Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang ting gi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai konsekuensi tertentu. Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau gejala atau sering juga disebut silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-diam atau t erselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi sampai terjadi gangguan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001). Belakangan ini semakin berkembang produk-produk suplemen oral dan enteral yang bisa dibeli di toko-toko kesehatan (healt stroke) atau melalui multilevel market ing. Suplemen tersebut adalah (1) karbohidrat, misalnya suplemen glukosa, frukto sa; (2) protein, misalnya, suplemen asam amino esensial atau asam amino dalam si klus Krebs seperti ornitin, ornitin, arganin serta sitrulin; (3) lemak, misalnya , suplemen asam lemak omega-3 atau asam gama-lenolenat; (4) vitamin serta minera l yang bersifat antioksidan,misalnya suplemen kombinasi beta-karoten, vitamin E, C, seng serta selenium; dan bahkan (5) sera makanan (dietary fiber), misalnya a pple pectin serta psyllium (Sediaoetama, 2004). Dalam masyarakat luas, produk suplemen makanan di atas kadang-kadang secara keli ru dan berlebihan diiklankan sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penya kit. Kini semakin banyak orang dalam masyarakat modern yang mengkonsumsi produk suplemen makanan bila dibandingkan satu atau dua dasawarsa sebelumnya. Kenyataan ini mungkin berkaitan pula dengan publikasi hasil-hasil penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa makanan sesungguhnya mempunyai peranan yang penting dalam penc egahan dan pengobatan sejumlah penyakit, khususnya penyaki-penyakit degeneratife , metabolic, vaskuler serta jenis-jenis kanker tertentu yang insidensinya sebaga i penyebab utama morbiditas dan mortalitas semakin meningkat dalam masyarakat mo dern. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perbaikkan diet khususnya penurunan asupan lemak serta peningkatan konsumsi buah serta sayur-sayuran merupakan cara yang pa ling efektif untuk memperbaiki kesehatan dan mengurangi risiko penyakit. Dan bag i mereka yang tidak suka makanan sayuran dan buah, suplemen di atas kemudian dij adikan pengganti (Sediaoetama, 2004). Teori yang sejalan antara lain, Dr. Yekti Susilo (2011), pada umumnya orang yang menyukai makanan asin dan gurih, terutama makanan-makanan cepat saji yang banya k mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang mak an-makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Nat rium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi) sehingga meningkat kan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu pola gaya hidup seseorang, mempunyai peranan yang sangat penting dal am terjadinya penyakit hipertensi. Faktor ketidakseimbangan makanan, baik kualit as maupun kuantitasnya akibat gaya hidup seseorang merupakan faktor terjadinya r esiko penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Pola konsumsi yang salah seperti banyak makan dengan pemilihan menu makan yang banyak mengandung lemak, kolester ol hal itu merupakan kebiasaan yang buruk dilakukan di rumah, restoran, pertemua n-pertemuan, maupun di pesta. Perilaku demikian dapat berakibat terjadinya penum pukan lemak tubuh yang merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi (Nurochmah, 2001). Seiring dengan perubahan zaman, terjadi transisi epidemologis dari penyakit infe ksi dan parasit menuju ke penyakit degeneratif. Peningkatan insiden penyakit sis tem sirkulasi memunculkan dugaan bahwa bukan tidak mungkin suatu saat di Indones ia, penyakit sistem sirkulasi menduduki tempat pertama penyebab kematian umum me nurut pola penyakit utama, menggantikan posisi penyakit infeksi dan parasit (Raf lizar, 2000). Di negara berkembang, salah satunya Negara Indonesia walaupun penyakit hipertens i merupakan penyakit yang dikenal luas dikalangan masyarakat umum, namun kurang dipahami, dan penderita cenderung mengabaikan faktor resiko yang ditimbulkan. Pe nyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau gejala atau sering juga atau penyakit yang membunuh secara diam-diam atau terselubung. M disebut silent killer asyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi sampai terjadi gangg uan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001).

Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7 (JNC 7) mengungkap, penderita hipertensi di seluruh du nia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan d arah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di Neg ara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi buk an hanya masalah Negara-negara maju. Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang controlled hypertension. Yang dimaksud dengan hipertensi terekendali adalah mereka yang menderita hiperte nsi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat untuk itu (Bus tan, 2007). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang ting gi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai konsekuensi tertentu (Soeparman, 2001). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indone sia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 16 0/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapa i 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 1995). Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota jambi jumlah penderita hip ertensi tahun 2010 sebanyak 28.681 jiwa, sedangkan tahun 2011 mengalami pening katan dari tahun sebelumnya sebanyak 30.173 penderita hipertensi, dan terbanyak di puskesmas olak kemang dengan jumlah penderita ditahun 2011 sebanyak 3.827 pe nderita. Kemudian disusul puskesmas Rawa Sari dengan jumlah penderita 3.740 jiwa per tahun ( Dinkes Kota Jambi, 2012 ). Berdasarkan survei awal pada bulan Maret 2012 di puskesmas rawasari, hipertensi menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbesar, Sejak tahun 2010 penderita hip ertensi yang berobat berjumlah 3.574 penderita. Dan Pada tahun 2011 mengalami pe ningkatan, penderita hipertensi yang berobat berjumlah 3.827 penderitan, tetapi pada awal 2012 penderita hipertensi yang berkunjung mengalami peningkatan ( Puskesmas Rawasari, 2012 ). Berdasarkan pengamatan peneliti telah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh Pus kesmas Rawasari, pada kenyataannya masih ditemukan masalah yang berkaitan dengan konsumsi makanan atau nutrisi yang tidak sesuai dengan program diet yang diteta pkan, yaitu program diet "rendah garam dan pembatasan lemak". Maka berdasarkan u raian di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluaga dengan Diet Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai