b u l e t i n
Jejak Leuser
Menapak Alam Konservasi Bersama TNGL
Rubrik Kehati tetap setia muncul di Jejak Leuser, kali ini kami coba mengenalkan Badak Sumatera - salah satu spesies
kunci TN. Gunung Leuser yang seiring berjalannya waktu semakin menipis populasinya. Di rubrik Dinamika,
Bambang Setyo menyumbangkan tulisan “Politik Hujan”. Apa maksudnya? Kami persilahkan anda menyimak di
halaman 16. Kajian tentang hal-hal yang tidak jauh dari air juga coba dilemparkan Rina, apakah benar deforestasi
merupakan penyebab utama tanah longsor? Temukan jawaban Rina di JL edisi ini.
Redaksi juga mengucapkan terima kasih kepada Kang Suer dengan ‘kopi’-nya yang enak dibaca dan Kang Iwan
dengan wacana-wacananya tentang mikrohidro demi meningkatkan kualitas hidup ‘orang kecil’ di sekitar Leuser.
Akhirnya di rubrik Wanasastra, Moko seakan ingin menyuarakan isi hati para pengungsi di Barak Induk yang selalu
merasa dalam ketidakpastian hidup.
Selamat membaca...
b u l e t i n
Jejak Leuser
Pelindung
Diterbitkan oleh:
Balai Taman Nasional Gunung Leuser
Jl. Blangkejeren 37 Tanah Merah Kutacane Aceh Tenggara
PO BOX 16 Kode Pos 24601
Telp. (0629) 21358 Fax. (0629) 21016
Bisro Sya'bani
Dewan Redaksi Cover depan : Hutan Leuser
(Foto: Koen Meyers)
Cover belakang : Sunset di TapakTuan
(foto: Gunawan Alza)
Desain : Bisro Sya’bani
Nurhadi Ujang W Barata
Catatan Redaksi
Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan
tulisan yang berkaitan dengan aspek konservasi.
Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5
R. Hendratmoko Imam Pambudi halamam dan minimal 3 halaman kuarto dengan font Times
Administrasi Distribusi New Roman 12. Naskah dikirim ke email :
jejakleuser@yahoo.co.id dengan disertai identitas diri
(termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/atau
gambar-gambar yang dapat mendukung tema tulisan.
Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh redaksi
Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan proses
editing seperlunya.
6 LEUSER
Warisan Dunia
10
UNESCO,
Pemerintah Spanyol, dan
World Heritage Center (WHC)
DukungTN.
Dukung TN. Gunung
Gunung Leuser
Leuser
13
16 Politik
Politik Hujan
Hujan
Politik Hujan
19
mitos
DEFORESTASI
sebagai kambing hitam penyebab longsor
24
ENERGIRAKYAT
ENERGI RAKYAT DI PEDESAAN
DI PEDESAAN GUNUNG LEUSER:
GUNUNG LEUSER:
Pengembangan Potensi Energi Terbarukan
Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
4
4 Dari Kepala Balai 30
30 I n t e r m e z z o
28
28 Seputar Kita 31
31 W a n a s a s t r a
b u l e t i n
Global Network
Global Network
G
lobalisasi dunia telah menjadi kenyataan, kerusakan, dan membangun forum komunikasi
bukan lagi, sekedar wacana. Dunia yang dengan aparat penegak hukum untuk memulai
menjadi “big village' ini juga menjangkiti komitmen bersama dalam memerangi mafia
penggerak konservasi global. Apa saja yang terjadi perusak hutan dengan lebih efektif dan konsisten.
di Leuser, misalnya, dapat langsung dipantau dari
B
negara manapun di seluruh dunia. Sebagai contoh, alai TNGL memiliki pengalaman yang menarik
dengan adanya teknologi yang dikembangkan oleh dalam upaya penegakan hukum. Proses
GoogleEarth, kita bukan saja seolah-olah hukum terhadap 11 perambah di Besitang,
“ditelanjangi”, namun kita sudah tidak bisa Langkat memerlukan waktu ½ tahun.
bersembunyi di manapun dan kapanpun. Illegal Pengembangan penyidikan mengarah pada salah
logging dan perambahan di TNGL akan dengan satu aktor intelektual dan kini telah dihukum
mudah diketahui, kecepatan kerusakannyapun juga penjara selama 3 tahun. Diprediksi perlu waktu
bisa dihitung, dan seterusnya. Namun, kita juga lebih dari 1 tahun untuk memproses hukum 1 tokoh
dapat memanfaatkan teknologi satelit itu, tentunya intelektual perusak TNGL. Proses hukum tersebut
dikombinasi dengan memobilitasi tim reaksi cepat, juga harus dikawal, mulai dari pemberkasan di
untuk meningkatkan pemantauan lapangan yang kepolisian dan terutama di kejaksaan dan
menjadi bagian dari strategi operasi memberantas pengadilan.
