Anda di halaman 1dari 20

BAB 12 GANGGUAN PSIKOLOGIS BAYI, ANAK, dan REMAJA

Berdasarkan Pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) tahun 1995 dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) tahun 1994, dijelaskan bahwa gangguan yang biasanya mulai tampak pada masa bayi, kanak, atau remaja yaitu: Retardasi Mental Gangguan Perkembangan Belajar Gangguan Keterampilan Motorik Gangguan Berkomunikasi Gangguan Perkembangan Pervasif Gangguan Pemusatan Perhatian dan Perilaku Disruptif Gangguan Makan Mas Bayi atau Masa Kanak Dini Gangguan Tic Gangguan Lainnya pada Masa Bayi, Kanak atau Remaja Adapun penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut: a. RETARDASI MENTAL Keterbelakangan Mental atau lazim disebut Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan dimana keadaan dengan Intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah Intelegensi yang terbelakang. Retardasi Mental disebut juga Oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa ) atau Tuna Mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif. Retardasi Mental sebenarnya bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses Patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap Intelektualitas dan fungsi Adaptif. Retardasi Mental ini dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya. Pada kenyataannya IQ (Intelligence Quotient) bukanlah merupakan satusatunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya
Psikologi Umum II | Juni 2011 1

Retardasi Mental. Melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan Klinis, Perilaku Adaptif dan hasil Tes Psikometrik. Untuk diagnosis, yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Retardasi Mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: Mikrosefali, Hidrosefali, dan Sindrom Down. Wajah pasien dengan Retardasi Mental sangat mudah dikenali seperti Hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul. Sebagai kriteria dan bahan pertimbangan dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf yang Ringan, Taraf Sedang, Taraf Berat, dan Taraf Sangat Berat. Retardasi Mental Ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena Retardasi Mental. Pada umumnya anak-anak dengan Retardasi Mental Ringan ini tidak dapat dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah. Retardasi Mental Ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena Retardasi Mental. Pada umumnya anak-anak dengan Retardasi Mental Ringan ini tidak dapat dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah Retardasi Mental Berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40 Retardasi Mental Sangat Berat IQ dibawah 20 atau 25. Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya (simpleks).keduanya disebut Retardasi Mental Primer. Sedangkan Faktor Sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan, setelah lahir atau terhadap anak-anak.

Psikologi Umum II | Juni 2011

Beberapa penyebab Retardasi Mental yaitu : a. Akibat Infeksi dan/atau Intoksikasi Dalam Kelompok ini termasuk keadaan Retardasi Mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi Intrakranial, cedera Hipoksia (kekurangan oksigen), cedera pada bagian kepala yang cukup berat, Infeksi sitomegalovirus bawaan, Ensefalitis, Toksoplasmosis kongenitalis, Listeriosis, Infeksi HIV, karena serum, obat atau zat toksik lainnya. b. Akibat Rudapaksa dan atau Sebab Fisik Lain Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan Retardasi Mental, Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil, Keracunan metilmerkuri, Keracunan timah hitam juga dapat mengakibatkan Retardasi Mental. c. Akibat Gangguan Metabolisme, Pertumbuhan atau Gizi Semua Retardasi Mental yang langsung disebabkan oleh gangguan Metabolisme (misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), Sindroma Reye, Dehidrasi hipernatremik, Hipotiroid kongenital, Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini hal-hal seperti Kwashiorkor, Marasmus, Malnutrisi dapat mengakibatkan Retardasi Mental. d. Akibat Kelainan pada Kromosom Kelainan ini bisa diartikan dengan kesalahan pada jumlah Kromosom (Sindroma Down), defek pada Kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi), dan Translokasi Kromosom. e. Akibat Kelainan Genetik dan Kelainan Metabolik Yang Diturunkan Seperti Galaktosemia, Penyakit Tay-Sachs, Fenilketonuria, Sindroma Hunter, Sindroma tuberose. f. Akibat Penyakit Otak (Postnatal) Dalam kelompok ini termasuk Retardasi Mental akibat Neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
Psikologi Umum II | Juni 2011 3

