Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEMAJUAN I

Judul Kegiatan
PENGEMBANGAN MESIN PENGERING MOCAF
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan
Kode Produk Target : 1.05
Kode Kegiatan : 1.05.02
Peneliti Utama : Ir. Ana Nurhasanah, M.Si
BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
2012
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Pokok Permasalahan.................................................................................................. 5
1.3 Metodologi Pelaksanaan............................................................................................. 6
1.3.1 Lokus kegiatan ..................................................................................................... 6
1.3.2 Fokus Kegiatan .................................................................................................... 6
1.3.3 Bentuk Kegiatan................................................................................................... 7
1.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan................................................................................. 7
1.4.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ............................................................................... 7
1.4.2 Bahan dan Peralatan ........................................................................................... 7
1.4.3 Metode.................................................................................................................. 7
1.4.4 Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot .......................................................... 8
1.4.5 Pengujian Adaptasi dan Evaluasi Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot .... 8
1.4.6 Analisis Teknis ..................................................................................................... 9
1.4.7 Analisis Ekonomi ................................................................................................ 10
II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN........................................................... 12
2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial....................................................................... 12
2.1.1 Perencanaan Anggaran..................................................................................... 12
2.1.2 Pengelolaan Anggaran....................................................................................... 12
2.1.3 Rancangan Pengelolaan Aset ........................................................................... 13
2.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja.............................................................. 13
2.2.1 Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja...................................... 13
2.2.2 Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja........................................... 13
2.2.3 Perkembangan Pencapaian Target Kinerja....................................................... 14
2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program.............................................................. 14
2.3.1 Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program....................................... 14
2.3.2 Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program.................. 15
2.3.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program........................... 15
2.4 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa............................................................... 22
2.4.1 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ....................................................... 22
2.4.2 Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa........................................................... 23
2.4.3 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa................................... 24
3
2.4.4 Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa .............................................. 24
III. RENCANA TINDAK LANJUT......................................................................................... 27
3.1 Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja.................................................. 27
3.2 Rencana Koordinasi Kelembagaan Program........................................................ 27
3.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa................................................................ 28
3.4 Rencana Pengembangan ke Depan......................................................................... 29
IV. PENUTUP...................................................................................................................... 30
1.1 Latar Belakang
Ketergantungan Indonesia pada produk terigu sangat besar, padahal hampir
seluruh produksi tepung terigu berasal dari gandum yang diimpor. Rata
gandum Indonesia (segar maupun olahan) sebesar 5,46 juta ton/tahun dan konsumsi
tepung terigu terus bertambah
terigu berbahan baku gandum terus meningkat (Gambar 1). Berdasarkan data BPS
konsumsi terigu pada tahun 2003 adalah 19.8 gram/kapita/hari, meningkat pada tahun
2006 menjadi 22.6 gram/kapita/hari dan pada tahun 2008 konsumsi terigu mencap
gram/kapita/hari. Dengan demikian kebutuhan terigu rata
tahun. Ketika nilai rupiah atas dolar Amerika merosot, dirasakan bahwa biaya impor
menjadi mahal, harga gandum juga demikian, dan dampaknya harga terigu juga terus
merambat naik. Di sisi lain sumber pangan lokal tersedia cukup banyak dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Hasil studi yang telah dilakukan pakar kehutanan Universitas
Gajah Mada mengidentifikasi sekitar 26 jenis pangan yang tumbuh di areal kehutanan dan
perkebunan, di antaranya singkong, ubi jalar, jagung, sukun, garut, talas, gembili, ganyong,
dll. Diperkirakan 11 juta ha hutan dan kebun dapat menghasilkan pangan sebanyak 1.560
juta ton per tahun, sehingga Indonesia dapat menjadi pusat cadangan pangan dun
Gambar 1. Impor Gandum segar dan Olahan Indonesian
(Sumber : Statistik Pertanian, 2009)
Akhir-akhir ini dikembangkan tepung singkong termodifikasi (
flour/MOCAF) yang diarahkan untuk substitusi terigu. Sifat dan dan karakteristik tepung ini
mempunyai aroma yang khas, sehingga aroma dan cita rasa yang khas dapat menutupi
aroma ubi kayu seperti pada tepung kasava atau tapioka.
I. PENDAHULUAN
Indonesia pada produk terigu sangat besar, padahal hampir
seluruh produksi tepung terigu berasal dari gandum yang diimpor. Rata-rata total impor
gandum Indonesia (segar maupun olahan) sebesar 5,46 juta ton/tahun dan konsumsi
tepung terigu terus bertambah setiap tahunnya (Anonymous
a
,2009). Konsumsi tepung
terigu berbahan baku gandum terus meningkat (Gambar 1). Berdasarkan data BPS
konsumsi terigu pada tahun 2003 adalah 19.8 gram/kapita/hari, meningkat pada tahun
2006 menjadi 22.6 gram/kapita/hari dan pada tahun 2008 konsumsi terigu mencap
gram/kapita/hari. Dengan demikian kebutuhan terigu rata-rata tumbuh mencapai 5% per
tahun. Ketika nilai rupiah atas dolar Amerika merosot, dirasakan bahwa biaya impor
menjadi mahal, harga gandum juga demikian, dan dampaknya harga terigu juga terus
rambat naik. Di sisi lain sumber pangan lokal tersedia cukup banyak dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Hasil studi yang telah dilakukan pakar kehutanan Universitas
mengidentifikasi sekitar 26 jenis pangan yang tumbuh di areal kehutanan dan
, di antaranya singkong, ubi jalar, jagung, sukun, garut, talas, gembili, ganyong,
dll. Diperkirakan 11 juta ha hutan dan kebun dapat menghasilkan pangan sebanyak 1.560
juta ton per tahun, sehingga Indonesia dapat menjadi pusat cadangan pangan dun
Gambar 1. Impor Gandum segar dan Olahan Indonesian
(Sumber : Statistik Pertanian, 2009).
akhir ini dikembangkan tepung singkong termodifikasi (modified cassava
) yang diarahkan untuk substitusi terigu. Sifat dan dan karakteristik tepung ini
mempunyai aroma yang khas, sehingga aroma dan cita rasa yang khas dapat menutupi
aroma ubi kayu seperti pada tepung kasava atau tapioka. Hasil uji coba menunjukkan
4
Indonesia pada produk terigu sangat besar, padahal hampir
rata total impor
gandum Indonesia (segar maupun olahan) sebesar 5,46 juta ton/tahun dan konsumsi
). Konsumsi tepung
terigu berbahan baku gandum terus meningkat (Gambar 1). Berdasarkan data BPS
konsumsi terigu pada tahun 2003 adalah 19.8 gram/kapita/hari, meningkat pada tahun
2006 menjadi 22.6 gram/kapita/hari dan pada tahun 2008 konsumsi terigu mencapai 38
rata tumbuh mencapai 5% per
tahun. Ketika nilai rupiah atas dolar Amerika merosot, dirasakan bahwa biaya impor
menjadi mahal, harga gandum juga demikian, dan dampaknya harga terigu juga terus
rambat naik. Di sisi lain sumber pangan lokal tersedia cukup banyak dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Hasil studi yang telah dilakukan pakar kehutanan Universitas
mengidentifikasi sekitar 26 jenis pangan yang tumbuh di areal kehutanan dan
, di antaranya singkong, ubi jalar, jagung, sukun, garut, talas, gembili, ganyong,
dll. Diperkirakan 11 juta ha hutan dan kebun dapat menghasilkan pangan sebanyak 1.560
juta ton per tahun, sehingga Indonesia dapat menjadi pusat cadangan pangan dunia.
