Anda di halaman 1dari 21

TEORI TRANSCULTURAL NURSING dalam KEPERAWATAN

(Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I) Dosen Pembimbing : Ns. Zaqqi Ubaidillah, S. Kep

Di susun oleh KELOMPOK 2 (Mahasiswa Semester 1) STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN Genggong-Kraksaan-Probolinggo

2010
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Dan semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan kehadirat reformator sejati, nabi akhir zaman, yakni junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang terang akan ilmu pengetahuan seperti saat ini dengan ajaran agama yang baliau bawa, yaitu addinul islam. Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orag yang telah turut serta dalam tersusunnya makalah kecil ini, diantaranya : 1. Ketua Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong, K.H. M. Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. 2. Direktur STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong, Ns. Titik Suhartini, S. Kep, M. Kep. 3. Kepala Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong, Ns. Annisa Wuri Kartika S. Kep. 4. Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I, Ns. Zaqqi Ubaidillah, S. Kep. 5. Dan beberapa orang yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang turut serta dalam penyusunan makalah kecil ini. Banyak rintangan dan hambatan yang kelompok hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Seperti pepatah mengatakan Tiada gading yang tak retak begitu pula dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman demi penyempurnaan makalah ini. Penyusun

Kelompok 2

DAFTAR ISI Cover .......................................................................................... 1 Kata pengantar ........................................................................... 2 Daftar isi ..................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN
1.1. 1.2. 1.3. 1.4.

Latar belakang ............................................................. 4 Rumusan masalah ....................................................... 4 Tujuan .......................................................................... 5 Metode penulisan ........................................................ 5 Pengertian Transcultural Nursing ................................. 6 Teori Transcultural Nursing........................................... 6 Konsep dalam Transcultural Nursing ............................ 7 Paradigma Transcultural Nursing.................................. 8 Proses Transcultural Nursing......................................... 10 Evaluasi Transcultural Nursing....................................... 13

BAB II PEMBAHASAN
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5.

2.6.

BAB III PENUTUP


3.1.

Kesimpulan ................................................................... 14 Saran ............................................................................. 14

3.2.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 15


3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada

abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan budaya bahwa dan sangatlah nilai-nilai penting memperhatikan asuhan keanekaragaman dalam penerapan

keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan dan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan beberapa mengalami 4

disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. 1.2. 1.3. RUMUSAN MASALAH Pengertian Transcultural Nursing? Seperti apakah teori Transcultural Nursing? Apa saja konsep dalam Transcultural Nursing? Bagaimanakah paradigma Transcultural Nursing? Bagaimanakah proses Transcultural Nursing? Seperti apakah evaluasi Transcultural Nursing? TUJUAN Mengetahui dan memahami pengertian Transscultural Nursing, Mengetahui dan memahami bagaimana teori Transcultural Nursing, Mengetahui dan memahami Apa saja konsep dalam Transcultural Nursing, Mengetahui dan memahami Bagaimanakah paradigma Transcultural Nursing, Mengetahui dan memahami Bagaimanakah proses Transcultural Nursing, dan Mengetahui dan memahami seperti apa evaluasi Transcultural Nursing. 1.4. METODE PENULISAN 5

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi tentang latar belakang dari penulisan makalah ini, tujuan di adakannya penulisan, dan metode penulisan makalah ini. Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang membahas materi/pokok bahasan makalah ini,yakni, Sejarah Keperawatan Internasional dan Nasional. Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya

pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan

ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2001). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, tindakan membedakan, mendominasi Caring serta mempersatukan keperawatan. Tindakan dikatakan

sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. 2.2. TEORI TRANSCULTULAR NURSING Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan

merupakan teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal atteccment dari bety newman dan sebagainya. Leiningers konsep model yang dikenal dengan sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam praktik keperawatan. Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan Transcultural nursing sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki pengetahuan dan praktek yang 7

berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma norma yang diyakini dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002). Leininger mengembangkan teorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang professional, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk social struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system professional. 2.3. KONSEP DALAM TRANSCULTURAL NURSING 1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. 5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. 6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. 7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. 8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun 9. Caring potensial adalah untuk meningkatkan langsung kondisi dan kualitas untuk kehidupan manusia. tindakan yang diarahkan membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. 10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. 11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. 2.4. PARADIGMA TRANSCULTURAL NURSING 9

