Anda di halaman 1dari 20

BAB I LAPORAN KASUS

1.

Identitas pasien Nama Umur Pekerjaan Alamat Agama : Tn. T : 60 tahun : Swasta : RT 15 Thehok : Islam

2.

Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis Keluhan utama: Sesak napas setelah jatuh sejak 2 minggu yang lalu Riwayat penyakit sekarang: Os datang tanpa Surat Pengantar dengan keluhan sesak napas yang dirasakan setelah Os terjatuh saat sedang berjalan di dekat rumahnya, bulan SMRS. Saat terjatuh, punggung kiri Os menumpu di atas tanah. Selama beberapa hari setelah terjatuh, Os sempat merasakan nyeri di punggung kirinya, namun nyeri berangsur-angsur menghilang. Sejak saat itu pula, Os jadi sering mengalami sesak terlebih jika berjalan jauh. Awal mulanya sesak tidak begitu dirasakan, lama-kelamaan sesak bertambah hingga Os dibawa ke RS. Os mengatakan, sesak dirasakan terus menerus, tidak berkurang sama sekali. Saat duduk ataupun tidur, sesak dirasakan sama saja. Os tidak pernah merasakan sesak yang memburuk dengan tidur. Meskipun sering batuk, Os tidak pernah mengalami batuk berat hingga dia sesak napas. Tidak ada memar, lecet ataupun luka-luka akibat

jatuh saat itu. Tidak ada keluhan pusing, mual maupun muntah. Tidak ada keluhan BAB maupun BAK.

Riwayat penyakit dahulu Riwayat sesak sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat sering nyeri dada ataupun riwayat sesak di malam hari (saat tidur). Tidak ada riwayat sakit jantung. Terdapat riwayat merokok dan kadang-kadang mengalami batuk ringan. Tidak ada riwayat batuk berat hingga sesak. Tidak pernah mengobatkan batuknya maupun mendapatkan pengobatan TBC selama 6 bulan. Riwayat asma disangkal. Tidak terdapat trauma sebelum trauma yang terakhir.

Riwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami Os.

3.

Pemeriksaan Fisik : Pasien tenang, tidak tampak sangat sesak maupun kesakitan : Compos Mentis : E4 V5 M6

Keadaan Umum Kesadaran GCS Vital Sign

Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg Nadi Respirasi Suhu : 100 x / menit : 30 x / menit : 38,8oC

Status Generalis 1. Pemeriksaan Kepala Bentuk kepala : mesochepal, simetris Rambut mudah dicabut 2. Pemeriksaan Mata Konjungtiva Sclera Pupil Fungsi penglihatan jelas 3. 4. Pemeriksaan Telinga Pemeriksaan Hidung : tidak ada deformitas, fungsi pendengaran baik : tidak ada deviasi septum, tidak ada napas cuping : ka/ki tidak anemis : ka/ki tidak ikterik, tidak hiperemis : reflek cahaya baik, pupil kana & kiri isokor, d 3 mm : pandangan tidak kabur, mata kanan & kiri dapat melihat : warna hitam dan putih, dominan hitam, tidak

hidung, tak ada rinore, tak ada pembesaran konka, fungsi penciuman baik 5. Pemeriksaa Mulut dan faring : bibir tidak sianosis, tepi tidak hiperemis,

bibir tidak kering, lidah tidak kotor, tidak tremor, uvula simetris, tidak ada defiasi, tidak ada pembesaran tonsila, faring tidak hiperemis 6.
o o o o

Pemeriksaan Leher Kelenjar tiroid Kelenjar limfonodi JVP Massa : tidak membesar : tidak membesar, tidak didapatkan nyeri tekan : 5-0 : terdapat massa di regio zygomatikus cm dari

auriula kiri Uk: 2 x 2 x 1 cm3, teraba kenyal, tepi rata, tidak berbenjol, batas tegas dan tidak nyeri

7.

