
yang menjadi sasaran kemarahannya meredam dan melambatkan laju aliran air
selama ini merupakan daerah jelajah sekaligus menjadikannya cadangan air
atau home range -jika di dunia satwa- yang sangat dibutuhkan di musim-musim
dalam perjalanan air mendistribusikan kemarau panjang. Kalaupun ada manusia
alirannya pada hutan, tajuk, semak lebih suka menggantinya dengan
belukar, pepohonan di perkotaan atau bangunan-bangunan kesombongan
pekarangan, sebelum akhirnya sampai manusia. Bahasa gaulnya: alih fungsi
di depan rumah kita, --pada got-got lahan. Hujan kini lebih identik dengan
kita, kali-kali (hitam) kita-- tentunya banjir bandang; ataupun luapan kali-kali
dalam aliran normal dan keadaan yang hitam yang keruh dengan sedimen tinggi
bersahabat serta tidak liar lagi. hasil karya khas manusia modern masa
kini. Banjir yang semakin sering terjadi
Vol. 2 No 6 Tahun 2006
16
b u l e t i n

Dinamika Jejak Leuser

biasanya identik
dengan penurunan

Ahmad Yasin
secara tajam terhadap
luasan hutan atau
kawasan-kawasan
dengan fungsi
lindung. Hujan yang
seharusnya menjadi
anugrah dan sumber
kehidupan buat
manusia namun
untuk saat ini justru
sangat ditakuti
kehadirannya karena
alasan bencana yang
menyertainya.

Hujan yang berakhir


kepada banjir
bandang yang
merusak sebenarnya
hanyalah suatu
usaha dari alam untuk
menyeimbangkan
dirinya, a self defense
to recovery itself.
Keseimbangan-
keseimbangan yang
saat ini digoyahkan Akibat banjir bandang di Aceh Tenggara, mungkin salah satu buah kemarahan sang hujan
oleh ulah manusia
sang perusak.
Perubahan fungsi memandang hutan sebagai kumpulan kayu-kayu semata
lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan dengan tanpa sense of belonging. Hasilnya, biasanya adalah
peruntukan lain juga semakin mengebiri harmonisasi alam. hamparan lahan kosong yang telah terdegradasi penuh
Menurut hasil penelitian, dampak yang terjadi akibat alih ditumbuhi ilalang ataupun belukar yang ditinggalkan
fungsi lahan pertanian menjadi peruntukan lain antara lain begitu saja. Berarti, tingkat kerusakan yang ditimbulkan
adalah penurunan volume air hujan yang dapat diserap lebih besar dibandingkan dengan usaha reforestasi,
tanah, dari 15 persen sampai di bawah sembilan persen; penghutanan kembali yang andaipun berhasil tentu akan
peningkatan volume aliran permukaan dari sekitar 30 persen membutuhkan waktu lama untuk dapat sampai pada
menjadi 40 - 60 persen; kecepatan aliran permukaan dari kondisi dan iklim mikro semula. Selain itu keberadaan
kurang 0,7 meter per detik menjadi lebih dari 1,2 meter per aktivitas pertambangan yang dilegalkan bahkan di
detik. Rendahnya recharge atau penambahan air tanah kawasan lindung -- kawasan yang notabene adalah salah
melalui mekanisme infiltrasi pada musim hujan juga akan satu tempat dimana keseimbangan alam itu berada --
menyebabkan menurunnya pasokan air di musim kemarau. juga semakin menambah daftar panjang polemik
Ujung-ujungnya, kekeringan dan langka air terjadi dimana- kebijakan demi investasi sesaat. Beberapa ekses negatif
mana. Selain itu pembabatan hutan hujan tropis di seluruh yang timbul akibat aktivitas pertambangan di kawasan
wilayah di negeri ini juga sudah sampai pada tingkat lindung antara lain adalah laju kerusakan hutan alam
kerusakan yang tidak pernah masuk dalam hitungan akal yang semakin tinggi, hancurnya ekosistem sungai dan
manusia, berjuta-juta hektar dalam setahun atau sebesar 3,3 laut akibat pembuangan limbah beracun, kontaminasi air
hektar dalam tiap menitnya. Laju kerusakan hutan yang bersih oleh logam berat, harga mineral yang diberi
terus meningkat ini ternyata juga berbanding lurus dengan gratis, ditinggalkannya danau-danau besar beracun
tingkat kemiskinan masyarakat. Artinya sebagian besar laba pasca penambangan, menurunnya pendapatan
yang diperoleh dari menjual kayu-kayu hutan (baik legal penduduk lokal dan hilangnya keanekaragaman hayati
maupun illegal) ternyata tidak juga mensejahterakan akibat kegiatan penambangan. Tentunya secara logika
masyarakat khususnya masyarakat sekitar (adat maupun dampak positif yang diberikan oleh kegiatan ini (baca:
lokal). Uang kayu hutan tersebut justru mengalir kepada uang milyaran dollar US) akan sangat kecil
oknum-oknum pemodal yang tinggal jauh dari hutan. dibandingkan dengan dampak negatif yang terjadi dan
Ataupun tercecer kepada orang-orang yang sekedar dirasakan oleh lingkungan maupun masyarakat