Hurler,

Sindroma

Sanfilippo,

Leukodistrofi

metakromatik,

Adrenoleukodistrofi, Sindroma Lesch-Nyhan, Sindroma Rett, Sklerosis

g. Akibat Penyakit/Pengaruh Pranatal Yang Tidak Jelas Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk Anomali Kranial Primer dan Defek Kogenital yang tidak diketahui sebabnya. h. Akibat Prematuritas dan Kehamilan Wanita diatas 40 tahun Kelompok ini termasuk Retardasi Mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu. Serta behubungan pula dengan kehamilan anak pertama pada wanita Adolesen dan diatas 40 tahun. i. Akibat Gangguan Jiwa Berat Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu, dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak. j. Akibat Deprivasi Psikososial dan Lingkungan Retardasi Mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor Biomedik maupun Sosiobudaya seperti Kemiskinan, Status ekonomi rendah, Sindroma deprivasi. Contohnya Gangguan gizi yang tergolong berat dan berlangsung lama dibawah dan sebelum umur 4 tahun sangat memepengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan Retardasi Mental. Namun keadaan gangguan Gizi ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum usia menginjak umur 6 tahun, namun tetap saja intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan walaupun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi. b. GANGGUAN PERKEMBANGAN BELAJAR Disleksia atau Kesulitan Membaca Kata disleksia diambil dari bahasa Yunani, dys yang berarti sulit dalam dan lex (berasal dari legein, yang artinya berbicara). Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Disleksia atau kesulitan membaca adalah kesulitan untuk memaknai simbol, huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini akan berdampak pada kemampuan membaca pemahaman. Adapun bentuk-bentuk kesulitan membaca di antaranya berupa: Penambahan (Addition), yaitu menambahkan huruf pada suku kata. Contoh : suruh disuruh; gula gulka; buku bukuku

Psikologi Umum II | Juni 2011

Penghilangan (Omission), yaitu: menghilangkan huruf pada suku kata. Contoh : kelapa lapa; kompor kopor; kelas kela Pembalikan kiri-kanan (Inversion), yaitu Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kiri kanan. Contoh : buku duku; palu lupa; 3 ; 4

Pembalikan atas-bawah (ReversalI), yaitu membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik atas bawah. Contoh : m w; u n; nana uaua; mama wawa; 2 5; 6 9

Penggantian (Substitusi), yaitu mengganti huruf atau angka. Contoh : mega meja; nanas mamas; 3 Disgrafia atau Kesulitan Menulis Disgrafia adalah kesulitan yang melibatkan proses menggambar simbol-

simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka. Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas menulis, yaitu: Mengeja Yaitu aktivitas memproduksi urutan huruf yang tepat dalam ucapan atau tulisan dari suku kata/kata. Kemampuan yang dibutuhkan aktivitas mengeja antara lain (1) Decoding atau kemampuan menguraikan kode/simbol visual; (2) Ingatan auditoris dan visual atau ingatan atas objek kode/simbol yang sudah diurai tadi; untuk (3) Divisualisasikan dalam bentuk tulisan. Menulis Permulaan (Menulis cetak dan Menulis sambung) Yaitu aktivitas membuat gambar simbol tertulis. Sebagian anak berkesulitan belajar umumnya lebih mudah menuliskan-huruf- cetak yang terpisah-pisah daripada menulis-huruf-sambung. Tampaknya, rentang perhatian yang pendek menyulitkan mereka saat menulis-huruf-sambung. Dalam menulishuruf-cetak, rentang perhatian yang dibutuhkan mereka relatif pendek, karena mereka menulis per huruf. Sedangkan saat menulis huruf sambung rentang perhatian yang dibutuhkan relatif lebih panjang, karena mereka menulis per kata. Kesulitan yang kerap muncul dalam proses menulis permulaan antara lain: 1) Ketidakkonsistenan bentuk/ukuran/proporsi huruf 2) Ketiadaan jarak tulisan antar-kata 3) Ketidakjelasan bentuk huruf 4) Ketidakkonsistenan posisi huruf pada garis

