Anda di halaman 1dari 5

Kasus : Gingivitis Kronis Generalisata

Seorang pasien perempuan, berusia 35 tahun datang ke Klinik Periodonsia RSGMP FKG USU dengan keluhan gusi sering berdarah ketika menyikat gigi yang telah dialami selama 1 bulan yang juga disertai dengan bau mulut. Pasien juga mengeluhkan bahwa gigi belakang kananya sering terselip makanan sehingga sering menggunakan tusuk gigi untuk mengeluarkan sisa makanan tersebut. Hal ini dirasakannya sejak gigi tersebut ditambal. Dari amamnesis diperoleh bahwa pasien melakukan sikat giginya 1 kali sehari, pasien mengaku bahwa dirinya tidak menderita penyakit sistemik dan tidak sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Pemeriksaan intra oral diperoleh pada regio anterior rahang bawah warna gingiva merah tua, terdapat kalkulus pada gigi rahang atas dan bawah, namun lebih banyak kalkulus di rahang bawah (gigi anterior bawah berjejal), konsistensi gingiva oedematus, tekstur permukaan licin dan berkilat dan terdapat pendarahan pada probing. Pemeriksaan saku ditemukan kedalaman saku 23mm pada regio rahang bawah. Belum ada kehilangan perlekatan. PBI = 1.2, Indeks debris = 0.6, Indeks Kalkulus = 0.4, OHIS = 1. Pada gigi 46 terdapat tambalan overhanging. PEMBAHASAN A. PROSEDUR DIAGNOSA Untuk mendiagnosa suatu penyakit periodontal maka diperlukan suatu prosedur pemeriksaan. Pemeriksaan periodonsium atau pemeriksaan periodontal dilakukan dengan tujuan unutk menentukan apakah penyakit gingiva dan periodontal telah ada, untuk mengidentifikasi tipe, perluasan, distribusi, dan keparahan penyakit apabila telah ditemukan, serta untuk memberikan pemahaman tentang proses patologis yang terjadi dan faktor etiologi yang berperan. Diagnosis kasus periodontal baru dapat ditegakkan setelah riwayat kasus dianalisis secara seksama, tandatanda, simptom klinis serta hasil berbagai pemeriksaan yang dilakukan dievaluasi. Pemeriksaan periodontal harus dilakukan secara sistematis. Pemeriksaan periodontal meliputi 2 sesi kunjungan. Kunjungan pertama meliputi pemeriksaan sebagai berikut :
1,2

1. Penilaian Pasien secara umum -> Untuk mendapat gambaran sekilas tentang karakter dan tipe pasien, serta kemungkinan adanya penyakit atau kondisi sistemik. 2. Riwayat Medis -> Penilaian terhadap kesehatan pasien berdasarkan jawaban atas pertanyaan yg diajukan oleh pemeriksa. 3. Riwayat Dental -> Dilakukan dengan tujuan untuk mendapatakan informasi mengenai keluhan utama pasien dan riwayat dental masa lalu. 4. Pemeriksaan Radiografi -> Intraoral maupun ekstraoral
1,2

Sedangkan pada kunjungan / sesi kedua meliputi pemeriksaan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Intraoral yaitu mencakup higiene oral, bau mulut, pemeriksaan rongga mulut, dan pemeriksaan nodus limfe. 2. Pemeriksaan Gigi Geligi -> Pemeriksaan satu persatu gigi untuk melihat kelainan yang ada pada setiap gigi meliputi pemeriksaan keausan gigi, stein, hipersensitivitas, hubungan kontak proksimal, mobiliti gigi, migrasi patologis, sensitivitas terhadap perkusi, gigi individual, dan gigi tiruan serta piranti ortodontik. 3. Pemeriksaan Periodonsium -> Pemeriksaann terhadap semua tanda-tanda periodontal yang meliputi Keberadaan plak dan kalkulus, Inflamasi pada gingiva, Keberadaaan saku periodontal, distribusi, kedalaman saku, level perlekatan dan tipe saku, Pendarahan pada probing, Keberadaan lesi furkasi, Keberadaan abses gingiva atau abses periodontal. 4. Analisis Fungsi -> Hubungan oklusi 5. Pemeriksaan Penunjang / Laboratorium -> Jika diperlukan.
1,2

B.