pelaku-pelaku pengrusakan taman nasional. Dengan
S
menggunakan citra Econos, nomor truk pengangkut eperempat Abad sejak Leuser ditunjuk sebagai
kayu illegal pun dapat dibaca. Luar biasa! taman nasional, telah banyak terjadi
perubahan-perubahan geopolitik dan tata
N
amun apakah teknologi canggih seperti ini guna lahan akibat intervensi pembangunan di
juga mampu memberikan solusi terhadap seluruh kabupaten sekitar Leuser. Di wilayah
upaya penegakan hukum? Jawabannya Sumatera Utara, Leuser dikepung oleh berkebunan
belum tentu. Upaya penegakan hukum terhadap sawit. Peningkatan luas perkebunan sawit tersebut
pelaku, khususnya otak pelaku illegal logging dan cukup signifikan. Pada tahun 1992, luas perkebunan
perambahan masih belum maksimal sehingga sawit rakyat, swasta, dan milik pemerintah tersebut
mereka seringkali lepas dari jeratan hukum. 513.101 Ha dan meningkat pada tahun 1998
Teknologi canggih seperti itu masih harus menjadi seluas 697.553 Ha, dengan demikian
dikombinasi dengan ground check dalam rangka peningkatannya rata-rata 30.742 Ha per tahun!
pemetaan persoalan, penelusuran alur sejarah Data pada tahun 2000 menunjukkan bahwa luas
perkebunan sawit telah mencapai angka 905.000 Orangutan Conservation Program (SOCP). Ke
Ha. Perubahan pola tata guna lahan dan semakin depan, segera menyusul Wildlife Conservation
sempitnya lahan yang dapat ditanami, serta Society (WCS), Save Tiger Fund (STF), dan
stabilnya pasar dan harga sawit, mendorong beberapa mitra lainnya. Bahkan Universitas Syiah
masyarakat untuk masuk ke dalam kawasan TNGL. Kuala bekerja sama dengan BRR Aceh Nias telah
Tekanan yang terjadi di wilayah Kabupaten Aceh menunjukkan dukungannya untuk membangun
Tenggara, lebih disebabkan oleh perluasan kebun- program di Stasiun Riset Ketambe dan Suaq
kebun rakyat untuk penanaman berbagai komoditi Belimbing. Mitra strategis lainnya adalah Walhi di
dan perluasan tersebut mengarah ke kawasan NAD dan Sumatera Utara yang bersama-sama
dengan kelerengan yang curam. Pertambahan melakukan kampanye konservasi dengan
penduduk dan kurangnya teknologi pertanian melibatkan masyarakat, serta advokasi kebijakan di
mendorong masyarakat cenderung melakukan berbagai tingkatan. Dukungan dari berbagai mitra
perluasan ladangnya dan bukan intensifikasi. ini bukan saja dalam bentuk dana, tetapi yang juga
Apalagi lahan pertanian juga terbatas karena lebih sangat penting adalah alih teknologi, knowledge
dari 60% kawasan kabupaten sebenarnya and skill dari kepakaran mereka.
merupakan wilayah TNGL.
S
emoga globalisasi di bidang konservasi tidak
M
empertimbangkan kompleksitas persoalan terjebak ke dalam dominasi dan kooptasi
di luar taman nasional yang tentu saja konservasi. Globlalisasi konservasi tidak boleh
berdampak langsung pada kelestariannya, dibelokkan menjadi semacam diskursus
maka kita memerlukan kolaborasi multipihak. pembangunan yang kemudian menjadi alat
Global network seharusnya dapat mendukung dominasi, seperti yang telah terjadi selama empat
taman nasional dalam upaya penyelesaian masalah, dekade pembangunan sebagai alat dominasi.