modified cassava
) yang diarahkan untuk substitusi terigu. Sifat dan dan karakteristik tepung ini
mempunyai aroma yang khas, sehingga aroma dan cita rasa yang khas dapat menutupi
coba menunjukkan
5
bahwa MOCAF dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat
luas. MOCAF ternyata tidak hanya bisa dipakai sebagai bahan pelengkap, namun dapat
langsung digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie,
bakery, cookies hingga makanan semi basah.
Industri kecil produksi MOCAF mulai bermunculan dan produk MOCAF sudah mulai
digunakan pada pabrik pengolahan makanan seperti mie, cookies dll. Namun demikian,
penelitian-penelitian teknologi proses dan bioteknologi masih terus berkembang mengarah
pada efisiensi proses produksi dan pengurangan biaya produksi.
Dukungan teknologi mekanisasi pasca panen sangat penting untuk menjamin
ketersediaan MOCAF sepanjang tahun serta untuk meningkatkan kualitas produk
olahannya. Salah satu teknologi pasca panen MOCAF adalah pengeringan. Dalam
hubungannya dengan pengeringan MOCAF, Balai Besar Pegembangan Mekanisasi
Pertanian sejak tahun 2009 (Supriyanto dkk, 2009) telah mengembangkan mesin
pengering lorong untuk pengeringan MOCAF yang kemudian dimodifikasi dan
diaplikasikan untuk produksi MOCAF pada tahun 2010. Dengan demikian, hasil teknologi
ini sudah layak diterapkan ke sentra produksi MOCAF.
Tujuan kegitan ini adalah untuk menerapkan teknologi mesin pengering MOCAF
pada skala demplot di daerah sentra produksi tepung MOCAF di Wonogiri. Secara rinci
tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan introduksi dan penerapan mesin pengering MOCAF di daeah sentra
produksi MOCAF Wonogiri;
2. Melakukan pengujian lapang dan adaptasi mesin pengering MOCAF di daerah
sentra produksi MOCAF Wonogiri;
3. Melakukan analisis teknis dan ekonomis penerapan mesin pengering MOCAF di
daeah sentra produksi MOCAF Wonogiri;
4. Rekomendasi teknis ekonomis mesin pengering MOCAF.
1.2 Pokok Permasalahan
Proses pembuatan MOCAF terdiri dari tahapan persiapan, penyawutan, fermentasi,
pengatusan/pengepresan, pengeringan dan penepungan. Berdasarkan hasil pengamatan
pada produsen MOCAF, ubi kayu yang telah dipanen harus segera diolah atau pada
kondisi segar. Pengolahan sebaiknya tidak boleh lebih dari 24 jam (Misgiyarta dkk, 2009).
Penundaan pengolahan mengakibatkan turunnya rendemen, karena banyak ubi kayu yang
rusak dan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku MOCAF. Pada proses selanjutnya,
pengeringan memegang peranan yang sangat penting dan menentukan kualitas tepung
yang dihasilkan.
6
Ubi kayu memiliki kadar air yang tinggi terlebih setelah melalui proses fermentasi
sehingga diperlukan proses pengeringan. Keterlambatan proses pengeringan dapat
menyebabkan kerusakan pada chips dan akhirnya kualitas tepung MOCAF yang dihasilkan
menurun. Kerusakan ini dapat menyebabkan terjadinya pembusukan dan menyebabkan
warna MOCAF menjadi lebih kusam. Kerusakan ini diakibatkan adanya aktifitas biologis
dan kimia pada saat penyimpanan MOCAF yang masih memiliki kadar air yang cukup
tinggi yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, jamur dan serangga.
Metode pengeringan yang saat ini banyak dilakukan untuk mengeringkan MOCAF
adalah dengan penjemuran, namun metode ini memiliki banyak kekurangan antara lain:
sangat tergantung pada kondisi cuaca, proses pengeringan yang sulit dikontrol dan tidak
seragam, memerlukan tempat yang luas, mudah terkontaminasi, resiko kehilangan/susut
bobot tinggi, serta waktu pengeringan yang lama. Melihat permasalahan tersebut,
diperlukan introduksi mesin pengering MOCAF untuk mendukung produksi MOCAF guna
meningkatkan produktivitas, efisiensi kerja, peningkatan hasil dan perbaikan mutu hasil.
Dalam kegiatan ini akan dilakukan penerapan teknologi mesin pengering MOCAF yang
tepat guna dengan memperhatikan aspek teknis, ekonomis, dan kondisi sosial ekonomis
masyarakat setempat.
1.3 Metodologi Pelaksanaan
1.3.1 Lokus kegiatan
Lokus kegiatan ini merupakan pengembangan mesin pengering MOCAF di daerah
sentra produksi mocaf Kabupaten Wonogiri. Mesin pengering mocaf ini merupakan mesin
pengering tipe hybrid yaitu mesin pengering berenergikan tenaga matahari dan tungku
kayubakar. Kapasitas mesin pengering sekitar 500 kg selama 6 jam, sehingga apabila
terus digunakan selama sehari dapat mengeringkan chip mocaf sebesar 1 (satu) ton
sehari.
1.3.2 Fokus Kegiatan
Sehubungan dengan judul kegiatan ini yang intinya adalah pelaksanaan
pengembangan unit alsin pertanian maka yang menjadi fokus dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah perancangan model dari kelembagaan pengembangan unit mesin
pengering mocaf dalam bentuk chip dan tepung. Pihak daerah yang akan dilibatkan dalam
kelembagaan kegiatan ini adalah Bapeda kabupaten Wonogiri (via Dinas Pertanian atau
Dinas Ketahanan Pangan sebagai pembina pengembangan masyarakat tani daerah).
7
1.3.3 Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan penelitian ini adalah pengembangan mesin pengering hybrid
dengan menggunakan sinar matahari dan tungku kayu bakar. Bentuk kegiatab merupakan
sinergi antara kelembagaan kelompok tani dengan pemasaran, pemda terkait dan institusi
lainnya.
1.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
1.4.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian (BBP Mektan) Serpong dan di lokasi pengembangan teknologi mekanisasi
tepung MOCAF di salah satu sentra produksi di Wonogiri. Waktu pelaksanaan kegiatan
dari Maret November 2012.
