Anda di halaman 1dari 12

AUGMENTASI Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh,

semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorbsi, akan dieliminasi dalam urin. Sekresi tubulis melibatkan transportasi transpitel seperti yang dilakukan rabsobsi tubulus, tetapi langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorbsi, sekresi tubulus dapat aktif ataupun pasif. Tubulus ginjal mampu secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam cairan filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan ekspresinya dalam urin. Sistem sekresi yang terpenting adalah untuk Sekresi ion Hidrogen Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ion Hidrogen dapat di tambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal,distal,dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ sudah bergantung pada keasaman cairan ttubuh. Sebaliknya, sekresi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah. Sekresi Ion Kalium Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus: zat ini secara aktif di reabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak di atur, sedangkam sekresi K+ dibagian akhir tubulus bervariasi dan berada dibawah control. Dalam keadaan normal, jumlah K+ dari jumlahnya yang dieksresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang di filtrasi. Namun, K+ yang di filtrasi hampir seluruhnya di reabsorpsi ,sehingga sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan dari filtrasi. Selama keadaan kekurangan K+ ,sekresi K+ di bagian distal nefron berkurang hingga minimum,sehingga hanya sebagian kecil K+ yang difiltrasi dan lolos dari reabsorpsi di tubulus proksimal diekresikan dalam urin.Dengan cara ini K+ yang dalam keadaan normal akan keluar melalui urin tertahan di dalam tubuh. Sekresi ion di tubulus distal dan penbasolateral digabungkan dengan reabsorrpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ yang bergantung dengan energy.Perpindahan menembus membrane

luminal berlangsung secara pasif melalui jumlam besar saluran K+ yang terdapat di sawar tersebut. Dengan menjaga konsentraso K+ di cairan interstisium di sekitarnya,pompa basolateral mendorong digusi K+ dari sel kedalam lumen tubulus.Perpindahan menembus membrane luminal berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran K+ yang terdapat di sawar tersebut. Beberapa factor mampu mengubah kecepatan sekresi K+,yang paling penting adalah hormone aldosteron,yang merangsang sekresi K+ oleh sel-sel tubulus di bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh sel-sel tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ pertama secara langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi dan ekresi kelebihan K+. Sebaliknya, penurunan konsentrasi K+ plasma menyebkan reduksi sekresi

aldosteron,sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang dirangsang oleh aldosteron juga berkurang. Faktor lain yang dapat tidak sengaja mengubah besarnya sekresi K+ adalah status asam basa tubuh. Pompa basolateral dibagian distal nefron dapat mensekresikan K+ atau H+ untuk ditukar dengan reabsorpsi Na+ . Sekresi Anion dan Kation Organik Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah,satu untuk sekresi anion organic dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organic. Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion irgonik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organic ini mempermudah eksresi bahan bahan tersebut. Yang termasuk ion-ion organic itu adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam darah,misalnya golongan prostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya, perlu segera di bersihkan oleh darah, sehingga aktivitas biologis mereka tidak berkepanjangan. Kedua, pada beberapa keadaan yang penting, ion organic secara akstensif tetapi tidak inversibel terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion organic tersebut tidak dapat di filtrasi melalui glomerulus.Sekresi tubulus mempermudah eliminasi ion-ion organic yang tidak dapat difiltrasi ini melalui urin. Walaupun ion organic tertentu, sebagian besar terikat ke protein plasma,sejumlah kecil dari ion tersebut selalu berada dalam bentuk bebas atau tidak terikat pada plasma. Pengeluaran ion organic bebas melalui sekresi ini menyebabkan terlepasnya sebagian ion yang semula terikat, yang kemudian dapat dengan