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


17
b u l e t i n

Dinamika Jejak Leuser

setempat. manusia yang tidak bijaksana, cenderung selfish tanpa


peduli nasib generasi mendatang. Jadi jangan heran jika
Penelitian terkait yang telah dilakukan mengilustrasikan selama kurun waktu tertentu, bumi manusia ini akan terus
besarnya kontribusi yang ditimbulkan akibat perubahan tata bergejolak menimbulkan bencana bagi penghuninya:
guna lahan terhadap kenaikan debit sungai secara tajam banjir bandang, tsunami, gempa bumi, wabah masa kini
sebagai berikut: Pada suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) seperti aids, flu burung; serta bencana dan wabah yang
yang berupa hutan mempunyai debit 10 m3/detik, apabila belum teridentifikasi dan terpikirkan oleh manusia.
diubah menjadi sawah maka debit sungainya akan berubah Tentunya, sebuah konsekuensi yang logis dan sangat
menjadi 25 - 90 m3/detik, sehingga terdapat kenaikan debit masuk akal.***
sebesar 2,5 - 9 kali dari debit semula. Bila hutan tersebut
diubah menjadi kawasan perdagangan atau perindustrian
*)
maka debitnya akan meningkat antara 60 - 250 m3/detik atau Staf Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan Sumatera,
meningkat menjadi 6 - 25 kali debit semula. Perubahan yang Pematangsiantar, Sumatera Utara
paling besar adalah apabila kawasan hutan tersebut dijadikan
daerah beton atau beraspal dimana debitnya meningkat email: bs_antoko@yahoo.com
menjadi 6,3 - 35 kali debit semula. Hal ini terjadi karena
hujan yang turun semuanya akan mengalir di permukaan
(menjadi aliran permukaan) dan tidak ada yang meresap ke
dalam tanah. Yang harus digarisbawahi dari hasil penelitian
di atas adalah setiap usaha alih fungsi kawasan hutan menjadi BAHAN BACAAN
kawasan lain akan terakumulasi pada penurunan kualitas
lingkungan, pada akhirnya akan memicu bom waktu bahaya
bencana global. Sebuah situasi dimana kita tidak akan bisa AMAN. 2004. Tambang di Taman Nasional.
kembali kepada hidup harmonis dengan alam dan http://dte.gn.apc.org/AMAN/gaung/Gaung_Ag
lingkungan. ustus_2004/Laporan%20Utama.pdf. diakses
15 Desember 2005.
Potensi hujan yang besar dan kemudian menjadi banjir
bandang serta kerugian besar yang ditimbulkan merupakan Gatot Irianto. 2003. Kumpulan Pemikiran: Banjir dan
sebuah konsekuensi logis dari sebuah skenario oleh manusia Kekeringan - Penyebab, Antisipasi dan
untuk menghancurkan eksistensi manusia itu sendiri. Tanpa Solusinya. Edisi 1. Cetakan 1. Universal
usaha yang nyata dan terpadu dari manusia sebagai sang Pustaka Media. Bogor.
pemegang peran maka alam yang selalu diperlakukan
sebagai obyek akan merubah diri menjadi sang perusak. Kodoatie, R. J dan Sugiyanto. 2002. Banjir: Beberapa
Dimulai dari kini, alam akan terus menyeimbangkan diri Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam
sebagai upaya recovery akibat kebijakan dan kegiatan Persfektif Lingkungan. Cetakan 1. Pustaka
ms.wikipedia.org

Tetesan hujan di atas rumput, alangkah indahnya....

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


18
b u l e t i n

Dinamika Jejak Leuser

mitos
DEFORESTASI
sebagai kambing hitam penyebab longsor

Oleh : Rina Purwaningsih, S.Si *)

S ampai saat ini orang masih meyakini bahwa terjadinya


bencana tanah longsor di daerah hulu pasti akibat dari
penebangan atau perusakan hutan (deforestasi) yang
dilakukan di daerah hulu. Seiring
dengan rusaknya hutan dituduh
menjadi penyebab utama terjadinya bencana tanah
longsor. Bahkan pihak masyarakat dan kalangan ilmiah
sendiri kadang membenarkan adanya fakta tersebut
dengan bukti ditemukannya kayu-
kayu hasil penebangan, sebagai
sebagai biang keladi terjadinya akibat praktek illegal logging.
tanah longsor, kadang kita Sementara itu di tempat lain pihak
melupakan bahwa sebenarnya pemerintah menyatakan bahwa
keberadaan hutan justru kurang tidak ada praktek penggundulan
mendukung bagi terciptanya hutan di kawasan hulu. Hal
stabilitas lereng perbukitan yang tersebut mendorong pemerintah
rawan akan longsor. Tidak untuk menindaklanjuti penemuan
dipungkiri bahwa hutan dapat tersebut yang menimbulkan
mengendalikan erosi dan aliran kontroversi penyebab terjadinya
permukaan, namun bersamaan tanah longsor. Dari sini kita bisa
dengan hal tersebut hutan juga menilai bagaimana sebenarnya
berfungsi untuk meningkatkan laju pengaruh keberadaan hutan
infiltrasi yang justru akan terhadap terjadinya bencana tanah
meningkatkan kekritisan lereng longsor. Benarkah deforestasi
terhadap terjadinya longsor. (baca: degradasi hutan,
perambahan/penebangan kayu,
Berbagai peristiwa tanah longsor perusakan hutan) bisa digeneralisir
di tanah air masih menuai sebagai penyebab terjadinya
kontroversi seputar faktor longsor?
penyebabnya. Sebagian orang
meyakini bahwa terjadinya bencana tanah longsor
disebabkan oleh faktor alam, dimana salah satu penyebabnya Faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor :
adalah kondisi tanah yang labil. Sementara itu beberapa fakta Penyebab terjadinya longsor adalah gaya gravitasi bumi
menunjukkan bahwa di daerah hulu ditemui adanya aktivitas yang bekerja pada suatu material batuan dan atau tanah
penebangan kayu. Dari sini muncul isu illegal logging sebagai massanya. Gaya gravitasi tersebut

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


19
b u l e t i n

Dinamika Jejak Leuser


mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan lereng. Suatu dan akan menjadi bidang gelincir jika ada air hujan yang
lereng akan menjadi tidak stabil apabila keseimbangan gaya masuk.
gesek antara material longsor dengan bidang gelincirnya
terganggu. Ketidakstabilan pada suatu lereng biasanya
dipicu oleh adanya curah hujan yang tinggi atau
getaran/gempa. Selain itu peningkatan kekuatan geser yang Pengaruh Keberadaan Hutan Terhadap Terjadinya
mendorong massa tanah untuk longsor dapat ditimbulkan Longsor
oleh beberapa faktor sbb:
Kestabilan suatu lereng ditentukan oleh banyak faktor,
1. Meningkatnya beban pada massa tanah, hal ini salah satu diantaranya adalah keberadaan vegetasi hutan.
diantaranya disebabkan oleh semakin tebal lapisan tanah di Curah hujan yang jatuh di muka bumi terdistribusi
melalui proses infiltrasi, aliran permukaan,
penguapan, dan retensi. Keberadaan hutan di
permukaan tanah meningkatkan laju infiltrasi
yang juga akan meningkatkan kadar air tanah
sekaligus mengurangi jumlah aliran
permukaan. Tanah di kawasan hutan
cenderung mengandung banyak humus
sehingga memiliki permeabilitas tinggi. Perlu
disadari bahwa masuknya air ke dalam tanah
meningkatkan air pori yang akan menambah
berat tanah dan mengurangi kekuatan penahan
geser. Padahal berat tanah merupakan salah
satu gaya pendorong terjadinya longsor.
Dengan kata lain hutan tidak mampu merubah
seluruh karakteristik hidrologi tanah yang
tidak menguntungkan. Dalam kondisi yang
demikian, bagaimanapun bagusnya
penutupan hutan, kapasitas jenuh air tetap
terbatas.