Psikologi Umum II | Juni 2011

Dalam disgrafia terdapat bentuk-bentuk kesulitan yang juga terjadi pada kesulitan membaca, seperti: 1) penambahan huruf/suku kata 2) penghilangan huruf/suku kata 3) pembalikan huruf ke kanan-kiri 4) pembalikan huruf ke atas-bawah 5) penggantian huruf/suku kata Menulis Lanjutan/Ekspresif/Komposisi merupakan aktivitas menulis yang bertujuan mengungkapkan pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan. Aktivitas ini membutuhkan kemampuan (1) berbahasa ujaran; (2) membaca; (3) mengeja; (4) menulis permulaan. Diskalkulia Diskalkulia atau Kesulitan Berhitung adalah kesulitan dalam

menggunakan bahasa simbol untuk berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas atau jumlah. Kemampuan berhitung sendiri terdiri dari kemampuan yang bertingkat dari kemampuan dasar sampai kemampuan lanjut. Oleh karena itu, kesulitan berhitung dapat dikelompokkan menurut tingkatan, yaitu kemampuan dasar berhitung, kemampuan dalam menentukan nilai tempat, kemampuan melakukan operasi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam, kemampuan memahami konsep perkalian dan pembagian. c. Gangguan Keterampilan Motorik Gangguan pada kemampuan melakukan gerak dan koordinasi alat gerak. Bentuk-bentuk gangguan perkembangan motorik meliputi; motorik kasar (gerakan melimpah, gerakan canggung), motorik halus (gerakan jari jemari), penghayatan tubuh, pemahaman keruangan dan lateralisasi (arah). d. GANGGUAN BERKOMUNIKASI Gagap (Stuttering) Gagap adalah pengulangan bunyi yang sama berkali-kali tanpa disengaja. Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didaptkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti

Psikologi Umum II | Juni 2011

memerlukan

perjuangan

untuk

mengeluarkan

kata.

Biasanya

penderita

menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2 5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, bata atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan sebagai penyebab yaitu teori stuttering Block, Cybernatic models atau Brain Function yang semuanya karena gangguan sensoris dan motoris di otak. Gejala Khas Gagap Pengulangan bunyi (seperti., b-b-b-bola), silabus (seperti., ma-ma-makan), bagian dari kata (seperti., sepak-sepak-sepakbola), keseluruhan kata dan frase. Pemanjangan diantara kata. Bicara yang terjadi seperti menyembur, dimana anak mencoba mengawali dan meme;lihara suara. Perilaku dihubungkan Reaksi anggota tubuh yang berhubungan dengan gagap adalah gerakan otot bibir, rahang, leher atau lidah saat berbicara. Organ lain adalah mata, gerakan kaki, gerakan mata saat foot tapping, eye blinks, head turns, mencoba untuk keluar dari keluar bicara gagap. Terdapat banyak penyimpangan perilaku yang dihubungkan yang dapat terjadi dan pada setiap anak berbeda penampilannya. Perbedaan jenis bicara gagap tergantung dari situasi, patner komunikasi dan dalam kapasitas apa anak dalam berkomunikasi. Penderita gagap lebih sering mengalami kelancaran bicara bila berhadapan dengan terapis bicara, dibandingkan dengan di sekolah atau di lngkungan lainnya. Situasi berbeda lainnya biasanya anak tidak akan kesulitan dalam bicaranya dalam situasi makan malam di rumah, tetapi akan mengalami kesulitan bicara dalam makan malam di restoran. Percakapan lebih mudah dan lebih lancar bila berbicara dengan anak seusia lainnya bila dibandingkan dengan guru atau kepala sekolah. Bila menanyikan lagu anak akan lebih lancar dibandingkan kalau anak berbicara di telepon. atau pemoloran dari bunyi, (seperti, kucing) Hambatan dalam menyelesaikan kalimat, ragu-ragu dengan atau tanpa suara

Psikologi Umum II | Juni 2011

Perasan yang lepas dari kendali. Anak yang berbicara gagap biasanya mempunyai pengalaman takut terhadap suara atau kata tertentu, situasi yang menakutkan, perasaan malu yang berlebihan.