1.4.2 Bahan dan Peralatan
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi bahan rekayasa untuk
pembuatan mesin pengering tipe lorong yang terdiri dari: plat stainless (kontak pangan
food grade), besi siku, thermostat, pipa besi, kompor pemanas gas, kontrol panel dll.
Bahan uji berupa ubi kayu dan bahan bakar gas LPG. Sedangkan peralatan yang
diperlukan meliputi peralatan untuk keperluan perekayasaan di bengkel dan laboratorium
serta alat-alat pengujian dan pengolahan data meliputi:
a. Peralatan perbengkelan, seperti alat potong plat, bubut, bor tangan, gerinda potong,
las argon, dan alat tekuk plat dll.
b. Peralatan laboratorium seperti whiteness tester, moisture tester, timbangan digital,
termokopel, thermo-hygro meter dll.
1.4.3 Metode
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menerapkan dan
mengintroduksikan mesin pengering MOCAF di salah satu daerah sentra produksi
MOCAF. Metode pelaksanaannya melalui survey dan identifikasi lokasi demplot,
pengintroduksian alsin, pendampingan dan sosialisasi penggunaan alsin, monitoring, dan
evaluasi penerapan alsintan. Kegiatan pendampingan dilakukan melalui pelatihan operator
dan demo cara pengoperasian dan penerapan penggunaan alsin yang telah ditetapkan di
lokasi. Kegiatan pelatihan operator dan demo cara pengoperasian alsin dilaksanakan di
lokasi pada saat pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Untuk mempercepat proses
8
transfer teknologi dan mempermudah penerapan alsin di lapangan khususnya yang terkait
cara pengoperasian alsin, maka dibuatkan buku petunjuk pengoperasian (SOP) alsin.
Selama penerapan dan pengujian adaptasi dilakukan evaluasi teknis dan ekonomis
sehingga untuk penerapan alsin dapat dihitung jumlah minimum bahan yang dibutuhkan
sehingga secara ekonomis menguntungkan. Secara ringkas tahapan kegiatan dalam
penelitian ini ditunjukkan pada diagram seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan Kegiatan Penelitian.
1.4.4 Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot
Mesin pengering MOCAF yang telah selesai di buat dan telah diuji baik di
laboratorium maupun uji lapang kemudian dikirim ke lokasi (daerah sentra produksi
MOCAF). Mesin pengering MOCAF dioperasikan dan digunakan untuk mendukung proses
pembuatan MOCAF. Sebelum mesin pengering diimplementasikan, terlebih dahulu
dilakukan sosialisasi dan pelatihan kepada calon pengguna dan operator mesin. Setelah
operator mesin mahir dalam mengoperasikan alsin, selanjutnya dilakukan pengujian
adaptasi dan evaluasi penerapan alsin.
1.4.5 Pengujian Adaptasi dan Evaluasi Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot
Pengujian adaptasi dilaksanakan pada saat paket teknologi alsin telah
diintroduksikan di lokasi demplot. Parameter yang diamati pada saat pengujian meliputi
parameter sifat-sifat fisik dan kimia MOCAF, kondisi lingkungan, performa mesin dan
Penerapan mesin pengering
MOCAF
Monitoring, uji adaptasi dan
evaluasi penerapan alsin
Analisis teknis ekonomis
Rekomendasi teknis
ekonomis penerapan alsin
9
ekonomi. Parameter sifat fisik dan kimia antara lain meliputi: (a) Persyaratan pengeringan
MOCAF; (b) Kadar air awal bahan; (c) Kadar air akhir bahan; (d) Densitas bahan; (e)
Temperatur pengeringan; (f) Temperatur lingkungan; dan (g) Kelembaban relatif.
Parameter performa mesin meliputi: (a) Waktu pengeringan; (b) Konsumsi bahan bakar; (c)
Laju pengeringan; (d) Efisiensi penggunaan panas; (e) Kapasitas ruang pengering.
Parameter sosial ekonomi meliputi ongkos kerja, harga alat, umur ekonomi, biaya
pokok, biaya operasional, b/c ratio dan lain-lain.
1.4.6 Analisis Teknis
Laju Aliran Udara Udara Pengering yang Dibutuhkan dalam Pengering
Laju aliran bahan dihitung dengan persamaan berikut :
t H H
v W
Q
d a
a
). (
.

.................................................................................................. (1)

d a
W
M M
M M
W .
) 100 )( 100 (
) ( 100
2 1
2 1


.......................................................................... (2)
dimana:
Q = Laju aliran udara pengering (m
3
/jam)
W
a
= Jumlah uap air yang akan dikeluarkan dari bahan (kg)
v = volume spesifik udara (m
3
/kg uk)
M
1
= kadar air awal (% bb)
M
2
= kadar air akhir (% bb)
W
d
= berat bahan kering (kg)
Energi untuk Memanaskan Udara Pengering
Energi yang digunakan untuk memanaskan udara pengering dihitung dengan
persamaan:
v
h h Q
q
o d )
1
(
.................................................................................................... (3)
dimana:
q
1
= Energi yang dibutuhkan untuk memanaskan udara pengering (kJ/jam)
h
d
= Entalpi udara pengering (kJ/kg uk)
h
o
= Entalpi udara lingkungan (kJ/kg uk)
10
Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar untuk pengoperasian mesin dihitung dengan rumus berikut:
FC =
t
VBB
.......................................................................................... (4)
dimana:
FC = konsumsi bahan bakar (l/jam)
VBB = Volume bahan bakar yang digunakan selama mesin beroperasi (liter)
t = total waktu yang dibutuhkan (jam)
1.4.7 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi penggunaan mesin pengering MOCAF didasarkan pada
perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi: biaya penyusutan,
biaya bunga modal dan biaya pajak. Biaya tidak tetap meliputi: biaya bahan bakar, biaya
listrik, biaya tenaga kerja dan biaya perbaikan komponen. Analisis ekonomi ini digunakan
untuk mencari biaya operasional mesin pengering MOCAF (Rp/kg sawutan MOCAF
kering).
Di samping itu dilakukan juga analisis investasi untuk menentukan kelayakan
secara finansial penerapan dan penggunaan mesin pengering MOCAF. Untuk menentukan
layak tidaknya penggunaan mesin pengering MOCAF, didasarkan pada nilai Benefit-Cost
Ratio (B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Break Even
Point (BEP). Untuk menghitung B/C ratio, NPV, dan BEP seperti dalam persamaan berikut.
Benefit Cost Ratio (B/C)
Nilai B/C merupakan angka perbandingan antara keuntungan yang diperoleh
terhadap biaya yang dikeluarkan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Net B/C


n
1 t
t
t
n
1 t
t
t
-
i) (1
C
i) (1
B
C
B
................................................................................... (5)
Kriteria keputusan yang diambil adalah :
a. Jika B/C > 1, maka keputusan layak diterima;
b. Jika B/C < 1, maka keputusan tidak layak;
c. Jika B/C = 1, maka keputusan tidak dapat dibedakan antara diterima atau ditolak;
11
Break Even Point (BEP)
Analisa ini digunakan untuk menentukan volume produksi atau penjualan
minimum dimana biaya yang dikeluarkan sama dengan penerimaan yang diperoleh.
