saya tunjukkan, semua akan tergambar dengan jelas. Saya sangat menyayangi temanteman saya, dan orang yang mau berteman dengan saya dengan segala ketulusan, kenapa saya kurang suka dengan anggapan terlalu mendalam mengenai sahabat? Karena beberapa sahabat saya pernah menorehkan rasa kecewa, walaupun semuanya udah lewat, tapi nggak bakal mudah untuk dilupakan, lagipula walaupun mungkin sudah berdamai dengan shabat saya, namun dalam hati masih ada yang mengganjal, dan pastinya hubungan persahabatan dengan mudahnya akan berubah. Berubah hanya karena satu masalah kecil. Hubungan persahabatan seharusnya tidak akan pernah rusak apabila dijalani dengan tulus. Namun , bagi saya sendiri, kata sahabat artinya mengekang, tidak ada kebebasan didalamnya, mungkin saya terlampau egois, mungkin apabila sahabat saya membaca ini, dia akan sangat kecewa. Ya begitulah perasaan saya terhadap sahabat saya, saya menganggap persahabatan seperti sebuah ikatan yang memaksa untuk saya harus selalu tersenyum dalam keterpaksaan. Dan saya sendiri jujur nggak suka memaksakan diri. Contoh nyata saja, saya dan sahabat saya semenjak SMP, seharusnya kami berdua masih dekat, namanya aja sahabat, tapi hubungan jauh yang lewat 3 tahun itu bikin semuanya berubah, kekangan nama sahabat, membuat saya terpaksa bermanis-manis didepannya karena perasaan bersalah, bukan karena tulus. Saya jadi terlihat menjauh dari dia, tapi sebenarnya saya sendiri nggak pengen hubungan itu renggang, tapi adanya paksaan membuat semuanya jadi jauh. Contoh yang lain, sahabat saya waktu SMA, skrg kami berdua terpisah, dan ini lumayan membuat saya jauh dengannya , karena saya sendiri terlampau sibuk dengan berbagai hal juga dengan temanteman baru saya. Dengan sahabat saya ,pasti saya akan berbaik-baik dengan mereka namun karena rasa bersalah. Yang saya mau, apabila hubungan sahabat dijadikan seperti hubungan teman, pada akhirnya hubungan itu akan memberi rasa saling membutuhkan , bukan karena
adanya brand sahabat sehingga yang terjadi adalah seperti adanya keterpaksaan untuk peduli. Saya sayang semua sahabat saya, namun saya tak selalu ada untuk mereka, dan itu membuat saya sendiri kecewa pada diri saya, saya akan menganggap diri saya buruk karena memperlakukan sahabat saya seperti itu. Berbeda dengan hubungan yang disebut teman, menurut saya hubungan pertemanan lebih terasa ringan namun memiliki makna yang dalam. Hanya sebagai teman namun selalu saling membutuhkan, selalu saling menguatkan. Bukan Karena paksaan, namun karena saling merasa memiliki teman. Teman-teman baru saya membuat saya menyadari hal itu. Mereka ada saat saya butuh, saya berusaha ada saat mereka butuh, namun segala kebutuhan tersebut tak berlandaskan adanya paksaan, semuanya mengalir apa adanya, tanpa ada rasa bersalah. Rasa pertemanan membuat suatu hubungan lebih kokoh menurut saya, pertemanan tak perlu dikukuhkan sebagai hubungan persahabatan, apa bedanya berteman biasa saja dengan pertemanan yang memiliki brand, pada akhirnya semuanya menginginkan hal yang sama, seseorang untuk berbagi, jadi walaupun tidak disebut sebagai SAHABAT namun semua akan mengerti satu sama lain. Saya sendiri saat ini merasa,saya lebih royal kepada teman saya, kepada sahabat lama saya, sikap saya mulai berubah, terlihat seperti menjauh walaupun itu bukan niat saya. Jarak yang jauh juga dapat menimbulkan kesalah pahaman dan ketidak percayaan, maaf untuk sahabat saya, tak mudah untuk menjaga persahabatan, namun saya berusaha mempertahankan segala hubungan pertemanan kita. Hubungan pertemanan yang ringan, tak akan memberi beban, tak memberi rasa bersalah, karena seorang teman yang tulus biasanya akan mengerti. Bukan saya meremehkan pertemanan, teman bagi saya sendiri memiliki arti yang sangat penting, penting sekali. Mungkin susah dijabarkan melalui kata-kata, yang jelas, saya tidak ingin kehilangan teman saya yang sangat berharga. Dan bagi sahabat saya, saya harap anda mengerti