PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB paru
BTA positif. Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terusmenerus dan berdahak lebih dari 2 minggu. Bila tidak diobati maka setelah lima
tahun sebagian besar (50%) pasien akan meninggal.
Mulai tahun 1995, Program Nasional Penanggulangan TB mengadopsi strategi
DOTS atau Directly Observed Treatment Shortcourse, yang direkomendasi oleh
WHO. Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank Dunia menyatakan strategi
DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective. Satu studi cost
benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap
satu dolar yang digunakan untuk membiayai program nasional penanggulangan
TB, akan menghemat sebesar 55 dolar selama 20 tahun.
Petugas TB dalam melaksanakan tugasnya seharusnya
pengetahuan tentang Program Nasional Penanggulangan TB.
mempunyai
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN
A.
TUBERKULOSIS
Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran napas. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran getah bening atau menyebar langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang pasien TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di
Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Daerah dengan ARTI
sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1.000 penduduk 10 (sepuluh) orang akan
terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak akan menjadi pasien TB,
hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi pasien TB. Dari
keterangan tersebut, dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1%,
maka diantara 100.000 penduduk, terinfeksi 1.000 orang, rata-rata terjadi 100 pasien
TB setiap tahun, 50 pasien diantaranya adalah BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, antara lain keadaan gizi buruk atau HIV/AIDS.
transmisi
Jumlah kasus TB BTA+
Faktor lingkungan :
Ventilasi
Kepadatan
Dalam ruangan
Faktor Perilaku
TERPAJAN
HIV(+)
INFEKSI
10%
Konsentrasi Kuman
Lama kontak
Malnutrisi
Penyakit DM,
immuno-supresan
TB
MATI
Keterlambatan diagnosis
dan pengobatan
Tatalaksana tak memadai
Kondisi kesehatan
c.
1)
2)
d. Imunisasi BCG:
1)
Dapat menurunkan kejadian TB berat pada anak (misalnya meningitis
tuberkulosa, TB millier, dll).
2)
Tidak dapat mencegah terjadinya TB post-primer jika infeksi dengan
kuman TB tersebut sudah terjadi sebelum imunisasi BCG.
3)
Tidak dapat menurunkan insidensi TB.
e. Pemeriksaan kontak dari pasien TB paru BTA positif, bertujuan untuk menemukan
pasien lain sedini mungkin, supaya dapat mencegah perkembangan dan
penularan penyakit.
2.
Patogenesis TB
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil (1-5 mikron), sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang
biak dengan cara pembelahan diri di paru yang mengakibatkan radang di dalam
paru. Aliran getah bening akan membawa kuman TB ke kelenjar getah bening di
sekitar hilus paru, ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Infeksi
dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi
positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun
demikian, beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant.
Bila daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi sakit TB. Masa inkubasi
yaitu waktu sejak terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca-primer (Post-primary TB)
Tuberkulosis pasca-primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat status
gizi yang buruk atau terinfeksi HIV. Ciri khas tuberkulosis pasca-primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya cavitas atau efusi pleura.
3.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari pasien TB akan meninggal, 30%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 20% berlanjut
mengeluarkan kuman dan tetap sebagai sumber penularan untuk beberapa tahun
sebelum meningggal. Pasien TB ekstraparu satu diantara dua akan mati dan yang
lain secara spontan akan sembuh dengan meninggalkan cacat.
(Tuberculosis, A Manual for medical students by Nadia ait-Khaled and Donalda. Enarson, WHO,
2003).
4.
5.
pada tahun 1943. TB MDR muncul seiring dengan mulai digunakannya Rifampicin
secara luas sejak tahun 1970-an.
Kekebalan terhadap obat erat kaitannya dengan pengobatan sebelumnya, pada
pasien yg pernah diobati, kemungkinan kekebalan adalah 4 kali, sedangkan kejadian
TB MDR kekebalannya 10 kali lebih tinggi dibanding dengan pasien yg belum
pernah diobati.
Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah
pengobatan yang tidak memadai karena ulah manusia yaitu penatalaksanaan pasien
TB yang tidak adekuat, dapat ditinjau dari sisi:
a.