Hutan yang berfungsi sebagai daerah


tangkapan air, mendorong terbentuknya mata
air, terutama jika terdapat lapisan kedap air di
dasar lereng. Munculnya mata air akan
membawa butiran tanah dan menyebabkan
atas batuan dasar sebagai akibat perkembangan tanah. erosi piping pada dasar lapisan tanah sehingga
Turunnya air hujan di permukaan bumi menyebabkan membentuk bidang kritis pada bidang kontak antara
meningkatnya air tanah. Infiltrasi air ke dalam tanah lapisan tanah dan batuan dasar, dengan demikian longsor
membuatnya menjadi jenuh dan tidak stabil. Kapasitas akan mudah terjadi. Sementara itu vegetasi hutan
infiltrasi merupakan kemampuan tanah untuk meresapkan merupakan salah satu faktor pembentuk tanah.
air, diukur dalam milimeter per satuan waktu. Kapasitas Keberadaan tumbuhan sebagai organisme mempercepat
infiltrasi air meningkat seiring dengan pertumbuhan vegetasi laju pelapukan batuan menjadi tanah. Tanah di daerah
penutup lahan. Keberadaan hutan meningkatkan laju bervegetasi akan lebih cepat berkembang daripada yang
infiltrasi yang meningkatkan kadar air tanah dan mengurangi berada di daerah tidak bervegetasi. Meskipun sama-sama
jumlah aliran permukaan sehingga menurunkan laju erosi. memiliki kemiringan lereng yang terjal, tanah dengan
Selain itu meningkatnya infiltrasi juga disebabkan oleh solum tebal dan berkembang cenderung bertekstur
pengolahan lahan di atas lereng seperti terasering, irigasi, dll. lempungan pada tanah lapisan bawahnya. Jika dipicu
Timbulnya gaya yang diakibatkan oleh adanya adanya curah hujan yang tinggi proses pelindian lempung
getaran/gempa akan menyebabkan massa tanah di atas akan lebih intensif. Air yang masuk ke tanah akan terhenti
bidang gelincir menjadi semakin tidak stabil. di atas lapisan yang di dominasi oleh lempung. Lapisan
tanah tersebut bersifat relatif impermeable (kedap air)
2. Berkurangnya kekuatan penahan yang melawan dan akan menjadi bidang gelincir jika ada air hujan yang
kekuatan geser, ini disebabkan oleh menurunnya daya masuk.
kohesi tanah akibat infiltrasi air. Adanya curah hujan yang
tinggi menyebabkan proses pelindian lempung semakin Sistem perakaran dalam hutan tidak terdesain untuk
intensif. Air yang masuk ke tanah akan terhenti di atas lapisan mengendalikan longsor, melainkan untuk menjaga
tanah/batuan yang bersifat relatif impermeabel (kedap air)

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


20
b u l e t i n

Dinamika Jejak Leuser


yaitu memotong tanah bagian puncak dan
menimbunnya di kaki lereng. Selain itu juga bisa
dilakukan injeksi pada bidang gelincir dengan semen.
Untuk lokasi-lokasi vital hal ini mungkin bisa
dilakukan, namun hal ini menjadi tidak efektif untuk
lahan yang kurang produktif sehingga dalam
konfliknya dengan upaya konservasi lahan kadang
stabilitasi lereng harus dikalahkan mengingat ancaman
bahaya erosi dan banjir lebih besar dengan frekuensi
kejadian lebih sering. Mengingat hal tersebut, salah
satu cara meminimalkan dampak bencana tanah
longsor adalah dengan cara menghindari atau
mengosongkan lokasi-lokasi yang rawan terjadi
longsor.***

*) Geography Information System and Database


Specialist di Balai TN. Gunung Leuser, Kantor
Perwakilan Medan

e-mail : rina_sambi7@yahoo.com

stabilitas pohon agar bisa berdiri tegak. Sering dijumpai di


lapangan, lereng yang ditumbuhi pepohonan yang memiliki
Wiratno

sistem perakaran yang kuat masih bisa mengalami longsor.


Hal ini bisa dilihat pada material longsoran yang disertai
adanya batang pohon beserta akar-akarnya. Lereng yang
bertumpu di atas lapisan batuan kedap air, menyebabkan akar
pohon tidak dapat menembus batuan dasar. Saat musim hujan
dan terjadi infiltrasi, air akan terhenti di atas batuan kedap air
tersebut sehingga tanah bagian dasar menjadi jenuh.
Keberadaan air yang berlebihan justru bisa menyebabkan
pembusukan di zona perakaran. Hal tersebut mengakibatkan
bidang kontak antara lapisan tanah dengan batuan dasar
menjadi lebih licin sehingga mudah mengalami longsor.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana jika hutan tidak


ada dan atau ditebang habis? Tentu saja beberapa hal di atas
yang mendorong terjadinya longsor akibat keberadaan hutan
setidaknya akan berkurang. Akan tetapi apakah masalah akan
selesai sampai disini saja?
Lereng perbukitan yang tidak bervegetasi, secara alami akan
mengalami perubahan-perubahan seperti meningkatnya laju
erosi permukaan akibat meningkatnya aliran permukaan dan
infiltrasi. Erosi akan menyebabkan lapisan tanah menipis
sehingga akan bermunculan lahan-lahan kritis yang tidak
produktif. Hutan sebagai paru-paru bumi sumber oksigen
dan daerah tangkapan air akan hilang. Mungkin benar
perubahan tersebut sebetulnya menambah stabilitas lereng
terhadap terjadinya longsor di daerah perbukitan tetapi di
daerah dataran rendah hal ini akan memicu terjadinya banjir
bandang jika ada hujan lebat turun.

Tidak heran, dalam sebuah pengendalian bencana alam


sering terjadi konflik kepentingan antara stabilitasi lereng
dengan upaya konservasi lahan yang bertujuan
mengendalikan erosi dan banjir. Secara teori lereng
perbukitan bisa distabilkan dengan mengubah geonetrinya Tanah longsor di Semadam September 2005, karena hutan rusak?