Penyebab Hingga saat ini penyebab pasti bicara gagap masih belum jelas terungkap. Mungkin penyebab dari bicara gagap anak tertentu berbeda dengan anak lainnya, atau mungkin terjadi kombinasi dari beberapa faktor secara bersamaan. Beberapa kondisi yang mungkin jadi penyebab adalah gangguan koordinasi dari otot bicara pada mulut, cara orang bicara dengan anak, kecepatan perkembangan bicara atau stres psikologis. Meskipun demikian beberapa ahli mengamati bahwa anak dengan bicara gagap tidak jauh berbeda masalah psikologisnya dibandingkan anak yang normal. Secara jelas tidak ada alasan yang dapat dipercaya bahwa trauma psikologis sebagai penyebab bicara gagap. e. GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF Autisme Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (BaronCohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang: interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD)
Psikologi Umum II | Juni 2011 8

adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu: Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas. Aspergers Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome). Retts Syndrome lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkangerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 4 tahun. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya. Diagnosa Autisme Sesuai DSM IV A. Interaksi Sosial (minimal 2): Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju Kesulitan bermain dengan teman sebaya Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social
Psikologi Umum II | Juni 2011 9

B. Komunikasi Sosial (minimal 1):

C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1): Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda Gejala Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian diparalel-kan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsanganrangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku - perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara

Psikologi Umum II | Juni 2011

10

bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka. Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsepkonsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya. Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut : Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu Adanya kelima lampu merah di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat
Psikologi Umum II | Juni 2011 11

beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme. Prevalensi Individu dengan autisme Dr. Ron Leaf saat melakukan seminar di Singapura pada tanggal 26 27 Maret 2004, menyebutkan beberapa faktor penyebab autisme, yaitu: Genetik/ Keturunan Berbagai peristiwa yang terjadi selama kehamilan Meskipun para ahli dan praktisi di bidang autisme tidak selamanya dapat menyetujui atau bahkan sependapat dengan penyebab-penyebab di atas. Hal terpenting yang perlu dicatat melalui hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah bahwa gangguan autisme tidak disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat psikologis, misalnya karena orang tua tidak menginginkan anak ketika hamil. f. GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) atau yang lebih dikenal dengan istilah Attentiondeficit/ hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan yang terdiri atas gejala kurangnya perhatian, hiperaktif dan tingkah laku impulsif yang lebih berat daripada anak-anak seusianya. Gejala GPPH biasanya muncul pada usia 3 tahun, tetapi diagnosis umumnya ditegakkan setelah anak masuk sekolah. GPPH merupakan gangguan psikiatri yang paling sering didiagnosis pada anak-anak, dengan prevalensi rata-rata 1%-29,2%. Sebuah studi menunjukkan beberapa anak yang didiagnosa dengan GPPH akan tetap menunjukkan beberapa gejala sampai dewasa. Beberapa ahli berpendapat faktor lingkungan dan genetik merupakan penyebab terjadinya ADHD, yaitu: Faktor Lingkungan Faktor psikososial yang berpengaruh adalah konflik keluarga, sosial ekonomi keluarga tidak memadai, jumlah keluarga terlalu besar, orang tua kriminal, orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat) dan anak yang diasuh pada tempat penitipan anak. Sedangkan riwayat kehamilan yang berpengaruh adalah kehamilan dengan eklamsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok dan pecandu alkohol sewaktu hamil. Trauma lahir atau hipoksi dapat berdampak injury pada otak lobus frontalis dan menjadi penyebab ADHD. Diduga ADHD ada hubungannya dengan mengkonsumsi gula secara berlebihan dan diet
Psikologi Umum II | Juni 2011 12

