Anda di halaman 1dari 10

Kelas: XII.

IPS 2

Satu lagi budaya unik, fakta unik sekaligus misteri manusia dari jepang. Tersebar dibagian utara Jepang dua lusin mumi biarawan Jepang dikenal sebagai Sokushinbutsu. Pengikut Shugendo, bentuk kuno agama Buddha, para biarawan mati dan mengawetkan diri seindiri dalam usaha penyangkalan diri dan memperoleh kedudukan mulia di surga. Praktek ini pertama dipelopori oleh seorang pastor bernama Kuukai lebih dari 1000 tahun yang lalu di kompleks candi gunung Koya di Prefektur Wakayama. Kuukai adalah pendiri dari sekte Shingon Buddhisme, yaitu sekte yang datang dengan ide pencerahan melalui hukuman fisik. Ada tiga langkah dalam proses mumifikasi itu dan proses lengkap mengambil sepuluh tahun ke atas menyebabkan mumifikasi sukses.

Dalam tahap kedua, diet lebih dibatasi lagi. Imam diisinkan untuk hanya makan sejumlah kecil kulit dan akar dari pohon pinus yang telah dikeraskan selama 1000 hari sebelumnya, pada akhir tahap ini imam tampak seperti kerangka hidup. Penurunan overall ini juga termasuk dalam kelembaban tubuh, dan cairan berkurang di dalam tubuh, sehingga tubuh lebih mudah untuk diawetkan. Menjalani bagian akhir 1000 ini Imam juga harus mulai minum teh khusus yang dibuat dari getah pohon Urushi. Getah ini adalah Digunakan untuk membuat pernis untuk mangkuk dan mebel. Teh ini sangat beracun bagi kebanyakan orang. Minum teh ini menyebabkan imam muntah, berkeringat, dan buang air kecil, sehingga lebih mengurangi isi cairan tubuh. Langkah terakhir dari proses tersebut, imam akan ditempatkan hidup-hidup di ruang batu yang cukup besar bagi seorang pria untuk duduk dengan gaya teratai di untuk jangka waktu 1000 hari terakhir. Selama proses ini dibuat tabung saluran udara kedalam gua batu dan imam setiap hari membunyikan bel pertanda masih hidup, dan ketika bel akhirnya berhenti berbunyi, tabung udara dikeluarkan dan makam ditutup. Ketika makam akhirnya terbuka hasilnya akan diketahui, sudah jadi mummi.

Matsuri berasal dari kata matsuru (, matsuru? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jing merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta. Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.

Daerah Tohoku
* Nebuta Matsuri (kota Aomori, bulan Agustus) dan Neputa Matsuri (kota Hirosaki, bulan Agustus) * Kant Matsuri (kota Akita, bulan Agustus) * Sendai Tanabata Matsuri (kota Sendai, bulan Agustus) Daerah Kanto * Chichibuyo Matsuri (kota Chichibushi, Prefektur Saitama, 2-3 Desember) * Sanja Matsuri (Asakusa-jinja, Tokyo, bulan Mei) * Sann Matsuri (Hie-jinja, Tokyo, bulan Juni) Daerah Chubu * Owaraf no bon (kota Toyama, Prefektur Toyama, bulan September) * Shikinenzei Onbashira Daisai (kota Suwa, Prefektur Nagano, diadakan setiap 6 tahun sekali, terakhir diadakan bulan April-Mei, 2004). * Takayama Matsuri (kota Takayama, Prefektur Gifu, bulan April dan bulan Oktober) * Furukawa Matsuri (kota Hida, Prefektur Gifu, bulan April)

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Sudoku (, sdoku?), juga dikenal sebagai Number Place atau Nanpure, adalah sejenis teka-teki logika. Tujuannya adalah untuk mengisikan angka-angka dari 1 sampai 9 ke dalam jaring-jaring 99 yang terdiri dari 9 kotak 33 tanpa ada angka yang berulang di satu baris, kolom atau kotak. Pertama kali diterbitkan di sebuah surat kabar Perancis pada 1895 dan mungkin dipengaruhi oleh matematikawan Swiss Leonhard Euler, yang membuat terkenal Latin square.
Versi modern permainan ini dimulai di Indianapolis pada 1979. Kemudian menjadi terkenal kembali di Jepang pada 1986, ketika penerbit Nikoli menemukan teka-teki ini yang diciptakan Howard Garns. Nama "Sudoku" adalah singkatan bahasa Jepang dari "Suuji wa dokushin ni kagiru" (, "Suuji wa dokushin ni kagiru"?), artinya "angka-angkanya harus tetap tunggal".

Anda mungkin juga menyukai