termasuk kelemahan manajemen dan kapasitas staf Globalisasi konservasi justru harus dimanfaatkan
taman nasional. Melalui perbaikan manajemen dan untuk memperkuat jaringan kepakaran yang
arah organisasi Balai TNGL, kini mulai masuk multidisiplin, untuk dapat memecahkan berbagai
dukungan global, seperti masuknya dukungan persoalan konservasi dan manajemen taman
World Heritage Center UNESCO di Paris dan nasional secara lebih sistematis, komprehensif serta
dukungan pendanaan dari pemerintah Spanyol. arif sesuai dengan kondisi sumberdaya dan ragam
Beberapa mitra yang telah lama bekerja dengan aspirasi dan modal sosial di tingkat lokal.***
TNGL juga terus menunjukkan komitmennya,
seperti Fauna Flora International (FFI), Yayasan inung_w2000@yahoo.com
Leuser International (YLI), OIC dan Sumatran
Bisro Sya’bani
Bisro Sya’bani
Bisro Sya’bani
LEUSER
WarisanODunia
IM
NIO MU
ND
Oleh: Ir Wiratno,M.Sc *)
TR
IA
PA
L
“Harta” yang terpendam di bumi Leuser akhirnya diakui sebagai Warisan (Alam) Dunia oleh UNESCO
(United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) pada tahun 2004. Proses untuk
O N D IA L
W O R LD H
menjadi Warisan Dunia (atau disebut sebagai World Heritage) ini dilakukan atas usulan pemerintah
Indonesia kepada salah satu PBB yang bermarkas di Paris tersebut. Seperti biasanya, banyak
pertanyaan kritis dan sebagian juga sinis mengenai diakuinya Leuser ini sebagai Warisan Dunia. Untuk
apa dan apa manfaatnya bagi Indonesia? Apakah kebijakan ini sekedar “ikut-ikutan” trend global, yang
berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan global? Atau ada cerita di balik kebijakan pemerintah
ini? Penunjukan Leuser dilakukan dalam satu paket bersama TN.Kerinci Seblat, dan TN.Bukit Barisan
Selatan, dengan nama : “Tropical Rainforest Heritage of Sumatra”. Dengan menjadi Warisan Dunia, maka
Leuser sejajar dengan Yellowstone dan Grand Canyon National Park di Amerika yang terkenal itu,
Galapagos di Equador, The Great Wall di China, Taj Mahal di India, dan seterusnya.
EM
Sejarah situs alami dan 24 situs campuran yang
berasal dari 137 negara anggota.
ER
I
UNESCO (2004) memuat hal-hal sebagai
N
I
pada Sidangnya yang ke 17 yang berikut: (1) Warisan dunia dapat terdiri dari
diselenggarakan di kantor pusat
UNESCO di Paris, Perancis pada GE O
Warisan Alam dan Warisan Budaya, (2)
Melestarikan warisan yang tidak dapat
tanggal 16 November 1972, dan
berlaku efektif sejak tanggal 17
Desember 1975. Konvensi tersebut
melengkapi program-program PA T RI M
digantikan dan warisan yang memiliki
“Nilai Universal Istimewa”, (3) Perlu
melindungi Warisan yang tidak dapat
dipindahkan, dan (4) Menjadi
konvensi di tingkat nasional dan tanggungjawab kesadaran dan kerjasama
mendukung pembentukan Komite kolektif internasional.
Warisan Dunia dan Dana Warisan
Dunia. Sampai dengan bulan Maret Indonesia telah meratifikasi Konvensi
2005, Konvensi Warisan Dunia telah Warisan Dunia melalui Keputusan Presiden
diratifikasi oleh lebih dari 180 negara. No.29, pada bulan Juli 1989. Sampai saat
Dan pada Juli 2005, terdapat 812 ini, Indonesia telah memiliki 9 situs yang
propertis yang telah tercantum di dalam tercantum dalam Daftar Warisan Dunia.
Daftar Warisan Dunia, terdiri dari 628 situs budaya, 160 Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), dan
Bisro Sya’bani
Lorentz (1999) dan Tropical Rainforest Heritage of
Sumatra, yaitu hutan hujan tropis Sumatera yang terdiri
dari tiga taman nasional, yaitu TN.Gunung Leuser, TN.
Kerinci Seblat dan TN.Bukit Barisan, pada tahun 2004.
Ketiga kawasan ini tercantum dalam Daftar Kelompok
Situs Warisan Dunia pada Sidang ke 28 Komite Warisan
Dunia di Suzhou, Cina, pada tanggal 27 Juni sampai 7 Juli
2004.
Nilai Leuser
a. Keragaman Hayati
Saat ini, Conservation International telah mengidentifikasi Warisan Dunia sebagai Global Network
25 kawasan hotspot di seluruh dunia. Semula, kawasan ini
merupakan habitat alami seluas 17 juta km2 atau 11,8% dari Kembali pada pertanyaan awal tentang manfaat
permukaan bumi. Sekarang, kawasan ini telah kehilangan ditetapkannya TNGL sebagai salah satu dari 812 Warisan
habitat alaminya hingga 88% dan hanya tersisa seluas 2,13 Dunia yang tersebar di 180 negara di seluruh dunia. Salah
juta km2 atau 1,4% dari luas permukaan bumi. Walaupun satu manfaat yang sangat strategis adalah kita harus dapat
luasannya terbatas, kawasan ini merupakan habitat bagi memanfaatkan jaringal global ini untuk upaya pelestarian
43,8% seluruh spesies tumbuhan endemik di bumi dan TNGL. Dan hal ini sangat tergantung pada tingkat
merupakan habitat 35,4% dari seluruh vertebrata non ikan keseriusan site manager untuk menggalang dukungan
endemik. internasional. Dengan perubahan-perubahan yang
dilakukan sejak awal tahun 2005 misalnya, Balai TNGL
Secara global, hanya 884.904 km2 hotspot (0,7% dari luas telah berhasil mendapatkan dukungan dari World Heritage
permukaan bumi) terletak di kawasan yang dilindungi. Hal Center di Paris dan Pemerintah Spanyol, melalui
ini berarti lebih dari 50% kawasan bervegetasi yang masih UNESCO Jakarta Office. Semua dukungan tersebut
Peta daerah Hotspot dunia (berwarna gelap) - sumber: Conservation International, 2002
Koen Meyers
bentuk penguatan
kapasitas kelembagaan
d a n d u k u n g a n
infrastruktur yang selama
ini sangat lemah.
