b u l e t i n
Jejak Leuser
Menapak Alam Konservasi Bersama TNGL
Reposisi Peran
Lembaga Konservasi
sekapur sirih
Jejak Leuser kembali hadir untuk anda….
Semakin maraknya kehadiran lembaga-lembaga konservasi dewasa ini, baik pemerintah maupun lembaga swadaya
masyarakat, diharapkan menjadi sinar terang dalam upaya memecahkan berbagai permasalahan konservasi yang akhir-
akhir ini semakin serius. Dalam Liputan Utama, Pak Wir mencoba menuangkan catatan pemikirannya mengenai peran
lembaga-lembaga konservasi tersebut, baik yang berada pada level nasional maupun pada tataran akar rumput.
Pada edisi ini, di 'Kehati' Pak Harto kembali menyumbangkan tulisannya tentang Kukang, salah satu primata malam
yang dulu sering beliau jumpai di Stasiun Penelitian Ketambe. Di rubrik Khasanah, Bisro mencoba menulis apa yang
dia tahu tentang sebuah proses pembelajaran untuk alam, Pendidikan Lingkungan. Sebuah program yang sebenarnya
sudah tersentuh di hampir semua lembaga peduli konservasi. Dan pada rubrik Dinamika, salah satu permasalahan
besar yang dihadapi TNGL, yaitu pengungsi, akan dikupas oleh Ujang dari mulai tinjauan sejarah sampai dengan upaya
pemecahan masalahnya.
Di edisi kelima ini Mas Harry - Direktur SIEJ, secara singkat memaparkan sebuah wacana atas dibentuknya Sahabat
Leuser, komunitas yang terdiri atas para pecinta TNGL. Sebuah pemikiran brilian yang sayang untuk dielakkan,
semoga ke depan Sahabat Leuser bisa benar-benar ada dan punya peran besar dalam upaya pelestarian bumi Leuser.
Terima kasih redaksi ucapkan kepada Mr. Koen atas hasil jepretan Gunung Bendahara-nya ketika ber-fly over keliling
TNGL dan juga pada Bang Diding atas cover cantiknya....
b u l e t i n
Jejak Leuser
Pelindung
Diterbitkan oleh:
Balai Taman Nasional Gunung Leuser
Jl. Blangkejeren 37 Tanah Merah Kutacane Aceh Tenggara
PO BOX 16 Kode Pos 24601
Telp. (0629) 21358 Fax. (0629) 21016
Bisro Sya'bani
Cover depan : “Rebutan Hutan”
Dewan Redaksi (illustrator: Diding M Ichsan)
Cover belakang : Gunung Bendahara
(foto: Koen Meyers)
Desain : Bisro Sya’bani
Illustrator : Diding M Ichsan
Nurhadi Ujang W Barata
Catatan Redaksi
Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan
tulisan yang berkaitan dengan aspek konservasi.
Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5
R. Hendratmoko Bisro Sya'bani halamam dan minimal 3 halaman kuarto dengan font Times
Administrasi Distribusi New Roman 12. Naskah dikirim ke email :
jejakleuser@yahoo.co.id dengan disertai identitas diri
(termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/atau
gambar-gambar yang dapat mendukung tema tulisan.
Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh redaksi
Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan proses
editing seperlunya.
Reposisi Peran
K e h a t i Liputan Utama
Pendidikan Lingkungan,
Pendidikan Lingkungan,
Langkah Bijak untuk Kelestarian Berkelanjutan 13
17
magang
magang tlah tlah
tiba....tiba....
Kilasan
FUKUYA
FUKUYAMA
F ukuyama adalah seorang pakar ekonomi politik yang
sejak 2001 menjadi staf pengajar di John Hopkins
University, Baltimore, dan dikenal luas akan
pemikirannya tentang perubahan sosial dan modal sosial,
yang kemudian menjadi salah satu diskursus global.
rendah di Pulau Sumatera lenyap hanya dalam hitungan 30
tahun (tahun 1970an sampai tahun 2000an). Terbukti
bahwa manusia melalap alam dengan ganasnya, dengan
tingkatan 10 kali lebih cepat, dan dengan dampaknya yang
sudah kita rasakan saat ini: penurunan kualitas lingkungan
Francis Fukuyama membahas bagaimana guncangan besar, hidup (baca: banjir, tanah longsor, erosi tanah dan polusi
the great disruption, yang terjadi ketika sistem kapitalisme air/udara, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan
meluas, mengakibatkan erosi pada modal sosial. seterusnya) yang luar biasa dan akhirnya akan berdampak
Kepercayaan, trust, manusia pada manusia lainnya langsung pada kualitas manusianya yang harus hidup
menipis, kecurigaan dan ketidak-jujuran merebak, dalam kondisi lingkungan yang semakin memburuk dan
pelanggaran hukum meningkat; proses kerjasama dalam rusak parah. Ekonomi yang digerakkan oleh pengurasan
masyarakat berubah menjadi proses saling memakan dan sumberdaya alam ini digambarkan oleh Kenneth Boulding
saling merugikan. dalam Korten (2001) sebagai “ekonomi koboi”. Visi
ekonomi koboi adalah dunia yang bisa dilukiskan sebagai
berlandaskan pada moral ini mampu berkontribusi dalam masyarakat juga seharusnya melakukan reposisi perannya,
AMA
penyelamatan lingkungan? Apakah aspek “moral” akan tidak sekedar “menyerang” pemerintah, tetapi juga perlu
mampu menjadi motor penggerak perubahan sosial dan memulai duduk bersama pemerintah dalam mencari ruang-
penyelamatan lingkungan? Sampai saat ini pertanyaan ruang kebersamaan yang saling menguatkan, saling
yang kedua belum ada jawabannya. menguntungkan, dan saling menghargai, sambil beradu
argumentasi dengan data dan informasi yang akurat.