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


21
b u l e t i n

Khasanah Jejak Leuser

Obrolan Coffee Break:


RESPEK PADA TAMAN NASIONAL
Oleh: Suer Suryadi *)

Waktu istirahat di sela-sela seminar, KSDA Padang dengan antusias bercerita tentang
workshop atau pertemuan seringkali dinamakan adanya zona hutan larangan yang dianut sebuah
Coffee Break (CB). Memang ada kaitannya dengan masyarakat adat di Sumatera Barat secara turun
kopi, karena itu adalah saat peserta ngopi, nge-teh, temurun. Tidak ada anggota masyarakatnya yang
ngemil dan ngudut. Acara informal ini berani merambah hutan
dilakukan sambil berdiri atau duduk larangan itu. Cerita kearifan
mengelilingi meja-meja yang tradisional bergulir. Tidak jelas
disediakan. Dalam satu meja itu bisa apa yang terjadi jika
berisi 4-8 orang, yang belum tentu perambahnya dari luar
saling mengenal. kelompok masyarakat adat,
Fenomena CB ini menarik karena cerita segera bergeser
karena obrolannya ringan tapi sarat ke prospek menjual Carbon.
info, ajang curhat atau tanya jawab Pada meja lain terdengar
dengan narasumber. Ada yang sekedar cerita mengenai penduduk asli
basa-basi lalu asik menyeruput kopi Siberut yang lebih
dan mengunyah cemilannya. Ada pula menghormati tata batas antar
yang reuni, membahas perkembangan suku mereka daripada tata
program atau beropini ria atas berita- batas TN Siberut. “Taman
berita terkini. nasional itu kan milik orang
Perambahan hutan dan illegal Jakarta,” kata seseorang yang
logging di taman nasional menjadi menyitir pernyataan penduduk
topik hangat dalam Workshop Siberut. Wah…
Pengelolaan Kawasan Konservasi yang Perambahan memang pantas
diadakan di Hotel Asean-Medan pada menjadi topik utama.
tanggal 1-3 Agustus 2006. Pesertanya Berdasarkan data Rapid
adalah para Kepala Balai Taman Assessment and Prioritization
Nasional dan KSDA di Sumatera, of Protected Area Mangement
Pejabat Dinas Kehutanan, dan LSM. (Mei 2004), sebanyak 30 dari
Banyak pejabat yang menanggalkan aura 41 taman nasional di Indonesia menghadapi masalah
kepejabatan saat CB, sehingga obrolan setengah jam perambahan pada berbagai tingkat keseriusan.
itu menjadi lebih menarik. Perambahan menempati peringkat ketiga setelah
Di satu kelompok meja CB, seorang pejabat penebangan dan perburuan liar.

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


22
b u l e t i n

Khasanah Jejak Leuser


Dari dua meja CB diperoleh kesan bahwa bulu. Hukuman itu membuat penduduk gemetar, dan
perambahan terjadi karena ketiadaan respek bahkan orang lainpun ikut gentar.
masyarakat terhadap hutan taman nasional dan tata Para ahli biologi-konservasi dan park
batasnya. Kenapa tidak ada respek, padahal managers pasti sudah paham luar-dalam mengenai
penetapan taman nasional sudah sesuai dengan pentingnya taman nasional bagi kehidupan manusia
peraturan perundang-undangan yang berlaku? di masa kini dan mendatang. Masyarakat sekitar
Menurut ahli hukum Prof. Mertokusumo, taman juga memahaminya dengan bentuk dan cara
kekuatan keberlakuan suatu aturan dipengaruhi oleh berbeda. Kekurangsinkronan dua pemahaman itulah
aspek yuridis, filosofis dan sosiologis. Secara yuridis, yang memungkinkan rendahnya respek masyarakat
aturan itu dibuat oleh lembaga berwenang, tidak pada eksistensi taman nasional. Tantangan
bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi berikutnya adalah mengkondisikan agar masyarakat
hirarkinya, atau yang sederajat. Secara filosofis, yang jauh dari taman nasional tidak menganggapnya
aturan itu menganut keseimbangan antara hak dan sebagai “hutan tak bertuan”.
kewajiban, peran dan tanggung jawab para pihak. Rasanya kita sadari bersama, seberapapun
Secara sosiologis, aturan itu menyerap norma-norma luasnya taman nasional, tak akan bisa ditangani oleh
yang berlaku di masyarakat. Rapuhnya salah satu personilnya tanpa partisipasi pihak lain terutama
aspek itu akan membuat peraturan menjadi rawan masyarakat sekitar. Jika taman nasional
dilanggar. diumpamakan sebagai tubuh manusia, maka
Meskipun taman nasional dibentuk sesuai masyarakat sekitar adalah pasukan sel-sel darah
aturan (aspek yuridis), namun jika mengesampingkan putih atau antibodi yang secara organik akan
aspek filosofis (mengkerdilkan peran masyarakat) mengamankan tubuh dari berbagai kuman penyakit
dan aspek sosiologis (hubungan religius dan dari luar tubuh. Untuk membantu kerja sel-
budaya masyarakat dengan hutan dianggap sel darah putih, kadang kita perlu
angin lalu), maka akan sulit berharap menyuntikkan antibiotik, imunisasi,
adanya kepatuhan dan respek dan vaksin.
masyarakat terhadap eksistensi taman Antibiotik itu adalah
nasional. Atas dasar itu, kita perlu operasi keamanan terpadu.
memastikan apakah perambahan Sebagaimana antibiotik yang
merupakan akar masalah atau gejala harus diminum sesuai resep
dari masalah yang sebenarnya. dokter dan harus habis, maka
Penanganan sporadis atas gejala operasi keamanan ini juga
biasanya menghasilkan masalah dilakukan sesuai kebutuhan dan
baru, atau modifikasi dari masalah harus tuntas. Imunisasi
lama. merupakan program-program
Kenapa penduduk asli Siberut penyadaran masyarakat untuk
menghormati batas wilayah antar suku bersama-sama melindungi dan
padahal tidak ada patoknya? memanfaatkan taman nasional
Mungkinkah telah terjadi consensus di secara lestari. Vaksin merupakan
masa lalu mengenai tata batas antar suku intervensi dalam bentuk program-
yang memenuhi aspek yuridis, filosofis dan program kemasyarakatan yang menaikkan
sosiologis adat mereka. Meskipun tak harkat masyarakat, pendapatan masyarakat sekitar,
terdokumentasi, mereka tahu mana wilayah hutannya dan membuat perilaku masyarakat menjadi supportif
berdasarkan cerita turun temurun. Mengambil kepada taman nasional.
sumberdaya di luar wilayahnya berarti mengganggu Wah, itu semua sekedar konsep dan resep
keseimbangan kosmis-ekologis sehingga perlu yang belum tentu benar, tapi layak dicoba sesuai
dihukum (denda/fisik) untuk memulihkan karakter kawasan konservasi. Saya kok yakin, ketika
keseimbangan. Belum lagi hukuman dalam bentuk sudah ada respek dari masyarakat, lalu membentuk
“rasa takut” karena “kualat” terhadap leluhurnya. pertahanan alami di lini terluar taman nasional, maka
Masalahnya, terminologi kualat ini seringkali cerita perambahan tak lagi terdengar saat kita Coffee
tidak diyakini oleh orang dari luar komunitas itu Break… Semoga. ***
kecuali timbul “hal-hal” aneh akibat kualat. Di sebuah
desa di Pegunungan Cyclops-Papua, seseorang mati
dengan perilaku mirip seekor babi hutan menggerus- *) Technical Adviser, UNESCO Jakarta Office
gerus tanah setelah menembak burung di hutan
terlarang. Akibat kualat tersebut melambang-kan email: s.suryadi@unesco.org
penegakan hukum secara gaib yang tidak pandang
Vol. 2 No. 6 Tahun 2006
23
b u l e t i n