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995). 1. Manusia, adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 2. Sehat, Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). 3. Lingkungan, didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan adalah yang berlaku di lingkungan dan tersebut. yang Lingkungan simbolik keseluruhan bentuk simbol

menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. 4. Keperawatan, Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada 10

klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang budaya digunakan dan dalam asuhan budaya, budaya keperawatan klien (Leininger, pasien adalah 1991). tidak perlindungan/mempertahankan mengakomodasi/negoasiasi

mengubah/mengganti budaya

a. Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan bertentangan dengan dilakukan bila budaya dan kesehatan. Perencanaan implementasi

keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. b. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang c. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. 2.5. PROSES TRANSCULTURAL NURSING Model konseptual yang dikembangkan lain.

oleh

Leininger

dalam

menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 11

1. budaya

Pengkajian, klien (Giger

adalah and

proses

mengumpulkan 1995).

data

untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang Davidhizar, Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu : a. Faktor teknologi (tecnological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini. b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga. d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi 12 berdampak positif terhadap kesehatan. c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social

sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri. e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. f. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. g. Faktor pendidikan (educational factors) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi 13

sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 3. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance 1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi. 2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien. 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat. b. Cultural careaccomodation/negotiation 1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien. 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan. 3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik c. Cultual care repartening/reconstruction 1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan kelompok. 3) Gunakan pihak ketiga bila perlu. 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua. 5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. 14 melaksanakannya. 2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. 2.6. EVALUASI TRANSCULTURAL NURSING Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap

keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan 15

keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. 2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien. 3. Diagnosa keperawatan tindakan transkultural dibutuhkan yang untuk ditegakkan dapat mengidentifikasi yang mempertahankan

budaya yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru. 4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. 5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural. 3.2. SARAN Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA 16

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application, USA, Appleton & Lange Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya, Jakarta, UI Press Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing __________________________, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Two Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing __________________________, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Three Application of Transcultural Nursing Models, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi Konsep dalam perawatan transkultural 1.Budaya adalah norma atau aturan tindakan 2.Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan 3.Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan 4.Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya.

17

5.Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu 6.Ras adalah perbedaan macam-macam manusia 7.Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budayaCare adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku 8.Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan 9.Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif 10.Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan untuk memaksakan KONSEP KEPERAWATAN TRANSKULTURAL ( MODEL KONSEP DARI LEININGER ) A. Pendahuluan

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
oleh dr. Suparyanto, M.Kes Pengertian Budaya

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Unsur/Komponen Budaya 1. Alat-alat teknologi 2. Sistem ekonomi 3. Keluarga 4. Kekuasaan politik Wujud Budaya 1. Gagasan, 2. Aktivitas 3. Artefak.

Gagasan : adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Aktivitas (tindakan): adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. 18

Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau halhal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan

Komponen Budaya 1. Komponen Material 2. Komponen Non Material


Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional

Hubungan Antar Unsur Kebudayaan


Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) Sistem mata pencaharian hidup Sistem kekerabatan dan organisasi sosial Bahasa Kesenian Sistem kepercayaan Sistem ilmu dan pengetahuan

Teknologi

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian

Sistem Kekerabatan

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan

Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat)

Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.

Keyakinan

keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. 19

Sistem Ilmu dan Pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Kelompok Ilmu Pengetahuan 1. Pengetahuan tentang alam 2. Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya 3. Pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia 4. Pengetahuan tentang ruang dan waktu Penetrasi Kebudayaan

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

1. Penetrasi damai (penetration pasifique) 2. Penetrasi kekerasan (penetration violante) Penetrasi Damai

Penetrasi damai (penetration pasifique) Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.

Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru (gabungan keduanya). Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan

Penetrasi kekerasan (penetration violante) Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.

20

Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.

Referensi 1. Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488. 2. Templat:Cite study, based on American Jewish Year Book. 106. American Jewish Committee. 2006. http://www.ajcarchives.org/main.php?GroupingId=10142. 3. Adherents.com - Number of Christians in the world 4. Miller, Tracy, ed. (2009), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the Worlds Muslim Population, Pew Research Center, http://pewforum.org/newassets/images/reports/Muslimpopulation/Muslimpopulation.p df, hlm.4" 5. Boritt, Gabor S. Lincoln and the Economics of the American Dream, p. 1.

21

Anda mungkin juga menyukai