D M
alam konteks pengelolaan lingkungan hidup
diperlukan organisasi atau lembaga yang
berbasiskan pada mekanisme hierarki dan
mekanisme yang berdasarkan jaringan. Pengalaman di
Indonesia membuktikan bahwa pemerintah dengan model
udahkah proses reposisi peran ini dilakukan?
Pengalaman memberikan kita gambaran bahwa
proses ini tidaklah mudah dan sederhana.
Diperlukan kapasitas leadership yang kuat dan konsisten
organisasi modern menurut Max Weber, yang dalam mengawal perubahan paradigmatik dan substansial
menggantikan wewenang informal menjadi wewenang seperti ini. Menurut Ary Ginanjar Agustina, tokoh
yang berlandaskan hukum dan lembaga-lembaga yang pengembang ESQ (Emotional Spiritual Quotient) 165,
transparan, telah terbukti gagal mengemban mandat menyatakan bahwa 7 sifat ESQ sebagai bekal pemimpin
mengelola lingkungan, dalam hal ini antara lain adalah (1) Jujur-Al Mu'min, Adh Dhahir, (2)
sumberdaya hutan, tambang, laut. Kita lupakan bahwa Tanggungjawab-Al Wakiil, (3) Visioner-Al Baari', Al
sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang masuk ke Waasi', (4) Disiplin- Al Mutaqim, (5) Kerjasama-Al Jaami',
dalam kategori common pool resource, suatu sumberdaya (6) Adil-Al 'Adl, dan (7) Peduli-As Saami'. Tujuh
yang akan sangat mahal untuk dikelola secara eksklusif. persyaratan yang sangat langka bisa ditemukan di
Sementara itu, sumberdaya hutan yang dikelola secara Indonesia saat ini, namun bukan tidak mungkin
berjaringan dengan modal sosialnya yang berupa lembaga- membangun satu generasi kepemimpinan yang dilandasi
lembaga adat, di banyak kasus malahan terbukti lebih oleh 7 persyaratan tersebut di masa depan, baik pemimpin
mampu menunjukkan pengelolaan yang bisa lebih di pemerintahan maupun di lembaga swadaya masyarakat.
dipertanggungjawabkan berdasarkan azas-azas kelestarian, Dimulai dengan kejujuran yang dicontohkan oleh para
tentu saja pada skala dimana jumlah penduduk, intervensi pemimpin itu, maka performa organisasi akan berubah
pasar, dan kebijakan pemerintah masih cukup stabil dan dengan subtansial, baik ditataran paradigma maupun pada
kondusif. Satu misal, pengelolaan hutan-hutan adat yang tingkatan teknis di lapangan. Di Yogyakarta, penulis
lestari akan tetap hancur dengan kebijakan eksploitasi menemukan satu buku yang sederhana namun sangat
hutan yang dapat menebang 1.000 Ha per tahun. Atau menarik dan relevan dengan topik tentang kepemimpinan.
kebijakan di awal Era Otonomi Daerah di mana bupati Buku tersebut berjudul “Memimpin Dengan Asma Allah”,
mengeluarkan ijin eksploitasi 100 Ha. karangan dua penulis: Soejitno Irmin dan Abdul Rochim
Pada intinya kerusakan disebabkan oleh tidak adanya (2005). Buku itu mengatakan bahwa dalam konteks
kontrol yang ketat di tingkat lapangan. Peraturan kepemimpinan, nama-nama yang menjadi sifat-Nya itu
perundangan di bidang eksploitasi hutan sudah lebih dari menjadi tolok ukur sejauh mana seseorang dikatakan
lengkap, namun semua peraturan tersebut hanya sekedar menjadi pemimpin yang (selalu berusaha) menuju
menjadi “macan ompong” di tingkat lapangan. Akhirnya sempurna. Semakin banyak seseorang memahami dan
kerusakan sumberdaya hutan terus berlanjut bahkan hingga mengamalkan sifat-sifat Allah tersebut, semakin
saat ini…. sempurnalah kepemimpinannya. Bukankah ke 7 bekal
kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar
Reposisi Peran
LEMBAGA-LEMBAGA KONSERVASI KE DEPAN :
beberapa catatan pemikiran
Oleh: Ir. Wiratno,M.Sc*)
Mitos: Kenyataan:
Masyarakat difahami sebagai satu entitas yang Masyarakat sangat beragam dan di dalamnya
seragam, lemah, tidak memiliki survival strategy, terdapat berbagai lapisan kepentingan, aspirasi,
sangat tergantung pada bantuan dari luar, dan kebutuhan, dan keinginan yang beragam dan
berbagai romantisme lainnya; dinamis. Kelemahannya seringkali dimanfaatkan
oleh berbagai pihak luar (atau dengan perpanjangan
tangan sebagian kelompok masyarakat) untuk
keuntungan sebesar-besarnya bagi pihak yang
memanfaatkannya.