Pemberi jasa/petugas kesehatan yaitu:
Diagnosis tidak tepat;
Paduan, dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak
adekuat;
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien yang tidak
efektif.
b.
Pasien dan keluarga yaitu:
Tidak mematuhi anjuran dokter/petugas kesehatan;
- Tidak teratur menelan paduan OAT;
- Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya;
- Gangguan penyerapan obat
c.
Program Penanggulangan TB yaitu:
Persediaan OAT yang kurang;
OAT yang disediakan kualitasnya rendah.
TB MDR dipastikan melalui pemeriksaan biakan dan uji kepekaan untuk M.
Tuberculosis. Telah ditetapkan empat jenis kategori kekebalan terhadap obat TB:
Mono resistance: kekebalan terhadap salah satu OAT.
Poly resistance : kekebalan terhadap lebih dari satu OAT, selain Isoniazid dan
Rifampicin.
Multi Drug Resistance (MDR): kekebalan terhadap sekurang-kurangnya
Isoniazid dan Rifampicin.
Extensive Drug Resistance (XDR): kekebalan terhadap salah satu
Fluorokuinolon dan paling kurang salah satu dari OAT suntikan lini kedua
(Kapreomycin, Kanamycin dan Amikacin), sebagai tambahan dari TB MDR.
Kriteria Suspek TB MDR:
1.
Kasus TB kronik;
2.
Gagal pengobatan kategori 2;
3.
Pasien dengan riwayat OAT baik lini pertama maupun
lini kedua (fluorokuinolon, aminoglikosid misalnya kanamisin);
4.
Gagal pengobatan kategori 1;
5.
Pasien dengan BTA tetap positif setelah pengobatan
sisipan;
6.
Pasien kambuh;
7.
Pasien pengobatan ulang setelah lalai pengobatan
(default);
8.
LATIHAN 1
1. Sebutkan komplikasi-komplikasi TB yang sering terjadi !
Jawab:
4. Sebutkan salah satu standar ISTC (standar diagnosis, standar pengobatan, dan
standar tanggung jawab masyarakat masing-masing 1 standar).
Jawab :
10
b.
c.
d.
e.
f.
11
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
12
3)
c.
1)
2)
3)
d.
1)
2)
3)
7. Organisasi Pelaksanaan.
a. Tingkat Pusat
Upaya penanggulangan TB dilakukan melalui Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas TB) yang merupakan forum lintas sektor
dibawah koordinasi Menko Kesra. Menteri Kesehatan R.I. sebagai penanggung
jawab teknis upaya penanggulangan TB.
Dalam pelaksanaan program TB secara nasional dilaksanakan oleh Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung, cq. Sub Direktorat Tuberkulosis.
b. Tingkat Provinsi
Di tingkat provinsi dibentuk Gerdunas-TB provinsi yang terdiri dari Tim Pengarah dan
Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Dalam pelaksanaan program TB di tingkat provinsi dilaksanakan dinas kesehatan
provinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Gerdunas-TB kabupaten/kota yang terdiri dari
Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan
kebutuhan kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan program TB di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh dinas
kesehatan kabupaten/Kota.
d. Sarana Pelayanan Kesehatan.
Dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, BP4/BKPM/BBKPM, Balai
Pengobatan, Klinik dan Praktik Dokter Swasta .
1) Puskesmas
Dalam pelaksanaan di Puskesmas, dibentuk Kelompok Puskesmas
Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM),
dengan dikelilingi oleh 3 - 5 Puskesmas Satelit (PS).
Pada keadaan geografis yang sulit, dapat dibentuk Puskesmas Pelaksana
Mandiri (PPM) yang dilengkapi tenaga dan fasilitas pemeriksaan dahak.
2) Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP) dan BP4
(Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru)/BKPM (Balai Kesehatan Paru
Masyarakat)/BBKPM (Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat) dapat
melaksanakan semua kegiatan tatalaksana pasien TB.
13
3) Balai Pengobatan (BP) ditempat kerja, Klinik Lapas/Rutan dan lainya, Dokter
Praktik Swasta (DPS).
Secara umum konsep pelayanan di Balai Pengobatan, Klinik dan DPS sama
dengan pelaksanaan pada rumah sakit dan BP4/BKPM/BBKPM.