bebas di sekresikan. Hal ini pada gilirannya mendorong dibebaskannya lebih banyak ion organic dari ikatannya dengan protein ,dan seterusnya. Ketiga, dan paling penting adalah kemampuan sistem sekresi ion organic mengeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organic dapat mensekresikan sejumlah besar ion organic yang berbeda-beda, baik yang di produksi secara endogen (di dalam tubuh) maupun ion organic asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme non selektif ini memungkinkanm sistem sekresi ion organic tersebut meningkatkan pengeluaran banyak zat kimia organic asing, termasuk zat-zat tambahan pada makanan, polutan lingkunagan (misalnya pestisida),obat,bahan non-nutritive lain yang masuk ke dalam tubuh. Dalam hal ini, hati berperan penting. Banyak senyawa organic asing bukan bersifat ionic dalam bemtuk aslinya, sehingga mereka tidak dapat disekresikan oleh sistem ion organic ini. Hati mengubah bahan-bahan asing ini menjadi bentuk anion yang mempermudah sekresi mereka oleh sistem anion-organic ,sehingga eliminasi mereka dapat ditingkatkan. Kecepatan eksresi senyawa organic asing tidak berada di bawah control. Walaupun sistem sekretorik ion organic yang secara relative nonselektif ini meningkatkan pengeluaran bahan-bahan tersebut dari tubuh, mekanisme ini tidak berada di bawah control fisiologis. Banyak obat, misalnya penisilin, dieliminasi oleh tubuh melalui sistem sekretorik ion organik di tubulus proksimal.agar konsentrsi obat ini di dalam plasma tetap berada pada tingkat yang efektif, dosis obat harus di ulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan pengeluaran obat ini dalam urin.

1. Sekresi tubulus Proses sekresi yang terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Dengan menggunakan rute kedua jalan masuk ke dalam tubulus bagi zat-zat tertentu, sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh, semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorbsi, akan dieliminasi dalam urin. Sekresi tubulis melibatkan transportasi transpitel seperti yang dilakukan rabsobsi tubulus, tetapi langkahnya beerlawanan arah. Seperti reabsorbsi, sekresi tubulus dapat aktif ataupun pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubukus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa yang asing bagi tubuh.

Sekresi ion hidrogen Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melaluiproses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah. Sekresi ion kalium. Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus , zat ini secara aktif direabsobsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsobsi ion kalium diawal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di

bagaian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang dieksresikan dalam urin adalah 10-15% dari jumlah yang difiltrasi. Namun K+ yang difiltrasi hampir sepenuhnya direabsorbsi , sehingga sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol bukan difiltrasi. Selama kekurangan K+, sekresi K+ di bagian distal nefronberkurang hingga minimum, sehingga hanya sebagian kecil K+ yang difiltrasi lolos dari reabsobsi di tubulus proksimal dieksresikan dalam urin. Dengan cara ini, K+ yang dalam keadaan normal akan keluar melalui urin tertahan di dalam tubulus. Jika kadar K+ plasma meningkat, sekresi K+ disesuaikan, sehingga jumlah K+ yang ditambahkan ke filtrat untuk dieliminasi cukup untuk mengurangi konsentrasi K+ ke normal. Dengan demikian,

sekresi K+ bukan filtrasi atau reabsobsi K+, yang dikontrol untuk kecepatan ekskresi K+ dan mempertahankan konsentrasi K+ plasma yang diinginkan. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan reabsobsi Na+ melalui pompa Na+-K- basolateral yang bergantung-energi.pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ruangan lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam tubulus . konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasifmelalui sejumlah besar saluran K+ yang terdapat di sawar tersebut. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstitium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstitium. Kalium yang keluar dari plasma dengan cara ini kemudian dipompa ke dalam sel, dan kalium berdifusi ke dalam lumen. Dengan cara ini pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi netto K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang terpenting adalah hormon aldosteron yang merangsang sekresi K+ sel-sel tubulus di bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh sel-sel tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ plasma merangsang korteks adrenal meningkatkan keluaran aldosteron, yang kemudian mendorong sekresi dan eksresi kelebihan K+. Sebaliknya penurunan konsentrasi K+ plasma menyebabkan reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang dirangsang oleh aldosteron juga berkurang. Peningkatan konsentrasi K+ plasam secara langsung merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal, sedangkan penurunan konsentrasi Na+ plasma merangsang sekresi aldosteron melalui jalur kompleks renin-angiotensin-aldosteron. Sekresi aldosteron dapat dirangsang oleh dua mekanisme yang berbeda. Peningkatan sekresi aldosteron selalu mendorong reabsobsi Na+ dan sekresi K+. Sekresi K+ dapat secara tidak sengaja dirangsang oleh peningakatan aktivitas aldosteron yang dipicu oleh deplesi Na+, reduksi volume CES, atau penurunan tekanan darah arteri yang sama sekali tidak berkaitan dengan keseimbangan K+. Pengeluaran K+ yang tidak sesuai ini dapat menyebabkan defisiensi K+. Faktor lain yang secara tidak sengaja mengubah besarnya sekresi K+ adalah status asam-basa tubuh. Pompa basolateral dibagian distal nefron mengeksresikan K+ atau H+ untuk di ditukar dengan reabsobsi Na+. Peningkatan sekresi K+ atau H+ diikuti penurunan sekresi ion lainnya. Dalam keadaan normal , ginjal mensekresikan K+ tetapi apabila caira tubuh terlalu asam dan sekresi H+ meningkat sebagai tindakan