LSM adalah lembaga yang berpihak pada LSM memiliki dan menghadapi berbagai
masyarakat, dan seringkali menjadi tumpuan keterbatasan baik dalam hal strategi, sumberdaya
harapan dan ketergantungan masyarakat dalam manusia, dukungan pendanaan; LSM seringkali
menyelesaikan berbagai permasalahannya; mengatasnamakan masyarakat untuk kepentingan
pencarian pendanaan yang sebenarnya sebagian
besar untuk kepentingannya sendiri dan dalam
waktu yang bersamaan menciptakan ketergantungan
yang tinggi dari masyarakat binaan;
Pemerintah dipukul rata identik dengan pihak yang Pemerintah juga bukan entitas yang seragam. Akan
tidak bisa berubah, penuh dengan mentalitas KKN, selalu terdapat individu yang masih memiliki
dan pada umumnya tidak mau berdialog, apalagi idealisme yang tinggi dan tidak puas dengan sistim
bekerja sama dengan LSM, mendengarkan aspirasi yang ada di birokrasi.Kelompok minoritas ini selalu
masyarakat, dan sebagainya; ada baik di tingkat pusat sampai di daerah;
Media massa merupakan salah satu pilar demokrasi Media massa merupakan entitas yang sangat
yang bersikap netral dan tidak berpihak; berpengaruh namun memiliki keterbatasan, antara
lain tidak selalu mampu memberikan pencerahan,
bersikap netral, dan menunjukkan fakta dan
kebenaran kepada masyarakat; antara lain karena
seringkali tidak melakukan jurnalisme investigatif
dan atau melakukan crosscheck
Corporate (misalnya: pertambangan), semuanya Kegiatan pertambangan sangat beragam dan
atau sebagian besar merusak sumberdaya alam. memberikan dampak lingkungan yang beragam
pula. Penambangan emas underground berdampak
lingkungan kecil; Demikian pula dengan eksploitasi
panas bumi untuk energi listrik, dengan dampak
yang relatif kecil dan terkendali;
Kerusakan Hutan Indonesia adalah bukti Kerusakan hutan Indonesia disebabkan faktor
ketidakmampuan pemerintah Indonesia, dalam internal (pemerintah) dan faktor eksternal
berbagai aspek termasuk penegakan hukum; (permintaan kayu yang semakin tinggi dari pasar
regional dan global) dan trend-nya telah mengarah
pada organized crime, dengan rantai yang panjang;
Tanggungjawab sebaiknya dipikul bersama, bukan
hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh negara-
negara pengimpor kayu tropis.
Dok. FFI
Depan:
Bisro Sya’bani
konservasi.
èPengembangan sistim
reward and punishment
bagi pelaku konservasi
baik di pemerintah
maupun di LSM
merupakan hal yang
sangat penting untuk
segera dilakukan.
Khususnya bagi
pemerintah, insentif
yang jelas dan
transparan akan
memacu pelaku-pelaku
konservasi di Balai
Ta m a n N a s i o n a l
maupun di Balai
K o n s e r v a s i
Sumberdaya Alam
untuk melakukan yang
terbaik di bidang
tugasnya. Di tingkat
LSM, pola inipun
semestinya juga
dilakukan, sehingga Shared Learning, agenda forum kemitraan yang dikembangkan oleh PILI dan CIFOR
diharapkan akan
mengkristal menjadi
butir-butir „kode etik“ pelaku konservasi yang semoga konservasi yang melibatkan berbagai kepentingan baik
suatu saat dapat diberlakukan di seluruh Indonesia. pemerintah maupun LSM. Pendanaan harusnya dibangun
bukan saja pada tataran nasional maupun global, tetapi
èKhusus bagi pemerintah, investasi pada pengembangan perlu dibangun mekanisme pengumpulan pendanaan yang
sumberdaya manusia konservasi perlu dilakukan dengan mandiri dan bersifat lokal, dan dikelola oleh stakeholder
lebih terstruktur dan terbuka, mulai dari proses setempat. Ketergantungan pada pendanaan nasional dan
recruitment, pembinaan, serta pola karier yang jelas. bahkan pada tataran global seringkali menjadi jebakan
Inisiatif „Magang di Kawasan Konservasi“ bagi 200 calon konservasi, yang membuat masyarakat manja dan
pegawai negeri sipil Departemen Kehutanan pada tahun bergantung pada pendanaan dari luar. Hal yang tidak sehat
2004-2005, merupakan awal yang baik. Setelah magang, dan telah kita buktikan bersama dari kasus-kasus proyek
biasanya mereka mendapatkan pengalaman spiritual dan konservasi yang didanai oleh World Bank dan Asian
teknis betapa rumitnya mengelola hutan-hutan di kawasan Development Bank (ADB) di Indonesia. Large-scale and
konservasi. Ini bekal dan pengalaman penting bagi masa high cost investment di konservasi haruslah sudah
depan mereka. ditinggalkan, karena terbukti tidak berhasil dan
menimbulkan efek ketergantungan sekaligus penolakan
èKonservasi merupakan pertarungan perebutan ruang yang tinggi.***
publik dalam jangka panjang. Tantangan akan selalu
berubah sesuai dengan dinamika perkembangan politik,
sosial, ekonomi, dan lingkungan di berbagai tingkatan. *) Ka Balai Taman Nasional Gunung Leuser
Oleh karena itu, perlu dibangun strategi pendanaan Email: inung_w2000@yahoo.com
- Kahlil Gibran -
K e h a t i Jejak Leuser
KUKANG
Primata dalam Kegelapan
Oleh : Drs Suharto Djojosudharmo
Suatu jenis satwa ataupun tumbuhan adalah pembentuk mata rantai yang panjang dalam sistem kehidupan dimana satu
dengan yang lain saling berkait. Hilangnya suatu jenis kehidupan, baik secara alami atau karena oleh ulah manusia, tidak
akan dapat dikembalikan lagi eksistensinya, betapapun tingginya teknologi manusia.