Persamaan untuk BEP sebagai berikut:
X =

( )
................................................................................................... (7)
dimana, BT = Biaya tetap
X = Volume penjualan atau produksi (unit)
S = Harga jual produk per unit
V = Biaya variabel per unit
Net Present Value (NPV)
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
= (


( )

) ................................................................................ (8)
dimana, NPV = Net Present Value
B
t
= Keuntungan bruto proyek pada tahun ke-t
C
t
= Biaya atau pengeluaran bruto proyek pada tahun ke-t
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat bunga dalam persen
12
II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial
2.1.1 Perencanaan Anggaran
Rancangan Penggunaan Dana Awal Tahap I
Dana Tahap I dirancang untuk (dialokasikan) pelaksanaan dari beberapa kegiatan, yaitu :
a) Penyusunan rencana kerja kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana: Biaya Konsinyasi, ATK plus
Keperluan Komputer, dan Biaya Fotocopi,
b) Koordinasi pelaksanaan kegiatan dengan pihak daerah yang dilibatkan pada lokasi
kegiatan (BPTP, Bapeda, Kelompok Tani, dan Dinas Pertanian setempat).
Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana Biaya Perjalanan dan Sewa
Kendaraan.
c) Pengadaan (penyiapan) mesin pengering mocaf.
Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana Belanja Pengadaan Alsin.
2.1.2 Pengelolaan Anggaran
Besarnya dana kegiatan untuk pelaksanaan kegiatan pada Tahap I ini adalah 30% dari
biaya total kegiatan. Secara rinci besarnya dana masing-masing yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut diuraikan sbb :
Kegiatan Pos Dana Kegiatan
Besarnya
Dana (Rp.)
Menyusun rencana kegiatan
Biaya konsinyasi
3.450.000 ATK dan keperluan komputer
Biaya Fotocopi
Koordinasi pelaksanaan
kegiatan di lapang
Biaya perjalanan 19.550.000
Sewa kendaraan
Menyiapkan mesin pengering
mocaf
Dana belanja pengadaan mesin
pengering mocaf
55.000.000
Jumlah (Rp.) 75.000.000
(%) 30,0
Masalah honor untuk semua pelaksana kegiatan ini yang seharusnya dikeluarkan
(diberikan) sejak awal pelaksanaan kegiatan (Maret) ditunda pemberiannya dan akan
diberikan pada Dana Tahap II (Termin Ke-2). Hal ini dilakukan karena Dana Tahap I
13
difokuskan untuk pengadaan alsin terlebih dahulu agar pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan. Pengadaan alsin biasanya membutuhkan waktu
yang lama.
2.1.3 Rancangan Pengelolaan Aset
Prototype : Dihibahkan ke Lembaga Daerah
Prototype : Dihibahkan ke Masyarakat (Kelompok Tani)
Aset Tidak Berwujud (Dihibahkan ke Lembaga Penerima)
Namun status kepemilikannya adalah pinjam. Dan jika tidak digunakan seperti yang
diharapkan maka Bapeda atau BPTP (Kepanjangan tangan Badan Litbang Pertanian di
daerah sebagai pengawal inovasi teknologinya) diberi kuasa untuk mengalihkan status
pinjamannya ke kelompok petani lain.
2.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja
2.2.1 Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja
Metode yang digunakan dalam proses pencapaian target kinerja adalah melalui
1. Kerjasama seluruh anggota team (teamwork) dalam proses pelaksaan pekerjaan
sehingga pencapaian target kinerja sesuai dengan yang direncanakan dan tepat
waktu serta tepat sasaran.
2. Terkoordinasinya semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan,
terutama pihak di daerah lokasi seperti BPTP, Bapeda, Dinas Pertanian, dan petani
kelompok tani pengolahan tepung mocaf
3. Tersedianya mesin pengering mocaf yang efisien dan menguntungkan petani
mocaf
2.2.2 Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja
Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja adalah:
1. Proses pengeringan mocaf dapat dilakukan secara terus menerus baik musim
kemarau maupun musim penghujan selama setahun penuh karena produksi ubi
kayu selalu tersedia sepanjang tahun,
2. Efisiensi pengering dapat tercapai di level yang sangat menguntungkan bagi petani.
3. Pendapatan petani mocaf dapat meningkat secara sigbifikan dibandingkan dengan
sebelum menggunakan mesin pengering hybrid.
14
2.2.3 Perkembangan Pencapaian Target Kinerja
Hingga saat ini target yang telah dicapai dalam penggunaan dana awal ke-1 kegiatan
adalah tersusunnya rencana kerja kegiatan dan telah terkoordinasinya semua pihak yang
akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan dan telah terspesifikasinya mesin pengering
mocaf. Sedangkan pengadaan mesin tersebut sudah dimulai dan diharapkan pada akhir
bulan Mei 2012 telah selesai.
Pihak daerah yang terlibat atau dilibatkan untuk pelaksanaan kegiatan adalah BPTP
Propinsi Jawa Tengah (sebagai pengawal inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian) dan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Ketahanan Pangan sebagai pembina
masyarakat tani setempat. Spesifikasi dari mesin pengering mocaf disesuaikan dengan
spesifikasi lokasi. Mesin pengering berkapasitas sekitar 500 kg per proses, bahan bakar
yang digunakan adalah energi matahari dan tungku kayubakar.
2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
2.3.1 Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan-program dilakukan antara Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong dengan Menristek serta koordinasi
dilapangan dengan Bappeda dan BPTP Propinsi Jawa Tengah dan Bappeda serta Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri. Koordinasi dengan pengguna melalui
kelompok tani mocaf berupa cluster pengolahan mocaf di Kecamatan Girimarto.
Kabupaten Wonogiri.
Gambar 3. Koordinasi dengan Bappeda dan Kelompok Tani Kab. Wonogiri
15
2.3.2 Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
Indikator keberhasilan sinergi koordinasi kelembagaan-program dilakukan melalui
beberapa pencapaian yaitu:
1. Pencapaian sinergi koordinasi antar instansi
2. Pencapaian sinergi koordinasi dengan kelompok tani dan terbentuknya system
kelembagaan petani mocaf kabupaten Wonogiri
3. Kemudahan akses dari segi pemasaran karena adanya kelembagaan yang bagus.
2.3.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program
Perkembangan sinergi koordinasi kelembagaan program sampai saat ini sudah
menunjukkan hasil yang baik. Diantaranya sudah terbentuk kelompok tani binaan Bapeda
Kabupaten Wonogiri.