kompensasinya, sekresi K+ berkurang karenanya. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi secara tidak sengaca di dalam cairan tubuh. Kecuali pada keadaan-keadaan terjadinya ketidakseimbangan K+ secara tidak sengaja akibat tindakan-tindakan kompensasi ginjal untuk mengatasi defisit Na+ atau volume CES atau ketidakseimbangan asam-basa, ginjal biasanya dapat mengatur secara cermat konsentrasi K plasma dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Ion kalium, sebagai ion yang paling banyak di cairan intrasel, memegang peran kunci dalam aktivitas listrik membran jaringan-jaringan excitable.

Peningkatan atau penurunan konsentrasi K+ di plasma (CES) dapat mengubah gradien konsentrasi K+ di intrasel-ke-ekstrasel, yang pada gilirannya dapat mengubah potensial membran istirahat. Peningkatan konsentrasi K+ CES menyebabkan penurunan potensial istirahat dan diikuti dengan peningkatan eksitabilitas , terutama otot jantung. Eksitabilitas jantung yang berlebihan ini dapat menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung atau bahkan aritmia jantung fatal. Sebaliknya, penurunan konsentrasi K+ CES menyebabkan hiperpolarisasi membran sel saraf dan sel otot, sehingga eksitabilitas sel-sel tersebut berkurang. Manifestasi deplesi K+ di CES adalah kelemahan otot-saraf, diare dan distensi abdomen akibat disfungsi otot polos, dan kelainan irama jantung serta hantaran impuls.

Sekresi Anion dan Kation Organik.

Tubulus proximal mengandung 2 jenis pembawa sekretorik yang terpisah , satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Sistem-sitem ini memilki beberapa fungsi penting. 1. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi , jalur sekretorik organik ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ionion organik tetrsebut adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat di dalam darah, misalnya golongan prostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya perlu dibersihkan di dari darah ,sehingga aktivitas biologis mereka tidak berkepanjangan.

2. Pada beberapa keadaan yang penting, ion organik secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion tersebut tidak dapat difiltrasi melalui glomerolus . Sekresi tubulus mempermudah eliminasi-eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat di filtrasi melalui urin. Walaupun ion orgaik tertentu sebagian besar terikat ke protein plasma,sejumlah kecil dari ion itu selalu berada dalam bentuk bebas atau tidak terikat dalam plasma. Pengeluaran ion organik bebas melalui sekresi ini meyebabkan terlepasnya sebagian ion yang semula terikat,yang kemudian dapat dengan bebas di sekresikan. Hal ini pada gilirannya mendorong di bebaskannya lebih banyak ion organik dari ikatanya dengan protein , dan seterusnya. 3. Paling penting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik megeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah besar ion organik yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen ( di dalam tubuh ) maupun ion organik asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme nonselektif ini memungkinkan sistem sekresi ion organik tersebut mengeluarkan banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada makanan, polutan lingkungan ( misalnya , pestisida ) , obat,dan bahan ion nutritif lain yang masuk ke dalam tubuh. Dalam hal ini hati berperan penting bagi banyak senyawa-senyawa organik asing yang bukan bersifat ionik dalam bentuk aslinya, sehinggaa mereka tidak dapat disekresi oleh sistem ion organik ini . Hati mengubah bahan-bahan asing ini menjadi bentuk anion yang yang mempermudah mereka sekresi mereka oleh sistem anionorganik, sehingga eliminasi mereka dapat ditingkatkan. Kecepatan ekskresi senyawa-senyawa organik asing tidak berada di bawah kontrol. Walaupun sistem sekretorik ion organik yang secara relatif Nonselektif ini