K e h a t i Jejak Leuser
mangsa bagi satwa lain: ular piton, elang, orangutan, memegang rambut induk dan menyusu. Berbeda dengan
macan dahan, dan beruang. Untuk istirahat dan tidurnya, Tarsius bancanus yang selalu menggunakan lubang pohon
kukang tidak pernah membuat sarang atau memanfaatkan pada beberapa hari pertama melahirkan, kukang segera
lubang pohon. Salah satu strategi bertahan dari ancaman mencari makan dan membawa serta bayi. Berat bayi pada
mangsa adalah dengan tidur di tempat tinggi dan waktu lahir diperkirakan 190 gram. Interval waktu kelahiran
terlindungi, kadang-kadang dengan cara memutar anak pertama dengan berikutnya sekitar 12 bulan. Masa hamil
kepalanya sampai di bawah dada dan menggelantung, kukang 193 hari dan selalu melahirkan satu anak untuk setiap
bahkan kadang harus menjatuhkan diri ke lantai hutan atau kehamilan. Mereka bisa bertahan hidup sampai 16 tahun.
tanah. Tulang belakang dan leher kukang dilindungi oleh Kukang tidak memiliki musim kawin. Sebagai binatang
scapula komplek, rambut tebal dan panjang, kulit tebal arboreal, kukang melakukan kopulasi di pohon dengan posisi
dan posisi tulang servic yang khusus, membuatnya dorso-ventral, yaitu satwa jantan menaiki satwa betina,
menjadi elastis bila harus jatuh dari ketinggian tertentu. sehingga bagian ventral satwa jantan menghimpit bagian
dorsal satwa betina. Seekor induk kukang mampu memberi 3
Beberapa peneliti orangutan menyaksikan dan mencatat 4 ekor anak sepanjang hidupnya.
bahwa beberapa individu orangutan di Stasion Penelitian
Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser, menangkap ,
membunuh dan makan kukang. Sekali kami menyaksikan Kukang Pandai Menghilang ?
seekor kukang jatuh dari tajuk pohon ketinggian ± 20 Kukang juga termasuk satwa yang pandai membebaskan diri
meter ke tanah. Kukang tersebut luput dari tangkapan dari kerangkeng manusia. Beberapa kali sebuah kebun
orang-utan jantan dewasa. Segera kami periksa, ternyata binatang di Jawa kehilangan kukang dari kandangnya,
tidak mati bahkan lukapun tidak, dan kami yakini tidak padahal jeruji-jeruji kandang cukup rapat dan diperhitungkan
mengalami cidera yang berarti, kemudian kami lepaskan tidak ada kemungkinan bagi kukang untuk lepas, karena
lagi di ranting sebuah pohon. Dalam tempo beberapa lubang di antara jeruji sangat kecil bila dibandingkan dengan
menit kukang tersebut telah naik dan kemudian istirahat ukuran tubuh kukang. Tapi ternyata kukang bisa melepaskan
pada ketinggian 7 meter dari tanah . diri. Ini dapat diketahui melalui percobaan. Mula-mula
kukang mencoba mengeluarkan kepala yang ukurannya jauh
Walaupun kukang termasuk jenis binatang arboreal sejati, lebih besar daripada lubang di antara jeruji. Hampir tidak
ada indikasi mereka pernah ke tanah. Pemeriksaan percaya tetapi realita, kukang berhasil mengeluarkan
laboratorium terhadap faeces kukang dijumpai telur kepalanya. Dalam tempo bilangan detik, tubuh yang
cacing cambuk (Trichuris trichiura.) dan telur cacing ukurannya jauh lebih besar daripada kepala, berhasil keluar
kremi (Enterobius vermicularis) yang untuk hidupnya ke melalui lubang yang relatif amat kecil.
dua jenis parasit ini memerlukan media tanah. Hanya
dengan turun ke tanah peluang mereka terinfeksi cacing Satwa ini sangat mudah stress oleh suara dan cahaya yang
parasit tersebut menjadi terbuka. intensitasnya berlebihan. Itu sebabnya banyak orang gagal
ketika mencoba memelihara satwa liar ini, bukan karena salah
Kukang hidupnya semi soliter, binatang jantan selalu dalam memberi pakan tetapi karena lepas dan mati stess.
mengembara sendiri-sendiri, sedangkan betina kadang- Menjadi satu hal yang sudah lazim di Indonesia, populasi
kadang membawa anak. Tarsius bancanus diketahui kukang semakin menurun oleh karena perusakan hutan
memiliki daerah jelajah (home range) seluas 1 - 2 ha, sebagai habitat mereka, serta penangkapan untuk
dengan selalu menandai wilayahnya (territorial marking). diperdagangkan di pasar gelap. Berapa lama lagi dia bisa
Kukang mungkin memiliki daerah jelajah sama atau lebih bertahan…????
besar. Kukang bersifat poligini. Masa birahi (estrus)
kukang betina *) Staf Balai TNGL di Kantor Perwakilan Medan
ditandai dengan
Suharto Dj
membengkaknya
kemaluan (vulva). References :
Satu betina yang
sedang estrus bisa BRADERS, S.K. 1987. Lories, Bushbabies and Tarsiers :
dikawini oleh Diverse Societies in Solitary Foragers. In Primate
beberapa jantan, Societies (Smuts, B.B et al eds.), University of
bahkan sampai 6 Chicago.
jantan dewasa.