pengurangan gula dapat mengurangi gejala ADHD 5%, sebaliknya mengkonsumsi gula secara berlebihan dapat meningkatkan hiperaktif, tetapi hal ini tidak signifikan. Faktor Genetik Mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor Dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p memegang peranan terjadinya ADHD. Terdapat lima reseptor Dopamin yaitu D1, D2, D3, D4 dan D5, sedangkan yang berperan terhadap ADHD adalah reseptor D2 dan D4. Neurotransmiter dan reseptor Dopamin pada korteks lobus frontalis dan subkorteks (ganglia basalis) berperan terhadap sistem inhibisi dan memori, sehingga apabila ada gangguan akan terjadi gangguan inhibisi dan memori. Di samping Dopamin, gen pengkode sistem noradrenergik dan serotoninergik terkait dengan patofisiologi terjadinya ADHD. Dua Gen reseptor dopamin dan gen DAT telah diidentifikasi kemungkinan berperan dalam GPPH. Kriteria Diagnostik (GPPH) menurut DSM-IV : A. Salah satu (1) atau (2) 1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention) : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya. b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain. c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung. d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi). e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas. f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memiliki usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan rumah).

Psikologi Umum II | Juni 2011

13

g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan). h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuladir dari luar. i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari. 2. Hiperaktivitas impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperkativitasimplusivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. Hiperaktivitas a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliatgeliat di tempat duduk. b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak tetap duduk. c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan) d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang. e. Sering siap-siap pergi atau seakan-akan didorong oleh sebuah gerakan f. Sering berbicara berlebihan. Impusivitas a. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan selesai. b. Sering sulit menunggu gilirannya. c. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke percakapan atau permainan). g. GANGGUAN MAKAN MASA BAYI ATAU MASA KANAK DINI Pika Pika adalah terus menerus makan zat yang tidak bergizi (tanah, serpihan cat, dan sebagainya). Pika dapat timbul sebagai salah satu gejala dari
Psikologi Umum II | Juni 2011 14

sejumlah gangguan psikiatrik yang luas (seperti autisme), atau sebagai perilaku psikopatologis yang tunggal. Fenomena ini paling sering terdapat pada anak dengan retardasi mental, namun demikian pika dapat juga terjadi pada anak biasa yang mempunyai inteligensia normal (biasanya pada usia dini). Diantara orang dewasa, bentuk pika tertentu termasuk geofagia (makan tanah) dan amilofagia (makan kanji), telah dilaporkan terjadi pada wanita hamil dan cukup tinggi di Aborigin Australia. Tetapi menurut DSM-IV, jika tindakan tersebut ditentukan secara kultural, itu tidak termasuk kriteria diagnostik untuk pika. Kriteria Diagnostik untuk Pika (DSM-IV) 1. Terjadi selama periode sekurang-kurangnya 1 bulan 2. Makan zat tidak bergizi adalah tidak sesuai menurut usianya 3. Bukan bagian dari ritual atau kultural 4. Jika terjadi semata-mata pada perjalanan gangguan mental lain, itu memerlukan perhatian klinis tersendiri. Pika diperkirakan terjadi pada 10 sampai 32 persen anak-anak antara usia 1 dan 6 tahun. Pada anak yang lebih dari 10 tahun, kurang lebih 10 persen. Pada anak yang lebih tua dan remaja dengan kecerdasan normal, frekuensi pika menurun. Pada anak retardasi mental, pika dilaporkan terjadi pada sampai seperempat anak-anak usia sekolah dan remaja. Pika tampaknya mengenai kedua jenis kelamin dengan sama banyaknya. Defisiensi nutrisi telah didalilkan sebagai penyebab pika, karena keadaan kecanduan tertentu untuk zat yang tidak dapat dimakan yang telah ditimbulkan oleh defisiensi. Sebagai contoh, kecanduan akan tanah dan es kadang-kadang berhubuungan dengan defisiensi zat besi dan seng yang dihilangkan dengan pemberiannya. Tingginya insidensi penelantaran dan kehilangan orang tua telah dihubungkan dengan kasus pika, yang juga dihubungkan dengan pemuasan kebutuhan oral yang tidak terpenuhi. Dan tidak lupa adalah faktor ritual dan kultural. Diagnosis dan Gambaran Klinis Onset pika biasanya antara usia 12 dan 24 bulan, dan insidensi menurun seiring bertambahnya usia. Zat tertentu yang dimakan adalah bervariasi, biasanya anak kecil memakan cat, plester, tali, rambut dan kain dsb.; anak yang lebih besar dapat mengambil kotoran, feses binatang, batu, kertas dan sebagainya.