Wacana Jejak Leuser

ENERGIRAKYAT
ENERGI RAKYAT DI PEDESAAN
DI PEDESAAN GUNUNG LEUSER:
GUNUNG LEUSER:
Pengembangan Potensi Energi Terbarukan
Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Oleh: Iwan Setiawan*)

Kemiskinan energi dapat didefinisikan sebagai tidak mencukupinya pilihan untuk memperoleh pelayanan energi yang layak,
mencukupi, dapat diandalkan, berkualitas, aman dan ramah lingkungan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan
manusia (world energy assessment, 2000).
Jika indikator kemiskinan dihubungkan pula dengan dimensi pendidikan, kesehatan serta tingkat partisipasi masyarakat dalam
kehidupan politik, maka setengah jumlah penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini hampir setara
dengan jumlah 90 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses terhadap energi listrik yang layak. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa energi merupakan faktor penting dalam upaya pengentasan kemiskinan serta keberhasilan program
peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM).

A da perbedaan pendapat mengenai


cara untuk mengatasi masalah
kelangkaan energi di masa depan
atau untuk menanggulangi krisis energi
listrik seperti yang terjadi di di beberapa
privatisasi, termasuk sektor energi listrik
yang dikelola PLN, atau di sektor suplai
air bersih yang dikelola oleh PDAM.
Argumentasi dasarnya ialah bahwa
langkah privatisasi merupakan cara yang
negara termasuk Indonesia sekarang ini. tepat untuk mendorong adanya efisiensi
Adanya fakta sekitar 1,2 milyar penduduk manajemen, perbaikan cash-flow dan
bumi yang belum memiliki akses yang inovasi teknologi. Dengan demikian,
layak terhadap energi listrik, di satu sisi tarif dasar yang begitu tinggi akan
menimbulkan keprihatinan namun di sisi cenderung menurun sesuai dengan iklim
lain; dari sisi bisnis, hal ini merupakan kompetisi dan elastisitas pasar.
peluang pangsa pasar yang sangat besar Privatisasi juga dianggap sebagai jalan
dari sektor suplai energi. keluar untuk mengatasi kebutuhan
investasi baru dibidang energi listrik
Lembaga keuangan internasional seperti yang sampai tahun 2007 diperkirakan
WorldBank, IMF dan ADB memandang akan mencapai 750 juta sampai 1 milyar
energi listrik lebih sebagai komoditas dollar, tentu saja melalui masuknya
kebutuhan individu ketimbang sebagai modal dari perusahaan multinasional
bentuk pelayanan terhadap publik. dalam bisnis suplai energi listrik ke
Menurut mereka, cara mengatasi krisis ini Indonesia.
adalah dengan kebijakan privatisasi,
'resep' ini sudah gencar dilakukan sejak tahun 1990. Resep privatisasi dari Bank Dunia ini mendapat tentangan
Sejumlah BUMN yang umumnya dikelola secara tidak keras mulai dari praktisi, LSM dan serta para pihak lain.
sehat harus segera dilakukan langkah restrukturisasi dan Kebijakan ini dinilai lebih mementingkan bisnis daripada

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


24
b u l e t i n

Wacana Jejak Leuser


upaya pengentasan kemiskinan yang sudah

Bisro Sya’bani
menjadi konsensus internasional, karena
privatisasi yang dimaksud bukan hanya
privatisasi manajemen, tetapi juga privatisasi
ownership terhadap sektor ekonomi dan
sumberdaya vital yang mempengaruhi
kehidupan orang banyak. Menurut mereka,
terjadinya krisis energi listrik sekarang ini justru
disebabkan oleh penyimpangan dalam
kebijakan yang dikendalikan oleh pendekatan
kepentingan bisnis yang mengutamakan
distribusi dan suplai energi listrik secara sangat
berlebihan ke wilayah pasar industri dan
konsumen kelas menengah ke atas yang ada di
perkotaan.