Kopulasi kukang DJOJOSUDHARMO, S. and GIBSON, A.T. 1993. On the
berlangsung dalam study of Entero-parasites in six different primates
beberapa saat, yang species in Gunung Leuser National Park. Papers
pernah tercatat paling presented for Seminar dan Kongres Primata I, Bogor
lama satu jam lebih. (unpub.)
Bayi kukang UTAMI, S.S. 1997. Meat- eating by adult female orang utan.
beberapa saat setelah Am.J. Primatol. 43:159-165.
lahir langsung bisa
Vol. 2 No 5 Tahun 2006
4
b u l e t i n
Pendidikan Lingkungan,
Pendidikan Lingkungan,
Langkah Bijak untuk Kelestarian Berkelanjutan
Oleh: Bisro Sya’bani,S.Hut*)
Pendidikan Lingkungan. Istilah ini semakin hari semakin akrab di telinga kita, utamanya bagi para pelaku konservasi. Dengan
semakin terdegradasinya kualitas lingkungan dan alam di bumi ini, kebutuhan peningkatan kesadaran dan kepedulian
terhadapnya semakin mendesak. Tidak mudah memang untuk menumbuhkan satu perasaan, rasa cinta lingkungan, kepada
bermilyar manusia di dunia, beratus juta manusia di Indonesia, beribu orang di Kecamatan Kasihan, beratus orang di Kampung
Tegalkenongo, atau bahkan hanya kepada satu dua orang di keluarga Mbah Marto. Perlu kerja keras dan perjuangan untuk
sekedar menciptakan rasa itu…
Dok. FFI
Ada beberapa langkah penting
di dalam proses itu, yaitu bahwa
aktivitas pendidikan
lingkungan harus berfokus pada
perasaan, pengetahuan, dan
domain perilaku-ketrampilan.
Penekanan di tahap awal tetap
harus pada perasaan, bagaimana
memunculkan rasa kepedulian,
dan pada tahap selanjutnya baru
bisa dijejalkan pengetahuan dan
ketrampilan. Tahapan-tahapan
ini sepertinya mutlak untuk
dilalui dalam proses pendidikan
lingkungan karena pola perilaku
dan tindakan yang
bertanggungjawab kepada
lingkungan merupakan
merupakan pengejawantahan
dari rasa peduli dan perasaan
sadar untuk lingkungan plus
pengetahuan-pengetahuan
tentang lingkungan.
Siswa langsung terjun ke lapangan, dipercaya akan lebih mengefektiftan proses pembelajaran dalam
proses pendidikan lingkungan Meskipun semuanya
tergantung pada karakter
target, namun secara umum,
Jalan Panjang Pendidikan Lingkungan sangat tidak mudah untuk memulai atau bahkan meng-
eksistensi-kan kegiatan pendidikan lingkungan. Sebuah
Tujuan utama pendidikan lingkungan adalah untuk contoh sederhana, saat ini semakin banyak orang sangat
meningkatkan pemahaman kelompok target terhadap upaya menggantungkan hidup dari hasil rambahan mereka ke
pelestarian, mempengaruhi sikap dan pola pikir, serta kawasan konservasi. Apa yang bisa kita perbuat kalau
mendorong adanya dukungan aksi dari kelompok target dihadapkan dengan masyarakat kelaparan yang sedang
tersebut untuk secara aktif ikut serta melakukan kegiatan memegang 'sepiring nasi' seperti itu? Apakah kita akan
pelestarian. Dan kita semua tahu arah sebenarnya dari dengan sekonyong-konyong merebut nasi itu? Kalau itu
kegiatan ini. Secara sederhana, hasil akhir yang diharapkan benar-benar dilakukan, yakinlah pasti akan ada perlawanan
dan diangankan dari sebuah praktek pendidikan lingkungan hebat. Masalah perut kadang memang bisa membuat orang
adalah terciptanya lingkungan hidup yang jauh dari masalah buta mata dan buta hati. Perlu taktik dan strategi jitu untuk
serta punya manfaat positif bagi umat di planet ini, secara dapat memperoleh nasi itu tanpa tanpa harus 'menyakiti' sang
bekelanjutan. Namun, lagi-lagi semua juga tahu, untuk pemilik sepiring nasi itu. Pendekatan dengan
menuju ke arah itu membutuhkan waktu dan proses yang mengedepankan perasaan adalah satu langkah awal paling
tidak pendek. tepat untuk itu, meskipun memang akan sangat memakan
waktu untuk dapat menyadarkan dan mengarahkan orang-
orang itu untuk 'menyerahkan nasi itu' (dalam kasus ini:
Sangat panjang, lama dan sulit untuk mengubah sikap, pola untuk tidak mengganggu lagi kawasan konservasi). Pada
pikir dan pola perilaku manusia yang notabene sudah kasus seperti di atas atau bahkan dalam praktek pedidikan
terbentuk menjadi seseorang berkarakter lain yang lingkungan secara umum, prinsip alon-alon waton kelakon
mempunyai kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Akan (pelan-pelan asal dapat terlaksana) mungkin memang
lebih sederhana apabila dimulai dengan membentuk menjadi mahfum untuk dijalankan. Memang di dunia
karakter, bukan mengubah karakter. Maka dari itu, dengan pendidikan manapun, untuk mendapatkan hasil yang
tanpa mengesampingkan target kepada orang dewasa, optimal,kesabaran ekstra harus selalu dipunyai oleh para
sasaran target pendidikan lingkungan sangat disarankan pendidik.