Psikologi Umum II | Juni 2011

15

Implikasi terberat adalah keracunan timbal, biasanya dari cat yang mengandung timbal; parasit usus setelah memakan tanah atau feses; anemia dan defisiensi zat seng setelah ingesti tanah liat, defisiensi zat besi yang parah setelah ingesti sejumlah besar kanji; dan obstruksi usus akibat ingesti gumpalan rambut dan batu. Ruminasi Gangguan Ruminasi adalah suatu kondisi di mana seseorang terus mengambil makanan tapi berulangkali pula memuntahkannya. Gangguan ini biasanya dimulai setelah usia bayi 3 bulan. Gangguan ini terjadi pada bayi dan jarang terjadi pada anak-anak dan remaja. Gambaran Klinis: Mengisap jempol atau memasukkan semua jari ke dalam mulut, atau melengkungkan punggung untuk merangsang regurgitasi. Saat bayi sendiri, sering ditemukan dengan muntahan Kasus tersebut sering terjadi pada bayi yeng mendapat sedikit stimulasi emosional dan mereka yang telah belajar untuk menstimulasi dan menyenangkan dirinya melalui rumination. Walaupun pada awalnya bayi regurgitasi muntah, tetapi mereka bisa belajar untuk menahannya, mengunyah kembali. h. GANGGUAN TIC Sindrom Tourette Sindrom tourette adalah sebuah gangguan menurun ditandai dengan gerenyet urat syaraf otot sederhana dan kompleks dan vokal yang sering terjadi sepanjang hari setidaknya selama satu tahun. Sindrom tourette adalah sering terjadi pada 1 dari 100 orang. Hal ini 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Yang seringkali dimulai di awal masa kanak-kanak. Pada kebanyakan orang, gejala-gejalanya ringan dimana gangguan tersebut tidak dikenali. Sindroma Tourette adalah suatu penyakit dimana tic motorik dan vokalis terjadi beberapa kali dalam sehari dan telah berlangsung minimal selama 1 tahun. Tic adalah gerakan diluar kesadaran yang terjadi secara berulang-ulang. Sindroma Tourette sering diawali dengan tic simplek pada masa kanak-kanak, yaitu berupa sentakan otot yang tidak diinginkan dan tanpa tujuan, yang terjadi berulang-ulang. Selanjutnya tic simplek berkembang menjadi gerakan yang
Psikologi Umum II | Juni 2011 16