KELEMBAGAAN USAHA PROSES PEMBUATAN TEPUNG MOCAF KELOMPOK TANI
SARI MAKMUR KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI
Konsep Dasar Kelembagaan
Kelembagaan umumnya banyak dibahas dalam sosiologi, antropologi, hukum dan
politik, organisasi dan manajemen, psikologi maupun ilmu lingkungan yang kemudian
berkembang ke dalam ilmu ekonomi karena kini mulai banyak ekonom berkesimpulan
bahwa kegagalan pembangunan ekonomi umumnya karena kegagalan kelembagaan.
Dalam bidang ilmu ekonomi, kelembagaan lebih banyak dilihat dari sudut biaya transaksi
(transaction costs) dan tindakan kolektif (collective action).
Secara konsepsi kelembagaan mencakup konsep pola perilaku sosial yang sudah
mengakar dan berlangsung terus menerus atau berulang. Dalam hal ini, ada dua
pengertian kelembagaan yang sering digunakan oleh ahli dari berbagai bidang, yaitu yang
disebut institusi atau pranata dan organisasi.
Pengertian kelembagaan sebagai pranata dapat dikenali melalui unsur-unsurnya,
seperti aturan main, hak dan kewajiban, batas yurisdiksi atau ikatan dan sangsi.
Selanjutnya, kelembagaan dalam pengertian organisasi, disamping keempat unsur
tersebut juga dicirikan terdapatnya struktur organisasi, tujuan yang jelas, mempunyai
partisipan dan mempunyai teknologi serta sumberdaya. Dalam organisasi aturan main
biasanya tertulis, dan struktur dapat dikenali dengan adanya kepengurusan dalam
organisasi/kelompok tani seperti ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan
sebagainya.
16
Dalam konsepsi kelembagaan juga dikenal istilah rekayasa dan replikasi
kelembagaan. Rekayasa kelembagaan dapat diinterpretasikan sebagai pengetahuan
mengenai kelembagaan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi
masyarakat. Hal ini berarti bahwa rekayasa kelembagaan merupakan upaya melakukan
perubahan kinerja dan struktur kelembagaan untuk mengatur alokasi sumberdaya dan
distribusinya dalam rangka mencapai pada keragaan yang diinginkan.
Secara empiris kelembagaan pertanian dapat dibedakan, antara lain: (1)
kelembagaan sosial nonbisnis yang merupakan lembaga pertanian yang mendukung
penciptaan teknologi, penyampaian teknologi, penggunaan teknologi dan pengerahan
partisipasi masyarakat, seperti lembaga penelitian, penyuluhan, kelompok tani dan
sebagainya, dan (2) lembaga bisnis penunjang yang merupakan lembaga yang bertujuan
mencari keuntungan, seperti koperasi, usaha perorangan, usaha jasa keuangan dan
sebagainya
Selama ini kelembagaan perekonomian pedesaan dinilai oleh banyak ahli sangat
rapuh dan dipandang sebagai penyebab kegagalan pengembangan perekonomian di
pedesaan. Kerapuhan tersebut ditunjukkan oleh tidak efektifnya pemberdayaan faktor
kepemimpinan (sebagai penggerak kemajuan) di pedesaan, tidak terbangunnya tata nilai
yang menggerakkan kemajuan ekonomi di pedesaan, struktur dan keorganisasian ekonomi
pedesaan yang dibiarkan rapuh, otonomi yang tidak mengangkat kedaulatan (politik)
masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi serta dibiarkannya faktor kompetensi
sumberdaya manusia pedesaan terbengkalai
Lembaga Kelompok Tani
Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para
petani dalam mengembangkan usahataninya. Kelompok tani inimerupakan organisasi
yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata. Disamping berfungsi sebagai
wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya,beberapa kelompok tani juga
mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja
untuk kegiatan usahatani.
Keberagaman eksistensi dan kinerja kelompok tani ini mengindikasikan bahwa
pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani masih diperlukan dalam rangka mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis di pedesaan.
Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pemberdayaan kelompok tani
telah banyak dilakukan oleh PPL/dinas terkait di daerah, namun dengan adanya
keterbatasan yang dimiliki oleh PPL/dinas terkait tersebut menyebabkan tidak semua
kelompok tani dilakukan pembinaan/pemberdayaan secara optimal.
17
Hal ini terlihat dari eksistensi dan kinerja dari beberapa kelompok tani yang masih
memprihatinkan. Kondisi seperti ini juga dipicu oleh banyak faktor, seperti tidak adanya
kekompakan antarpetani dalam kelompok tani, pembentukan kelompok lebih didasarkan
karena adanya kegiatan suatu proyek, kepengurusan kelompok tidak dipilih secara
demokratis/ditentukan oleh aparat desa dan sebagainya.
Pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani merupakan suatu hal yang penting
untuk dilakukan agar gap antar kelompok tani tidak semakin tajam, yang pada akhirnya
dapat memicu terjadi konflik sosial (kecemburuan sosial) antarkelompok yang ada di desa
tersebut. Selain itu, dengan adanya pembinaan tersebut diharapkan keberadaan kelompok
tani tidak hanya berfungsisebagai wahana penyuluhan, tetapi juga untuk mengembangkan
kegiatan produktif lainnya, seperti usaha simpan pinjam, usaha perbenihan, pelayanan
saprodi, usaha jasa keuangan, usaha jasa alsintan, usaha pengolahan hasil, dan
sebagainya.
Kelompok Tani Usaha Tepung Mocaf
Kelompok Tani Sari Makmur yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani di Desa
Tambak Merang, Kecamatan Girimarto mulai berdiri sejak tanggal 5 September 1992.
Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 110 orang. Ketua Kelompok Tani Bapak Sartono,
Salah satu anggota kelompok tani yang bernama Bapak Sugino yang tergabung dalam
Klaster Pohung Kabupaten Wonogiri telah mengembangkan usaha proses pembuatan
tepung mocaf.
Kelompok usaha yang dimotori oleh Bapak Sugino mulai merintis usaha
pembuatan tepung mocaf sejak tahun 2002. Usahanya dimulai dari skala rumah tangga
berjalan sampai kurang lebih 3 tahun. Sejak saat itu mulai ada peningkatan usaha
sehingga sampai saat ini sudah berkembang walaupun dalam proses pembuatan tersebut
sebagian masih menggunakan alat manual khususnya untuk mengeringkan chip sebagai
bahan tepung.
Melihat tingginya semangat dalam usahanya walaupun dengan biaya investasi
sendiri, dan infrastruktur yang ada maka sangat tepat bila adanya dukungan dari berbagai
pihak yang terkait dalam rangka mengembangkan usaha proses pembuatan tepung mocaf
tersebut.