untuk lebih dioptimalkan di leval anak-anak. Ini semata-mata
untuk membentuk pola perilaku dan karakter sang anak; Pendidikan Lingkungan untuk Siapa?
karakter dan/atau sikap untuk dapat peduli, menghargai, dan
menghormati lingkungan, paling tidak lingkungan di sekitar Pendidikan lingkungan bersifat sangat universal, tentunya
mereka hidup. siapapun berhak mendapatkannya. Memang, dari pemaparan
di atas, terasa lebih mudah dan efektif apabila pembelajaran
Pembentukan karakter pada semua level manusia, utamanya tentang lingkungan ini diterapkan pada anak-anak usia
pada manusia dewasa, selain tidak mudah, juga sekolah. Namun, proses pendidikan lingkungan tetap harus
Vol. 2 No 5 Tahun 2006
14
b u l e t i n
Ujang WB
besar dalam menarik kelompok
target untuk dapat memperhatikan
pesan yang terkandung di
dalamnya. Selain itu, film yang
berhasil menghadirkan nilai-nilai
positif akan dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan
kelompok target, dan pada akhirnya
diharapkan akan berkembang
kepada perubahan perilaku positif
sang target (semoga...).
ýSiaran radio
Radio menjadi salah satu pilihan
sebagai media dalam pendidikan
lingkungan karena selain dapat
menjangkau siaran dengan range
yang cukup luas dengan
penyampaian pesan secara cepat,
secara fisik radio tidak mengikat
kelompok target, sehingga untuk
Penyampaian materi pendidikan lingkungan di dalam ruangan dengan menggunakan berinteraksipun kelompok target
media gambar dapat menikmatinya dengan santai.
Selain itu radio bersifat mobile,
media komunikasi ini juga mampu membangkitkan minat dapat dibawa kemana saja. Siaran
baca pada semua tingkatan umur, terutama pada anak- radio juga bisa mendorong pendengar (kelompok target)
anak. untuk berimajinasi dan mengembangkan pesan-pesan
yang disampaikan di dalamnya.
ýGambar
Gambar menjadi penting di dalam penyampaian Meskipun sudah banyak cara dan media yang dapat
pendidikan lingkungan karena gambar dapat memberikan digunakan dalam pendidikan lingkungan, namun sekali lagi,
pandangan visual yang konkrit tentang sebuah masalah tetap saja kita perlu berjuang lebih keras untuk memajukan
lingkungan yang digambarkan. Orang akan lebih dapat dan menyukseskan kegiatan itu di negeri tercinta ini. Sangat
menangkap ide pada gambar daripada kata-kata atau tepat apabila rumus 3M-nya Aa' Gym diterapkan disini:
bahkan tulisan. Selain itu, gambar juga merupakan media mulai dari kita sendiri, mulai dari hal yang paling kecil, mulai
yang sangat murah dan sangat mudah didapat. dari sekarang. ***
ýPoster
Dengan kandungan pesan-pesan yang jelas dan tegas serta *) Pengendali Ekosistem Hutan di Balai TNGL Kantor
tampilan yang menarik, poster dapat menarik perhatian Perwakilan Medan
kelompok target (atau bahkan masyarakat umum) untuk
dapat lebih mengetahui pesan apa yang terkandung di Email: bisro_s@yahoo.com
dalam media tersebut. Pesan yang terkandung di dalam
poster selain berisi peringatan-peringatan, juga bisa
memuat pembangkit motivasi serta ajakan-ajakan untuk
berbuat sesuatu. Referensi:
Trijatmiko
perintah untuk melakukan studi literatur di
tempat-tempat tersebut ada sesuatu yang di
maksudkan oleh Kepala Balai TNGL, yakni
para peserta magang belajar membangun
komunikasi dengan pihak-pihak yang punya
kepedulian terhadap keberadaan TNGL.
Sebuah cara menarik untuk mendorong kami
mencari tahu seperti apa apresiasi masyarakat
terhadap keberadaan hutan di kawasan TNGL
yang ternyata punya arti sangat penting dalam
kelangsungan hidup masyarakat NAD dan
Sumatera Utara. Ini pelajaran kedua buat
saya….
-Dietrich Bonhoeffer-
Lokasi Tower, Kecamatan Besitang Kondisi spesifik di lokasi Sei Minyak, diketuai oleh
Pemukiman pengungsi asal Aceh di lokasi Tower seluas ± 20 kelompok spekulan tanah besar sehingga terjadi pembatasan-
hektar dihuni oleh ± 50 KK. Para pemukim yang berada di pembatasan terhadap kehidupan para pengungsi yang
lokasi ini adalah para pengungsi yang telah direlokasi dari bermukim di lokasi ini. Seperti halnya untuk tapak
Damar Hitam dan Barak Induk namun kembali lagi ke dalam perumahan dibatasi 1 rante per KK (± 400 m2) dan untuk
kawasan dengan membentuk satu daerah pemukiman baru. lahan pertanian/perkebunan yang dapat diusahai oleh para
pengungsi hanya ± 100 hektar, selebihnya dikuasai atau
Mata pencaharian mereka adalah sebagai petani. Pemukiman dimiliki oleh para spekulan tanah dari luasan lahan ± 9.000
Tower terletak dekat dengan perkampungan (desa) hektar yang telah dibuka dan diusahakan sebagai lahan
masyarakat yang berdampingan dengan kawasan TNGL, perkebunan kelapa sawit. Proses kepemilikan lahan
sehingga proses interaksi ke penduduk lokal terjadi dengan pertanian/perkebunan di lokasi ini, melalui proses
lebih intensif. Proses kepemilikan lahan pendaftaran sebagai anggota penggarap kepada Ketua
pertanian/perkebunan di lokasi ini, sama dengan lokasi Sei Pengurus dan membayar sejumlah dana kompensasi
Minyak, karena kepengurusannya berada di bawah kendali penguasaan/kepemilikan lahan sebesar Rp. 2.500.000,- per
Pengurus di Sei Minyak. Mereka mendaftarkan diri sebagai pancang (per 2 hektar).