meningkatkan pengeluaran bahan-bahan tersebut dari tubuh,mekanisme ini tidak berada dalam kontrol fisiologis. Banyak obat, misalnya, penisilin , dieliminasi dari tubuh melalui sekretorik Ion-organik di tubulu proximal. Agar konsentarsi obat ini dalam plasma tetap berada pada tingkat yang efektif,dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan pengeluaran obat ini dalam urin.

Sekresi tubulis melibatkan transportasi transpitel seperti yang dilakukan rabsobsi tubulus, tetapi langkahnya beerlawanan arah. Seperti reabsorbsi, sekresi tubulus dapat aktif ataupun pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubukus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa yang asing bagi tubuh. Sekresi ion hidrogen Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melaluiproses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah. Sekresi ion kalium. Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus , zat ini secara aktif direabsobsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsobsi ion kalium diawal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagaian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang dieksresikan dalam urin adalah 10-15% dari jumlah yang difiltrasi. Namun K+ yang difiltrasi hampir sepenuhnya direabsorbsi , sehingga sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol bukan difiltrasi. Selama kekurangan K+, sekresi K+ di bagian distal nefronberkurang hingga minimum, sehingga hanya sebagian kecil K+ yang difiltrasi lolos dari reabsobsi di tubulus proksimal dieksresikan dalam urin. Dengan cara ini, K+ yang dalam keadaan normal akan keluar melalui urin tertahan di dalam tubulus. Jika kadar K+ plasma meningkat, sekresi K+ disesuaikan, sehingga jumlah K+ yang ditambahkan ke filtrat untuk dieliminasi cukup untuk mengurangi konsentrasi K+ ke normal. Dengan demikian, sekresi K+ bukan filtrasi atau reabsobsi K+, yang dikontrol untuk kecepatan ekskresi K+ dan mempertahankan konsentrasi K+ plasma yang diinginkan. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan reabsobsi Na+ melalui pompa Na+-K- basolateral yang bergantung-energi.pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ruangan lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam tubulus . konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasifmelalui sejumlah besar saluran K+ yang terdapat di sawar tersebut. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstitium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstitium. Kalium yang keluar dari plasma dengan cara ini kemudian dipompa ke dalam sel, dan kalium berdifusi ke dalam lumen.

Dengan cara ini pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi netto K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang terpenting adalah hormon aldosteron yang merangsang sekresi K+ sel-sel tubulus di bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh sel-sel tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ plasma merangsang korteks adrenal meningkatkan keluaran aldosteron, yang kemudian mendorong sekresi dan eksresi kelebihan K+. Sebaliknya penurunan konsentrasi K+ plasma menyebabkan reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang dirangsang oleh aldosteron juga berkurang. Peningkatan konsentrasi K+ plasam secara langsung merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal, sedangkan penurunan konsentrasi Na+ plasma merangsang sekresi aldosteron melalui jalur kompleks renin-angiotensin-aldosteron. Sekresi aldosteron dapat dirangsang oleh dua mekanisme yang berbeda. Peningkatan sekresi aldosteron selalu mendorong reabsobsi Na+ dan sekresi K+. Sekresi K+ dapat secara tidak sengaja dirangsang oleh peningakatan aktivitas aldosteron yang dipicu oleh deplesi Na+, reduksi volume CES, atau penurunan tekanan darah arteri yang sama sekali tidak berkaitan dengan keseimbangan K+. Pengeluaran K+ yang tidak sesuai ini dapat menyebabkan defisiensi K+. Faktor lain yang secara tidak sengaja mengubah besarnya sekresi K+ adalah status asam-basa tubuh. Pompa basolateral dibagian distal nefron mengeksresikan K+ atau H+ untuk di ditukar dengan reabsobsi Na+. Peningkatan sekresi K+ atau H+ diikuti penurunan sekresi ion lainnya. Dalam keadaan normal , ginjal mensekresikan K+ tetapi apabila caira tubuh terlalu asam dan sekresi H+ meningkat sebagai tindakan kompensasinya, sekresi K+ berkurang karenanya. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi secara tidak sengaca di dalam cairan tubuh. Kecuali pada keadaan-keadaan terjadinya ketidakseimbangan K+ secara tidak sengaja akibat tindakan-tindakan kompensasi ginjal untuk mengatasi defisit Na+ atau volume CES atau