Nampaknya, taman-
taman nasional yang
secara global diakui dan
masuk ke dalam jaringan
global, seperti Cagar
Biosfer atau Warisan
Dunia ini harus dikelola
secara profesional,
dengan menggunakan
network sebagai
kendaraan untuk
mendorong terbangunnya
leadership dan
manajemen yang lebih
efektif. Oleh karena itu,
Balai TNGL akan terus
membangun berbagai
inisiatif kolaborasi di
seluruh tingkatan.
Ditunjuknya TNGL
sebagai salah satu dari 20
Taman Nasional Model di
seluruh Indonesia, yang
akan dimulai tahun 2007, Bolong-bolong dalam kawasan, salah satu tantangan pengelola TNGL
merupakan bukti
komitmen pemerintah, dijadikan sebagai sarana untuk mempertahankan TNGL di
c.q. Departemen Kehutanan, dalam merespon masa depan. Kolaborasi dan network merupakan modal
perkembangan pengelolaan TNGL dan terkait dengan sosial dan kendaraan organisasi untuk menyongsong masa
status TNGL sebagai Warisan Dunia. depan konservasi,yang semakin penuh dengan tantangan
dan ketidakpastian. ***
Jaringan global yang terdiri dari berbagai pakar ini juga
dapat dijadikan kendaraan untuk negosiasi kebijakan,
khususnya kebijakan yang kurang memihak atau *) Kepala Balai Taman Nasional Gunung Leuser
bertentangan dengan kebijakan konservasi. Jaringan Email: inung_w2000@yahoo.com
global juga dapat berfungsi sebagai sarana kampanye
global yang sangat efektif sekaligus juga watchdog
terhadap persoalan-persoalan di site, untuk diangkat ke
skala global, agar menjadi perhatian komunitas global. Referensi:
Pembangunan jalan Ladiagalaska yang memotong
Ekosistem Leuser, misalnya, segera menjadi perbincangan Van Schaik,C. Jatna,S. 1996. Leuser, A Sumatran
global karena diperkirakan dampaknya merusak dan Sanctuary. Yayasan Bina Sains Hayati
berpengaruh langsung pada keselamatan TNGL. Ratusan Indonesia. Jakarta.
pakar primata alumni Stasiun Riset Ketambe sejak 30
tahun lalu, yang tersebar di seluruh dunia, sampai saat ini Government of Indonesia. 2004. Sumatran Tropical
masih peduli akan keselamatan dan kelestarian bukan saja Rainforests Cluster Nomination. PHKA.
stasiun risetnya, tetapi juga isu-isu seputar TNGL. Global Jakarta
network dan collective awareness seperti inilah yang harus
UNESCO,
Pemerintah Spanyol, dan
World Heritage Center (WHC)
DukungTN.
Dukung TN. Gunung
Gunung Leuser
Leuser
Oleh : Koen Meyers
Renovasi Visitor Center Bukit Lawang, didukung penuh oleh UNESCO dan Pemerintah Spanyol
pendanaannya yang disalurkan melalui UNESCO Jakarta diprioritaskan oleh Balai TNGL. Prinsip-prinsip yang selalu
Office. Konsentrasi investasinya juga diarahkan untuk mencari sinergi inilah yang cukup menarik dikembangkan
meningkatkan kapasitas staf Balai TNGL, melalui beberapa dalam upaya membangun kolaborasi multipihak di Leuser.
kegiatan kunci seperti dukungan staf untuk membangun Investasi tersebut dialokasikan untuk membantu Balai TNGL
sistem GIS, pendampingan lawyer-bila Balai TNGL dalam menyelesaikan berbagai persoalan akut yang telah
menghadapi tuntutan dari berbagai pihak dalam langkahnya bertahun-tahun tidak pernah dapat diselesaikan dengan
menegakkan hukum, pengadaan sarana dan prasarana tuntas dan komprehensif. Pola-pola dukungan seperti ini
pengelolaan, termasuk renovasi Visitor Center di rencananya akan dikembangkan di kluster warisan dunia
Bukitlawang, renovasi resort-resort di Aceh Selatan, lainnya, yaitu di TN.Kerinci Seblat dan TN.Bukit Barisan
pelatihan database, pembangunan jaringan komunikasi radio Selatan, sebagai bagian dari upaya penyelamatan hutan hujan
yang akan menghubungkan seluruh kantor Seksi Wilayah, tropis Sumatera.