kompleks, termasuk tic vokalis dan kelumpuhan pernafasan secara tiba-tiba. Tic voklis terdengar sebagai bunyi mendengus atau menggonggong. Penyebab Sindrom Tourette merupakan penyakit keturunan yang 3 kali lebih banyak terjadi pada pria. Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu kelainan dalam dopamin atau neurotransmiter otak lainnya Gejala Sindrom Tourette seringkali diawali dengan gerenyet otot sederhana, seperti meringis, sentakan kepala, dan berkedip-kedip. Gerenyet sederhana kemungkinan hanya gelisah biasa dan bisa hilang dengan waktu. Beberapa gerenyet tidak diperlukan untuk menyebabkan sindrom tourette, yang melibatkan lebih dari pada gerenyet sederhana. Misalnya, orang dengan sindrom tourette bisa menggerakkan kepala mereka dengan berulang-ulang dari sisi ke sisi, mengedipkan mata mereka, membuka mulut mereka, dan meregangkan leher mereka. Gangguan tersebut bisa berkembang menjadi gerenyet urat syaraf kompleks, termasuk gerenyet urat syaraf vokal, memukul, menendang, dan nafas tersentak-sentak yang tiba-tiba, tidak teratur. Gerenyet urat syaraf vokal bisa diawali dengan mendengkur, mendengus, mendengung, atau membentak keras dan menjadi kompulsiv, mengutuk tanpa sengaja. Untuk alasan yang tidak jelas dan seringkali pada pertengahan perbincangan, beberapa orang yang menderita sindrom tourette bisa berteriak kacau atau berkata yang kotor (disebut corprolalia). Suara meledak-ledak yang keluar ini kadangkala salah dianggap disengaja, khususnya pada anak-anak. Meskipun coprolalia adalah ciri-ciri yang paling dikenal pada Sindrom Tourette, setidaknya 85% orang yang menderita sindrom tourette tidak mengalami coprolalia. Orang bisa juga segera mengulang kata setelah mendengarnya (disebut echolalia/latah). Orang dengan sindrom tourette seringkali mengalami kesulitan berfungsi dan mengalami kegelisahan yang patut dipertimbangkan dalam lingkungan sosial. Dahulu, mereka dihindari, diasingkan, atau bahkan dianggap kerasukan setan. Impulsiv, agresif, dan perilaku menghancurkan diri sendiri terbentuk pada banyak penderita, dan perilaku obsessive-compulsive terbentuk pada separuh penderita. Anak yang menderita sindrom tourette seringkali mengalami kesulitan belajar. Kebanyakan juga mengalami kekurangan-perhatian/gangguan terlalu
Psikologi Umum II | Juni 2011 17

aktif. Apakah sindrom tourette itu sendiri atau stres yang tidak seperti biasanya pada kehidupan dengan gangguan tersebut menyebabkan masalah-masalah ini tidak jelas. Seorang penderita anak-anak bisa menggerakkan kepalanya secara berulang dari kiri ke kanan atau sebaliknya, mengedip-ngedipkan matanya, membuka mulutnya atau meregangkan lehernya. Tic yang lebih kompleks bisa berupa memukul dan menendang, mengendus-endus, merintih dan mendengung. Penderita bisa mengucapkan kata-kata yang kasar di tengah-tengah percakapan, tanpa alasan yang jelas. Penderita juga bisa dengan cepat mengulang-ulang kata yang didengarnya (ekolalia). Penderita sering mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Dulu mereka diasingkan, diisolasi atau bahkan diduga sebagai keturunan setan. Banyak penderita yang menjadi impulsif, agresif dan berperilaku ingin menghancurkan dirinya sendiri; anak-anak seringkali mengalami kesulitan dalam belajar. Diagnosa Diagnosis ditegakkan jika: Telah terjadi tic motorik multipel atau satu atau lebih tic vokalis Tic/gerenyet terjadi beberapa kali dalam sehari, hampir setiap hari atau selang hari, selama lebih dari 1 tahun. Dalam waktu 1 tahun, masa bebas gejalanya tidak boleh lebih dari 3 bulan i. Terjadi sebelum usia 18 tahun GANGGUAN LAINNYA Gangguan Kecemasan Berpisah (Separation Anxiety Disorder) Gangguan kecemasan berpisah ditandai dengan kegelisahan berlebihan mengenai jauh dari rumah atau terpisah dari orang atau kepada anak yang di sayangi. Beberapa tahap kecemasan berpisah adalah normal dan dialami hampir setiap anak-anak, khususnya pada anak yang sangat kecil. Sebaliknya, gangguan kecemasan berpisah adalah kegelisahan berlebihan yang melebihi apa yang diharapkan untuk tingkat perkembangan anak. Kecemasan berpisah dipertimbangkan sebagai gangguan jika berlangsung setidaknya sebulan dan menyebabkan gangguan yang sangat berarti atau merusak fungsi. Durasi pada gangguan tersebut menggambarkan keparahannya. Beberapa tekanan hidup, seperti kematian seorang keluarga, teman, atau binatang peliharaan atau pindah wilayah atau pindah sekolah, bisa memicu
Psikologi Umum II | Juni 2011 18