Kelembagaan yang ada di wilayah usaha proses pembuatan tepung mocaf dan
instansi yang terkait serta perusahaan yang membeli hasil produksi usaha dalam
mendukung usaha pembuatan tepung mocaf tersebut antara lain :
Kelompok Tani/Gabungan kelompok tani
Kelompok Tani/petani Kabupaten Wonogiri (24 kecamatan penyedia bahan baku)
18
Lembaga Desa/Kelurahan/Perangkat desa
BPP/Penyuluh pendamping Kecamatan Girimarto
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten wonogiri
Dinas Pertanian Tanaman Pangan kabupaten Wonogiri
Bapeda Kabupaten Wonogiri
Pemda Kabupaten Wonogiri
Seluruh kluster-kluster di kabupaten Wonogiri
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Perbankan
Balai Besar Peengembangan Mekanisasi Pertanian
Perusahaan PT Tiga Pilar
Perusahaan PT Top Dry
Perusahaan PT Kasanatama Naturindo
Disinyalir penanganan agroindustri tanaman pangan sampai saat belum optimal,
sehingga perlu sentuhan dan perbaikan teknologi yang memperhatikan efektivitas,
efisiensi, mutu dan pasar. Agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan dan sasaran
perlu adanya pengawalan dan pembinaan dari pemerintah kepada kelompok tani dan
gapoktan yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk Pengembangan pengolahan hasil
tanaman pangan yang berada diperdesaan diperlukan adanya pembinaan dari berbagai
pihak yang tersebut di atas.
Dibutuhkan pedoman dalam pengembangan tekonologi sarana yang dapat
meningkatkan nilai tambah dari suatu produk hasil tanaman pangan sesuai dengan
lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Adapun Pedoman tehnis pengembangan
agroindustri tanaman pangan antara lain meliputi :
Peralatan dan mesin yang dioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa motor
penggerak dalam melakukan proses pengolahan.
Model kluster merupakan model kemitraan terpadu meliputi satu jenis komoditas atau
homogen dalam suatu wilayah yang terdiri dari beberapa pelaku usaha
Penguatan modal usaha kelompok bagi kelompok atau gapoktan yang mengalami
keterbatasan modal, sehingga mampu mengakses pada lembaga permodalan secara
mandiri.
Pendampingan dan pengawalan yang melibatkan secara aktif tenaga ahli yang
mengawal kegiatan pengembangan agroindustri tepung mocaf
Pelatihan belajar dalam rangka meningkatkan kapasitas, kemampuan dan ketrampilan
dalam bidang penanganan agrodindustri tepung mocaf
19
Standar operasional prosedur (SOP) tentang tahapan proses pekerjaan yang terdiri
dari serangkaian kegiatan yang melibatkan beberapa fungsi.
Pemberdayaan Kelompok Tani
Dalam rangka pemberdayaan kelompok tani/gabungan kelompok tani perlu adanya
penjelasan atau arahan tentang prinsip-prinsip yang dapat mengembangkan usahanya,
yaitu antara lain :
Kelompok tani/gapoktan harus mempunyai strutur organisasi, uraian tugas serta fungsi
yang jelas.
Mekanisme dan hubungan kerja gapoktan disusun secara partisipatif
Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha gapoktan
Kelompok tani/Gapoktan membangun kerjasama kemitraan dengan pihak terkait
Pengembangan kelompok tani/gapoktan diarahkan untuk membangun lembaga
ekonomi
Dalam pemberdayaan kelompok tani/gapoktan diperlukan bimbingan secara tehnis
dalam kegiatan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih mudah untuk memahami dalam
operasional tehnis pengelolaan usaha yang sedang dikembangkan. Bimbingan ini berupa
tehnis pemanfaatan alat dan mesin meliputi SOP pengoperasian alal dan mesin, cara-cara
perawatan dan perbaikan alat dan mesin serta manajemen perbengkelan untuk
mengantisipasi terjadinya kerusakan komponen-komponen alat dan mesin tersebut.
Disamping itu perlu juga pengorganisasian alat dan mesin yang dikelola secara
profesional, yaitu dalam pelaksanaan usaha dengan alat dan mesin oleh kelompok tani
atau gapoktan SOP yang telah ditetapkan harus bisa dijalankan dengan baik dan benar
serta berupaya untuk mencapai kapasitas kerja alat dan mesin yang optimal. Untuk
mendukung pengembangan usaha agroindustri diperlukan adanya revitalisasi
kelembagaan kelompok tani/gapoktan yang sehat, mandiri dan profesional agar supaya
penguatan kelembagaan dilakukan melalui peningkatan ketrampilan dibidang tehnis,
kewiraushaan dan kemitraan usaha.
Adapun revitalisasi kelembagaan pertanian meliputi:
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia para pelaku kelembagaan sehubungan
dengan perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani. Model
pendidikan dan pelatihan ditekankan pada pengembangan bidang-bidang produksi
primer dan sekunder, alih teknologi dan informasi, pemasaran, finansial,
kelembagaan, dan infrastruktur.
2. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan
lembaga-lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk meningkatkan
20
pelayanan kepada petani secara optimum. Diperlukan cara terbaik dalam rangka
mengakses dan mengontrol distribusi kredit dan penyediaan saprodi agar sampai ke
tangan petani dengan tepat waktu, tepat kualitas dan tepat harga sesuai kebutuhan
petani.
3. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian. Penelitian-
penelitian berbagai aspek pertanian spesifik lokal perlu didukung dengan
biaya/anggaran dan fasilitas yang memadai dan kualitas sumberdaya peneliti yang
semakin tinggi kwalifikasinya. Dengan demikian alih teknologi inovatif kepada petani
akan meningkat. Pada gilirannya para petani akan menerapkan inovasi baru pertanian
dengan bersinambung.
4. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung
desa dan pengairan. Dalam situasi produktivitas pertanian dan penyediaan pangan
khususnya di sektor tanaman pangan yang relatif rendah maka peran kedua lembaga
tersebut menjadi penting. Untuk itu di setiap daerah diperlukan adanya pembinaan
manajemen kelembagaan dari pemerintah daerah setempat.
Pengembangan Usaha Agroindustri Tepung Mocaf
Pengembangan agroindustri tepung mocaf merupakan suatu sistem yang
terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on farm), pasca panen hingga pengolahan hasil (off
farm) dan pemasaran. Dalam pengembangan agroindustri tepung mocaf ini perlu
melibatkan berbagai instansi melalui pembinaan dan pengawalan sesuai bidang tugasnya.
Dalam aktivitasnya seluruh unsur yang terkait harus saling mendukung dan mengambil
peran masing-masing.
Dari tingginya partisipasi petani dan masyarakat desa diberikan kepercayaan dalam
melaksanakan pengembangan, maka masyarakat akan memanfaatkan semua
sumberdaya yang ada untuk keberhasilan pengembangan, serta menumbuhkan tanggung
jawab dan rasa memiliki. Kegiatan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat
telah menumbuhkan kembali budaya dan semangat gotong royong. Dalam upaya
menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat, peran fasilitator sangat
penting sebagai katalisator yang menggerakkan masyarakat agar mau melakukan
perubahan, membantu pemecahan masalah, membantu penyebaran inovasi yang
diperlukan.