Premis bahwa tarif akan cenderung turun


melalui kompetisi pasar itu juga banyak
dibantah, hasil studi kasus yang telah dilakukan
di sejumlah negara menyimpulkan bahwa
menciptakan kompetisi pasar di sektor industri Air di kawasan TNGL, ‘harta’ yang berharga tiada tara
listrik hampir mustahil bisa dilakukan.
Kecenderungan yang terjadi justru
memunculkan adanya oligarki di bidang bisnis
ketenagalistrikan melalui praktek merger dan akuisisi di mendorong adanya pemasangan di daerahnya, hanya
antara perusahaan perusahaan besar. Atau seperti kasus di saja belum pihak PLN tidak mau mengambil resiko
Indonesia, salah satu faktor penyebab tingginya tarif listrik karena investasinya terlalu tinggi.
ialah karena PLN harus membeli dengan harga mahal dari
perusahaan listrik swasta asing yang beroperasi di Dengan kondisi seperti di atas dan ditambah dengan masih
Indonesia. minimnya sarana infrastruktur lainnya yang dikarenakan
pula oleh kondisi geografis seperti umumnya terjadi di
wilayah pegunungan, telah mengakibatkan wilayah ini
Krisis Energi Listrik di Pedesaan. menjadi terisolasi. Secara garis besar, dampak yang
disebabkan oleh adanya masalah energi listrik dapat
”Kami penduduk miskin, tapi karena kami ingin diindikasikan:
mendapatkan listrik, maka kami harus mampu
menyediakan seluruh biaya jaringan yang dibutuhkannya”, 1. Keterbatasan sarana pendidikan umum terutama untuk
papar sebagian besar masyarakat pedesaan di kawasan proses belajar anak usia sekolah, sehingga
Leuser yang umumnya masih terpencil dan tidak mudah melemahkan kemampuan dan peluang untuk
diakses. Ini adalah bagian kecil dari berjuta-juta jumlah mengembangkan kemampuan dan keterampilannya
penduduk Indonesia yang belum memperoleh akses diluar jam sekolah.
terhadap pelayanan listrik dari PLN. Krisis seperti ini 2. Keterbatasan akses informasi dan komunikasi, dan ini
menurut Cowel (2002) dibayangi perasaan bahwa jelas akan berdampak terhadap:
masyarakat tidak akan terjangkau oleh jaringan listrik dari  Secara politis masyarakat masih mengalami
pusat, dan juga tidak akan mampu untuk membeli unit masalah dalam meraih posisi kesetaraan untuk
impor pembangkit listrik energi terbarukan yang dikenai berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan,
pajak untuk barang mewah sebesar seratus persen. menyuarakan kepentingan masyarakat dalam
Akhirnya masyarakat memilih untuk mencari jalan memperoleh keadilan.
keluarnya sendiri. Berbagai cara yang dilakukan  Secara ekonomi masyarakat kesulitan memperoleh
masyarakat untuk mendapatkan energi listriknya sendiri akses pasar dan harus menanggung biaya ekonomi
diantaranya: tinggi yang menyangkut semua aspek kebutuhan
pokok yang disebabkan buruknya sarana
1. Membuat kincir listrik tenaga air tradisional yang transportasi.
biasanya terbuat dari pembangkit dinamo bekas yang  Secara sosial, masyarakat juga mengalami hambatan
dimodifikasi dan konstruksi roda penggerak yang untuk dapat saling beinteraksi dan membentuk
terbuat dari kayu. ikatan sosial yang lebih luas,.
2. Membeli mesin diesel pembangkit listrik secara  Arus perubahan budaya dari luar telah membawa
kelompok untuk ukuran mesin yang cukup besar, dan dampak kecenderungan perubahan yang negatif
juga beberapa individu yang memiliki mesin diesel dalam tatanan budaya lokal tak dapat ditangkal lagi,
ukuran kecil untuk penggunaan sendiri. karena masyarakat tidak memiliki media
3. Menjadi pelanggan listrik dari PLN dengan penyeimbang untuk mempertahankan kearifan dan
Vol. 2 No. 6 Tahun 2006
25
b u l e t i n

Wacana Jejak Leuser

nilai budaya yang mereka miliki. dapat disepelekan.


 Penangulangan situasi darurat seperti terjadinya 1. Masyarakat pedesaan memiliki keterampilan dan daya
bencana tanah longsor yang sering terjadi dan juang wirausaha yang tinggi disamping budaya gotong
pertolongan pertama untuk ibu melahirkan. royong.
2. Ada bermacam diversifikasi usaha dari sektor
Solusi Energi Terbarukan pertanian untuk perolehan income masyarakat, hanya
sedikit golongan masyarakat yang menjadi buruh
Energi terbarukan seringkali diasumsikan tak akan bisa pekerja.
memecahkan masalah kekurangan energi karena sulit dan 3. Setiap rumah tangga, meskipun yang tergolong sangat
biayanya terlalu mahal. Pandangan ini menutup mata miskin tetap mengeluarkan biaya untuk penerangan.
terhadap besarnya biaya subsidi dan dana masyarakat yang
dikucurkan untuk industri energi bahan bakar fosil yang Aspek paling penting dari program pengembangan energi
sudah malang melintang (Cowell, 2002). terbarukan di pedesaan ialah untuk tujuan pembangunan
ekonomi dan peningkatan kapasitas sumberdaya
Cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis masyarakat di masa depan. Wilayah pedesaan sangat
dalam dua dekade yang akan datang, di samping itu membutuhkan percepatan kemampuan untuk
penggunaan bahan bakar fosil sudah diambang meningkatkan peningkatan taraf ekonomi dan
membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia yang pembangunan sumber manusia di masa depan. Memiliki
menyangkut permasalahan polusi dan pemanasan global sumber daya energi secara mandiri menjadi salah satu
yang semakin tinggi. Sementara di lain pihak, di tengah kunci utama.
kelangkaan sumberdaya yang semakin menipis, angka
pertumbuhan kebutuhan energi akan terus meningkat Pengembangan Pembangkit Listrik Mikrohidro
sebesar 10 sampai 25 persen tiap tahunnya.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di
Upaya pemecahan masalah ini tidak seharusnya selalu pedesaan kawasan Gunung Leuser adalah salah satu solusi
terhenti karena masalah dana segar yang dapat menutupi yang terbaik dan tentunya menjadi rangkaian rencana yang
keseluruhan biaya investasi yang dibutuhkan. Pengalaman harus diprogramkan dalam jangka panjang. Energi menjadi
selama ini memperlihatkan bahwa masyarakat telah salah satu syarat utama peningkatan kualitas SDM dan
mampu untuk survive mengatasi masalah kebutuhan energi ekonomi masyarakat. Sesuai dengan motto “air pembawa
listriknya sendirian selama berpuluh puluh tahun meskipun kesejahteraan”, pengembangan ekonomi dibangun
dengan hasil yang tidak layak karena kapasitas penguasaan berdasarkan pada pemanfaatan potensi sumberdaya air
teknologi dan keorganisasian yang masih lemah. yang dihasilkan dari hutan yang telah mereka jaga
kelestariannya.
Seringkali terjadi, karena keterbatasan sumber pendanaan,
menjadikan perhatian kemudian tertuju kepada potensi Mekanisme inisiatif ini dibangun dengan atas dasar
sumberdaya alam yang notabene menjadi modal utama kemitraan masyarakat dengan berbagai pihak di daerah.
untuk pengembangan sumber energi terbarukan. Tabel 1 Nantinya, Pusat Listrik Tenaga Mikrohydro (PLTMH) di
menunjukkan besarnya potensi dan kapasitas terpasang pedesaan kawasan Gunung Leuser diharapkan bukan
energi terbarukan di Indonesia. sekedar sebuah model teknis sarana pembanglit listrik
semata. Mulai dari perencanaan, pembangunan hingga
pengelolaannya dirancang sebagai ”community
Selain memiliki potensi sumberdaya alam, modal utama enterprise” dimana masyarakat bukan hanya menjadi
yang tersedia terutama di pedesaan ialah potensi sosial konsumen akan tetapi secara bertahap sesuai dengan upaya
ekonomi, budaya dan sumberdaya manusia yang tidak peningkatan kapasitasnya, mereka menjadi pengelola dan

Tabel 1. Potensi dan Kapasitas terpasang energi terbarukan di Indonesia


RE Resources Potential Installed Capacity (MW)
Hydro power 75,674 MW 3,854
Mini/Micro hydro 460 MW 64
Geothermal 19,658 MW 802
Biomass 49,807 MW 302
Solar power 4.8 kWh/sq.m/day (1,203 TW) 5
Wind energy 3-6 m/sec. (9,287 MW) 0.5
Sumber : ASEAN Centre for Energy (ACE), Jakarta.