gangguan tersebut. Genetika yang mudah kena kegelisahan juga umumnya memainkan sebuah peranan kunci. Penyebab Anak dengan gangguan ini mengalami gangguan hebat ketika dipisahkan dari rumah atau dari orang yang mereka sayangi. Mereka seringkali perlu tahu dimana orangorang dan terlalu sibuk dengan rasa takut bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi baik terhadap mereka atau terhadap orang yang mereka kasihi. Bepergian sendiri membuat mereka tidak nyaman, dan mereka bisa menolak untuk datang ke sekolah atau kemah atau untuk mengunjungi rumah teman. Beberapa anak tidak bisa tinggal sendirian di dalam sebuah ruangan, melekat pada orang tua atau membuntuti orangtua di sekitar rumah. Kesulitan pada waktu tidur adalah sering terjadi. Anak dengan gangguan kecemasan berpisah bisa mendesak seseorang tetap tinggal di ruangan sampai mereka tertidur. Mimpi buruk bisa memperlihatkan ketakutan anak tersebut, seperti kerusakan pada keluarga melalui kebakaran atau bencana alam. Gejala Karena seorang anak yang memiliki gangguan ini seringkali menghindari sekolah, sebuah tujuan segera pada pengobatan memungkinkan anak tersebut untuk kembali ke sekolah. Dokter, orangtua, dan anggota sekolah harus bekerja sebagai tim untuk memastikan anak tersebut segera kembali ke sekolah..

Psikologi Umum II | Juni 2011

19

DAFTAR PUSTAKA ___ (1995). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan ____ (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition. USA: Washington DC ___ Diambil tanggal 26 desember 2009 dari http://www.puskur.net/download/prod2007/13_MODEL%20KESULITAN %20BELAJAR.pdf ___ Diambil tanggal 26 desember 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme ___ Diambil 27 Desember 2009 dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH018e/2b888a45.dir/ doc.pdf ___ Diambil 27 Desember 2009 dari http://anugerah.hendra.or.id/pasca-nikah/3anak- anak/permasalahan-umum-kesehatan-anak-usia-sekolah/ ___ Diambil 31 Desember 2009 dari http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/bicara-gagapstammeringstutering-pada-anak/ ___ Diambil 31 Desember 2009 dari http://unordinaryworld.blogspot.com/2009/03/penyebab-keterbelakangan-mental.html ____ Diambil 2 Januari 2010 dari http://pendidikankhusus.wordpress.com/2008/12/23/anakberkesulitan-belajar/ ____ Diambil 2 Januari 2010 dari http://med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3ok/AA-4-3%20Profil %20Pasien%20(Erlyn%20Limoa)%20ok.pdf ____ Diambil 2 Januari 2010 dari pediatricsundip.com/journal/GPPH%20remaja.docx ____ Diambil tanggal 2 januari 2010 dari http://psikologiforall.blogspot.com/search/label/eating%20problem ____ Diambil tanggal 2 Januari 2010 dari http://medicastore.com/penyakit/251/Sindroma_Tourette.html ____ Diambil tanggal 2 Januari 2010 dari http://medicastore.com/penyakit/3297/Gangguan_Kecemasan_Berpisah_Separat ion_Anxiety_Disorder.html

Psikologi Umum II | Juni 2011

20

Anda mungkin juga menyukai