Kantor Balai di Kutacane, dan beberapa kantor
perwakilannya di Medan maupun di Banda Aceh, Dukungan Multipihak
pembangunan pangkalan data resort-resort, studi banding
penegakan hukum, pembuatan berbagai leaflet, booklet, Mempertimbangkan besaran persoalan dan luasnya TNGL
poster, dan bahan kampanye lainnya. ini, pihak Balai tidak akan pernah mampu mengelolanya
sendirian. Dukungan dari UNESCO dan Pemerintah Spanyol
Yang menarik dari investasi ini adalah bahwa Balai juga masih sangat terbatas dibandingkan dengan
TN.Gunung Leuser juga mengalokasikan beberapa kegiatan kompleksitas permasalahan. Oleh karena itu, masih
strategis yang memang sudah dirancang sebelum dukungan diperlukan dukungan dari pihak-pihal lain sehingga masalah
UNESCO dan Pemerintah Spanyol tersebut dilaksanakan. dapat diselesaikan secara tuntas sesuai dengan kapasitas para
Dengan demikian, program-program bantuan tersebut dapat pihak. Beberapa mitra strategis yang telah bekerja di sekitar
disinergikan dengan program-program di Balai TNGL. Hal TNGL tentunya perlu terus meningkatkan dukungannya,
itu dapat dicapai melalui penyusunan proposal secara seperti Yayasan Leuser International, Fauna & Flora
bersama, sehingga perencanaan yang disiapkan oleh International, Sumatran Orangutan Conservation Program,
UNESCO dan Pemerintah Spanyol adalah program yang OIC, Conservation International, Walhi NAD dan Sumatera
Bisro Sya’bani
Penulis (kanan) dan Hugo dari Pemerintah Spayol pada saat kunjungan ke Bukit Lawang
N A S O NIO MUN
N I IM D
TR
A
UNESCO
IA
PA
M
L
TA
A
L
O N D IA L
W O R LD H
R
G
EM
United Nations
E
ER
U
N S TA I
N
I
U U GE O
N G L E Educational, Scientific and PATRIM
Cultural Organization
K e h a t i Jejak Leuser
Iri rasanya kala kulihat di sana, sekumpulan orang sedang bersandau-gurau di ladang luas mereka yang hijau. Ladang hasil mereka merampas tempat
istirahatku selama ini. Sedih rasanya ketika aku pandangi sekelompok orang bersenjata bedil tertawa-tawa riang keluar dari rumah besarku dengan
membawa mayat sahabatku, Si Belang. Lemas kaki ini saat kuintip segerombol manusia bejat yang ternyata sedang sibuk menggergaji gading teman
curhatku selama ini, si Bona.
Apakah nasibku kelak akan sama dengan kedua sobatku itu?
K eluhan kepedihan itu terumpamakan muncul dari simak urut-urutan klasifikasi hewan bercula itu. Urut-
mulut Badak Sumatera saat melihat begitu banyak urutannya adalah sebagai berikut:
manusia yang dengan buasnya membantai teman-
temannya sesama hewan. Yah, tidak ada yang bisa Kingdom : Animalia
memungkiri bahwa saat ini perburuan terhadap satwa liar, Phylum : Chordata
termasuk badak, semakin merajalela. Cula Badak sebagai Class : Mammalia
obat mujarab berbagai penyakit adalah alasan utama Order : Perissodactyla
mereka memburu binatang itu. Kapan ya pemburu- Family : Rhinocerotidae
pemburu biadab itu akan insyaf...? Genus : Dicerorhinus
Species : Dicerorhinus sumatrensis
Vol. 2 No. 6 Tahun 2006
13
b u l e t i n
K e h a t i Jejak Leuser
kebanyakan dilakukan pada malam hari, sedangkan untuk
Badak Sumatera sendiri terdiri atas 3 (tiga) anak jenis, siang hari mereka gunakan untuk berkubang di lumpur.
yaitu Dicerorhinus sumatrensis lasiotis, Dicerorhinus Pergerakan badak ini bersifat musiman, pada saat musim
sumatrensis sumatrensis, Dicerorhinus sumatrensis penghujan, mereka bergerak ke daerah yang lebih tinggi,
harrisoni. dan turun ke lembah-lembah di musim yang lain. Home
D. sumatrensis lasiotis dipercaya sudah mengalami range antara badak jantan dan betina berbeda, dimana
kepunahan di Bangladesh serta India; dan di Myanmar badak jantan bisa mencapai 30 kilometer persegi
jumlahnya sudah sangat sangat kritis, bahkan sedangkan home range badak betina ‘hanya’ berkisar
keberadaannya sangat sulit untuk dideteksi. D. antara 10 - 15 kilometer persegi yang umumnya berpusat
sumatrensis sumatrensis yang berada di Thailand, pada tempat mengasin (saltlick area). Mereka manandai
Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan trail-nya dengan menggunakan urine, kotoran atau bekas
keadaannya tidak kalah memprihatinkan, meskipun pijakan kaki di tanah.
jumlah individu di alam tidak sesedikit saudaranya, D.s.
lasiotis. Badak Sumatera di Leuser...