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


26
b u l e t i n

Wacana Jejak Leuser

Suplai Air Perlindungan


HUTAN & DAS

Pengelolaan
MASYARAKAT
MIKROHIDRO

Energi Listrik - Penerangan


Peningkatan IPM
- Industri Hasil Bumi
- Infokom

sekaligus pemiliknya. didalamnya perspektif kesetaraan gender dan


penguatan perempuan.
Dengan kapasitas sekitar puluhan kilo watt, energi listrik
ini tidak saja dapat dimanfaatkan untuk sarana penerangan 
Menginisiasi usaha ekonomi produktif berbasis
rumah tangga di malam hari. Tahapan berikutnya, sejumlah sumberdaya local dengan memanfaatkan pasokan
kapasitas energi listrik tersebut dapat digunakan di siang listrik untuk peningkatan pendapatan
hari menjadi modal awal penggerak industri kecil dalam
upaya peningkatan nilai tambah hasil bumi masyarakat  Memperkuat kelembagaan pengelolaan listrik dan
serta akses teknologi sarana informasi dan komunikasi. bentukan kelembagaan lain yang terkait, termasuk
didalamnya adalah menerapkan mekanisme
Interkoneksi kegiatan ini didasarkan kepada tujuan umum perguliran dana dalam hubungannya dengan
dalam mendorong pengelolaan sumberdaya alam dengan kemandirian, usaha ekonomi produktif,
cara-cara berkelanjutan. Adapaun tujuan khusus mengembangkan kerangka kerja kelembagaan, dan
pembangunan PLTMH ini : membangun iklim yang kondusif untuk pelestarian air
dan hutan.
 Menyediakan listrik milik masyarakat dengan
memanfaatkan teknologi pembangkit listrik tenaga  Mengembangkan sistem pendokumentasian yang
air yang efektif dan efisien. sistematis, sehingga selain menjadi media yang
efektif untuk proses pembelajaran dan untuk tujuan
 Mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang replikasi dan adopsi formal (policy dialog), juga
berasal dari bahan bakar fosil dan kayu bakar dengan untuk memperoleh dukungan dan akses-akses
mempromosikan teknologi energi terbarukan sebagai jaringan pemasaran hasil usaha ekonomi
alternative dan substitusi emisi gas rumah kaca dari masyarakat.***
penggunaan solar dan minyak tanah.
*) Diretur Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI),
 Meningkatkan taraf kehidupan sosial dan Bogor
pertumbuhan ekonomi di pedesaan yang terpencil
dengan penyediaan pasokan listrik, termasuk email: is@pili.or.id

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


27
b u l e t i n

Seputar Kita Jejak Leuser

Ketika Pak Menteri


Menumbang Sawit Terlarang dan
Menanam Asa....

T anggal 24 November 2006 Menteri Kehutanan RI, MS. Kaban, melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Utara.
Salah satu agenda penting dari kegiatan ini adalah melakukan pemusnahan areal tanaman pohon kelapa sawit di
dalam kawasan TN. Gunung Leuser, serta ‘menghijaukan’ kembali lokasi itu, secara simbolik. Pada acara itu
Menteri Kehutanan didampingi oleh Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Dirjen Bina Produksi
Kehutanan (BPK), Gubernur Sumatera Utara, Kapolda Sumut, Kapolres Langkat, Bupati Langkat, Kepala Dinas Kehutanan
Sumut, Kepala Dinas Kehutanan Langkat, dan tentu saja Kepala Balai TN. Gunung Leuser. -Bsb-

1 2 3

4 5 6
Keterangan foto:

1. Masyarakat sekitar lokasi penumbangan sawit menunggu dengan antusias


kedatangan Pak Menteri.
2. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Selamat datang Pak Menteri...
3. “Jangan coba-coba melakukan tindakan pelanggaran hukum dengan
perambah areal hutan diluar HPH”, inilah salah satu penegasan Pak Menteri.
4. Didampingi Dirjen PHKA (Bapak Ir. Arman Mallolongan, MM; berdiri
paling kiri), Kapolda Sumut (Irjen Pol Bambang Hendarso), dan Gubernur
Sumut (Rudolf Pardede, berdiri paling kanan), Pak Menteri dibantu oleh dua 7
anggota Brigade Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC) Macan Tutul
melakukan pemancangan papan kawasan TN Gunung Leuser.
5. Sang Eskavator dengan garangnya menghancurkan sawit-sawit terlarang itu...
6. Secara simbolik,Gubernur Sumut ikut serta melakukan penanaman Sungkai
di areal bekas sawit yang telah dirobohkan.
7. Bapak Pak Menteri bersiap meninggalkan lokasi acara.
8. Daa daaaa Pak Menteri.... Semoga Sungkai yang Bapak tanam dapat tumbuh
subur, sesubur cita-cita kita melestarikan hutan Indonesia...

All pic by: Wiratno. 8


Vol. 2 No 6 Tahun 2006
28
b u l e t i n

Seputar Kita Jejak Leuser

Musyawarah Desa
R angkaian kegiatan Musyawarah Desa ini dilaksanakan pada Bulan September
- Oktober 2006. Kegiatan yang diselenggarakan Balai TNGL dan didukung
penuh oleh UNESCO tersebut dilaksanakan di empat titik lokasi dengan
pokok permasalah yang beragam di tiap titik. Keempat lokasi musyawarah desa
tersebut adalah: Desa Batu Jongjong, Desa Kuta Gajah, Desa Sei Musam, dan Desa
Gurah.