ketidakseimbangan asam-basa, ginjal biasanya dapat mengatur secara cermat konsentrasi K plasma dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Ion kalium, sebagai ion yang paling banyak di cairan intrasel, memegang peran kunci dalam aktivitas listrik membran jaringan-jaringan excitable. Peningkatan atau penurunan konsentrasi K+ di plasma (CES) dapat mengubah gradien konsentrasi K+ di intrasel-ke-ekstrasel, yang pada gilirannya dapat mengubah potensial membran istirahat. Peningkatan konsentrasi K+ CES menyebabkan penurunan potensial istirahat dan diikuti dengan peningkatan eksitabilitas , terutama otot jantung. Eksitabilitas jantung yang berlebihan ini dapat menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung atau bahkan aritmia jantung fatal. Sebaliknya,

penurunan konsentrasi K+ CES menyebabkan hiperpolarisasi membran sel saraf dan sel otot, sehingga eksitabilitas sel-sel tersebut berkurang. Manifestasi deplesi K+ di CES adalah kelemahan otot-saraf, diare dan distensi abdomen akibat disfungsi otot polos, dan kelainan irama jantung serta hantaran impuls.

Sekresi Anion dan Kation Organik. Tubulus proximal mengandung 2 jenis pembawa sekretorik yang terpisah , satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Sistem-sitem ini memilki beberapa fungsi penting. 1. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi , jalur sekretorik organik ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ion-ion organik tetrsebut adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat di dalam darah, misalnya golongan prostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya perlu dibersihkan di dari darah ,sehingga aktivitas biologis mereka tidak berkepanjangan.

2. Pada beberapa keadaan yang penting, ion organik secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion tersebut tidak dapat difiltrasi melalui glomerolus . Sekresi tubulus mempermudah eliminasi-eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat di filtrasi melalui urin. Walaupun ion orgaik tertentu sebagian besar terikat ke protein plasma,sejumlah kecil dari ion itu selalu berada dalam bentuk bebas atau tidak terikat dalam plasma. Pengeluaran ion organik bebas melalui sekresi ini meyebabkan terlepasnya sebagian ion yang semula terikat,yang kemudian dapat dengan bebas di sekresikan. Hal ini pada gilirannya mendorong di bebaskannya lebih banyak ion organik dari ikatanya dengan protein , dan seterusnya. 3. Paling penting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik megeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah besar ion organik yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen ( di dalam tubuh ) maupun ion organik asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme nonselektif ini memungkinkan sistem sekresi ion organik tersebut mengeluarkan banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada makanan, polutan lingkungan ( misalnya , pestisida ) , obat,dan bahan ion nutritif lain yang masuk ke dalam tubuh. Dalam hal ini hati berperan penting bagi banyak senyawa-senyawa organik asing yang bukan bersifat ionik dalam bentuk aslinya, sehinggaa mereka tidak dapat disekresi oleh sistem ion organik ini . Hati mengubah bahan-bahan asing ini menjadi bentuk anion yang yang mempermudah mereka sekresi mereka oleh sistem anion-organik, sehingga eliminasi mereka dapat ditingkatkan. Kecepatan ekskresi senyawa-senyawa organik asing tidak berada di bawah kontrol. Walaupun sistem sekretorik ion organik yang secara relatif Nonselektif ini meningkatkan pengeluaran bahan-bahan tersebut dari tubuh,mekanisme ini tidak berada dalam kontrol fisiologis. Banyak obat, misalnya, penisilin , dieliminasi dari tubuh melalui sekretorik Ion-organik di tubulu proximal. Agar konsentarsi obat ini dalam plasma tetap berada pada tingkat yang efektif,dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan pengeluaran obat ini dalam urin.

Anda mungkin juga menyukai