Pemeriksaan dada Paru-paru Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : IC tak terlihat : IC teraba : Redup, dengan batas: Kanan atas Kiri atas : SIC II linea parasternalis dextra : SIC II linea mid clavikularis sinistra : (Status Lokalis)

Kanan bawah : SIC V linea mid clavicula dextra Kiri bawah Auskultasi maupun gallop 8. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : tidak ada distensi, tidak ada sikatrik, tidak ada massa, tidak : SIC V linea axillaries anterior sinistra

: Irregular, S1 lebih keras daripada s2, tidak terdapat bising

ada bekas operasi, tidak ada darm countur maupun darm steifung dan tidak didapatkan adanya hernia Auskultasi Palpasi lien tidak teraba Perkusi : timpani di semua lapang abdomen
4

: peristaltik (+) normal, tidak ada metallic sound : supel, tidak ada nyeri tekan di keempat kuadran, hepar dan

Auskultasi 9.

: Peristaltik normal

Pemeriksaan Ekstremitas : tak ada deformitas, tak ada jari tabuh, tak ada sianosis, tak ada pucat

Superior

ataupun oedem, gerakan keduanya aktif Inferior : tak ada deformitas, tak ada sianosis, tak ada pucat ataupun oedem,

gerakan keduanya aktif

Status Lokalis (pulmo) Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada retraksi interkosta, terdapat

ketinggalan gerak lobus paru kiri, tak ada deformitas, tak ada jejas, hematom, vulnus, pernapasan thorakoabdominal. Palpasi : vocal fremitus kiri tidak ada, tak ada nyeri tekan, tak ada nyeri

sumbu ataupun nyeri kompresi kosta, terdapat krepitasi di regio thoraks kiri anterior, tak ada massa Perkusi Auskultasi : sonor di lobus kanan dan hipersonor di lobus kiri : suara dasar vesikuler di lobus kana, terdapat Ronchi Basah

Halus di seluruh lobus kanan, tidak terdapat wheezing Di lobus kiri tak terdengar suara vesikuler, Ronchi maupun wheezing 4. Pemeriksaan radiologi Struktur tulang Cor : tampak fraktur costa 2 & 3 Sn posterior

: kesan tak membesar

Pulmo : Corakan bronkovaskuler bertambah, dengan kesuraman pada apeks paru Dx. Tampak gambaran radiolusen tanpa corakan paru pada lap atas dan bawah para Sn Diafragma dbn & sinus Sn kumpul Kesan: Cor : tak membesar

Pulmo : Proses TB pneumothoraks Sn Collaps paru Sn 5. Diagnosis Pneumotoraks sinistra et causa trauma 6. Differensial Diagnosa Pneumotoraks spontan 7. Penatalaksanaan Observasi dan pemberian oksigen Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi Torakotomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumotoraks ialah suatu keadaan dimana terdapat udara di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolaps jaringan paru. Normalnya tekanan pada rongga pleura lebih negatif daripada tekanan di paru, namun pada pneumotoraks tekanan menjadi lebih positif sehingga menyebabkan paru menjadi kolaps.1,2 2.2 Etiologi Masuknya udara kedalam rongga pleura dibedakan atas:1,2 1. Pneumotoraks spontan: Timbul robekan subpleura dari bulla sehingga udara dalam rongga pleura melalui suatu lubang robekan atau katup. Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan sering menjadi keadaan yang kronis. Penyebab lain ialah suatu trauma tertutup terhadap dinding dan fistula bronkopleural akibat neoplasma atau inflamasi. 2. Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau pneumotoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumotoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura. 3. Masuknya udara melalui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma pada trakea atau esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan udara dalam rongga pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dengan rongga pleura.

2.3 Klasifikasi A. Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1 1. Pneumotoraks spontan Terjadi tanpa penyebab yang jelas. a. Pneumotoraks spontan primer Pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. b. Pneumotoraks spontan sekunder Suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya ( tuberculosis paru, PPOK, asma bronchial,

pneumonia, tumor paru, dsb). 2. Pneumotoraks traumatik Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari indakan medis tertentu (misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk, sering akan kita temukan emfisema subkutan, karena pleura parietalnya juga mengalami kerusakan (robek).