Seperti halnya White Rhino dan Black Rhino, Badak Badak Sumatera merupakan salah satu spesies kunci di
Sumatera memiliki dua tanduk (= cula), dimana tanduk Taman Nasional Gunung Leuser, selain orangutan, gajah
belakang berukuran kecil sehingga kadang secara sepintas sumatera, dan harimau sumatera. Catatan sejarah
tidak kelihatan. Cula jantan selalu lebih besar daripada menyatakan bahwa keberadaan Badak Sumatera ini
badak betina. Badak Sumatera hanya memiliki satu lipatan terdapat di hampir seluruh wilayah-wilayah terpencil di
kulit, berbeda dengan Badak Jawa yang kulitnya berlipat Sumatera, dan TN.Gunung Leuser merupakan tempat
tiga. Selain itu, Badak Sumatera juga terkenal di kalangan dengan dokumentasi yang baik. Dijelaskan bahwa di masa
peneliti sebagai badak yang paling berbulu. lalu, Badak Sumatera dapat dijumpai di hampir seluruh
penjuru taman nasional, di lembah-lembah maupun di
Secara umum, karakteristik Badak Sumatera adalah pegunungan, sepanjang pantai barat, dan daratan rendah di
sebagai berikut; panjang antara 236 sampai dengan 315 Langkat dan Deli.
cm, tinggi 112 - 145 cm, panjang ekor sekitar 50 cm dan
berat badan antara 2200 sampai 4400 pon. Lama hidup Perburuan badak merupakan profesi tua di Aceh, dan di
Badak Sumatera bisa mencapai 35 tahun dan masa beberapa desa dikenal sebagai desa pemburu badak.
kedewasaan badak dicapai pada umur 7 sampai 8 tahun. Ketika survai pertama kali dilakukan di Gunung Leuser
Masa kehamilan Badak Sumatera berkisar antara 12 - 16 pada tahun 1930an, badak sudah menjadi langka di
bulan dan mereka hanya mampu melahirkan 1 (satu) anak wilayah utara Gunung Leuser di dekat Blangkejeren, yang
di setiap kelahirannya. Interval kelahiran Badak Sumatera dikenal sebagai pusat pemburu badak. Kecenderungan
adalah sekitar 3
sampai 4 tahun. Bayi
Alain Compost
badak pada saat
d i l a h i r k a n
mempunyai panjang
sekitar 90 cm, tinggi
60 cm dan berat 25
kilogram dan akan
terus bersama
induknya sampai
pada umur 6 tahun.
Selain daun
(terutama daun-daun
muda), badak juga
menyukai tunas,
buah-buahan,
bambu-bambuan,
ranting-ranting muda
dan jahe-jahean
sebagai makanannya.
Mereka mampu
menghabiskan 50
kilogram makanan
dalam sehari.
Aktifitas pergerakan Badak Sumatera, paling menyukai daun muda....
hewan soliter ini
Vol. 2 No 6 Tahun 2006
14
b u l e t i n
K e h a t i Jejak Leuser
Alain Compost
Menurut Pak
Rahman, untuk
mengamati badak
diperlukan kesabaran
dan kehati-hatian
yang ekstra karena
badak melalui
indranya mampu
medeteksi gerakan
kita pada radius 2
sampai 3 kilometer.
Bahkan dulu
(mungkin sekarang
juga masih ada), para
mafia perdagangan
cula badak sampai
bertempat tinggal di
tempat yang mereka
Berkubang, aktifitas sebagian besar waktu badak di siang hari
yakini akan dilewati
badak. Hewan ini
akan penurunan populasi badak ini terus berlanjut, dan dianggap paling
ketika proyek penelitian badak dari seorang ahli zoology mudah diburu karena rute pulang-pergi badak sama. Para
Swiss-Marcus Borner (yang dilanjutkan oleh Nico van pemburu akan memasang perangkap sepanjang rute badak
Strein pada awal 1970an), badak telah menghilang dari tersebut. Kebanyakan perangkap tersbut dibuat
seluruh batas taman nasional. Tahun 1975 Nico melakukan sedemikian rupa sehingga badak yang masuk perangkap
penelitian di suatu wilayah yang hanya dapat dicapai dapat langsung mati di tempat. Hmmm kejam memang..!
melalui udara atau mengikuti jalur jelajah gajah.