anggota penggarap dengan membayar dana kompensasi
kepemilikan lahan sebesar Rp. 2.500.000,- per pancang (per 2 Lokasi Damar Hitam, Kecamatan Sei Lepan
hektar). Diperkirakan pembukaan lahan perkebunan di Lokasi SKW IV Besitang yang pertama kali dijadikan areal
sekitar lokasi ini telah mencapai ± 1.400 hektar, yang pemukiman pengungsi asal Aceh adalah di daerah Damar
dikuasai mayoritas masyarakat lokal. Hitam Kecamatan Sei Lepan, pada awal tahun 2000. Namun
karena permasalahan ini tidak dapat segera diatasi,
Lokasi Sei Minyak, Kecamatan Besitang pemukiman pengungsi meluas ke Barak Induk di Kecamatan
Pemukiman pengungsi asal Aceh di lokasi Sei Minyak seluas Sei Lepan, dan Sei Minyak serta Tower di Kecamatan
± 60 hektar dihuni oleh ± 164 KK. Sebelum ini jumlah KK di Besitang.
wilayah tersebut sebanyak 206 KK, namun sebanyak 42 KK
telah pindah ke wilayah desa PIR ADB, tersebar di 4 (empat) Pada tahun 2000 telah dilaksanakan relokasi pengungsi dari
dusun, yaitu dusun Sei Satu, Sei Dua, Sei Tiga A, dan dusun lokasi Damar Hitam, Kecamatan Sei Lepan ke Dusun II Riau
Sei Tiga B. Keberadaan pengungsi di lokasi Sei Minyak ini, Makmur, Desa Mahato Kecamatan Tembusai Utara,
dimanfaatkan oleh para pelaku penebangan kayu secara Kabupaten Pasir Pangarayan, Propinsi Riau sebanyak 151
ilegal dan para spekulan tanah, sebagai buruh lapangan KK (654 jiwa) dari ± 200 KK (± 800 jiwa). Sedangkan
dengan sistem upah atas
pekerjaan pengepokan dan
Ratna Hendratmoko
Bisro Sya’bani
Inventarisasi dan Identifikasi ke Lapangan
Inventarisasi dan identifikasi ke lapangan
dilakukan oleh petugas Balai TNGL bersama-sama
dengan LSM/KSM lokal, dengan hasil sebagai
berikut :
Bisro Sya’bani
itu dalam penyelesaiannya perlu ditangani secara lintas Email: wisnoe_bharata@yahoo.com
sektoral serta melibatkan LSM dan Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Independen. Didasarkan kepada bobot
permasalahan, tuntutan waktu yang mendesak, dukungan
anggaran yang diperlukan cukup besar, dan kemungkinan
melibatkan beberapa pemerintahan kabupaten dan propinsi
(bahkan lintas pemerintahan di daerah), maka permasalahan
ini perlu ditangani secara terpusat. Persoalan menjadi
kompleks mengingat adanya pihak-pihak lain yang
menjadikan pengungsi sebagai alat untuk ikut merambah dan
tinggal (berbaur dengan pengungsi) di dalam kawasan TNGL
kawasan Besitang. Upaya untuk memisahkan antara
pengungsi dan bukan pengungsi saat ini sulit dilakukan
karena adanya perlawanan massa perambah.
Sahabat Leuser :
Mengajak Masyarakat Ikut Melestarikan TNGL
Oleh; Harry Suryadi*)
Kewajiban anggota:
membayar iuran anggota tahunan (tergantung kategorinya)
mendukung manajemen TNGL
ikut mempromosikan pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati, khususnya kawasan Gunung Leuser
ikut memantau pengelolaan TNGL
Hak Anggota:
dilibatkan dalam kegiatan TNGL yang terbuka untuk umum
mendapat kesempatan eksklusif berkunjung ke TNGL
mendapatkan informasi eksklusif mengenai perkembangan TNGL
Kegiatan:
menggalang dana untuk kegiatan Sahabat Leuser bersama TNGL
meningkatkan taraf hidup komunitas seputar TNGL
mempromosikan TNGL
membuat dan menjalankan program pendidikan lingkungan hidup umumnya, dan mengenai keanekaragaman hayati khususnya
menyelenggarakan ekowisata ke dalam TNGL sebagai bagian dari mempromosikan TNGL
dan lainnya.