B. Berdasarkan jenis fistel, pneumotoraks dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1 1. Pneumotoraks terbuka Gangguan pada dinding dada berupa hubungan langsung antara rongga pleura dan lingkungan atau terbentuk saluran terbuka yang dapat menyebabkan udara dapat keluar masuk dengan bebas ke rongga pleura selama proses respirasi.

2.

Pneumotoraks tertutup Rongga pleura tertutup, tidak ada hubungan dengan dunia luar. Udara yang dulunya ada di rongga pleura kemungkinan positif oleh karena diresorbsi dan tidak adanya hubungan lagi dengan dunia luar, maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negatif. Tetapi paru belum mau berkembang penuh. Sehingga masih ada rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah negatif (- 4 ekspirasi dan - 12 inspirasi).

3.

Pneumotoraks ventil Udara dapat masuk ke dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses ekspirasi. Akibat hal ini dapat terjadi peningkatan tekanan intrapleural. Karena tekanan intrapleural meningkat maka dapat terjadi tension pneumotoraks.

C. Berdasarkan lokasi, pneumotoraks dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1,2 1. Pneumotoraks parietal (di perifer) 2. Pneumotoraks mediastinal (di sentral) 3. Pneumotoraks basal (di basal paru) D. Berdasarkan luas paru yang mengalami kolaps:1,2 1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru). 2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (> 50% volume paru).

2.4 Patofisiologi Normal tekanan negatif pada ruang pleura adalah -10 s/d -12 mmHg. Fungsinya membantu pengembangan paru selama ventilasi. Pada waktu inspirasi tekanan intra pleura lebih negatif daripada tekanan intra bronchial, maka paru akan berkembang

mengikuti dinding thoraks sehingga udara dari luar dimana tekanannya nol (0) akan masuk bronchus sampai ke alveoli. Pada waktu ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus ataupun di bronchus sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intra bronchial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intra bronchial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk,bersin, atau mengejan, pada keadaan ini glottis tertutup. Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah maka akan pecah atau terobek.. Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronchus.1 Pelebaran dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang kemudian membentuk suatu bula di dekat suatu daerah proses non spesifik atau granulomatous fibrosis adalah salah satu sebab yang sering terjadi pneumotoraks, dimana bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi emfisema.1

2.5 Gejala Klinis Pada penyakit pneumotoraks akan memperlihatkan gejala-gejala dispnoea inspiratorik yang terjadi secara mendadak dan dapat berakhir dengan kematian dalam waktu singkat. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit pada dada yang tiba-tiba dan bersifat unilateral serta diikuti sesak nafas. Kelainan ini ditemukan pada 80-90% kasus. Gejala-gejala ini lebih mudah ditemukan bila penderita melakukan aktivitas berat. Tetapi pada sebagian kasus, gejala-gejala masih gampang ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat.1,2,4 Gejala klinis dapat ditemukan walaupun kelainan pneumotoraksnya sedikit, misalnya perkusi dinding dada yang hipersonor, fremitus yang melemah sampai menghilang, suara nafas yang melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada lesi yang lebih besar atau pada tension pneumotoraks, trakea dan mediastinum dapat terdorong ke sisi kontralateral. Diafragma tertekan ke bawah, gerakan pernafasan tertinggal pada sisi yang sakit. Fungsi respirasi menurun, terjadi hipoksemia arterial dan curah jantung menurun.4

10

Kebanyakan pneumotoraks terjadi pada sisi kanan (53%), sedangkan sisi kiri (45%) dan bilateral hanya 2%. Hampir 25% dari pneumotoraks spontan berkembang menjadi hidropneumotoraks.

2.6 Diagnosis 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik Suara napas melemah sampai menghilang, fremitus melemah sampai menghilang, resonansi perkusi dapat normal atau hipersonor.

Pneumotoraks ukuran kecil biasanya hanya menimbulkan takikardi ringan dan gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks besar biasanya didapatkan suara napas yang melemah bahkan sampai menghilang pada auskultasi, fremitus raba menurun dan perkusi hipersonor. Pneumotoraks tension dicurigai apabila didapatkan adanya takikardi berat, hipotensi dan pergeseran mediastinum atau trakea.1,2 3. Pemerikasaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang penting dalam membantu menegakkan diagnosis pneumotoraks adalah radiologi (foto thoraks).