Petani dalam kondisi sosial ekonomi yang rendah pun dapat dibimbing dan
ditingkatkan kemampuannya bila tujuan pemberdayaan dapat diterima dan dipahami
21
mereka. Denganpendekatan partisipatif, petani/masyarakat dapat dimobilisasi dan
bersedia memberikan
kontribusi dalam berbagai bentuk sesuai kemampuannya.
Keterlibatan para pihak (Stakeholders) dalam setiap tahapan pengembangan
sangatlah penting. Mengembangkan partisipasi masyarakat tidak lepas dari peran tokoh-
tokoh agama setempat, Kepala Desa, dan tokoh-tokoh masyarakat. Koordinasi dan
kerjasama antar stakeholders akan membantu proses pengembanghan. Untuk itu, dalam
perencanaan hendaknya juga dikembangkan struktur partisipasi dan pemberdayaan bagi
masing-masing stakeholders. Setiap stakeholder dapat berpartisipasi dalam proses
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan berbagi hasil, yang pada gilirannya melahirkan
komitmen dan tanggung jawab.
ANALISIS USAHA PRODUKSI TEPUNG MOCAF
Masa produksi : 1 Bulan (25 hari kerja)
Kapasitas bahan baku produksi : 1.000 kg/hari (Ubi kayu segar)
Rendemen : 27 %
No Uaraian Volume Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
A Sewa tempat usaha 1 Tahun 5.000.000 5.000.000
B Investasi Alat dan Mesin
Pisau 5 Buah 5.000 25.000
Mesin pengupas 1 Buah 5.500.000 5.500.000
Mesin perajang 1 Buah 7.700.000 7.700.000
Bak pencucian 10 Buah 50.000 500.000
Bak perendaman 10 Buah 100.000 1.000.000
Mesin penepung 1 Buah 8.250.000 8.250.000
Mesin pres 1 Buah 4.950.000 4.950.000
Mesin pengering 1 Buah 18.000.000 18.000.000
Timbangan 1 Buah 2.000.000 2.000.000
Mesin jahit pengepakan 1 Buah 1.500.000 1.500.000
Genset 10.000 watt 1 Unit 20.000.000 20.000.000
Tabung elpiji 1 Buah 300.000 300.000
Total Biaya 69.725.000
22
Investasi/Tetap
C Biaya varieabel/tidak tetap
Bahan baku/Ubi kayu 25.000 Kg 500 12.500.000
Bahan fermentasi 1 Liter 1.500.000 1.500.000
Bahan bakar (solar) 550 Liter 4.500 2.475.000
Tranportasi/Biaya angkut 1.000.000
Tenaga kerja 125 HOK 50.000 6.250.000
Total biaya tidak tetap 23.725.000
Biaya tetap (selama 5 tahun) 1 Bulan 1.162.083
Total Biaya 24.887.083
D Hasil Produksi 6.750 Kg
Harga produksi 4.500 Kg
Pendapatan hasil produksi 30.375.000
Pendapatan hasil limbah:
Bonggol ubi kayu
Kulit ubi kayu
25
25
Ton
Ton
100.000
15.000
2.500.000
375.000
E Total Pendapatan 33.250.000
Total Biaya 24.887.083
Keuntungan 8.362.917
B/C 1,34
2.4 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
2.4.1 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa dilakukan melalui proses pemilihan rancangan
pemanfaatan hasil litbangyasa sebagai berikut :
Pilih Rancangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa (Peruntukan Daerah-Masyarakat)
23
2.4.2 Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Pertama-tama adalah melakukan sosialisai pemanfaatan mesin pengering mocaf
kepada kelompok tani terpilih, dalam hal ini kelompok tani mocaf cluster Girimarto
Kabupaten Wonogiri. Dalam sosialisasi tersebut diterangkan bahwa akan diperoleh nilai
tambah yang cukup besar jika ubi kayu dijual dalam bentuk chip kering dan tepung mocaf
dibanding jika dijual dalam bentuk ubikayu segar. Disamping itu perubahan bentuk
ubikayu dari segar hingga bentuk kering dan tepung merupakan salah satu cara
mengantisipasi kehilangan hasil saat panen raya dimana produksi ubikayu segar melimpah
yang didentik dengan kebusukan jika penanganannya hanya untuk dijual. Yang sangat
penting dalam pengembangannya adalah bagaimana pemasaran dari chip kering dan
tepung mocaf. Untuk masalah ini adalah dibutuhkan peran pembinaan dari Dinas
Pertanian atau Dinas Perindustrian untuk mencari mitra pemasaran produk tersebut. Dan
sampai saat ini petani cluster Girimarto sudah melakukan pemasaran dengan beberapa
perusahaan besar.
Agar pengembangannya luas maka pada lokasi kegiatan ada suatu pengrajin
bengkel yang dapat membuat unit mesin pengering hybrid seperti yang dimaksud. Oleh
karenanya diperlukan pelatihan bagi pengrajin tersebut sehingga unit alsin tersebut mudah
diperoleh oleh petani lain setempat.
Prototipe Peralatan
Mendukung Industri Hulu
Mendukung Proses Pasca Panen
Mendukung Industri Hilir
Metode - Rekomendasi
Mendukung Pengembangan Potensi Unggulan Daerah
Mendukung Strategi Pembangunan Daerah
Jurnal - Paten
Mendukung Pengembangan Ilmu-Metode
Mendukung Proses Industri
Modul Pelatihan-Pemberdayaan Masyarakat
Modul Pelatihan - Pemberdayaan Masyarakat
24
2.4.3 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah sebagai berikut :
1. Mesin pengering mocaf digunakan terus menerus sepanjang tahun selama proses
pengolahan mocaf
2. Tingkat penjualan dan harga chip kering dan tepung mocaf menjadi meningkat
3. Tingkat pendapatan petani ubi kayu menjadi meningkat.
4. Membuka peluang usaha baru untuk petani ubikayu
2.4.4 Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Pemanfaatan hasil litbangyasa hingga saat ini belum dapat dilakukan dan akan
dilakukan pada kegiatan tahap ke-2 yaitu bulan Juni Agustus 2012. Pada tahap ini baru
melakukan spesifikasi hasil litkayasa agar sesuai dengan spesifikasi lokasi sehingga
pengembangannya akan diterima petani sehingga berkembang. Hasil kunjungan lapangan
ke kelomppok tani maka didapatkan bahwa dengan menggunakan mesin pengering chip
MOCAF ini, diharapkan mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya: 1) Biaya tenaga
kerja menjadi berkurang sekitar 30%; 2) mengurangi kejerihan kerja; 2) menghemat waktu
dari 3-4 hari pengeringan matahari menjadi 1 (satu) hari apabila musim penghujan; 3)
meningkatkan kualitas hasil chip kering menjadi lebih putih; 4) mengurangi tingkat
kerusakan chip pada saat musim penghujan.