Secara umum, tujuan dari musyawarah desa tersebut antara lain adalah untuk
membangun visi dan memperkuat kerjasama Balai TNGL dengan masyarakat lokal,
menampung aspirasi dan pandangan masyarakat mengenai keberadaan kawasan
TNGL terutama potensi wisata alam dan pemanfaatannya
l merumuskan pola interaksi masyarakat desa dengan kawasan
l memperkuat organisasi pengelolaan di tingkat masyarakat lokal. -Bsb-

Operasi Hutan Lestari II di Langkat


S alah satu mata agenda Operasi Hutan Lestari II di Langkat adalah pemusnahan
tanaman sawit yang berada di dalam kawasan TN. Gunung Leuser. Kegiatan
yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2006 ini dipimpin langsung oleh
Kapolres Langkat, AKBP Anang Syarif Hidayat dan dilaksanakan oleh Polres Langkat,
Balai TNGL, Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Macan Tutul serta yayasan
Leuser Internasional.
Pemusnahan sawit selain menggunakan chainsaw juga melibatkan tenaga gajah-gajah
dari Aras Napal - YLI. -Bsb-

All pic by: Ujang WB

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


29
b u l e t i n

Intermezzo Jejak Leuser

tips memberi
tips memberi nama
nama anak anak
M emberikan nama untuk anak itu susah-susah gampang, salah-salah nama bisa jadi beban buat si Anak. Maka hati-
hatilah dalam memberikan nama untuk anak tersayang karena nama akan disandang seumur hidupnya.

1. Nama itu mengandung do'a.


Nama anak itu cermin harapan orang tua. Nama itu mengandung do'a. Tetapi do'anya yang singkat saja, kalau terlalu
panjang nanti dikira Tahlil atau Wirid. Kalau dipanggil bukannya nengok, malah bilang "Amiinn.."

2. Nama jangan nyusahin orang kelurahan.


Usahakan nama anak mudah dibaca dan mudah ditulis. Meskipun tampaknya bagus, kalau bisa jangan pakai huruf mati yang
didobel-dobel (mis. Lloyd, Nikky, Thasya dll). Biasanya sama petugas Kelurahan akan terjadi salah tulis dalam pembuatan
Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, KTP dll. Nah, nggak enaknya lagi kalo kita minta revisi biasanya kena biaya dan prosesnya
lama lagi.

3. Nama jangan cuma satu kata


Minimal ada first name dan family name gitu loh.... Ini penting terutama kalo pas lagi ngurus paspor atau visa. Bisa-bisa
nggak jadi berangkat ke Amrik hanya gara-gara namanya cuma Paijo atau Pamuji atau Paryono khan kesiaan...

4. Nama jangan terlalu panjang


Nama yang panjang bererot bisa bikin susah si pemilik nama. Disamping susah ngingetnya, juga ngerepotin waktu ngisi
formulir pendaftaran masuk Perguruan Tinggi Negeri (dulu UMPTN). Itu lho..yang ngitemin buletan-buletan pakai pensil
2B. Capeek khaan..??? Nama panjang seperti Siti Hartati Riwayati Mulianingsih Adiningrum Mekar Berseri Sepanjang
Hari adalah sangat-sangat not recommended.

5. Nama anak bersifat internasional


Anak kita hidup dimasa depan, di era globalisasi dimana hubungan dengan dunia internasional amat sangat intens. Jadi
jangan mempersulit anak dengan nama-nama yang sulit di-eja. Nama Saklitinov misalnya orang Jepang nyebutnya
Sakuritino, orang Sunda bilang Saktinop, orang Amrik bilang Sechlaytinove... Syusah khaaannn? Padahal maksudnya Sabtu
Kliwon Tiga November...

6. Ketahuilah arti nama anak


Ketahuilah arti nama anak. Jangan memberikan nama hanya karena enak diucapkan atau bagus ditulisnya. Nama Jalmowono
memang sepintas nama yang gagah, enak diucapkan dan bagus kalo ditulis tetapi ketahuilah bahwa Jalmowono itu artinya
Orang Utan.

7. Jangan pakai nama artis


Nama artis memang bagus-bagus, cuma masalahnya kalau artis itu kelakuannya baik... lha kalau jadi bahan gosip melulu
khan jadi beban juga buat si anak. Lagian pakai nama artis itu tandanya anda gak kreatif dalam bikin nama.

8. Abjad huruf pertama nama anak


Huruf pertama "A" pada nama anak ada enak gak enaknya. Gak enaknya kalau pas ada ujian/test/wawancara sering
dipanggil duluan, gak sempet nanya-nanya ama temannya. Tapi kadang-kadang juga pas giliran dapat pembagian apa gitu,
dapetnya juga sering duluan. Sebaiknya ambil huruf pertama itu antara D sampai K cukupanlah... Huruf depan Z? Wah,
biasanya adanya dibawah...

9. Jangan sok kebarat-baratan


Jangan memberi nama anak dengan bergaya kebarat-baratan, biar dibilang keren. Kudu diinget, anda lahir dibumi Indonesia,
orang Indonesia, kulturnya tetap orang Indonesia. Kalau nama keindo-indoan, tapi mukanya ya melayu-melayu juga, malu
sendiri kan? Lagian kalo kejepit toh bilangnya "adawww...." bukan "Oh my God.."

di’comot’ dari sebuah email


ke sobisz18@yahoo.com
medio September 2006

Vol. 2 No 6 Tahun 2006


30
b u l e t i n

Wanasastra Jejak Leuser

Katanya....
Kata mereka, tanah dan kebunku telah dihanyutkan air konflik
Kata mereka, rumahku telah dibakar api konflik
Kata mereka, orang tuaku, suamiku, istriku, anakku, tetanggaku telah
diberondong peluru konflik

Kata mereka, bangsaku adalah bangsa yang beradab


Kata mereka, bangsaku adalah bangsa yang damai
Kata mereka, bangsaku adalah bangsa yang hidup rukun

Kata mereka, negaraku adalah negara yang kaya raya


Kata mereka, negaraku adalah negara yang merdeka
Kata mereka, negaraku adalah negara yang demokratis

Kata mereka, kekayaan alam ini digunakan untuk kesejahteraan rakyat


Kata mereka, hutan ini digunakan untuk kesjahteraan rakyat
Kata mereka, tanah ini digunakan untuk kemakmuran rakyat

Kata mereka, hutan ini harus dilestarikan


Kata mereka, rumah ini harus dirobohkan
Kata mereka, kami harus pergi

Maafkan kami yang telah membabat ilalang untuk tempat gubug kami
Maafkan kami yang telah menebang pohon untuk tiang gubug kami
Maafkan kami yang telah datang tanpa diundang

Kata hatiku, kami bukan binatang, tapi kami manusia


Kata hatiku, kami bukan orang yang rakus, tapi kami hanya anak bangsa
yang sedang kelaparan
Kata hatiku, kami bukan sekelompok perampok, tapi kami hanya berusaha
melanjutkan hidup kami

Gunung Leuser.... Kami mohon kearifan....

Diilhami oleh temen-temen pengungsi Barak Induk Besitang


R. Hendratmoko

Vol. 2 No. 6 Tahun 2006


31
saat tapaktuan beranjak senja....

Bar code
issn

Anda mungkin juga menyukai