2.7 Gambaran Radiologi Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral (gambar 1 dan 2).1,3,4

11

Gambar 1.

12

Gambar 2.

13

Gambar 3

Gambar 4

14

Pada foto terlihat bayangan udara dari pneumotoraks yang berbentuk cembung, yang memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila pneumotoraksnya tidak begitu besar, foto dengan pernafasan dalam (inspirasi penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh. Selama ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara jaringan paru dan udara intrapleura sehingga memudahkan dalam melihat pneumotoraks, yakni kenaikan densitas jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumotoraks.4 Suatu hasil rontgen diperoleh sehabis ekspirasi maksimum akan membantu dalam menetapkan diagnosa, sebab paru-paru kemudian secara relatif lebih tebal/padat dibanding pneumotoraks itu. Penurunan volume paru terjadi sehabis ekspirasi tetapi ruang pneumotoraks tidak berubah. Oleh karena itu secara relatif pneumotoraks lebih berhubungan dengan apru-paru sehabis ekspirasi dibanding inspirasi dan kiranya pleura viseral lebih kecil berhubungan dengan pneumotoraks. Sehingga lebih mudah untuk menggambarkannya.4 Foto lateral decubitus pada sisa yang sehat dapat membantu dalam membedakan pneumotoraks dengan kista atau bulla. Pada pneumotoraks udara bebas dalam rongga pleura lebih cenderung berkumpul pada bagian atas sisi lateral. Jika pneumotoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. Udara dalam ruang pleura jadi lebih radiolusen dibandingkan paru-paru yang bersebelahan dengan pneumotoraks tersebut, terutama sekali jika paru-paru berkurang volumenya, dimampatkan atau terkena penyakit yang meningkatkan kepadatan paru-paru. Ketika pneumotoraks terjadi pada pasien dengan atelektase lobus, udara terkumpul dalam ruangan pleura yang dekat dengan paru-paru yang mengempis. Oleh karena itu distribusi udara yang tidak normal pada pasien ini menyebabkan pengempisan lobus. Pada tension pneumotoraks pergeseran dari struktur mediastinal

15

kesan pada paru dan kesan pada diafragma sudah terlihat. Ketika kehadiran cairan sebagai tambahan dari udara atau gas pada film dengan cahaya horisontal memperlihatkan tingkat atau batas udara dengan cairan. Ketika udara intrapleura terperangkap pada posisi yang tidak biasa oleh karena penggabungan kadangkadang pneumotoraks bisa terlihat pada subpulmonary, terutama pada pasien COPD (Chronic Pulmonary Obstruktif Disease) dan penurunan dari fungsi paru dan juga diobservasi sepanjang permukaan tenagh dari paru bayi yang baru lahir sering diperiksa dengan posisi terlentang. Dalam situasi ini harus dibedakan dengan pneumomediastinum. Ketika garis sambungan depan terlihat pada neonatus, yang mengindikasikan pneumotoraks bilateral, karena garis ini biasanya tidak terlihat pada pasien. Pada bayi neonatus pneumotoraks dapat dievaluasi dengan foto anteroposterior atau lateral pada saat yang sama. Pada orang dewasa yang sakit kritis diuji dengan posisi setengah duduk atau terlentang, udara dalam ruang pleura mungkin nampak anteromedial sepanjang medistinum, pada suatu posisi subpulmonary, pada posisi apicolateral atau posteromedial dalam area paraspinal. Udara mungkin dapat diamati dalam celah interlobus, terutama sekali di dalam celah kecil sisi kanan pneumotoraks. Tanda cekungan yang dalam diuraikan oleh Gordon pada foto posisi terlentang pada pasien pneumotoraks. Foto ini terdiri dari radiolusen yang relatif pada kedalaman sulcus costophrenicus samping yang menandakan udara dalam area ini. Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat dalam foto polos. Oleh karena itu, CT dapat digunakan jika informasi mengenai kehadiran atau ketidakhadiran pneumothoraks adalah hal yang sangat penting, karena pneumothoraks relatif lebih mudah dideteksi pada CT sesuai potongan aksis. Secara ringkas, hasil dianogsa pneumothorax mungkin sulit untuk dibuat dalam pemeriksaan hasil radiografi dada. Terutama sekali pada foto pasien dalam posisi terlentang, proyeksi samping mungkin bisa untuk ,mengkonfirmasikan kehadiran pneumothoraks manakala proyeksi dari depan samar-samar. Ketika pneumothoraks kecil foto pada saat inspirasi seringkali berharga; dan ada kalanya, ketika lokasi pneumothoraks disekeliling hadir, foto oblique dan foto lateral