Deskripsi Teknologi
Teknologi pengeringan yang diterapkan adalah mesin pengering tipe hybrid seperti
yang telah dikembangkan oleh BBP Mektan 2010. Kapasitas mesin yang akan dibuat
adalah 500 kg per proses. Secara garis besarnya, mesin pengering ini terdiri dari 5 bagian
utama, yaitu: 1). kipas penghembus udara, 2). ruang pemanas udara, 3). ruang pengering,
4). troli-rak, 5). Tungku kayubakar, dan 6). kontrol panel.
25
Gambar 4. Disain mesin pengering mocaf tipe ERK hybrid kapasitas 500 kg
26

Mesin pengering hybrid tipe ERK, kapasitas 500 kg.
Terdiri dari:
a). Bangunan pengering:
- Dimensi : 6000 x 3000 x 2500 mm
- Konstruksi rangka besi kotak
- Bahan atap dan dinding akrilik
b). Tray
- Dimensi tray: 1000 x 600 mm
- Jumlah tray: 170 buah
- Bahan tray: wire mesh aluminium (frame kayu)
Mesin pengering tipe hybrid dapat
digunakan untuk mengeringkan chips ubi
kayu hasil fermentasi dengan cara
meletakkan chips diatas rak-rak yang
disusun dalam troli yang disusun dalam
ruang pengering. Sumber pemanas dari
tenaga matagari dan kayubakar serta
engine diesel 5,5 hp untuk menggerakkan
kipas yang akan menghembuskan udara
panas didalam ruang pengering. Mesin ini
dilengkapi dengan kontrol suhu yang akan
mengatur suhu pengeringan Suhu
pengeringan dijaga pada suhu maksimal
50 - 60
o
C.
Tipe : Hybrid
Kapasitas : 500 kg
Power : energi matahari, tungku
kayubakar, dan engine
diesel 5.5 HP (kipas)
27
III. RENCANA TINDAK LANJUT
3.1 Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja
Target yang akan dicapai pada penggunaan dana tahap awal ke-1 dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah:
1. Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan,
Rancangannya adalah penyusun rencana kerja dilakukan bersama-sama oleh
semua anggota dalam 1 tim.
2. Terkoordinasinya semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan,
terutama pihak di daerah lokasi seperti BPTP, Bapeda, Dinas Pertanian, dan petani
kelompok pengolahan tepung mocaf.
Rancangannya adalah mendiskusikan calon lokasi dan calon pengguna bersama-
sama dengan BPTP, Bapeda, dan Dinas Pertanian.
3. Tersedianya unit mesin pengering mocaf tipe hybrid.
Rancangannya adalah pengadaan alat yang mempunyai spesifikasi sesuai dengan
spesifikasi lokasi. Hasil fabrikasi alat kemudian dilakukan uji fungsional. Jika
fungsinya tidak seperti yang diharapkan maka akan dilakukan modifikasi hingga
mempunyai fungsi sesuai yang diharapkan.
4. Pabrikasi mesin pengering mocaf tipe hybrid kapasitas 500 kg.
5. Selanjutnya rencana kegiatan termin 2 adalah melakukan:
a) Pabrikasi lanjutan mesin pengering mocaf secara menyeluruh
b) Uji fungsional mesin pengering mocaf
c) Koordinasi dengan kelompok tani terpilih mengenai jadwal penempatan mesin
pengering dan kesediaan bahan baku
d) pengujian verifikasi mesin pengering mocaf
3.2 Rencana Koordinasi Kelembagaan Program
Rencana koordinasi kelembagaan-program akan dilakukan secara terus menerus
pembinaan kelembagaan kelompok tani cluster mocaf. Beberapa rencana koordinasi
kelembagaan serta bagan alir koordinasi kelembagaan disajikan sebagai berikut :
1. Pembentukan cluster resmi petani pengolah tepung mocaf yang terdiri dari
beberapa petani pengolah chip kering mocaf.
2. Pembentukan pabrik pengolahan tepung mocaf
3. Pembentukan managemen pabrik pengolahan tepung mocaf
4. Pembentukan jaringan pemasaran resmi tepung mocaf
28
Keterangan:
Hubungan langsung
Hubungan tidak langsung
Koordinasi
1 Pendampingan, pelatihan dan konsultasi
2 Pendampingan, dana dan konsultasi
3 Pendampingan, pelatihan, peralatan dan konsultasi
Gambar 5. Rancangan Model Pengembangan Kelembagaan Pengolahan Mocaf
3.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Penggunaan mesin pengering MOCAF pada pengolahan tepung mocaf merupakan sarana
untuk peningkatan efisiensi dan nilai tambah produk, sehingga apabila mesin pengering
mocaf ini dapat berkembang di tingkat petani, maka jenis keuntungan yang diperoleh
adalah: (1) Hemat tenaga kerja; (2) mengurangi kejerihan kerja; (3) memberikan
keuntungan finansial; (4) mampu menghemat waktu; (5) kualitas hasil lebih baik; (6)
mengurangi chip MOCAF yang tercecer dan (7) mempermudah proses pengeringan chip
mocaf. Kontribusi ke sektor lain adalah di sektor Home Industry karena tenaga kerja di
Pedesaan dapat diikutsertakan dan dioptimalkan secara kelembagaan melalui cluster-
cluster industri chip MOCAF yang akan dijual ke sektor industri tepung mocaf yang lebih
besar. Dengan adanya mesin pengering chip MOCAF ini dapat membantu sektor industri
chip MOCAF skala kecil dan dapat meningkatkan produksi dan menaikkan pendapatan
petani melalui cluster-cluster chip MOCAF.
RISTEK
2
1
CLUSTER
PENGOLAHAN
MOCAF
BAPPEDA, DINAS
PERTAN IAN
KABUPATEN
BPTP
3
BBP Mektan
29
3.4 Rencana Pengembangan ke Depan
Diharapkan dengan mesin pengering yang sederhana ini juga dapat mengeringkan produk
lain yang ada di daerah sentra produksi ubi kayu, diantaranya produk ubi jalar, pisang,
gatot, garut, ganyong, sayuran segar seperti wortel, seledri, daun bawang, tomat dan lain-
lain.
30
IV. PENUTUP
Kegiatan pengembangan mesin pengering mocaf ini sedang berjalan sesuai jadwal dan
sudah melakukan beberapa program kegiatan sebagai berikut :
1. Koordinasi team kegiatan dalam rangka penyusunan kerangka kerja
2. Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yaitu dengan kelompok tani mocaf,
Bapeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri
3. Pabrikasi mesin pengering mocaf tipe hybrid kapasitas 500 kg.
Selanjutnya rencana kegiatan termin 2 adalah melakukan :
1. Pabrikasi lanjutan mesin pengering mocaf secara menyeluruh
2. Uji fungsional mesin pengering mocaf
3. Koordinasi dengan kelompok tani terpilih mengenai jadwal penempatan mesin
pengering dan kesediaan bahan baku
4. pengujian verifikasi mesin pengering mocaf

Anda mungkin juga menyukai