DIAGNOSIS KASUS Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengeluh bahwa gusinya sering berdarah saat sikat gigi yang telah terjadi selama 1 bulan disertai dengan halitosis. Selain itu, pada gigi belakang kanan sering terselip makanan sejak ditambal sehingga sering menggunakan tusuk gigi untuk mengeluarkannya. Menurut anamnesis juga diketahui bahwa pasien hanya menyikat gigi 1x sehari, tidak memiliki penyakit sistemik, dan tidak sedang mengonsumsi obat-obatan. Berdasarkan pemeriksaan intra oral ditemukan sebagai berikut :

Gingiva pada regio anterior RB berwarna merah tua Terdapat kalkulus pada RA dan RB lebih banyak kalkulus pada rahang bawah karena gigi anterior rahang bawah berjejal Konsistensi gingiva Oedematus Tekstur : Licin dan berkilat Pendarahan pada probing Belum ada kehilangan perlekatan dengan kedalaman saku 2-3 mm pada regio rahang bawah PBI : 1,2, Indeks debris : 0,6, Indeks kalkulus : 0,4, OHIS : 1 Gigi 46 terdapat tambalan overhanging.

Berdasarkan pada klasifikasi, anamnesis, dan gambaran klinis intra oral maka dapat ditegakkan diagnosa kasus ini adalah Gingivitis Generalisata yang diinduksi oleh plak yang dipengaruhi oleh faktor lokal (Gingivitis Kronis). Hal ini dapat dibuktikan karena terdapat tandatanda inflamasi pada gingiva yaitu perubahan warna gingiva dari coral pink menjadi merah tua, konsistensi gingiva yang oedematus, tekstur licin dan berkilat, pendarahan pada probing dan belum adanya kehilangan perlekatan. Belum ada kehilangan perlekatan menunjukkan telah terbentuk saku gusi yang merupakan ciri khas dari gingivitis. Pendarahan pada probing merupakan ciri klinis awal dari gingivitis. Selain itu, gingivitis pada kasus ini berdasarkan distribusinya termasuk dalam golongan gingivitis generalisata. Hal ini dapat dibuktikan karena adanya kalkulus pada RA dan RB. Selain itu, akibat adanya tambalan yang overhanging pada gigi 46 menyebabkan retensi makanan sehingga menginduksi terjadinya inflamasi gingiva. Gigigigi pada regio anterior yang crowding mempermudah retensi plak sehingga gingiva tampak lebih merah. Yang membedakan dari gingivitis akut adalah pada gingivitis ini tidak disertai oleh yang dapat pecah menjadi ulkus dan tidak disertai oleh rasa nyeri.

C. ETIOLOGI KASUS Faktor etiologi utama dari kasus ini adalah plak dental atau bakteri. Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Pembentukan biofilm dimulai dari interaksi bakteri dengan gigi yang terjadi secara fisikal dan fisiologis antara berbagai spesies dalam massa mikrobial bakteri yang ada dalam biofilm plak yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal yang diperantarai pejamu. Selain dari faktor etiologi utama, penyakit ini juga disebabkan oleh beberapa faktor etiologi pendukung yaitu sebagai berikut : Adanya tambalan overhanging yg dapat menyebabkan retensi makanan sehingga dapat menginduksi terjadinya inflamsi gingiva, Adanya kebiasaan buruk seperti penggunaan tusuk gigi untuk mengeluarkan makanan yg terselip di sel gigi dan kebiasaan sikat gigi hanya satu kali sehari, Adanya gigi yang crowding mempermudah penumpukan plak yang juga dapat menginduksi inflamasi pada gingiva.
1,2

1,2

D.

PATOGENESIS KASUS Berdasarkan gambaran histopatologisnya, patogenesis gingivitis terbagi atas 3 tahap yaitu sebagai berikut : 1. Tahap Inisial (Initial Lesion) => Ditandai dengan adanya infiltrasi neutrofil, adanya perubahan vaskular, perubahan sel-sel epitel, dan degradasi kolagen. Perubahan inisial disebabkan oleh tertariknya neutrofil secara kemotaksis oleh kandungan bakteri, efek vasodilatasi yang diakibatkan oleh produk bakteri, dan aktivasi sistem pertahanan pejamu seperti sistem komplemen, kinin, dan jalur asam arahidonat. Gambaran klinis yg terlihat adalah Meningkatnya cairan sulkular. 2. Tahap Dini (Early Lesion) => Ditandai dengan adanya infiltrat sel limfoid yang didominasi limfosit T disertai kehilangan kolagen yang semakin banyak. Gambaran klinis yang terlihat adalah eritema pada gingiva dan pendarahan pada probing. 3. Tahap Mantap (Established Lesion) => Ditandai dengan infiltrat yang didominasi oleh limfosit B dan sel plasma. Kehilangan kolagen yang parah. Gambaran klinis yang terlihat adalah perubahan warna gingiva, perubahan besar, konsistensi, dan tekstur.
1,2

E.

PENYEBAB PERUBAHAN WARNA GINGIVA Perubahan warna gingiva akibat inflamasi dapat disebabkan oleh adanya pertambahan vaskularisasi dan berkurang atau hilangnya keratinisasi epitel akibat tertekannya epitel oleh jaringan yang terinflamasi.
1,2

F.