Dengan keadaan yang seperti ini, akankah kita 'berbuat'
Dalam jangka waktu studi 358 hari di tempat penelitian untuk Sang Badak Sumatera...?***
tersebut, 4.000 km jalan patroli telah dilalui dan lebih dari
600 casts telah dibuat pada 360 jalur jelajah badak. *) Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai TNGL di
Disimpulkan telah ditemukan tidak kurang dari 39 Kantor Perwakilan Medan
individu badak, 12 individu diantaranya adalah anak
badak yang lahir pada masa studi. Di wilayah penelitian email: bisro_s@yahoo.com
tersebut (yang berada pada salah satu pusat taman
nasional) juga diprediksi bahwa kepadatan individu
diperkirakan 1 badak/800 hektar, dan ini adalah jumlah Bahan Bacaan:
yang maksimum yang dapat didukung oleh kondisi di
Gunung Leuser, dan sangat mungkin merupakan ukuran www.kerinci.org
untuk badak pegunungan di seluruh Sumatera. www.ultimateungulate.com/Perissodactyla/Dicerorhinu
s_sumatrensis.html
Balai Taman Nasional Gunung Leuser mempunyai animaldiversity.ummz.umich.edu/site/.../Dicerorhinus_s
pegawai yang sekaligus sebagai pawang badak, Pak umatrensis.html
Rahman. Dengan cara-cara tradisionalnya, Pak Rahman www.iucnredlist.org/search/details.php/6554/all
dipercaya mampu memanggil badak sampai dengan pada (diakses pada tanggal 9 Oktober 2006)
radius tertentu. Pak Rahman ini juga yang pernah diajak
Politik
Politik Hujan
Hujan
Politik Hujan
Oleh: Bambang Setyo Antoko, S.Hut *)
Mungkin hujan menggambarkan suatu perumpamaan tentang kesedihan, tentang kemuraman -- Luapannya yang kadang
menggelegak adalah ledakan dari emosional jiwa--
Secara harafiah, hujan adalah kejadian wajar yang tak tertampung dari awan yang disebut mendung kemudian menjadi tetes-
tetes air dan selanjutnya merupakan sebuah siklus, salah satu di alam ini. Kadang fenomenal, jika kita membutuhkannya di
saat-saat gersang. Pun di waktu sekarang, kehadirannya mungkin dianggap sebagai murka sang Kuasa. Saat banjir bandang
datang, saat longsor yang menghabiskan semua yang tersisa; Tempat tinggal, lahan pertanian, tempat usaha, bahkan keluarga
terkasih atau sanak saudara.
biasanya identik
dengan penurunan
Ahmad Yasin
secara tajam terhadap
luasan hutan atau
kawasan-kawasan
dengan fungsi
lindung. Hujan yang
seharusnya menjadi
anugrah dan sumber
kehidupan buat
manusia namun
untuk saat ini justru
sangat ditakuti
kehadirannya karena
alasan bencana yang
menyertainya.
mitos
DEFORESTASI
sebagai kambing hitam penyebab longsor
e-mail : rina_sambi7@yahoo.com
Waktu istirahat di sela-sela seminar, KSDA Padang dengan antusias bercerita tentang
workshop atau pertemuan seringkali dinamakan adanya zona hutan larangan yang dianut sebuah
Coffee Break (CB). Memang ada kaitannya dengan masyarakat adat di Sumatera Barat secara turun
kopi, karena itu adalah saat peserta ngopi, nge-teh, temurun. Tidak ada anggota masyarakatnya yang
ngemil dan ngudut. Acara informal ini berani merambah hutan
dilakukan sambil berdiri atau duduk larangan itu. Cerita kearifan
mengelilingi meja-meja yang tradisional bergulir. Tidak jelas
disediakan. Dalam satu meja itu bisa apa yang terjadi jika
berisi 4-8 orang, yang belum tentu perambahnya dari luar
saling mengenal. kelompok masyarakat adat,
Fenomena CB ini menarik karena cerita segera bergeser
karena obrolannya ringan tapi sarat ke prospek menjual Carbon.
info, ajang curhat atau tanya jawab Pada meja lain terdengar
dengan narasumber. Ada yang sekedar cerita mengenai penduduk asli
basa-basi lalu asik menyeruput kopi Siberut yang lebih
dan mengunyah cemilannya. Ada pula menghormati tata batas antar
yang reuni, membahas perkembangan suku mereka daripada tata
program atau beropini ria atas berita- batas TN Siberut. “Taman
berita terkini. nasional itu kan milik orang
Perambahan hutan dan illegal Jakarta,” kata seseorang yang
logging di taman nasional menjadi menyitir pernyataan penduduk
topik hangat dalam Workshop Siberut. Wah…
Pengelolaan Kawasan Konservasi yang Perambahan memang pantas
diadakan di Hotel Asean-Medan pada menjadi topik utama.
tanggal 1-3 Agustus 2006. Pesertanya Berdasarkan data Rapid
adalah para Kepala Balai Taman Assessment and Prioritization
Nasional dan KSDA di Sumatera, of Protected Area Mangement
Pejabat Dinas Kehutanan, dan LSM. (Mei 2004), sebanyak 30 dari
Banyak pejabat yang menanggalkan aura 41 taman nasional di Indonesia menghadapi masalah
kepejabatan saat CB, sehingga obrolan setengah jam perambahan pada berbagai tingkat keseriusan.
itu menjadi lebih menarik. Perambahan menempati peringkat ketiga setelah
Di satu kelompok meja CB, seorang pejabat penebangan dan perburuan liar.
