Anda di halaman 1dari 4

Berbisnis Secara Berjamaah

da seorang pengusaha kaya yang tiap kali mengembangkan usaha bisnisnya selalu berkongsi dengan orang lain. Bahkan, untuk sebuah usaha kecil yang modalnya hanya ratusan juta rupiah. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab,

Saya

yakin,

rezeki

saya

berada

dalam

jamaah.

Karena

itu,

setiap

mengembangkan usaha bisnis, saya selalu bermitra dengan orang lain. Menurut pakar ekonomi Islam, Dr M. Syafii Antonio, sebaiknya bisnis itu dilaksanakan secara berjamaah. Lebih baik berkongsi daripada sendiri-sendiri, tuturnya. Ia lalu mengutip hadits rasululloh saw yang artinya, Orang mukmin itu akan kuat kalau bersinergi dengan saudaranya (bekerjasama dalam bisnis). Hadits tersebut sangat tepat. Sebab, dua pemikiran bertemu, hasilnya lebih baik daripada hanya satu orang yang berpikir, tandas Syafii. Kongsi itu penting untuk memperluas networking (jaringan). Misalnya pihak pertama mempunyai 10 teman, pihak kedua 15 teman, maka kalau digabungkan terbentuk jaringan yang terdiri dari 25 orang. Jumlah tersebut akan melebar dan bertambah lagi, tegasnya. Di samping itu, kongsi itu juga penting untuk meminimalkan risiko. Dalam bisnis, kadang-kadang terjadi turbulensi atau kerugia. Kalau semua ditanggung sendiri, berat. Nah, disinilah perlunya kerja sama dalam bisnis untuk berbagi atau meminimalkan risiko, ujarnya. Namun, Syafii mengingatkan, ada penyakit yang harus dihindari dalam berkongsi. Salah satu di antaranya, kalau bisnis sudah berkembang, biasanya muncul keserakahan (tamak). Satu pihak ingin keuntungan besar itu hanya untuk dirinya sendiri dan menyingkirkan mitra bisnisnya. Namun, yang berpikiran seperti itu tidak hanya dirinya, melainkan juga mitra bisnisnya. Akhirnya, masing-masing saling ingin mendepak. Akibatnya, bisnis yang semula berjalan bagus jadi berantakan. Bagaimana kiat menghindari ketamakan tersebut? Kita harus memegang prinsip bahwa rezeki kita tidak akan tertukar. Kalau memang bagian kita, pasti akan jadi milik kita, sedangkan bagian dia (mitra bisnis), pasti jadi milik dia, tandasnya. Nabi Muhammad saw, kata Syafii mengingatkan perlunya kehati-hatian dan ketegasan dalam menjalin kerjasama bisnis. Ia lalu mengutip sebuah hadits

Republika, Ahad 03 Desember 2006.

yang artinya, Bersayang-sayanglah dengan saudaramu (sesama muslim) seperti saudara sekandung, namun berhati-hatilah dalam berbisnis seakan-akan kamu menghadapi musuh. Maksudnya hendaknya kerjasama bisnis itu dilakukan dengan penuh kehatihatian, dengan syarat dan kondisi yang jelas, serta hak dan kewajiban diatur sebaik mungkin. Syafii lalu mencontohkan kerja sama bisnis yang harmonis antara Power Ellen (seorang senior) dan Bill Gates (seorang mahasiswa). Keduanya mendirikan Microsoft dan meraih sukses besar. Ketika Bill gates sudah kaya, ia tidak mendepak Power Ellen. Keduanya terus bekerja sama, sehingga Ellen menjadi orang nomor dua terkaya di dunia, tuturnya. Contoh lain adalah Hewlett-Packard dan Procter & Gambler (P&G). Kedua perusahaan multinasional itu pun menunjukkan kepada kita akan sebuah kerjasama bisnis yang harmonis, yang dilandasi oleh kejujuran dan profesionalisme. Bahkan kini bisnis mereka diteruskan bersama-sama oleh keturunan mereka, tandas Syafii.

