Anda di halaman 1dari 3

BELL'S PALSY (KELUMPUHAN WAJAH)

Dibuat oleh: Hafni Zuhra Noor,Modifikasi terakhir pada Sun 15 of Aug, 2010 [18:27 UTC]

BELL'S PALSY


ABSTRAK
Kelumpuhan pada wajah adalah suatu bentuk kesulitan yang mempunyai suatu dampak besar atas seorang pasien.
Kelumpuhan saraf fasialis mungkin terjadi secara kongenital, neoplastik atau diakibatkan oleh infeksi atau peradangan,
trauma, racun, atau karena iatrogenik. Penyebab paling umum dari kelumpuhan nervus fasialis yang unilateral adalah
Bells palsy, yang juga dikenal sebagai kelumpuhan nervus fasialis idiopatik. Bells palsy ditemukan sekitar 60-75% dari
kasus yang terjadi secara unilateral akut.
1,2


Paralisis fasial idiopatik atau Bells palsy, ditemukan oleh Sir Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bell's palsy adalah
paresis, unilateral wajah atau kelumpuhan perifer yang memiliki onset mendadak dan penyebab pastinya belum diketahui,
namun diperkirakan karna virus. Bell palsy merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling umum yang
mempengaruhi saraf kranial, dan jelas penyebab paling umum di seluruh dunia kelumpuhan wajah.2


Key word : Bells Palsy


ISI
Seorang wanita berusia 41 tahun datang ke poli saraf dengan keluhan utama sudut mulut tertarik ke sebelah kiri. Keluhan
mulai dirasaka sejak dua hari sebelum periksa. Keluhan tersebut disertai keluhan lain seperti mata kanan tidak dapat
menutup, muka sebelah kanan terasa kebas, nyeri di belakang telinga dan bicara agak pelo. Tidak ada kesulitan dalam
menelan dan mengunyah makanan. Os belum pernah berobat sebelumnya.
Pada pemeriksaan didapatkan hasil yaitu: wajah tidak seimetris, N II ptosis mata kanan, N V membuka mulut kurang
sempurna, N VII kedipan mata kana, mengerutkan dahi, mengerutkan alis, menutup mata, tidak dapat meringis, NXII
artikulasi agak pelo.

TERAPI
Medikamentosa
- Prednison 60 mg 1x1, tappering dose dengan total pemberian obat 10 hari
Non medikamentosa
- Pemijatan otot-otot yang lemah

DISKUSI
Pasien pada kasus ini datang dengan keluha utama sudut mulut tertarik ke sebelah kiri. Dari pemeriksaan didapatkan hasil
yaitu: wajah tidak seimetris, N II ptosis mata kanan, N V membuka mulut kurang sempurna, N VII kedipan mata kana,
mengerutkan dahi, mengerutkan alis, menutup mata, tidak dapat meringis, NXII artikulasi agak pelo.
Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Pada awalnya, penderita merasakan
ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah merasakan
adanya kelainan di daerah mulut maka penderita biasanya memperhatikannya lebih cermat dengan menggunakan
cermin.
1,3

Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita
disuruh menutup kelopak matanya maka bola mata tampak berputar ke atas (tanda Bell). Penderita tidak dapat bersiul
atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh. Selanjutnya gejala dan tanda
klinik lainnya berhubungan dengan tempat/lokasi lesi.
1,3

a. Lesi di luar foramen stilomastoideus: Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan berkumpul di antar pipi
dan gusi, dan sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang. Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang
terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus.
b. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani): Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), ditambah dengan
hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya
pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara pons
dan titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis.
c. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius): Gejala dan tanda klinik seperti pada (a),
(b), ditambah dengan adanya hiperakusis.
d. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum): Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c)
disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam liang telinga. pina.
e. Lesi di daerah meatus akustikus interna: Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c), (d), ditambah dengan tuli
sebagi akibat dari terlibatnya nervus akustikus.
f. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons.: Gejala dan tanda klinik sama dengan di atas, disertai gejala dan
tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus, dan kadang-kadang juga nervus abdusens, nervus aksesorius, dan
nervus hipoglosus.
Gejala yang ada pada pasien di kasus ini sesuai dengan gejala dan tanda klinik yang terdapat pada bells palsy dan dapat
diketahui lokasi lesinya. Diagnosis Bells palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada
pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak
dapat memejamkan mata dan rasa nyeri pada telinga. Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. Harus dibedakan
antara lesi Upper Motor Neuron (UMN) dan Lowwer Motor Neuron (LMN). Pada Bells palsy lesinya bersifat LMN.
1,3


REFERENSI

Djamil Y, A Basjiruddin. Paralisis Bell. Dalam: Harsono, ed. Kapita selekta neurologi; Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.2003. p 297-300
Siharta Priguna, M. D., Ph. D. Neurologi Klinik Dalam Praktek Umum, cetakan kelima, PT. Dian Rakyat, Jakarta,
2005,403.
Patofisiologi nervus fasialis. Dalam: Prof.DR.Mahar Mardjono, Prof.DR. Priguna Sidharta, eds. Neurologi klinis dasar;
Jakarta: PT. Dian Rakyat. 2003. p 161-162

Anda mungkin juga menyukai