ENERGIRAKYAT
ENERGI RAKYAT DI PEDESAAN
DI PEDESAAN GUNUNG LEUSER:
GUNUNG LEUSER:
Pengembangan Potensi Energi Terbarukan
Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Kemiskinan energi dapat didefinisikan sebagai tidak mencukupinya pilihan untuk memperoleh pelayanan energi yang layak,
mencukupi, dapat diandalkan, berkualitas, aman dan ramah lingkungan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan
manusia (world energy assessment, 2000).
Jika indikator kemiskinan dihubungkan pula dengan dimensi pendidikan, kesehatan serta tingkat partisipasi masyarakat dalam
kehidupan politik, maka setengah jumlah penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini hampir setara
dengan jumlah 90 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses terhadap energi listrik yang layak. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa energi merupakan faktor penting dalam upaya pengentasan kemiskinan serta keberhasilan program
peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM).
Bisro Sya’bani
menjadi konsensus internasional, karena
privatisasi yang dimaksud bukan hanya
privatisasi manajemen, tetapi juga privatisasi
ownership terhadap sektor ekonomi dan
sumberdaya vital yang mempengaruhi
kehidupan orang banyak. Menurut mereka,
terjadinya krisis energi listrik sekarang ini justru
disebabkan oleh penyimpangan dalam
kebijakan yang dikendalikan oleh pendekatan
kepentingan bisnis yang mengutamakan
distribusi dan suplai energi listrik secara sangat
berlebihan ke wilayah pasar industri dan
konsumen kelas menengah ke atas yang ada di
perkotaan.
Pengelolaan
MASYARAKAT
MIKROHIDRO
T anggal 24 November 2006 Menteri Kehutanan RI, MS. Kaban, melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Utara.
Salah satu agenda penting dari kegiatan ini adalah melakukan pemusnahan areal tanaman pohon kelapa sawit di
dalam kawasan TN. Gunung Leuser, serta ‘menghijaukan’ kembali lokasi itu, secara simbolik. Pada acara itu
Menteri Kehutanan didampingi oleh Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Dirjen Bina Produksi
Kehutanan (BPK), Gubernur Sumatera Utara, Kapolda Sumut, Kapolres Langkat, Bupati Langkat, Kepala Dinas Kehutanan
Sumut, Kepala Dinas Kehutanan Langkat, dan tentu saja Kepala Balai TN. Gunung Leuser. -Bsb-
1 2 3
4 5 6
Keterangan foto:
Musyawarah Desa
R angkaian kegiatan Musyawarah Desa ini dilaksanakan pada Bulan September
- Oktober 2006. Kegiatan yang diselenggarakan Balai TNGL dan didukung
penuh oleh UNESCO tersebut dilaksanakan di empat titik lokasi dengan
pokok permasalah yang beragam di tiap titik. Keempat lokasi musyawarah desa
tersebut adalah: Desa Batu Jongjong, Desa Kuta Gajah, Desa Sei Musam, dan Desa
Gurah.
Secara umum, tujuan dari musyawarah desa tersebut antara lain adalah untuk
membangun visi dan memperkuat kerjasama Balai TNGL dengan masyarakat lokal,
menampung aspirasi dan pandangan masyarakat mengenai keberadaan kawasan
TNGL terutama potensi wisata alam dan pemanfaatannya
l merumuskan pola interaksi masyarakat desa dengan kawasan
l memperkuat organisasi pengelolaan di tingkat masyarakat lokal. -Bsb-
tips memberi
tips memberi nama
nama anak anak
M emberikan nama untuk anak itu susah-susah gampang, salah-salah nama bisa jadi beban buat si Anak. Maka hati-
hatilah dalam memberikan nama untuk anak tersayang karena nama akan disandang seumur hidupnya.
Katanya....
Kata mereka, tanah dan kebunku telah dihanyutkan air konflik
Kata mereka, rumahku telah dibakar api konflik
Kata mereka, orang tuaku, suamiku, istriku, anakku, tetanggaku telah
diberondong peluru konflik
Maafkan kami yang telah membabat ilalang untuk tempat gubug kami
Maafkan kami yang telah menebang pohon untuk tiang gubug kami
Maafkan kami yang telah datang tanpa diundang
Bar code
issn