Prinsip Kerja Sama Dalam Bisnis


Pakar Ekonomi Islam Prof Dr KH Didin Hafidhuddin mengatakan kerja sama atau perkongsian merupakan keharusan dalam berbisnis. Apalagi pada zaman sekarang, ketika persaingan bisnis sangat ketat, maka berkongsi merupakan sebuah kemestian agar usaha tersebut bisa tegak, tandas Kiai Didin. Pendapat senada diungkapkan oleh Puspo (Wong Solo) Wardoyo. Sebaiknya bisnis itu dilakukan secara berjamaah. Kalau kita berkongsi, maka kita akan sering bersilaturahim dan saling tukar pikiran, sehingga muncul gagasangagasan baru yang membawa kesuksesan dalam bisnis yang kita geluti secara bersama-sama, tuturnya. Kiai Didin menegaskan, kerja sama dalam bisnis harus menjunjung tinggi nilai- nilai kejujuran dan profesionalisme. Ia lalu mengutip sebuah hadits Qudsi yang artinya, Aku (Alloh) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berkongsi atau berbisnis, selama keduanya tidak saling menghianati. Aku akan keluar dari perkongsian itu bila ada salah satu pihak yang berkhianat. Hadits Qudsi di atas, kata kiai Didin, menegaskan bahwa kerja sama bisnis harus dilakukan secara profesional. Selain itu, kedua belah pihak harus amanah (dapat dipercaya). Jangan menggunting dalam lipatan. Misalnya, ketika

Republika, Ahad 03 Desember 2006.

dalam keadaan sulit, mau bekerja sama. Namun, begitu melihat peluang untung besar, lalu memutuskan kerja sama tersebut, tandas Kiai Didin. Salah satu hikmah yang terkandung dalam kerja sama bisnis, kata Kiai Didin, adalah silaturahim. Nabi mengatakan bahwa silaturahim itu memperpanjang umur dan menambah rezeki. Hal itu merupakan buah dari jaringan (networking) yang terbentuk melalui kerja sama bisnis tersebut, tuturnya seraya menambahkan, kerja sama bisnis itu cocok baik untuk usaha mikro, kecil, menengah maupun besar. Puspo Wardoyo mengatakan, kerja sama bisnis berarti menyatukan kekuatan dan memperkuat silaturahim. Hal tersebut membuat kita makin kaya dan sehat. Makin kaya, karena banyak gagasan yang bisa kita hasilkan bersamasama. Makin sehat dan panjang umur, sebab silaturahim itu membuat kita gembira dan terhindar dari stress. Kerja sama dalam bisnis akan membuat semua pihak yang terlibat di dalamnya menjadi kuat. Banyak gagasan segar yang akan sangat berguna untuk memajukan bisnis tersebut. Ia mencontohkan lidi. Kalau hanya satu buah lidi, tidak kuat dan mudah patah. Namun kalau digabungkan menjadi sapu, maka akan menjadi kuat dan sulit dipatahkan. Itulah bisnis berjamaah, tegasnya. Puspo lalu mengibaratkan kerja sama bisnis itu seperti shalat. Shalat berjamaah pahalanya 27 kali lipat dibandingkan shalat sendirian. Nah, bagaimana kita menerapkan berjamaah di luar shalat? Salah satunya adalah dalam bisnis, tegasnya. Salah satu wujud kerja sama bisnis yang paling pas adalah Personal Franchise. Mengapa Personal Franchise sangat cocok untuk mengembangkan kerja sama bisnis? Sebab, bisnis ini menggabungkan Supplay (Perusahaan Pemasok); Support System dan Distributor. Salah satu kekuatan utama yang bisa dioptimalkan melalui kerja sama waralaba pribadi adalah jaringan bisnis (networking). Begitu seseorang bergabung dalam sebuah bisnis waralaba pribadi, otomatis ia masuk dalam jaringan bisnis waralaba tersebut. Ini berarti ia telah ikut membangun aset yang ujungnya akan menghasilkan pasiv income apabila dikerjakan dengan benar sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Jadi matematika kerja sama bisnis itu bukan 1+1 = 2, tapi bisa 4, 10, 20, 50 bahkan lebih. Apalagi kalau kerja sama bisnis itu dalam bentuk waralaba pribadi. 1(Supplay) + 1 (distributor) bisa langsung menjadi 100 kalau jaringan

Republika, Ahad 03 Desember 2006.

bisnis waralaba tersebut dilakukan secara benar sesuai sistem.

Republika, Ahad 03 Desember 2006.

Anda mungkin juga menyukai