16

diperlukan untuk visualisasi yang nyata. Adakalanya lingkaran radioopak ditemukan pada hilus atau dibawah pada pasien pneumothoraks yang besar atau luas.

2.8 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali mengembang. Pada pneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap. Penyerapan total dari pneumotoraks yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4 minggu. Jika

pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan pengeluaran udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar paru-paru bisa kembali mengembang. Untuk menjamin perawatanselang tersebut, sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit. Untuk mencegah serangan ulang, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Hampir 50% penderita mengalami kekambuhan, tetapi jika pengobatannya berhasil, maka tidak akan terjadi komplikasi jangka panjang.1,2,4 Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada sisi yang sama, dilakukan pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya. Pembedahan sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks spontan dengan komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena itu seringkali dilakukan penutupan rongga pleura dengan memasukkan doxycycline melalui selang yang digunakan untuk mengalirkan udara keluar. 1.2.4 Pada pneumotoraks kecil ( < 20%), gejala minimal dan tidak ada "Respiratory distress", serangan yang pertama kali, sikap kita adalah observasi dan penderita istirahat 2-3 hari. Bila pneumotoraks sedang, ada "Respiratory distress" atau pada observasi tampak progresif (foto toraks), atau adanya "Tension pneumothorax", dilakukan tindakan bedah dengan pemasangan WSD untuk pengembangan paru dan mengatasi gagal nafas.

17

Tindakan torakotomi dilakukan bila :4 1. Kebocoran paru yang massif sehingga paru tak dapat mengembang (bullae / fistel Bronkhopleura). 2. Pneumotoraks berulang. 3. Adanya komplikasi (Empiema, Hemotoraks, Tension pneumothorax). 4. Pneumotoraks bilateral.

Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakotomi posterolateral

dan

sternotomi mediana, selanjutnya dilakukan reseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui video Assisted Thoracoscopic surgery (VATS), dilakukan reseksi bleb, aberasi pleura dan pleurektonomi. Apabila pneumotorax disebabkan oleh luka di dada, luka perlu segera dibersihkan dan dijahit. Kedalam rongga pleura dapat dimasukkan antibiotik yang mudah diserap.1 Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura yang diagnosisnya diyakinkan dengan pemeriksaan sinar rontgen. Diagnosis pneumotoraks tergantung kepada garis yang dibentuk pleura pada tepi paru-paru yang memisahkan dengan dinding dada, mediastinum atau diafragma oleh udara, dan juga tidak adanya bayangan di luar garis ini.1 Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru dengan batas paru berupa garis radioopak tipis berasal dari pleura viresal. Jika pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Selain itu juga iga lebih lebar. Apabila udara terkumpul dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar maka akan mendesak mediastinum kearah paru yang sehat (kearah kontralateral).4

2.9 Prognosis Pasien dengan pneumotoraks spontan hamper seluruhnya menganlami kekambuhan. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik,

18

umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder tergantung penyakit paru yang mendasarinya, missal pasien PSS dengan PPOK harus lebih berhati-hati karena sangat berbahaya.1

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. Buku ajar Ilmu penyakit dalam, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2007. 2. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Respirologi anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta. 2010. 3. Patel PR, Lecture Notes Radiologi. Erlangga. Jakarta. 2007. 4. Colaps paru-paru pneumotoraks. (diakses 5 Oktober 2011) Diunduh dari URL:http://medicastore.com/penyakit/148/Kolaps_ParuParu_Pneumoth orax.html.

20

Anda mungkin juga menyukai