RENCANA PERAWATAN Rencana perawatan periodontal diarahkan untuk suatu perawatan yang komprehensif yang mengkoordinasikan semua prosedur perawatan guna menciptakan gigi-geligi yang berfungsi baik dalam lingkungan periodontal yang sehat. Tujuan utama perawatan yang komprehensif adalah penyingkiran inflamasi gingiva dan koreksi kondisi yang menyebabkan atau memperparah inflamasi tersebut.Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar perawata periodontal berhasil dengan baik, terapi periodontal haruslah mencakup prosedur kedokteran gigi lainny sesuai kebutuhan pasien.

1,3

Terdapat 4 fase terapi perawatan periodontal, namun akan dibahas berdasarkan kasus diatas yaitu sebagai berikut :
1. Fase Etiotropik (Fase I) -> Tujuan : menghilangkan faktor penyebab, meliputi : Dental

Health Education, Skelling dan penyerutan akar pada RA dan RB, Perbaikan tambalan overhanging pada gigi 46, Pergerakan gigi secara ortodontik pada RB + Rontgent foto. 2. Fase Bedah (Fase II) -> Tidak dilakukan perawatan fase II yg meliputi Bedah periodontal dan perawatan saluran akar. 3. Fase Restoratif (Fase III) -> Tidak diperlukan karena tidak ada edentulous dan tidak diperlukan pemasangan prothesa yg meliputi Restorasi final dan pembuatan gigi tiruan cekat dan lepasan. 4. Fase Pemeliaharan (Fase IV) -> Kunjungan berkala 3 bulan sekali
1,3

G.

PENYEBAB HALITOSIS (BAU MULUT) Halitosis adalah bau nafas yang tidak menyenangka yang berasal dari dalam atau luar mulut. Halitosis hanya merupakan suatu gejala bukan suatu penyakit. Halitosis juga dapat menjadi indikasi adanya transisi dari sehat menjadi gingivitis dan kemudian menjadi periodontitis. Dapat terjadi pada semua usia. Jika terus bertahan dapat mempengaruhi kepercayaan diri. Klasifikasi Halitosis adalah sebagai berikut : (1). Halitosis Genuine : halitosis fisiologis dan halitosis patologis (Intraoral dan Ekstraoral), (2). Pseudohalitosis, dan (3). Halitophobia. Perawatan Halitosis :
4,5

1. Dental Health Education 2. Treatment Need : TN-1 dan TN-2 3. Kontrol Berkala Treatment Need
1. TN-1 Edukasi dan penjelasan tentang halitosis 2. TN-2 Profilaksis Oral meliputi pembersihan plak/oral oleh profesional dan pengobatan

penyakit oral terutama penyakit periodontal


3. TN-3 Merujuk Ke bagian penyakit dalam atau spesialis lainnya 4. TN-4 Memberi penjelasan berdasarkan data, memberi edukasi, menenangkan pasien

agar tidak terlalu cemas dan meminta pasien menjaga kesehatan mulut 5. TN-5 Merujuk pada ahli psikologi atau Psikiater untuk pasien dengan etiologi psikologis
4,5

Keterangan : TN-1 : untuk Halitosis fisiologis TN-1 dan TN-2 : untuk Halitosis oral patologis TN-1 dan TN-4 : untuk pseudo Halitosis

TN-3 : untuk Halitosis patologis ekstra oral TN-5 : untuk Halitophobia KESIMPULAN Setelah membahas kasus tersebut diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa diagnosa kasus diatas adalah Gingivitis Kronis Generalisata yang diinduksi oleh plak yang dipengaruhi oleh faktor lokal. Etiologi utama adalah plak dental/bakteri disertai etiologi pendukung yaitu, tambalan overhanging, gigi crowding, kebiasaan buruk. Patogenesis penyakit ini meliputi 3 tahap yaitu tahap inisial, tahap dini, dan tahap mantap. Rencana perawatan periodontal terbagi menjadi 4 fase. Rencana perawatan yang dilakukan pada kasus ini adalah fase etiotropik dan fase pemeliharaan. Penyebab utama halitosis adalah bakteri anaerob gram negatif yang kemudian menghasilkan Volatile Sulfur Compound dan akhirnya menyebabkan bau mulut. Adanya halitosis pada rongga mulut, dapat menjadi indikasi perubahan dari keadaan sehat menjadi gingivitis dan kemudian berkembang menjadi periodontitis. DAFTAR PUSTAKA 1. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranzas Clinical Periodontology. 9th ed. California: Saunders Elsavier, 2002. 2. Dalimunthe SH. Periodonsia. Medan, 2008. 3. Dalimunthe SH. Terapi Periodontal. Medan, 2006. 4. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations. 4th ed. St.Louise: Saunders, 2003. 5. Lubis S. Bahan Kuliah Ilmu Penyakit Mulut: Halitosis. Medan, 2011.

Anda mungkin juga menyukai