Dok. FFI
Ratna Hendratmoko
(perambah dan penebang liar) secara serius dan tegas, dan
(6) Tetap mengembangkan prinsip-prinsip penyelesaian
masalah secara komprehensif dengan peran aktif
multipihak. (UWB)
*****
MoU TNGL-Unsyah
Ujang WB
P ada tanggal 8 Juli 2006 lalu, Balai TNGL dengan
dukungan penuh UNESCO menyelenggarakan
kegiatan “Local Community Workshop”. Kegiatan
yang diadakan di Pangkalan Brandan ini bertujuan untuk
menampung aspirasi dan penyatuan visi pihak-pihak
lokal dalam mendukung upaya penyelesaian
permasalahan TNGL wilayah Langkat. Seperti diketahui,
wilayah Langkat, terutama di Seksi Konservasi Wilayah
IV Besitang memiliki tingkat kerusakan yang paling
parah, yang diakibatkan oleh kompleksitas permasalahan
yang ada. Aktivitas ilegal seperti perambahan,
pembalakan liar, dan pendudukan kawasan oleh
pengungsi telah mengakibatkan kerusakan seluas 21.000
Ha. Menurut ketua pelaksana kegiatan, Ujang Wisnu
Barata, S.Hut, Balai TNGL masih terus mencari upaya
penyelesaian konkrit, salah satunya dengan mengadakan
K awasan TNGL dengan segala keanekaragaman
hayati dan ekosistemnya serta kompleksitas
permasalahan yang tidak hanya menyangkut
aspek biologi-ekologi namun juga berbagai aspek lain,
yaitu : ekonomi-sosial-budaya, telah lama menarik minat
pertemuan yang dinilai strategis ini. para peneliti untuk mendalaminya. “Laboratorium alam”.
Demikian orang biasa menyebut untuk kawasan yang
Pihak lokal yang hadir pada pertemuan ini adalah Kepala kaya sumber ilmu pengetahuan ini.
Desa di wilayah yang berbatasan dengan kawasan (9
(sembilan) desa), jajaran Muspika, pemuka masyarakat Pada tanggal 18 Juli 2006 lalu, Balai TNGL telah
(Kedatukan Besitang, Kedatukan Sei Lepan, dan memulai babak baru paska perdamaian GAM-RI di
Kedatukan Trenggulun), wakil kelompok tani, dan bidang penelitian, khususnya untuk wilayah NAD. Hal
perwakilan pengungsi. Workshop ini terbagi menjadi 2 tersebut terimplementasi dengan ditandatanganinya
(dua) sesi, yaitu sesi I adalah diskusi dengan aparat desa Momerandum of Understanding (MoU) dengan
dan stakeholder lokal dan sesi II adalah diskusi terbatas Universitas Syiah Kuala (Unsyah), Banda Aceh. Penanda
dengan perwakilan pengungsi. Pertimbangan pembagian tanganan MoU ini dilakukan di ruang sidang gedung
sesi ini adalah sensitivitas permasalahan yang menjadi Rektorat Unsyah, dihadiri oleh rektor beserta para
pembahasan serta efektifitas hasil. pembantu rektor, para dekan fakultas, dan para ketua
jurusan.
Setelah secara maraton (dari pagi hingga tengah malam)
melakukan diskusi, poin-poin penting yang dihasilkan Konsep “Integrated Lab” yang dikembangkan para
adalah : (1) Persoalan pengungsi diselesaikan melalui akademisi di Unsyah, membutuhkan bank data yang tak
kegiatan relokasi. Untuk itu diperlukan kejujuran dari terbatas. Prinsip dasar integrated lab adalah sebagai
pihak pengungsi untuk memberikan data, terkait dengan laboratorium bersama lintas disiplin ilmu sekaligus
pembagian dana terminasi, (2) Batas TNGL sebagai pusat “lisensi” untuk semua penelitian baik oleh
direkonstruksi dengan melibatkan masyarakat sehingga peneliti dalam negeri maupun manca negara. Dalam
disepakati dan diketahui secara luas, (3) Perkebunan pengantarnya, Kepala Balai TNGL, Ir. Wiratno, M.Sc
sawit di dalam kawasan yang telah terbukti melanggar mengharapkan agar dengan adanya MoU ini data-data
hukum harus dimusnahkan, (4) Pelibatan masyarakat dan hasil penelitian yang berhubungan dengan TNGL
*****
Rakor Pengelolaan
Bukit Lawang
(Gambar: Kepala Balai TNGL berjabat tangan dengan Ketua LPT, M Tanden Bangun)
Feni Fadila
Operasi Gajah (Alur Gusta, 29 Juli 2006) - Pemusnahan barang bukti kasus
perambahan setelah turun vonis di Pengadilan Negeri Stabat. Operasi ini merupakan
hasil kerja bareng Balai TNGL dan Yayasan Leuser Internasional (YLI) yang
menurunkan Tim UPG Aras Napal, dan disaksikan oleh tim dari Polsek
Besitang.***(UWB)
Bisro Sya’bani
Workshop Pengelolaan Kawasan Konservasi (Medan, 1-3 Agustus 2006) - Acara yang
dibuka oleh Dirjen PHKA ini diselenggarakan oleh Pusdal Regional I Sumatera.
Kegiatan yang juga dihadiri oleh seluruh Kepala Balai Taman Nasional dan Balai KSDA
se-Sumatera, NGO Konservasi, dan Perwakilan masyarakat ini selain membahas
persoalan kawasan konservasi di Sumatera secara umum, juga membahas permasalahan
TNGL, khususnya SKW IV Besitang. Di akhir acara, 3 pokja yang dibentuk (pengungsi,
rehabilitasi, dan perambahan), memberikan beberapa rumusan sebagai rekomendasi
kepada Pengelola TN dalam upaya pemecahan masalah.***(BSb)
Tapi entahlah…
Aku hanya seekor gajah kecil yang bersembunyi dalam semak
Menatap pada makhluk-makhluk itu
Sedang membinasakan ibuku…