KPP
DPS
BP/Klinik
RS/BP4/BKPM/BBKPM
PS
Labkes
PS
PRM
PPM
Dinas Kesehatan
Kab./Kota
Dinas Kesehatan
Provinsi
Penjelasan Jejaring:
14
c. Alur Koordinasi
Dalam jejaring pelayanan DOTS antara lain: pengelolaan logistik dan
pelaporan termasuk pencatatan pengobatan pasien yang tidak
menggunakan OAT yang disediakan Program Nasional Penanggulangan
TB, rumah sakit dan BP4/BKPM/BBKPM berkoordinasi dengan pengelola
program TB di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota sesuai dengan
wilayah kerjanya. Sedangkan bagi BP dan Klinik berkoordinasi dengan
pengelola program TB di Puskesmas se-wilayah dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah kerjanya.
8. Uraian Tugas bagi Petugas TB di Sarana Pelayanan Kesehatan
Sebagaimana diketahui kegiatan program penanggulangan TB di sarana pelayanan
kesehatan terdiri dari kegiatan penemuan, pengobatan pasien, memberikan
penyuluhan, mengelola logistik TB, melakukan monitoring dan evaluasi, maka
15
diperlukan uraian tugas dari petugas TB di sarana pelayanan kesehatan meliputi dari
semua kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.
LATIHAN 2
1. Sebutkan 5 komponen Strategi DOTS
Jawab:
16
7. Apabila pasien TB tidak diobati, secara alamiah dalam jangka 5 tahun akan
sembuh sebanyak:
a) 30%
b) 45%
c) 50%
d) 80%
8. TB Kebal Obat Ganda atau Multi Drug Resistance (MDR) adalah :
a. Kekebalan terhadap Isoniazid dan Rifampicin
b. Kekebalan terhadap Etambutol dan Pirazinamid
c. Kekebalan terhadap kuinolon dan INH
d. Kekebalan terhadap Streptomisin, Etambutol dan Rifampisin.
9. Tuliskan tujuan Program Nasional Penanggulangan TB.
Jawab:
18
19
Standar 3.
Standar 5.
Standar 6.
20
Standar 8.
21
Standar 10.
Standar 12.
Standar 13.
Standar 14.
Penilaian kemungkinan
resistensi
obat, berdasarkan riwayat
pengobatan terdahulu, paparan dengan sumber yang mungkin resisten
obat dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat seharusnya
dilakukan pada semua pasien. Pasien gagal pengobatan dan kasus
kronik seharusnya selalu dipantau kemungkinan akan resistensi obat.
Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan uji
sensitifiti obat terhadap isoniazid, rifampisin, dan etambutol seharusnya
dilaksanakan segera.
22
Standar 15.
Standar 17.
23
ADDENDUM
Standar 1
Untuk pasien anak, selain gejala batuk, entry untuk diagnosis adalah berat badan
yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir atau gizi buruk
Standar 3
Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui ada tidaknya
TB paru dan TB millier. Pemeriksaan dahak perlu dilakukan, bila mungkin juga pada
anak.
Standar 6
Untuk pelaksanaan di Indonesia, diagnosis didasarkan atas pajanan kepada kasus
TB yang menular atau bukti infeksi TB (uji kulit tuberkulin positif atau interferon
gamma release assay) dan kelainan radiografi toraks sesuai TB
Standar 8
a.
Etambutol boleh dihilangkan pada fase awal pengobatan pasien dewasa dan
anak dengan sediaan apus dahak negatif, tidak menderita TB paru yang luas
atau penyakit ekstraparu yang berat, serta diketahui HIV negatif.
b.
Secara umum terapi TB pada anak diberikan selam 6 bulan, namun pada
keadaan tertentu (meningitis TB, TB millier dan TB berat lainnya) terapi TB
diberikan lebih lama (9-12 bulan) dengan paduan OAT yang lebih lengkap sesuai
dengan derajat penyakitnya.
Standar 10
Respons pengobatan pada pasien TB millier dan efusi pleura atau TB paru BTA
negatif dapat dinilai dengan foto toraks
Standar 17
Pelaksanaan pelaporan seharusnya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Dinas
Kesehatan setempat, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.
24
2.
3.
4.
5.
25
26